Anda di halaman 1dari 13

Kepastian dan Kebenaran Penegetahuan

A. Hakekat Kebenaran

Dalam kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia didalam


kepribadian dan kesadarannya tak mungkin tanpa kebenaran. Berdasarkan scope potensi
subjek, maka susunan tingkatan kebenaran menjadi:

1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama yang
dialami oleh manusia.

2. Tingkatan ilmiah, pengalamn-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indera,


diolah pula dengan rasio.

3. Tingkat filsofis, rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu
semakin tinggi nilainnya.

4. Tingkat relegius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan
dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan.

Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya bahkan juga
proses dan cara terjadinya, disamping potensi subjek yang menyadarinya. Potensi subjek yang
dimaksud disini adalah aspek kepribadian yang menangkap kebenaran itu. Misalnya pada
tingkat kebenaran indera. Potensi subjek yang menangakapnya ialah panca indera. Kebenaran
itu ialah fungsi kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari kebenaran itu, membina
dan menyempurnakannya sejalan dengan kematangan kepribadiannya.

 KEBENARAN FILSAFAT
Kebenaran yang diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan sesuatu sedalam-
dalamnya dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau mungkin ada. Kebenaran filsafat ini
memiliki proses penemuan dan pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam beberapa
kelompok (madzab). Bagi yang tidak terbiasa (termasuk saya), mungkin terminologi yang
digunakan cukup membingungkan. Juga banyak yang oportunis alias menganut madzab
dualisme kelompok, misal mengakui kebenaran realisme dan naturalisme sekaligus.
 Realisme: Mempercayai sesuatu yang ada di dalam dirinya sendiri dan sesuatu yang
pada hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
 Naturalisme: Sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti berlakunya
hukum alam dan terjadi menurut kodratnya sendiri.
 Positivisme: Menolak segala sesuatu yang di luar fakta, dan menerima sesuatu yang
dapat ditangkap oleh pancaindra. Tolok ukurnya adalah nyata, bermanfaat, pasti, tepat
dan memiliki keseimbangan logika.
 Materialisme Dialektik: Orientasi berpikir adalah materi, karena materi merupakan
satu-satunya hal yang nyata, yang terdalam dan berada diatas kekuatannya sendiri.
Filosofi resmi dari ajaran komunisme.
 Idealisme: Idealisme menjelaskan semua obyek dalam alam dan pengalaman sebagai
pernyataan pikiran.
 Pragmatisme: Hidup manusia adalah perjuangan hidup terus menerus, yang sarat
dengan konsekuensi praktis. Orientasi berpikir adalah sifat praktis, karena praktis
berhubungan erat dengan makna dan kebenaran.

B. Teori Kebenaran

1.Teori Corespondence

yaitu perbandingan antara realita objek dengan apa yang ditangkap oleh subjek.
Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi,
fakta, peristiwa, pendaat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau
kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita objek, maka sesuatu itu
benar. Teori korepondensi (corespondence theory of truth) menerangkan bahwa kebenaran
atau sesuatu keadaan itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/dimaksud oleh pernyataan atau pendapat
tersebut.

Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaras dengan realitas
yang serasi dengan situasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu
yaitu: statement (pernyataan), persesuaian (agreement), situasi (situation), kenyataan (reality),
putusan (judgement). Kebenaran adalah fidelity to objective reality (kesesuaian pikiran dengan
kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya Plato, Aristoteles, dan Moore
dikembangakan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad Skolatik, serta oleh
Berrand Russel pada abad modern.

2. Teori consintency

Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. mementingkan
sebuah kebenaran bukanlah didasarkan atas hubungan subjek dengan realita. Sebab apabila
didasarkan atas hubungan subjek (ide, kesannya dan comprehensionnya) dengan objek,
pastilah ada subjektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subjek yang satu tentang sesuatu
realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam pemahaman subyek lain.

Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan
didalam penelitian pendidikan khususnya didalam bidang pengukuran pendidikan. Teori
konsisten dan teori korepondensi bersifat saling melengkapi. Teori ini sudah ada sejak Pra
Socrates, kemudian dikembangkan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel.

3. Teori Pragmatisme

yaitu berusaha menguji kebenaran ide-ide melalui konskuensi-koskuensi pada praktek


atau pelaksanaanya. Pragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra
pendidik sebagai metode project atau metode problem solving dari dalam pengajaran. Tujuan
utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini
manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.

Teori pragmatime (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pertanyaan, teori
atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan
manusia. Kaum pramatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat
dikerjakan (workability) dan akibat yang memuaskan (satisfactory consequence). Oleh karena
itu tidak ada kebenaran yang mutlak/tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan
akibatnya. Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah

a) Sesuai dengan keinginan dan tujuan

b) Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen

c) Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)


4. Kebenaran Religious

yaitu kebenaran secara ontologis dan aksiologis bersumber dari Tuhan yang
disampaikan melalui wahyu. Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan
perbandingan antara kesan dengan relita objek. Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari
Tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan superindividual. Bahkan bagi
kaum religius kebenaran Illahi ini adalah kebenaran tertinggi, dimana semua kebenaran
(kebenaran indera, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada dibawah
kebenaran ini: agama sebagai teori kebenaran.

Sebagai makhluk pencari kebenaran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran
melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan
ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Agama dengan kitab suci dan
hadistnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.

C. Kriteria Kebeanaran

Kriteria kebenaran cenderung menekankan salahsatu atau lebih dari tiga pendekatan
yaitu :
(1) yang benar adalah yang memuaskan keinginan kita.
(2) yang benar adalah yang dapat dibuktikan dengan eksperime
(3) yang benar adalah yang membantu dalam perjuangan hidup biologis. Oleh karena teori-
teori kebenaran (koresponden, koherensi, dan pragmatisme) itu lebih bersifat saling
menyempurnakan daripada saling bertentangan, maka teori tersebut dapat digabungkan dalam
suatu definisi tentang kebenaran. kebenaran adalah persesuaian yang setia dari pertimbangan
dan ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada alam seperti adanya. Akan tetapi karena
kita dengan situasi yang sebenarnya, maka dapat diujilah pertimbangan tersebut dengan
konsistensinnya dengan pertimbangan-pertimbangan lain yang kita anggap sah dan benar,
atau kita uji dengan faidahnya dan akibat-akibatnya yang praktis
Sarana Berfikir Ilmiah

A. Pengertian Sarana Berpikir Ilmiah

Berfikir adalah suatu aktifitas untuk menemukan pengetahuan yang benar atau kebenaran.
Berfikir juga dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan untuk menentukan langkah yang
akan ditempuh. sedangkan Ilmiah adalah ilmu. Jadi berfikir ilmiah adalah proses atau
aktifitas manusia untuk menemukan atau mendapatkan ilmu yang bercirikan dengan adanya
kausalitas, analisis dan sintesis.Berfikir ilmiah juga diartikan sebagai berpikir yang logis dan
empiris. Logis adalah masuk akal dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan
fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam epistemology atau perkembangan untuk mendapatkan ilmu, diperlukan adanya


sarana berfikir ilmiah. Sarana berfikir ilmiah ini adalah alat bagi metode ilmiah dalam
melakukan fungsinya secara baik. Jadi fungsi sarana berfikir ilmiah adalah membantu proses
metode ilmiah dalam mendapat ilmu atau teori yang lain. Sarana ilmiah pada dasarnya
merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh, dengan alat ini manusia melaksanakan kegiatan ilmiah. Manusia mampu
mengembangkan pengetahuannya karena manusia berpikir mengikuti kerangka berpikir
ilmiah dan menggunakan alat-alat berpikir yang benar. Sarana berpikir diperlukan untuk
melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan teratur.

B. Tujuan dan Fungsi Sarana Berpikir Ilmiah

Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan


penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita
sehari-hari. Manusia mempelajari ilmu agar dapat menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya dengan ilmu yang telah dipelajarinya
manusia dapat meningkatkan kemakmuran hidupnya Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri. Sarana ilmiah
mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah secara menyeluruh dalam
mencapai suatu tujuan tertentu. Keseluruhan tahapan kegiatan ilmiah membutuhkan alat
bantu yang berupa sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah hanyalah alat bantu bagi
manusia untuk berpikir ilmiah agar memperoleh ilmu. Sarana berpikir ilmiah bukanlah suatu
ilmu yang diperoleh melalui proses kegiatan ilmiah

C. Peranan Sarana Berpikir Ilmiah

Sarana berpikir ilmiah ada empat, yaitu: bahasa, logika, matematika dan statistika. 10
Sarana berpikir ilmiah berupa bahasa sebagai alat komunikasi verbal untuk menyampaikan
jalan pikiran kepada orang lain, logika sebagai alat berpikir agar sesuai dengan aturan
berpikir sehingga dapat diterima kebenarannya oleh orang lain, matematika berperan dalam
pola berpikir deduktif sehingga orang lain lain dapat mengikuti dan melacak kembali proses
berpikir untuk menemukan kebenarannya, dan statistika berperan dalam pola berpikir
induktif untuk mencari kebenaran secara umum

1. Peran Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Banyak definisi tentang bahasa, tetapi setidaknya ada tiga definisi yang dapat
dijadikan gambaran tentang hakekat bahasa. Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa
sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna.Lebih lengkapnya, bahasa
adalah “a systematic means of communicating ideas of feeling by the use of conventionalized
signs, sounds, gestures,or marks having understood meanings”. Dalam KBBI, diterakan
bahwa bahasa ialah “sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri”.
Menurut Carnap, bahasa dibedakan menjadi dua fungsi, yaitu fungsi ekspresif dan fungsi
kognitif atau representatif.

Dalam fungsi ekspresif, bahasa merupakan ungkapan atau pernyataan mengenai


perasaan, sebagai ucapan keadaan hati, jiwa dan memiliki kecondongan baik tetap ataupun
sementara untuk bereaksi. Sedang menurut Halliday yang dikutip Brown, ada tujuh fungsi
bahasa yang berbeda-beda. Namun setidaknya terdapat tiga fungsi pokok yaitu fungsi
interaksional, fungsi personal, dan fungsi imajinatif. Sebagai interaksional, bahasa
merupakan alat menciptakan dan menjaga hubungan sosial antar individu. Sebagai fungsi
personal, bahasa merupakan ungkapan perasaan, emosi, kepribadian seseorang dalam
berkomunikasi. Sedangkan sebagai fungsi imajinatif, bahasa merupakan layanan untuk
menciptakan imajinasi atau ide yang dituangkan dalam bentuk tulisan atau cerita. Secara
garis besar, fungsi bahasa dikelompokkan menjadi fungsi ekspresif, konatif, dan
representasional. Dengan fungsi ekspresifnya, bahasa terarah pada si pembicara; dalam fungsi
konatif, bahasa terarah pada lawan bicara; dan dengan fungsi representasional, bahasa terarah
pada objek lain di luar si pembicara dan lawan bicara. Fungsi-fungsi bahasa juga dibedakan
jadi simbolik, emotif dan afektif. Fungsi simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah,
sedangkan fungsi afektif menonjol dalam komunikasi estetik.

2. Peran Logika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Logika adalah jalan fikiran yang masuk akal.
Logika disebut juga sebagai penalaran. Menurut Salam penalaran adalah suatu proses
penemuan kebenaran dan setiap jenis penalaran memiliki criteria kebenarannya masing-
masing. Logika adalah cara berpikir atau penalaran menuju kesimpulan yang benar. Logika
adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu,
berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturaaturan berpikir, seperti setengah tidak boleh
lebih besar daripada satu. Logika merupakan kumpulan kaidah-kaidah yang memberi jalan
(system) berpikir tertib dan teratur sehingga kebenarannya dapat diterima oleh orang lain.
Logika akan memberi suatu ukuran (norma) yakni suatu anggapan tentang benar dan salah
terhadap suatu kebenaran. Ukuran kebenarannya adalah logis.

Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari tentang asas, aturan, dan
prosedur penalaran yang benar. Dengan istilah lain logika sebagai jalan atau cara untuk
memperoleh pengetahuan yang benar.18 Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan
manusia untuk berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar.
Dengan logika manusia dapat berpikir dengan sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Jika ingin melakukan kegiatan berpikir dengan benar maka harus
menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang logis. Dengan logika dapat dibedakan antara
proses berpikir yang benar dan proses berpikir yang salah. Menurut Susanto ada tiga aspek
penting dalam memahami logika agar mempunyai pengertian tentang penalaran yang
merupakan suatu bentuk pemikiran yaitu pengertian, proposisi, dan penalaran a. Pengertian
merupakan tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh akal budi tentang kenyataan yang
dipahami, atau merupakan hasil pengetahuan manusia mengenai realitas b. Proposisi atau
pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-pengertian yang dibentuk oleh akal budi atau
merupakan pernyataan mengenai hubungan yang terdapat di antara dua buah term c.
Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan. Keberadaan ketiga
aspek tersebut sangat penting dalam memahami logika.
Dimulai dari membentuk gambaran tentang obyek yang dipahami, kemudian
merangkainya menjadi sebuah hubungan antar obyek, dan terakhir melakukan proses berpikir
yang benar untuk menghasilkan pengetahuan. Tiga aspek dalam logika tersebut harus
dipahami secara bersama-sama bagi siapapun yang hendak memahami dan melakukan
kegiatan ilmiah. Tanpa melalui ketiga proses aspek logika tersebut, manusia akan sulit
memperoleh dan menghasilkan kegiatan ilmiah yang benar. Menurut Aristoteles ada dua
bentuk logika yang sekarang kita kenal dengan istilah deduksi dan induksi

3. Peran Matematika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal mempunyai banyak kelemahan, karena tidak
semua pernyataan dapat dilambangkan dengan bahasa. Untuk mengatasi
kelemahankelemahan bahasa tersebut maka digunakanlah sarana matematika. Matematika
adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti
setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati. Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang
sangat mengganggu. Untuk mengatasi kekurangan kita berpaling kepada matematika.
Matematika adalah bahasa yang berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan
emosional dari bahasa verbal. Umpamanya kita sedang mempelajari kecepatan jalan kaki
seorang anak maka objek “kecepatan jalan kaki seorang anak” dilambangkan x, dalam hal ini
maka x hanya mempunyai arti yang jelas yakni “kecepatan jalan kaki seorang anak”.
Demikian juga bila kita hubungkan “kecepatan jalan kaki seorang anak” dengan obyek lain
misalnya “jarak yang ditempuh seorang anak” yang kita lambangkan dengan y, maka kita
lambangkan hubungan tersebut dengan z = y / x dimana z melambangkan “waktu berjalan
kaki seorang anak”.

Pernyataan z = y / x tidak mempunyai konotasi emosional, selain itu bersifat jelas dan
spesifik. Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping
pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika juga memberikan bahasa, proses
dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk kekuasaan. Fungsi matematika menjadi sangat
penting dalam perkembangan macam-macam ilmu pengetahuan. Penghitungan matematis
misalnya menjadi dasar desain ilmu teknik, metode matematis yang dapat memberikan
inspirasi kepada pemikiran di bidang sosialdan ekonomibahkan pemikiran matematis dapat
memberikan warna kepada arsitektur dan seni lukis. Matematika dalam perkembangannya
memberikan masukan-masukan pada bidangbidang keilmuan yang lainnya. Konstribusi
matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan pengunaan lambang-
lambang bilangan untuk menghitung dan mengukur, objek ilmu alam misal gejala-gejalah
alam yang dapat diamatidan dilakukan penelaahan secara berulang-ulang. Berbeda dengan
ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit melakukan pengamatan.
Disamping objeknya yang tak terulang maka kontribusi matematika tidak mengutamakan
pada lambang-lambang bilangan

4. Statistika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Secara etimologi, kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan negara. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan
(data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data
kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu negara”. Namun pada
perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi dengan kumpulan bahan
keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja). Sudjana mengatakan ststistik adalah
pengetahuan yang berhubungan dengan caracara pengumpulan data, pengolahan
penganalisisannya, dan penerikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan
peanganalisisan yang dilakukan. Kemudian J.Supranto memberikan pengertian ststistik dalam
dua arti. Pertama statistik dalam arti sempit adalah data ringkasan.

Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan


secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika membantu kita
untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih
pasti dan bukan terjadai secara kebetulan. Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah tidak
memberikan kepastian namun memberi tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu
dapat ditarik suatu kesimpulan, dan kesimpulannya mungkin benar mungkin juga salah.
Langkah yang ditempuh dalam logika induktif menggunakan statistika adalah: a. Observasi
dan eksperimen b. Memunculkan hipotesis ilmiah c. Verifikasi dan pengukuran d. Sebuah
teori dan hukum ilmiah. Untuk mengetahui keadaan suatu obyek, seseorang tidak harus
melakukan pengukuran satu persatu terhadap semua obyek yang sama, tetapi cukup dengan
melakukan pengukuran terhadap sebagian obyek yang dijadikan sampel. Walaupun
pengukuran terhadap sampel tidak akan seteliti jika pengukuran dilakukan terhadap
populasinya.
Metode Ilmiah

A. Konsep Ilmiah

Ilmu kimia menjawab banyak permasalahan berlandaskan eksperimen dan penalaran akal
sehat. Eksperimen yang dilakukan harus sistematis dan logis. Oleh karena itu, diperlukan
suatu metode standar dalam pelaksanaannya, maka digunakanlah metode ilmiah. Metode
ilmiah merupakan suatu prosedur atau cara pemecahan masalah dengan
menggunakan langkah-langkah yang telah tersusun secara sistematis. Langkah-langkah
tersebut dilaksanakan melalui konsep dasar berpikir ilmiah, yaitu analitis, logis, objektif,
konseptual, dan empiris.

B. Langkah-Langkah Metode Ilmiah


Ada 10 tahap dalam metode ilmiah, selengkapnya bisa kamu cek di bawah ini:

1. Identifikasi Masalah
Metode ilmiah dimulai dari mengidentifikasi masalah. Caranya, dengan mengamati
lingkungan di sekitar kamu, atau juga bisa mengidentifikasi masalah melalui artikel maupun
buku-buku yang kamu baca, loh! Oleh karena itu, identifikasi masalah sangat penting
sebelum kamu melakukan penelitian.
2. Merumuskan Masalah
Saat kamu sudah mengidentifikasi masalah, selanjutnya adalah merumuskan
masalah. Rumusan masalah itu erat kaitannya sama tujuan yang ingin kamu capai
dalam suatu penelitian. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat merumuskan
masalah:
 Perumusan masalah berupa kalimat pertanyaan yang ingin kamu jawab dalam
penelitian.
 Rumusan masalah yang dibuat harus dapat diuji (observasi) untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
1. Kalimat pertanyaan harus jelas dan mudah dimengerti
3. Mengkaji Literatur (Menyusun Teori Dasar)
Setelah kamu punya rumusan masalah, kamu harus menyusun dasar teori untuk
penelitian kamu. Nah, caranya kamu bisa mengkaji berbagai literatur, seperti membaca buku,
menganalisis penelitian terdahulu, atau membaca artikel/jurnal ilmiah tentang topik yang
kamu teliti.
4. Membuat Hipotesis
Selanjutnya kamu bisa membuat hipotesis yaitu dugaan sementara atas rumusan
masalah penelitian kamu. Nah, hipotesis ini harus berdasarkan dasar teori yang sudah
kamu pilih dan bersifat objektif (terukur).
5. Menentukan Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan faktor yang menentukan validitas (kebenaran) hasil
penelitian yang dilakukan. Ada tiga jenis variabel, yaitu variabel terikat, variabel bebas, dan
variabel kontrol.
6. Menetapkan Prosedur Kerja
Prosedur kerja merupakan langkah-langkah kerja yang terperinci dan runtut. Urutan
langkah kerja ini dibuat ringkas namun dapat menggambarkan secara tepat pekerjaan yang
harus dilakukan. Data tersebut akan memudahkan pelaksanaannya, langkah kerja sebaiknya
dibuat dalam bentuk diagram alir.
7. Menguji Hipotesis (Melakukan Eksperimen, Observasi, atau Survei)
Lalu, bagaimana kita mengetahui apakah hipotesis yang sudah kamu buat sudah benar
atau belum benar? Caranya dengan menguji hipotesis tersebut. Misalnya, melakukan
eksperimen di dalam laboratorium, observasi langsung, atau melakukan survei. Kamu juga
bisa menyiapkan tabel data pengamatan sebelum melakukan eskperimen agar memudahkan
kamu untuk mencatat ya!

8. Mengolah dan Menganalisis Data

Terus, data-data yang telah kamu peroleh dari uji hipotesis, dicatat dan diolah ke
dalam bentuk tabel, grafik atau diagram, sehingga mudah untuk dianalisis. Dalam mengolah
dan menganalisis data ini, kamu harus menghubungkannya dengan dasar teori yang sudah
kamu jadikan rujukan ya!

9. Membuat Kesimpulan
Hasil analisis data menghasilkan suatu pola atau kecenderungan. Pola ini dapat dijadikan
landasan untuk menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan adalah suatu pernyataan yang
merangkum apa yang sudah dilakukan dalam kegiatan penelitian. Dalam menyusun suatu
kesimpulan, kalian harus memutuskan apakah data yang dikumpulkan mendukung hipotesis
atau tidak. Selain itu, kalian juga harus mengulang suatu penelitian beberapa kali sebelum
dapat menarik suatu kesimpulan.
10. Mempublikasikan Hasil Penelitian

Setelah kamu menyimpulkan hasil penelitian, kamu bisa mempublikasikan apa yang
sudah kamu temukan dalam bentuk tulisan berupa laporan ilmiah dan bisa kamu publikasikan
dalam bentuk lisan berupa presentasi dalam forum-forum ilmiah.

C. Hubungan antara Peneltian dan Metode Ilmiah

Menurut Emzir, penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis
untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.
Sedangkan Subana dan Sudrajat menyatakan bahwa pada hakikatnya penelitian adalah
suatu cara dari sekian cara yang pernah ditempuh dilakukan dalam mencari kebenaran. Cara
mendapatkan kebenaran itu ditempuh melalui metode ilmiah. Berdasarkan kedua pendapat
tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian memang tidak dapat dipisahkan dari
metode ilmiah karena untuk menemukan kebenaran dan memecahkan masalah penelitian
harus menggunakan metode ilmiah.
Menurut Senn, Metode ilmiah merupakan prosedur atau cara-cara tertentu yang
digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut dengan ilmu/pengetahuan
ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai