NAMA KELOMPOK 6 :
- ANISYAH UTARI 44116010008
- ARIEF JAFAR 44116010167
- AKBAR ARI WIJAYA 44116010045
- NURUL QORIAH 44116010057
- NUR HASANAH 44116010048
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “pengertian kebenaran, makna penting kebenaran,
berpikir kritis, prinsip pengambilan keputusan”. Proposal ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Etika dan Filsafat Komunikasi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, agar pembahasan dalam
makalah ini tidak lari dari judulnya ada baiknya kita merumuskan masalah-masalah yang
akan dibahas, antara lain:
C. TUJUAN PENULISAN
D. METODE PENULISAN
1. PENGERTIAN KEBENARAN
Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan dengan fakta-fakta itu sendiri, atau
pertimbangan (judgment) dan situasi yang dipertimbangkan itu berusaha melukiskannya1.
Kebenaran adalah soal hubungan antara pengetahuan dan sesuatu yang menjadi objeknya,
yaitu apabila terdapat persesuaian dalam hubungan antara objek dan pengetahuan kita tentang
objek itu2. Kebenaran adalah kesesuaian dengan fakta. Kebenaran adalah perwujudan dari
pemahaman subjek tentang sesuatu, terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar
subject, yaitu fakta, peristiwa, nila-nilai (Norma Hukum) yang bersifat umum3. Kebenaran
menurut Plato dan Aristoteles adalah pernyataan yang dianggap benar yang bersifat koheren
atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Kebenaran itu bersifat relatif sebab apa yang
dianggap benar oleh suatu masyarakat atau bangsa, belum tentu dinilai sebagai suatu
kebenaran oleh masyarakat atau bangsa lain. Begitu pula, sebaliknya.4
Dari beberapa pengertian diatas, penulis memahami bahwa fakta adalah suatu kenyataan
yang dapat dianggap oleh panca indra ataupun yang tidak dapat dilihat secara kasat mata serta
diakui kebenarannya. Adapun kebenaran adalah sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta,
dan bersifat relatif. Artinya apa yang dianggap seseorang benar, belum tentu dianggap benar
oleh orang lain.
2. TEORI-TEORI KEBENARAN
Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya terdorong pula untuk
melaksanakan kebenaran. Sebaliknya,pengetahuan dan pehamanan tentang kebenaran tidak
melaksanakan mengemban tugas utama untuk menemukan dan menjelaskan nilai-nilai
kebenaran. Semua orang berhasrat untuk mencintai kebenaran bertindak sesuai dengan
kebenaran. Jika mengerti dan memahami kebenaran tersebut, manusia akan mengalami
pertentangan batin, konflik psikologis. Adapun teori-teori kebenaran adalah sebagai berikut.
a. Teori korespondensi
Menurut teori ini, kebenaran merupakan kesesuaian antara data dan statment dengan
fakta atau realita, sebagai ilustrasi. Misalnya pernyataan bahwa muhammad adalah
putra abdullah dinyatakan benar apabila abdullah benar-benar mempunyai anak yang
bernama muhammad.
1
abdul Qadir djaelani, filsafat islam, Cet.I,(surabaya: Bina Ilmu, 1993), hlm.55.
2
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Cet.V,(Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm 31.
3
Muhammad Noor Syam, op.Cit., hlm 94.
4
Jalaludin, Filsafat pendidikan islam, Cet.II, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 1996), hlm 8
Adapun teori kebenaran menurut Louis Katsaff dalam teori korespondensinya
menyatakan bentuk kebenaran sebagai berikut: bahwa suatu pendapat itu benar jika
arti yang dikandungnya benar-benar merupakan halnya. Kebenaran atau keadaan
dasar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksudka oleh suatu pendapat dengan
apa yang sungguh-sungguh ada atau apa yang merupakan fakta-faktanya.
b. Teori Koherensi
Teori menyatakan bahwa kebenaran ditegakan atas hubungan keputusan baru
dengan keputusan-keputusan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya terlebih
dahulu. Suatu proposisi dinyatakan benar apabila ia berhubungan dengan kebenaran
yang telah ada dalam pengalaman kita. Teori ini merupakan teori hubungan semantik,
teori kecocokan atau kosistensi. Contoh muhammad Abduh adalah murid jamaluddin
Al-afgani, dikarenakan benar apabila telah ada keputusan kebenaran bahwa
jamaluddin mempunyai seorang murid dan abduh salah seorang murid jamaluddin.
c. Teori Pragmatis
Dalam teori ini sebuah proposisi dinyatakan sebagai suatu kebenaran apabila ia
berlaku, berfaidah, dan memuaskan kebenaran dibuktikan dengan kegunaannya,
hasilnya dan akibatnya. Sebagai contoh agama itu benar bukan disembah karena tuhan
itu ada dan disembah oleh penganut agama, tetapi agama itu mempunyai dampak
positif bagi masyarakat.
Begitu pula teori pragmatisme menguji kebenaran ide-ide (pendapat, fakta, teori,
apa saja). Melalui konsekuensi-konsekuensi dari praktik atau pelaksanaannya. Ide-ide
itu sendiri belum dapat dikatakan benar atau salah setelah diuji dalam praktik. Mereka
akan benar hanya jika berguna dan mampu memecahkan proglema yang ada. Artinya
sesuatu itu benar jika mengembalikan pribadi manusia dalam keseimbangan dalam
keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab, tujuan utama pragmatisme adalah
manusia selalu dalam keseimbangan. Untuk itu, manusia harus mampu melakukan
penyesuaian dengan tuntutan lingkungan.
d. Teori Kebenaran Bedasarkan Arti
Proposisi itu ditinjau dari segi artinya atau maknanya. Teori ini mempunyai tugas
untuk kesahan dari proposisi dalam referensinya. Teori kebenaran simantik dianut
oleh paham filsafat analitika bahasa, misalnya pengetahuan tersebut dinyatakan benar
kalau ada referensi yang jelas jika tidak mempunyai yang jelas, pengetahuan tersebut
dinyatakan salah.
e. Teori Kebenaran Sintaksis
Teori ini menyatakan bahwa kenyataan memiliki nilai benar apabila mengikuti
atuaran-aturan sintaksis yang baku. Dengan kata lain apabila proposisi itu tidak
mengikuti syarat atau keluar dari hal yang disyaratkan, proposisi itu mempunyai art.
Misalnya suatu kaliamt standar harus ada subjek dan predikat. Jika tidak ada
subjeknya kalimat itu dinyatakan tidak baku atau bukan kalimat, seperti ”semua
korupsi ini” bukan merupakan kalimat standar karena tidak ada subjeknya.
f. Teori Kebenaran Logik
Teori ini menyebutkan bahwa proglema kebenaran hanya merupakan kekacauan
bahasa dan hal ini mengakibatkan suatu pemborosan. Hal ini karena pada dasarnya
apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang masing-
masing saling melengkapinya. Dengan demikian, setiap proposisi mempunyai isi yang
sama memberikan informasi yang sama dan semua orang sepakat. Apabila kita
membuktikannya lagi, hal itu hanya merupakan bentuk-bentuk logis yang berlebihan.
Misalnya suatu lingkaran adalah bulat, telah memberikan kejelasan dalam pernyataan
itu sendiri sehingga tidak perlu diterangkan lagi karena pada dasarnya lingkaran
adalah garis yang sama jaraknya dari titik yang sama, sehingga berupa garis yang
bulat.
Oleh karena itu berfikir tentang kebenaran adalah menjadikan keputusan yang telah
ada dikeluarkan akal sesuai secara sempurna dengan fakta yang telah ditransfer
kedalam otak melalui perantaraan pengindraan. Kesusuaian inilah yang menjadi
maknanya yang ditunjukkan oleh pemikiran sebagai suatu kebenaran. Pemikiran
tersebut adalah suatu kebenaran jika ia sesuai secara alamiah dengan fitrah manusia.
sebagai contoh adalah pemikiran bahwa masyarakat adalah interaksi-interaksi dan
sekumpulan manusia. Ini memang realitas masyarakat. Ketika akan diputuskan
apakah definisi masyarakat itu, seluruh keputusan tentang fakta masyarakat harus
berlangsung dengan metode rasional. Keputusan tersebut merupakan pemikiran
masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan individu dikarenakan mereka
memandang bahwa sebuah kelompok terbentuk dari individu.
1. Keputusan pada dasarnya ditujukan untuk memecahkan masalah, karena itu setiap
alternatif solusi hendaknya tepat untuk masalah yang dituju.
9. Keputusan tidak selalu harus dimulai dari data, tapi dari judgement.
Keseluruhan prinsip di atas dapat dijadikan dasar dalam setiap pembuatan keputusan.
Dengan menerapkan prinsip tersebut pembuat keputusan dapat terhindar dari berbagai
kesalahan dalam menggunakan pembuatan keputusan. Ini mengandung arti bahwa kekacauan
manajemen yang acap kali disebabkan oleh pembuatan keputusan yang tidak didasarkan
kepada prinsip yang tepat dapat dihindari.
5. Prinsip berpikir kritis
Ada dua bentuk berpikir kritis, yaitu berpikir kritis-reflektif dan berpikir kritis-kreatif.
Menurut Busthan Abdy (2016:134), berpikir reflektif berbeda secara substansial dengan
berpikir kreatif. Berpikir reflektif sifatnya internal, yaitu upaya menemukan ide-ide kritis
dalam diri sendiri, sedangkan berpikir kreatif sifatnya eksternal, yaitu dengan
mengembangkan pemikiran dari dalam diri tersebut, menuju ke luar diri, demi untuk
menemukan hal-hal baru yang memunculkan kesimpulan dari penalaran yang tepat.
a. Berpikir Kritis-Reflektif
Berpikir kritis dalam pandangan John Dewey adalah, "berpikir reflektif", yang artinya
adalah pertimbangan yang sifatnya aktif, persisten (terus-menerus) dan teliti, mengenai
sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja, dengan dipandang dari
sudut alasan yang mendukungnya, dan kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya
(Dewey, 1909:9).
Apa yang dimaksudkan Dewey di sini adalah, bahwa secara essensial, berpikir kritis adalah
sebuah proses aktif dengan beberapa prinsip berpikir kritis-reflektif berikut:
Fokus berpikir dalam diri sendiri: yaitu dengan prinsip-prinsip:
Dalam perkembangannya, muncul seorang penulis terkenal, Edward Glaser (1941:5), yang
mengembangkan konsep Dewey ini dengan mendefenisikan berpikir kritis dengan tiga
pengertian berikut:
1. Berpikir kritis adalah suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-
masalah yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang.
2. Berpikir kritis adalah pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran
yang logis.
3. Berpikir kritis adalah semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-
metode, yang menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau
pengetahuan asumtif (dugaan) berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-
kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.
Dari apa yang didefenisikan Glaser di atas, prinsip berpikir kritis-reflektif dapat diringkas
menjadi 2 poin penting berikut ini:
Memiliki keterampilan berpikir tertentu
Menggunakan keterampilan itu
Sementara itu, Robert Ennis yang merupakan pakar perkembangan tradisi berpikir kritis,
menegaskan bahwa berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif, yang
bertugas untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan (dalam Norris & Ennis,
1989). Prinsip-prinsip utama dari berpikir kritis menurut pengertian Robert Ennis ini adalah,
masuk akal, reflektif (aktif danpresisten), dan mengambil keputusan.
Berdasarkan pengertian dan prinsip-prinsip berpikir kritis para ahli di atas, maka berpikir
kritis-reflektif adalah berpikir secara terus-menerus dan mendalam, demi mencapai
keterampilan berpikir tertentu, untuk dapat mengambil suatu keputusan yang tepat. Dan
didalam berpikir kristis-relektif ini, dapat dilakukan dengan prinsip-prinsipnya seperti:
Fokus berpikir dalam diri sendiri---mediasi diri
Essensial (aktif dan resisten)---terus menerus dan teratur
Menghindari masukan negatif yang pasif
Meyakini hal yang masuk akal---wajar
Mengajukan pertanyaan-pertanyan positif
Tidak terburu-buru memutuskan---pertimbangan matang
Mengambil keputusan---memutuskan dengan cara terampil
b. Berpikir Kritis-Kreatif
Berpikir kritis adalah juga berpikir dengan kreatif. Dalam arti bahwa, berpikir kritis
memerlukan kaidah-kaidah kreatif,sehingga mampu menciptakan kreatifitas dalam bernalar.
Jurgen Habermas (dalam McCharthy, 1982) menyatakan bahwa, ide tentang nalar kritis,
meliputi beberapa hal berikut:
Kehendak untuk rasional: yaitu bertindak berdasarkan kehendak atau kecenderungan
tertentu melalui nalar sehat---masuk akal
Albert Einstein, ilmuan jenius berdarah Yahudi, menyatakan bahwa, berpikir adalah
berimajinatif. Berpikir dalam berimajinatif itu seperti menulis dengan tangan keliru. Dalam
pengertiannya, bahwa berpikir kreatif menuntut seseorang menghadirkan ide-ide berbeda dari
yang biasanya, bahkan sekalipun harus bertolak-belakang dari yang biasanya, yaitu yang
menggelikan oleh akal sehat (Thorpe Scott, 2002:25-27).
Beberapa prinsip berpikir kritis-kreatif yang ditawarkan Einstein adalah sebagai berikut:
Menemukan masalah tepat: yaitu masalah-masalah yang memungkinkan menemukan
solusi imajinatif yang berbeda dari pemikiran semula. Sebab tak akan ada satu pun
solusi seandainya seseorang "keliru" menemukan masalahnya.
Melanggar aturan: yaitu cara yang disengaja, dan terfokus untuk menemukan solusi.
Jika selama ini, seseorang tidak menemukan solusi diantara sekian alternatif yang
dapat diterima, maka ia harus memeriksa alternatif-alternatif yang mustahil, yaitu
dengan melanggar aturan tertentu. Cara ini dibuktikan Einstein dalam menemukan
teori relativitasnya yaitu dengan melanggar aturan.
Tumbuhkan Solusi: yaitu dengan cara menunda penilaian, dan mencari pertolongan,
membuat kekeliruan-kekeliruan untuk menumbuhkan suatu ide hebat. Sebab solusi-
solusi hebat jarang tampak hebat jika hanya sebatas dibayangkan saja. Tetapi haruslah
diimplementasikan.
Einstein memang menggunakan prinsip-prinsip di atas untuk mengubah dunia. Di mana dia
menggunakan masalah yang sedikitnya lebih memungkinkan, bermain-main dengan ide-ide
liar, melanggar aturan spesifik, lalu kembangkan ide-idenya menjadi solusi yang unggul.
M. Neil Browne dan Stuart M Keleey (2007), menyatakan bahwa istilah berpikir kritis adalah
kemampuan untuk membuat serangkaian pertanyaan kritis yang saling berkaitan, serta
kemampuan dan kemauan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
pada saat yang tepat. Hal ini dapatlah dilakukan dengan dua pendekatan metode, yaitu:
1. Metode spons, yaitu berpikir dengan menyerap informasi seperti spons yang
merespon air dengan menyerapnya. Menekankan penyerapan pengetahuan.
2. Metode mendulang Emas, yaitu dengan cara mendulang informasi seperti mendulang
emas. Setelah informasi diserap pada langkah awal, maka informasi yang diserap
tersebut harus dinilai dan dipertimbangkan dengan baik. Menekankan interaksi yang
aktif dengan pengetahuan, seiring dicerapnya pengetahuan tersebut.
Berdasarkan pengertian dan prinsip-prinsip berpikir kritis dari beberapa ahli di atas, maka
berpikir kritis-kreatif adalah berpikir dengan menggunakan kehendak rasional secara
seimbang, yaitu dengan mengkombinasikan ide-ide lama ke dalam kombinasi baru dengan
berimajinatif dan menyerap pengetahuan melalui interaksi aktif, sebagai upaya menemukan
solusi tepat dan produktif, untuk menumbuhkan pertahanan diri.
Dalam berpikir kritis-kreatif ini, Busthan Abdy (2016:132) menyarankan untuk dilakukan
dengan prinsip-prinsip seperti berikut:
Bertindak dengan nalar sehat---masuk akal
Menyusun kombinasi-kombinasi dari hal lama dengan hal baru dengan memilih apa
yang penting
Melanggar aturan tertentu dengan cara disengaja untuk menemukan solusi baru yang
kreatif dan imajinatif
Dengan prinsip-prinsip berpikir kritis-kreatif di atas, hal yang menarik dalam berpikir kreatif
adalah: melanggar aturan atau dalam hal ini bertindak diluar dari hal yang wajar. Banyak
orang pesimis dengan cara ini, namun kebanyakan orang bijaksana sukses menggunakan cara
ini.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata
yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia. Uraian dan
ulasan mengenai berbagai teori kebenaran diatas telah menunjukkan kelebihan dan
kekurangan dari berbagai teori kebenaran. Teori kebenaran mempunyai kelebihan dan
kekurangan korespondensi sesuai dengan fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta
koherensi bersifat rasional dan positivistic mengabaikan hal-hal non fisik pragmatis
fungsional-praktis tidak ada kebenaran mutlak performatif bila pemegang otoritas
benar, pengikutnya selamat tidak kreatif, inovatif, dan kurang inisiatif consensus
didukung teori