Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT ILMU

TEORI KEBENARAN ILMIAH

Dosen pengampu:
Imron, S. Ag, M. A

Disusun oleh kelompok 3


1.Nurhalimah tusakdiah (2020402034)
2.Ali mulki (2020402035)
3.Mutiara nursafitri (2020402036)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2021
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak
pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari
kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan
jawaban. Manusia tidak akan pernah bisa puas dengan jawaban yang belum
dirasa pas, Ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur
apakah yang dimaksud disini bukanlah kebenaran  yang bersifat semu, tetapi
kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan cara-
cara ilmiah.
Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif. Maksudnya
ialah bahwa kebenaran dari suatu teori harus didukung oleh fakta-fakta yang
berupa kenyataan yang dapat dipakai acuan atau kenyataan yang pada
mulanya merupakan objek dalam pembentukan pengetahuan ilmiah itu.
Jadi, setiap proses mengetahui akan memunculkan suatu bentuk kebenaran
sebagai kandungan isi pengetahuan itu. Akan tetapi setiap kebenaran pada
saat pembuktiannya harus kembali pada status ontology objek, sikap
epistemologi dan aksiologi. Dengan demikian, akan muncullah teori kebenaran
yang banyak. Namun untuk membuktikan kebenaran ilmiah suatu pernyataan
harus sesuai dengan sifat dasar metodologis yang digunakan dan amat
tergantung pada konvensi. Itulah sebabnya peran masyarakat ilmiah juga
menentukan karakteristik dari kebenaran ilmiah itu.
B.Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas, antara lain :
a.Apa pengertian kebenaran ilmiah?
b.Apa saja teori-teori kebenaran? 
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan makalah ini adalah :
1.Untuk mengetahui pengertian kebenaran ilmiah.
2.Untuk mengetahui teori-teori kebenaran.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebenaran Ilmiah
Kebenaran secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah
untuk mencapai kebenaran. Problematik mengenai kebenaran, merupakan
masalah-masalah yang mengacu pada tujuan dan berkembangnya dalam
filsafat ilmu.
Kebenaran ilmiah merupakan salah satu dari pokok yang fundamental dan
senantiasa akurat dalam kehidupan manusia. Upaya mempertanyakan dan
membahasakan kebenaran. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia yang
ditulis oleh Purwadarminta ditemukan arti kebenaran, yaitu:
 Keadilan yang benar sesuatu yang benar
 Kejujuran kelurusan hati
 Selalu izin
 Perkenaan
 Jalan kebetulan
Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang sesuai dengan fakta dan juga
mengandung isi pengetahuan. Pada saat pembuktiannya kebenaran ilmiah
harus kembali kepada status ontologis objek dan sikap epistemologis yang
disesuaikan dengan metodologinya.
Ada beberapa teori pokok yang lazim dijadikan penentu kriteria kebenaran ini,
yaitu: teori koherensi, teori korespondensi dan juga teori pragmatis, tetapi ada
juga teori performatif.

B Teori-teori Kebenaran Ilmiah


1.Kebenaran Koherensi
Koherensi adalah saling berhubungan, dengan demikian suatu itu dianggap
benar apabila sebuah pertanyaan disebut benar bila berhubungan dengan
fakta. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara
putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta yang benar, realitas, tetap
berhubungan putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain ditegakkan atas
hubungan antara putusan yang baru dengan putusan yang telah diketahui dan
diakui kebenarannya terlebih dahulu.
Menurut Bachenski, kebenaran ini sebagai kebenaran onlologok yang
dimaksudkan adalah pemikiran atau suatu ide yang didalamnya terkandung
sebuah pengetahuan atau pengalaman menentukan kebenaran. Menurut teori
ini putusan satu dengan yang lainnya saling memiliki hubungan dan saling
menjelaskan antara lainnya. Thruth is a systematic coherence yang memiliki
artian kebenaran adalah saling berhubungan yang sistematis. Truth is
consistency yang memiliki arti kebenaran adalah konsistensi dan kesamaan
diantaranya
Plato dan juga Aristoteles mengembangkan teori koherensi ini berdasarkan
pemikiran euclid saat menyusun ilmu ukurannya. Koherensi ini berkembang
pada abad ke 19 di bawah pengaruh Hegel dan diikuti oleh mazhab idealisme.
Konsistensi pada teori ini yang pertama adalah kebenaran menurut teori ini
kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pertanyaan lainnya. Yang kedua
teori dapat dinamakan teori penyaksian tentang kebenaran.

2.Kebenaran Korespondensi
Disebut dengan accordance theory of truth. Kebenaran itu apabila ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud atau keadaan benar sesuai antara arti
yang dimaksud.
Menurut Jujun S. Suriassumantri mengatakan kebenaran itu apabila suatu
pernyataan adalah benar jika materi kebenaran yang dikandung itu bersifat
atau memiliki hubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Amsal Bakhtiar mengatakan suatu pengertian adalah benar apabila terdapat
suatu fakta yang sama atau selaras. Kebenaran adalah yang bersesuaian
dengan fakta, yang sesuai dengan kenyataan, yang akurat.
Teori ini umumnya dianut para pengikut realisme, di antara pelopor ini adalah
Plato, Aristoteles, Moore, Russet, Ramsey dan Tarskisa. Teori ini dikembangkan
oleh Bertrand Russell mengenai teori korespondensi tentang kebenaran dapat
disimpulkan korespondensi dapat disimpulkan sebagai berikut:
Ada dua bagian, yang pertama pernyataan dan kedua kenyataan. Menurut
teori ini kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu
dengan kenyataan sesuatu itu sendiri. Pernyataan ini disebut benar karena
kenyataan Jakarta memang ibu kota republik Indonesia sekarang.
Kebenarannya terletak pada hubungan antara pernyataan dengan kenyataan.
Kaum realis menekankan pada teori korespondensi untuk meneliti kebenaran-
kebenaran. Mereka membedakan objek pemikiran dengan tindakan pemikiran.
Menurut Bertrand Russel bahwa “Kebenaran adalah kesesuaian antara arti
yang dikandung oleh perkataan yang diucapkan dengan arti yang terkandung di
dalam perkataan yang ditentukan. Teori ini bersifat rasional, maka teori
korespondensi bersifat empiris-aposterioris, bila teori koherensi menekankan
pada hubungan di antara ide-ide secara tepat, logis, dan sistematis. Teori ini
menekankan pada ide tersendiri merupakan fakta atau bukan.

3.Kebenaran Pragmatis
Teori ini diperkenalkan oleh Charles S.Pierce di dalam tulisan yang berjudul
how to make our ideas yang pertama kalinya diakui oleh William James dan
John Dewey. James menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada
konsekuensi pada hasil tindakan yang dilakukan oleh teori pragmatis.
Menurut William James pragmatis berasal dari kata Yunani “pragma” yang
berarti tindakan atau action. Pandangannya suatu posisi yang bernilai benar
apabila mempunyai konsekuensi yang dapat digunakan atau dimanfaatkan.
Di dalam pandangan William, kebenaran mengacu kepada sebuah proses yang
sedang berlangsung. The truth is in the making sehingga dapat kebenaran
ilmiah tidak ada istilah yang pasti benar. Sebagai pendukung paham
pragmatisme John Dewey yang mengatakan bahwa manusia adalah pengaruh
timbal balik antara organisme. Bagi John Dewey pemisahan antara teori dan
praktik harus ditiadakan.
Teori pragmatis mengatakan bahwa kebenaran itu adalah relatif. Mereka
membedakan antara truth dan right di dalam memaknakan akan kebenaran.
Truth adalah kebenaran yang ada di dalam cara berfikir dan right adalah
kebenaran yang dijadikan hasil dalam cara bertindak. Pernyataan dianggap
benar selama fungsional dan mempunyai kegunaan baru, maka pertanyaan itu
ditinggalkan. Kebenaran dianggap bersifat sementara.
Hasil yang memuaskan antara lain dikemukakan oleh penganutnya:
 Sesuatu itu benar apabila memuaskan keinginan dan tujuan manusia
 Sesuatu itu benar apabila dapat diuji kebenarannya dengan eksperimen
 Sesuatu itu benar apabila ia mendorong atau membantu perjuangan
biologis untuk tetap ada.
Jadi bagi penganut progmatis, batu ujian kebenaran ialah kegunaan dapat
dikerjakan akibatnya atau pengaruhnya yang memuaskan. Menurut
pendekatan ini intinya tidak ada apa yang disebut kebenaran yang tetap atau
kebenaran yang mutlak.
Kattsoff menguraikan tentang pragmatis ini adalah penganut pragmatisme
mengatakan meletakkan ukuran ini adalah penganut pragmatisme mengatakan
meletakkan ukuran kebenaran di dalam salah satu macam konsekuensi. Jadi
mengukur kebenaran bukan dilihat karena bis berhenti di posisi kiri. Namun
bisa turun dengan selamat karena berhenti di posisi kiri.

4.Kebenaran performatif
Teori performatif, teori ini mengatakan bahwa kebenaran di putuskan atau
dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Dalam fase hidupnya manusia,
Manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif. Kebenaran
performatif dapat membawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan
beragam yang tertib, adat yang stabil dan lainnya.
Manusia yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berfikir kritis
dan rasional. Mereka tidak merasa melanggar kepada keputusan pemimpin
adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.
Teori kebenaran arti teori kebenaran yang berlebihan.
a.Teori kebenaran berdasarkan arti
Teori kebenaran senantik dianut oleh paham filsafat analitika bahasa yang
dikembangkan pasca filsafat Bertrand Russell sebagai tokoh pemula dari
filsafat analitika bahasa. Pengetahuan tersebut dinyatakan benar bila ada
referensi yang jelas. Jika tidak mempunyai referensi yang jelas maka
pengetahuan tersebut dinyatakan salah.
b.Teori kebenaran sintaksis
Para penganut teori kebenaran sintaksis, berpangkat pada keteraturan
sintaksis ataupun gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata
bahasa yang melekatnya. Apabila propoisi itu tidak mengikuti syarat atau
keluar dari hal yang disyaratkan maka propoisi tidak mempunyai arti. Teori ini
berkembang di antara filsuf analisis bahasa, terutama yang ketat pemakaian
gramatika. Jika kalimat tidak ada subjek maka kalimat tersebut dinyatakan
tidak baku atau bukan kalimat. Seperti semua korupsi ini bukan kalimat
standar karena tidak ada subjeknya.
c.Teori kebenaran non deskripsi
Dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya
suatu statement akan mempunyai nilai yang amat bergantung kepada peran
dan fungsi dari pernyataan itu.
d.Teori kebenaran logika yang berlebihan
Dikembangkan oleh kaum positivistik yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya
menurut teori ini memiliki problematika kebanaran yang hanya merupakan
kekacauan bahasa saja dan ini mengakibatkan suatu pemborosan dikarenakan
pada dasarnya hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang
sama yang masing-masing saling melingkupinya. Suatu lingkungan adalah bulat
ini telah memberikan petunjuk di dalam pernyataan itu sendiri yang tidak perlu
diterangkan kembali.

Kesimpulan
 Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang sesuai dengan fakta dan
juga mengandung isi pengetahuan.
 Beberapa teori pokok yang lazim dijadikan penentu kriteria kebenaran
ini, yaitu: teori koherensi, teori korespondensi dan juga teori pragmatis,
tetapi ada juga teori performatif.
1.Kebenaran Koherensi
Koherensi adalah saling berhubungan, dengan demikian suatu itu dianggap
benar apabila sebuah pertanyaan disebut benar bila berhubungan dengan
fakta.
2.Kebenaran Korespondensi
Kebenaran itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud atau keadaan
benar sesuai antara arti yang dimaksud.
3.Kebenaran Pragmatis
Teori pragmatis mengatakan bahwa kebenaran itu adalah relatif.
4.Kebenaran performatif
Teori performatif, teori ini mengatakan bahwa kebenaran di putuskan atau
dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu.

Daftar pustaka
Surajiyo.Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di indonesia.(Jakarta: PT Bumi
Aksara. 2007).
Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu.Jakarta: (PT Rajagrafindo Persada. 2012).
Jalaluddin. Filsafat Ilmu pengetahuan.(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.2013).
Ahmad Jamindan Norman Ohiro. Filsafat Ilmu. (Bandung: Alfabeta. 2016).
Mukhtar Latif.Orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu. (Jakarta: Prenada
media group. 2004).

Anda mungkin juga menyukai