KEBENARAN ILMIAH
1. Aris Sutiawan
2. Erna Kusumah Ningrum
3. Masnah
FAKULTAS TARBIYAH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu, untuk lebih lanjut mengenai hal-hal kebenaran, makalah ini
membahas tentang “Kebenaran Ilmiah” Supaya kita bisa membedakan antara yang
kita anggap benar dan yang kita anggap tidak benar .
B. Rumusan Masalah
a. Apa arti kebenaran?
b. Menjelaskan tentang teori-teori kebenaran?
c. Menjelaskan sifat kebenaran ilmiah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui arti kebenaran.
2. Mengetahui tentang teori-teori kebenaran.
3. Mengetahui sifat kebenaran ilmiah.
4.
1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perasada, (2011), hlm 111.
i
BAB II
PEMBAHASAN
2
Keraf, Sonny dan Mikael Dua. Filsafat Ilmu : Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis,
Yogyakarta, Kanisius, 2011
1
budaya suatu kelompok masyarakat atau komunitas profesi tertentu. Kebenaran ini
ada yang mutlak (memenuhi standar etika universal) dan ada pula yang relatif.
Kebenaran ketiga (T3) adalah suatu kebenaran logika. Sesuatu dianggap
benar apabila secara logik atau matematis konsisten dan koheren dengan apa yang
telah diakui sebagai benar, (dalam pengertian T3) atau sesuai dengan apa yang benar
menurut kepercayaan metafisik (T1). Aksioma metafisik yang menyatakan bahwa
sudut-sudut segitiga sama sisi masing-masing 60 derajat, atau 1+1= 2, adalah contoh
kebenaran logika. Peran rasio atau logika sangat dominan dalam T3. Meskipun
demikian, sebagaimana pada bagian kebenaran T2, kebenarab ini tidak terlepas dari
konsensus orang-orang yang terlibat di dalamnya. Bahkan 1 + 1 = 2 pun pada
dasarnya adalah hasil konsensus, mengapa tidak 1 + 1 = 3? Tapi karena konsessus itu
logis maka diterima secara bersama.
Kebenaran keempat (T4) adalah kebenaran empirik yang lazimnya dipercayai
melandasi pekerjaan ilmuan dalam melakukan penelitian. Sesuai (kepercayaan
asumsi, dalil, hipotesis, proposisi ) dianggap benar apabila konsisten dengan
kenyataan alam, dalam arti dapat diverifikasi, dijastifikasi atau kritik. Dalam konteks
ini, teori korespondensi anatara teori dengan fakta antara pengetahuan a prioriti
dengan pengetahuan a posteriori (demikian Immanuel Kant menyebutnya), menjadi
persoalan utama.
Di antara ke emapat kenis kebenaran menurut Ford di atas, maka dalam kajian
filsafat ilmu kajian yang difokuskan adalah terhadap kebenaran empirik (T4) yang di
sebut juga kebenaran ilmiah, tentu saja dengan tidak mengesampingkan kebenaran
pertama, kedua, dan ketiga. Kebenaran ilmiah yang melibatkan subjek (manusia,
knower, observer) dengan objek (fakta, realitas, dan known).3
3
ibid,...
2
B. Teori-teori Kebenaran Ilmiah
Secara tradisional teori-teori tentang kebenaran4, yaitu:
1. Teori kebenaran saling berhubungan
Menurut Kattoff (1986) dalam bukunya Elements of philosophy teori koherensi
dijelaskan “...suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam
keadaan saling berhubungan dengan proposisi lain yang benar, atau jika makna
yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman
kita”.
Dapat diungkapkan bahwa suatu proposisi apabila berhubungan dengan ide-ide
dari proposisi yang telah ada atau benar, atau juga apabila proposisi itu
berhubungan dengan proposisi terdahulu yang benar.
2. Teori kebenaran saling berkesesuaian
Teori kebenaran ini menyatakan bahwa segala sesuatu yang kita ketahui dapat
dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek.5
Teori ini berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai benar apabila
saling berkesusaian dengan dunia kenyataan.
3. Teori kebenaran inherensi
Teori ini disebut juga teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu proposisi
bernilai benar apabila mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau
bermanfaat.
4. Teori kebenaran berdasarkan arti
Proposisi itu ditinjau dari segi arti atau maknanya. Apabila proposisi yang
merupakan pangkal tumpunya mempunyai refean yang jelas. Oleh sebab itu,
teori ini mempunyai tugas untuk menggunakan kesahan dari proposisi dalam
referensinya.
5. Teori kebenaran sintaksis
Suatu pernyataan memiliki nilai benar apabila pernyataan yang mengikuti aturan
sintaksis yang baku. Atau dengan kata lain apabila proposisi itu tidak mengikuti
syarat atau keluar dari hal yang disyaratkan maka proposisi itu tidak mempunyai
arti. Teori ini berkembang di antara para Filsuf analisis bahasa.
6. Teori kebenaran nondeskripsi
4
Surajiyo, Ilmu Filsafat : Suatu pengantar, Jakarta : PT. Bumi aksara, 2005, hlm. 58.
5
Abbas Hamammi, 1996, hlm. 116.
3
Suatu pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung peran dan
fungsi dari pada pernyataan itu.
7. Teori kebenaran logis yang berlebihan
Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini, bahwa problema kebenaran hanya
merupakan kekacauan bahasa saja dan berakibat suatu pemborosan, karna pada
dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki drajat logis yang
sama yang masing-masing saling melingkupinya.
6
https://www.academia.edu/8778228/Filsafat_Ilmu
4
C. Sumber-Sumber Pengetahuan
1. Rasionalisme
2. Empirisme
3. Kritisisme
7
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, 102
8
Donny Gahrial Adian, Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan, (Bandung: Teraju. 2002, Cet. I),
hlm. 43
9
Ibid, hlm. 95.
10
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, hlm. 98.
11
Akhyar Yusuf, Filsafat Ilmu, hlm. 112.
5
Ketika terjadi pertarungan filsafat antara aliran rasionalisme dan empirisme
mengenai dasar pengetahuan manusia. Immanuel Kant seorang filosof Jerman
kemudian mencoba melakukan upaya menyelesaikan perbedaan tajam antara kedua
aliran tersebut. 12
12
Noeng Muhajir, Filsafat Ilmu.., hlm. 109.
13
Idzam Fautanu, Filsafat Ilmu…, hlm. 247.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
7
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perasada, 2011.
Keraf, Sonny dan Mikael Dua. Filsafat Ilmu : Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan
Filosofis, Yogyakarta. Kanisius. 2011.
Surajiyo, Ilmu Filsafat : Suatu pengantar, Jakarta : PT. Bumi aksara, 2005.