Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

“PENGERTIAN KEBENARAN, MAKNA PENTING KEBENARAN, PRINSIP BERPIKIR


KRITIS, PRINSIP PENGAMBILAN KEPUTUSAN.”

NAMA KELOMPOK 6 :
- ANISYAH UTARI 44116010008
- ARIEF JAFAR 44116010167
- AKBAR ARI WIJAYA 44116010045
- NURUL QORIAH 44116010057
- NUR HASANAH 44116010048

MATA KULIAH : ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI


DOSEN : EKA PERWITASARI FAUZI ,M.ED
HARI/JAM/RUANG : JUMAT/ 07.30-10.00/ E-202
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “pengertian kebenaran, makna penting kebenaran,
berpikir kritis, prinsip pengambilan keputusan”. Proposal ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Etika dan Filsafat Komunikasi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk


memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan
melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia
membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku
di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam.
Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hokum-hukum yang menyebabkan
fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena
alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut.
Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan dalam hal menangkap kebenaran.
Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang
berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat
yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada
umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah
pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat
pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur
dengan jelas.
Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontology, epistemology, dan aksiologi.
Ontology membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan,
filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan.
Dalam ilmu pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi
dan kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang materialistik-sekularistik. Kuantitatif
objek ilmu pengetahuan berarti bahwa aspek-aspek alam yang bersifat kualitatif menjadi
diabaikan. Epistemology membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu
pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah
dengan pilar utamanya rasionalisme dan empirisme. Aksiologi menyangkut tujuan
diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan aspek pragmatis-materialistis.
Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontology,
epistemology, dan aksiologinya telah lebih jauh berkembang dibandingkan dengan
pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. Misalnya
hokum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filsafat, juga kenyataan yang dikenal dan
diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju sampai pada saat taraf kesadaran dalam
diri pengenal dan masyarakat pengenal. Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna;
kebenaran moral, kebenaran logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi
bahasa, etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita
rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemology, logika dan psikologi, ia merupakan
hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan
yang ada sejauh berhadapan dengan akal budi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada
akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang menyatakan.
B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, agar pembahasan dalam
makalah ini tidak lari dari judulnya ada baiknya kita merumuskan masalah-masalah yang
akan dibahas, antara lain:

1. Pengertian kebenaran dan tingkatan-tingakatannya


2. Hubungan metode dengan kebenaran ilmu pengetahuan
3. Teori-teori kebenaran filsafat ilmu
4. Sifat dan tingkatan kebenaran ilmu

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah :


1. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian dan tingkatan-tingkatan
kebenaran ilmu pengetahuan
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan apa saja hubungan metode dengan kebenaran
ilmu pengetahuan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori-teori kebenaran ilmu pengetahuan
4. Mahasiswa mampu menjabarkan apa saja tingkatan-tingkatan dan sifat-sifat
kebenaran ilmu pengetahuan

D. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan penulis adalah metode keputusan yaitu memberikan


gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui
literature buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media
massa/internet. Dan diskusi mengenai masalah yang dibahas dengan teman-teman.
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KEBENARAN

Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan dengan fakta-fakta itu sendiri, atau
pertimbangan (judgment) dan situasi yang dipertimbangkan itu berusaha melukiskannya1.
Kebenaran adalah soal hubungan antara pengetahuan dan sesuatu yang menjadi objeknya,
yaitu apabila terdapat persesuaian dalam hubungan antara objek dan pengetahuan kita tentang
objek itu2. Kebenaran adalah kesesuaian dengan fakta. Kebenaran adalah perwujudan dari
pemahaman subjek tentang sesuatu, terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar
subject, yaitu fakta, peristiwa, nila-nilai (Norma Hukum) yang bersifat umum3. Kebenaran
menurut Plato dan Aristoteles adalah pernyataan yang dianggap benar yang bersifat koheren
atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Kebenaran itu bersifat relatif sebab apa yang
dianggap benar oleh suatu masyarakat atau bangsa, belum tentu dinilai sebagai suatu
kebenaran oleh masyarakat atau bangsa lain. Begitu pula, sebaliknya.4

Dari beberapa pengertian diatas, penulis memahami bahwa fakta adalah suatu kenyataan
yang dapat dianggap oleh panca indra ataupun yang tidak dapat dilihat secara kasat mata serta
diakui kebenarannya. Adapun kebenaran adalah sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta,
dan bersifat relatif. Artinya apa yang dianggap seseorang benar, belum tentu dianggap benar
oleh orang lain.

2. TEORI-TEORI KEBENARAN

Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya terdorong pula untuk
melaksanakan kebenaran. Sebaliknya,pengetahuan dan pehamanan tentang kebenaran tidak
melaksanakan mengemban tugas utama untuk menemukan dan menjelaskan nilai-nilai
kebenaran. Semua orang berhasrat untuk mencintai kebenaran bertindak sesuai dengan
kebenaran. Jika mengerti dan memahami kebenaran tersebut, manusia akan mengalami
pertentangan batin, konflik psikologis. Adapun teori-teori kebenaran adalah sebagai berikut.
a. Teori korespondensi
Menurut teori ini, kebenaran merupakan kesesuaian antara data dan statment dengan
fakta atau realita, sebagai ilustrasi. Misalnya pernyataan bahwa muhammad adalah
putra abdullah dinyatakan benar apabila abdullah benar-benar mempunyai anak yang
bernama muhammad.

1
abdul Qadir djaelani, filsafat islam, Cet.I,(surabaya: Bina Ilmu, 1993), hlm.55.
2
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Cet.V,(Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm 31.
3
Muhammad Noor Syam, op.Cit., hlm 94.
4
Jalaludin, Filsafat pendidikan islam, Cet.II, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 1996), hlm 8
Adapun teori kebenaran menurut Louis Katsaff dalam teori korespondensinya
menyatakan bentuk kebenaran sebagai berikut: bahwa suatu pendapat itu benar jika
arti yang dikandungnya benar-benar merupakan halnya. Kebenaran atau keadaan
dasar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksudka oleh suatu pendapat dengan
apa yang sungguh-sungguh ada atau apa yang merupakan fakta-faktanya.
b. Teori Koherensi
Teori menyatakan bahwa kebenaran ditegakan atas hubungan keputusan baru
dengan keputusan-keputusan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya terlebih
dahulu. Suatu proposisi dinyatakan benar apabila ia berhubungan dengan kebenaran
yang telah ada dalam pengalaman kita. Teori ini merupakan teori hubungan semantik,
teori kecocokan atau kosistensi. Contoh muhammad Abduh adalah murid jamaluddin
Al-afgani, dikarenakan benar apabila telah ada keputusan kebenaran bahwa
jamaluddin mempunyai seorang murid dan abduh salah seorang murid jamaluddin.
c. Teori Pragmatis
Dalam teori ini sebuah proposisi dinyatakan sebagai suatu kebenaran apabila ia
berlaku, berfaidah, dan memuaskan kebenaran dibuktikan dengan kegunaannya,
hasilnya dan akibatnya. Sebagai contoh agama itu benar bukan disembah karena tuhan
itu ada dan disembah oleh penganut agama, tetapi agama itu mempunyai dampak
positif bagi masyarakat.
Begitu pula teori pragmatisme menguji kebenaran ide-ide (pendapat, fakta, teori,
apa saja). Melalui konsekuensi-konsekuensi dari praktik atau pelaksanaannya. Ide-ide
itu sendiri belum dapat dikatakan benar atau salah setelah diuji dalam praktik. Mereka
akan benar hanya jika berguna dan mampu memecahkan proglema yang ada. Artinya
sesuatu itu benar jika mengembalikan pribadi manusia dalam keseimbangan dalam
keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab, tujuan utama pragmatisme adalah
manusia selalu dalam keseimbangan. Untuk itu, manusia harus mampu melakukan
penyesuaian dengan tuntutan lingkungan.
d. Teori Kebenaran Bedasarkan Arti
Proposisi itu ditinjau dari segi artinya atau maknanya. Teori ini mempunyai tugas
untuk kesahan dari proposisi dalam referensinya. Teori kebenaran simantik dianut
oleh paham filsafat analitika bahasa, misalnya pengetahuan tersebut dinyatakan benar
kalau ada referensi yang jelas jika tidak mempunyai yang jelas, pengetahuan tersebut
dinyatakan salah.
e. Teori Kebenaran Sintaksis
Teori ini menyatakan bahwa kenyataan memiliki nilai benar apabila mengikuti
atuaran-aturan sintaksis yang baku. Dengan kata lain apabila proposisi itu tidak
mengikuti syarat atau keluar dari hal yang disyaratkan, proposisi itu mempunyai art.
Misalnya suatu kaliamt standar harus ada subjek dan predikat. Jika tidak ada
subjeknya kalimat itu dinyatakan tidak baku atau bukan kalimat, seperti ”semua
korupsi ini” bukan merupakan kalimat standar karena tidak ada subjeknya.
f. Teori Kebenaran Logik
Teori ini menyebutkan bahwa proglema kebenaran hanya merupakan kekacauan
bahasa dan hal ini mengakibatkan suatu pemborosan. Hal ini karena pada dasarnya
apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang masing-
masing saling melengkapinya. Dengan demikian, setiap proposisi mempunyai isi yang
sama memberikan informasi yang sama dan semua orang sepakat. Apabila kita
membuktikannya lagi, hal itu hanya merupakan bentuk-bentuk logis yang berlebihan.
Misalnya suatu lingkaran adalah bulat, telah memberikan kejelasan dalam pernyataan
itu sendiri sehingga tidak perlu diterangkan lagi karena pada dasarnya lingkaran
adalah garis yang sama jaraknya dari titik yang sama, sehingga berupa garis yang
bulat.
Oleh karena itu berfikir tentang kebenaran adalah menjadikan keputusan yang telah
ada dikeluarkan akal sesuai secara sempurna dengan fakta yang telah ditransfer
kedalam otak melalui perantaraan pengindraan. Kesusuaian inilah yang menjadi
maknanya yang ditunjukkan oleh pemikiran sebagai suatu kebenaran. Pemikiran
tersebut adalah suatu kebenaran jika ia sesuai secara alamiah dengan fitrah manusia.
sebagai contoh adalah pemikiran bahwa masyarakat adalah interaksi-interaksi dan
sekumpulan manusia. Ini memang realitas masyarakat. Ketika akan diputuskan
apakah definisi masyarakat itu, seluruh keputusan tentang fakta masyarakat harus
berlangsung dengan metode rasional. Keputusan tersebut merupakan pemikiran
masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan individu dikarenakan mereka
memandang bahwa sebuah kelompok terbentuk dari individu.

3. MAKNA PENTING KEBENARAN


Dalam teori interaksi simbolis hakikat manusia adalah makhluk rasional.setiap
individu pasti terlibat relasi dengan sesamanya. Tidaklah mengherankan bila kemudian teori
interaksi simbolik segera mengedepan bila dibandingkan dengan teori-teori sosial lainnya.
Alasannya ialah dari manusia mucul dalam dan melalui interaksi dengan yang diluar dirinya.
Interaksi itu sendiri membutuhkan simbol-simbol tertentu.simbol itu biasanya disepakati
bersama dalam skala kecil pun skala besar. Simbol-misalnya bahasa,tulisan,dan simbol
lainnya yang dipakai-bersifat dinamis dan unik.
Keunikan dan dinamika symbol dalam proses interaksi sosial menurut manusia harus
lebih kritis,peka,aktif dan kreatif dalam menginterprestasikan simbol-simbol yang muncul
dalam interaksi sosial. Penafsiran yang terdapat diatas simbol tersebut turut menentukan arah
perkembangan manusia dan lingkungan. Sebaliknya,penafsiran yang keliru atas symbol dapat
menjadi petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya.
Keterbukaan individu dalam mengungkapkan dirinya merupakan hal yang tidak dapat
diabaikan dalam interaksi simbolik. Hal-hal lainnya yang juga perlu diperhatikan ialah
pemakaian simbol yang baik dan benar sehingga tidak menimbulkan keracuan interprestasi.
Setiap subyek mesti memperlakukan individu lainnya sebagai subyek dan bukan obyek.
Segala bentuk apriori mesti dihindari dalam menginterprestasikan simbol yang ada. Ini
penting supaya unsur subyektif dapat diminimalisir sejauh mungkin. Pada akhirnya interaksi
melalui symbol yang baik,benar,dan dipahami secara utuh akan membidani lahirnya berbagai
kebaikan dalam hidup manusia.
Sehingga dengan demikian,kebenaran pun sejatinya merupakan rumusan bersama
sebagai hasil interaksi sosial. Dalam konteks interaksi sosial, terdapat sejumlah hal sehingga
kebenaran dipandang sebagai sesuatu yang penting dalam sebuah peradaban.
Pertama,ketiadaan integritas dalam komunikasi antarmanusia akan berbuntut pada
penggusuran otonomi individu. Hal ini dikarenakan sebagai makhluk yang rasional,manusia
sangat bergantung pada kebenaran dan akurasi dari informasi yang kita peroleh. Kondisi ini
akan memungkinkan manusia menggunakan kebebasannya dalam hal memilih (freedom of
choice).
Alasan kedua pentingnya komitmen kebenaran adalah bahwa kebenaran menunjukkan
rasa menghargai orang lain sebagai tujuan,bukan sebagai alat(tool). Penipuan (deception)
kadangkala menempatkan kepentingan individu diatas kepentingan masyarakat. Kebenaran
sebagai bagian dari penghargaan terhadap orang lain pada gilirannya akan menumbuhkan
kepercayaan antar-individu. Dalam konteks sosial,kepercayaan merupakan prasayar
terbentuknya ikatan sosial. Misalnya,jika dalam suatu kelompok sosial tidak ada lagi
kebenaran,maka yang ada adalah rasa saling mencurigai. Dengan demikian,maka tidak aka
nada ikatan dan kerja sama sosial.
Terakhir,kebenaran merupakan unsur yang esensial bagi kelancaran proses demokrasi.
Menurut Habermas,Negara hukum modern berciri demokratis jika terjadi komunikasi politis
intensif antara ruang publik dan system politik.
Dalam ruang publik politis,masyarakat sipil melangsungkan diskursus publik dalam
berbagai bentuk dan isi. Pluralisme keyakinan dan pendapat ini sering berkontroversi satu
sama lain,dari yang memiliki niveau yang rendah sampai yang tinggi. Suara-suara dalam
ruang publik politis adalah lokus baik bagi komunikasi yang manipulative maupun
komunikasi yang tak terbatas. Meski demikian,bukan berarti bahwa suara-suara itu dapat
diterima begitu saja sebagai opini publik. Andai kata semua suara memiliki akses dalam
proses pengambilan keputusan publik tanpa saringan,kiranya pemerintahan semacam itu tidak
hanya buruk,melainkan juga dapat dianggap tak ada.
Jika publik itu cerdas,akan terjadi seleksi rasional diantara argumen-argumen dengan
kemenangan argument yang lebih baik,yang lalu mendapat kualitas sebagai opini publik.
Karena komunikasi publik mengikuti norma argument yang lebih baik,kualitas suara akan
lebih menentukan daripada kuantitasnya. Apakah sebuah argument yang lebih baik akan
mendapatkan mayoritas suara atau tidak,akan banyak ditentukan oleh kualitas publik itu
sendiri.
4. Prinsip dan Proses Pembuatan Keputusan

Pembuatan keputusan mengenal berbagai prinsip dasar sehingga baik dalam


tahapan perumusan maupun implementasinya pembuatan keputusan tersebut
memenuhi syarat sebagai alat manajemen yang dapat memberikan panduan bagi
anggota dalam bertindak dan berprilaku.

Adapun Prinsip-Prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keputusan pada dasarnya ditujukan untuk memecahkan masalah, karena itu setiap
alternatif solusi hendaknya tepat untuk masalah yang dituju.

2. Setiap keputusan hendaknya merupakan alternatif terbaik dengan resiko


yang amat minial.

3. Keputusan hendaknya sudah mempertimbangkan lingkup dan resiko secara


sistematik dan sistemik.

4. Keputusan hendaknya tidak berada diluar zona of acceptance manusia.

5. Keputusan yang efektif adalah keputusan yang dapat dilaksanakan.

6. Keputusan hendaknya memecahkan masalah yang generik bukan masalah yang


oprasional teknis.

7. Pembuatan Keputusan terdiri dari tahap perumusan keputusan dan implementasi


keputusan.

8. Pembuatan keputusan hendaknya menghasilkan suatu hasil yang dapat


diukur.

9. Keputusan tidak selalu harus dimulai dari data, tapi dari judgement.

Keseluruhan prinsip di atas dapat dijadikan dasar dalam setiap pembuatan keputusan.
Dengan menerapkan prinsip tersebut pembuat keputusan dapat terhindar dari berbagai
kesalahan dalam menggunakan pembuatan keputusan. Ini mengandung arti bahwa kekacauan
manajemen yang acap kali disebabkan oleh pembuatan keputusan yang tidak didasarkan
kepada prinsip yang tepat dapat dihindari.
5. Prinsip berpikir kritis

Ada dua bentuk berpikir kritis, yaitu berpikir kritis-reflektif dan berpikir kritis-kreatif.
Menurut Busthan Abdy (2016:134), berpikir reflektif berbeda secara substansial dengan
berpikir kreatif. Berpikir reflektif sifatnya internal, yaitu upaya menemukan ide-ide kritis
dalam diri sendiri, sedangkan berpikir kreatif sifatnya eksternal, yaitu dengan
mengembangkan pemikiran dari dalam diri tersebut, menuju ke luar diri, demi untuk
menemukan hal-hal baru yang memunculkan kesimpulan dari penalaran yang tepat.

a. Berpikir Kritis-Reflektif

Berpikir kritis dalam pandangan John Dewey adalah, "berpikir reflektif", yang artinya
adalah pertimbangan yang sifatnya aktif, persisten (terus-menerus) dan teliti, mengenai
sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja, dengan dipandang dari
sudut alasan yang mendukungnya, dan kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya
(Dewey, 1909:9).
Apa yang dimaksudkan Dewey di sini adalah, bahwa secara essensial, berpikir kritis adalah
sebuah proses aktif dengan beberapa prinsip berpikir kritis-reflektif berikut:
 Fokus berpikir dalam diri sendiri: yaitu dengan prinsip-prinsip:

a) memikirkan sesuatu secara mendalam;


b) menghindari pelbagai hal yang datangnya dari orang lain, yang cenderung pasif;
c) mengajukan berbagai pertanyaan dalam diri sendiri, sebagai upaya menemukan informasi
yang relevan.
 Berpikir terus-menerus dalam diri sendiri dengan teliti. Tidak buru-buru menuju
kesimpulan.
 Pikirkan apa hal-hal yang menjadi alasan untuk meyakini sesuatu, dan implikasinya
dari keyakinan-keyakinan.

Dalam perkembangannya, muncul seorang penulis terkenal, Edward Glaser (1941:5), yang
mengembangkan konsep Dewey ini dengan mendefenisikan berpikir kritis dengan tiga
pengertian berikut:
1. Berpikir kritis adalah suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-
masalah yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang.
2. Berpikir kritis adalah pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran
yang logis.
3. Berpikir kritis adalah semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-
metode, yang menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau
pengetahuan asumtif (dugaan) berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-
kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Dari apa yang didefenisikan Glaser di atas, prinsip berpikir kritis-reflektif dapat diringkas
menjadi 2 poin penting berikut ini:
 Memiliki keterampilan berpikir tertentu
 Menggunakan keterampilan itu

Sementara itu, Robert Ennis yang merupakan pakar perkembangan tradisi berpikir kritis,
menegaskan bahwa berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif, yang
bertugas untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan (dalam Norris & Ennis,
1989). Prinsip-prinsip utama dari berpikir kritis menurut pengertian Robert Ennis ini adalah,
masuk akal, reflektif (aktif danpresisten), dan mengambil keputusan.

Berdasarkan pengertian dan prinsip-prinsip berpikir kritis para ahli di atas, maka berpikir
kritis-reflektif adalah berpikir secara terus-menerus dan mendalam, demi mencapai
keterampilan berpikir tertentu, untuk dapat mengambil suatu keputusan yang tepat. Dan
didalam berpikir kristis-relektif ini, dapat dilakukan dengan prinsip-prinsipnya seperti:
 Fokus berpikir dalam diri sendiri---mediasi diri
 Essensial (aktif dan resisten)---terus menerus dan teratur
 Menghindari masukan negatif yang pasif
 Meyakini hal yang masuk akal---wajar
 Mengajukan pertanyaan-pertanyan positif
 Tidak terburu-buru memutuskan---pertimbangan matang
 Mengambil keputusan---memutuskan dengan cara terampil

b. Berpikir Kritis-Kreatif
Berpikir kritis adalah juga berpikir dengan kreatif. Dalam arti bahwa, berpikir kritis
memerlukan kaidah-kaidah kreatif,sehingga mampu menciptakan kreatifitas dalam bernalar.
Jurgen Habermas (dalam McCharthy, 1982) menyatakan bahwa, ide tentang nalar kritis,
meliputi beberapa hal berikut:
 Kehendak untuk rasional: yaitu bertindak berdasarkan kehendak atau kecenderungan
tertentu melalui nalar sehat---masuk akal

 Kehendak untuk meraih mundigkeit: menuju konsep moral sebagai pengalaman


moralitas, di mana dalam hal ini nalar membatasi dirinya pada kepentingan untuk
mencapai keotonoman tanggung jawab (keseimbangan empiris-pengalaman dengan
hal dari dalam diri)

 Otonomi dan tanggungjawab dalam kehidupan: yaitu sistem "pemeliharaan diri"


ketika menghadapi problem kehidupan. Hal ini disebutkan juga sebagai "refleksi-
diri", di mana didalamnya, pengetahuan demi pengetahuan akan menemukan
kesejajaran dengan kepentingan untuk otonomi dan tanggung jawab---dalam
kekuasaan refleksi diri, pengetahuan dan kepentingan adalah satu.

Albert Einstein, ilmuan jenius berdarah Yahudi, menyatakan bahwa, berpikir adalah
berimajinatif. Berpikir dalam berimajinatif itu seperti menulis dengan tangan keliru. Dalam
pengertiannya, bahwa berpikir kreatif menuntut seseorang menghadirkan ide-ide berbeda dari
yang biasanya, bahkan sekalipun harus bertolak-belakang dari yang biasanya, yaitu yang
menggelikan oleh akal sehat (Thorpe Scott, 2002:25-27).
Beberapa prinsip berpikir kritis-kreatif yang ditawarkan Einstein adalah sebagai berikut:
 Menemukan masalah tepat: yaitu masalah-masalah yang memungkinkan menemukan
solusi imajinatif yang berbeda dari pemikiran semula. Sebab tak akan ada satu pun
solusi seandainya seseorang "keliru" menemukan masalahnya.

 Memecahkan pola: yaitu mempertimbangkan apapun, terutama ide-ide menggelikan


(imajinatif)

 Melanggar aturan: yaitu cara yang disengaja, dan terfokus untuk menemukan solusi.
Jika selama ini, seseorang tidak menemukan solusi diantara sekian alternatif yang
dapat diterima, maka ia harus memeriksa alternatif-alternatif yang mustahil, yaitu
dengan melanggar aturan tertentu. Cara ini dibuktikan Einstein dalam menemukan
teori relativitasnya yaitu dengan melanggar aturan.

 Tumbuhkan Solusi: yaitu dengan cara menunda penilaian, dan mencari pertolongan,
membuat kekeliruan-kekeliruan untuk menumbuhkan suatu ide hebat. Sebab solusi-
solusi hebat jarang tampak hebat jika hanya sebatas dibayangkan saja. Tetapi haruslah
diimplementasikan.

Einstein memang menggunakan prinsip-prinsip di atas untuk mengubah dunia. Di mana dia
menggunakan masalah yang sedikitnya lebih memungkinkan, bermain-main dengan ide-ide
liar, melanggar aturan spesifik, lalu kembangkan ide-idenya menjadi solusi yang unggul.
M. Neil Browne dan Stuart M Keleey (2007), menyatakan bahwa istilah berpikir kritis adalah
kemampuan untuk membuat serangkaian pertanyaan kritis yang saling berkaitan, serta
kemampuan dan kemauan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
pada saat yang tepat. Hal ini dapatlah dilakukan dengan dua pendekatan metode, yaitu:
1. Metode spons, yaitu berpikir dengan menyerap informasi seperti spons yang
merespon air dengan menyerapnya. Menekankan penyerapan pengetahuan.

2. Metode mendulang Emas, yaitu dengan cara mendulang informasi seperti mendulang
emas. Setelah informasi diserap pada langkah awal, maka informasi yang diserap
tersebut harus dinilai dan dipertimbangkan dengan baik. Menekankan interaksi yang
aktif dengan pengetahuan, seiring dicerapnya pengetahuan tersebut.

Berdasarkan pengertian dan prinsip-prinsip berpikir kritis dari beberapa ahli di atas, maka
berpikir kritis-kreatif adalah berpikir dengan menggunakan kehendak rasional secara
seimbang, yaitu dengan mengkombinasikan ide-ide lama ke dalam kombinasi baru dengan
berimajinatif dan menyerap pengetahuan melalui interaksi aktif, sebagai upaya menemukan
solusi tepat dan produktif, untuk menumbuhkan pertahanan diri.
Dalam berpikir kritis-kreatif ini, Busthan Abdy (2016:132) menyarankan untuk dilakukan
dengan prinsip-prinsip seperti berikut:
 Bertindak dengan nalar sehat---masuk akal

 Meraih pengalaman moralitas dalam nalar (keseimbangan empiris-pengalaman


dengan hal dari dalam diri).

 Pemeliharaan diri (refleksi-diri)---dalam kekuasaan refleksi diri, pengetahuan dan


kepentingan adalah satu.

 Menyusun kombinasi-kombinasi dari hal lama dengan hal baru dengan memilih apa
yang penting

 Menemukan masalah tepat

 Memecahkan pola dengan mempertimbangkan ide-ide imajinatif

 Melanggar aturan tertentu dengan cara disengaja untuk menemukan solusi baru yang
kreatif dan imajinatif

 Tumbuhkan terus setiap solusi yang ada

 Penyerapan pengetahuan dengan interaksi aktif yang dilakukan bersamaan dengan


menyerap pengetahuan tersebut.

Dengan prinsip-prinsip berpikir kritis-kreatif di atas, hal yang menarik dalam berpikir kreatif
adalah: melanggar aturan atau dalam hal ini bertindak diluar dari hal yang wajar. Banyak
orang pesimis dengan cara ini, namun kebanyakan orang bijaksana sukses menggunakan cara
ini.
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata
yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia. Uraian dan
ulasan mengenai berbagai teori kebenaran diatas telah menunjukkan kelebihan dan
kekurangan dari berbagai teori kebenaran. Teori kebenaran mempunyai kelebihan dan
kekurangan korespondensi sesuai dengan fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta
koherensi bersifat rasional dan positivistic mengabaikan hal-hal non fisik pragmatis
fungsional-praktis tidak ada kebenaran mutlak performatif bila pemegang otoritas
benar, pengikutnya selamat tidak kreatif, inovatif, dan kurang inisiatif consensus
didukung teori

Anda mungkin juga menyukai