Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak
pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran
yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun
setiap jawaban-jawaban tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia harus
mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini
bukanlah kebenaran yang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu
kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.
Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini, tidaklah
menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru sebaliknya, semakin
menggiatkan manusia untuk terus mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan
teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk menguji sesuatu teori baru atau
menggugurkan teori sebelumnya. Sehingga manusia sekarang lebih giat lagi
melakukan penelitian-penelitian yang bersifat ilmiah untuk mencari solusi dari setiap
permasalahan yang dihadapinya.
Untuk itulah setiap manusia harus dapat berfikir filosofis dalam menghadapi
segala realitas kehidupan ini yang menjadikan filsafat harus dipelajari. Maka dari itu,perlu
diketahui juga tentang Validitas kebenaran ilmu pengetahuan, yang akan sedikit kami jabarkan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Kebenaran berasal dari kata “benar” yang mendapat awalan dan imbuhan (ke-an),
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa benar berarti; 1. Sesuai
sebagaimana adanya (sebenarnya), betul, tidak salah apa yang dikatakan itu, 2. Tidak
berat sebelah (adil), 3. Dapat dipercaya (cocok dengan keadaan sesungguhnya). Sehingga
makna kebenaan adalah keadaan yang cocok dengan keadaan sesungguhnya.1
Kata kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata yang konkret maupun abstrak.
Kebenaran merupakan suatu proposisi yang benar, proposisi maksudnya adalah makna
yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement. Apabila subjek mengatakan
bahwa kebenaran itu merupakan proposisi yang diuji tersebut pasti memiliki kualitas,
sifat hubungan, dan nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat terlepas
begitu saja dari kualitas, sifat hubungan dan nilai itu sendiri.2
1. Korespondensi
Teori ini dikenal sebagai salah satu teori yang tertua (tradisional). Menurut teori
ini, kebenaran itu bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu
perntaaan/pendapat, dengan objek yang dituju oleh pernyataan/pendapat tersebut.3
2. Koherensi/Konsistensi
Teori ini dikenal sebagai salah satu teori yang tertua (tradisional) juga. Menurut
teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang
lain, melainkan dengan putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain, kebenaran
1
Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hlm. 114
2
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta, 2007, hlm. 135
3
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar Populer), Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000, hlm. 57
4
Dr. Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik hingga Kontemporer, Jakarta, Rajawali Pers, 2015, hlm 52
ditegakan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan putusan-putusan lain
yang telah kita ketahui dan akui terlebiah dahulu.5
Contoh, bila kita menganggap bahwa ‘semua manusia akan mati’ merupakan
pernyataan yang benar, maka peenyataan bahwa ‘si fulan adalah seorang manusia,
dan dia akan mati’ adalah pernyataan yang benar pula, karena pernyataan kedua
konsisten dengan pernyataan yang pertama.
3. Pragmatis
C. Jenis-Jenis Kebenaran
Dalam bukunya Drs. H. Fathul Mufid, M.Si yang berjudul “Filsafat Ilmu Islam”
menjelaskan bahwa kebenaran terbagi menjadi dua, yaitu kebenaran ilmia dan kebenaran
non ilmiah;
1. Kebenaran Ilmiah
5
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar Populer), Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000, hlm. 56
6
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Rajawali Pers, Jakarta, 2016, hlm. 119
7
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Rajawali Pers, Jakarta, 2016, hlm. 120
Kebenaran ilmu pengentahuan disebut kebenaran ilmiah, karene
ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang telah disusun
secara sistematis dan metodis serta telah memnuhi syarat-syarat
pengetahuan ilmiah, di antaranya;
8
Noeng Muhajdir, Filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komparatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1998, hlm. 16
untuk meyakinkannya perku mencari titik temu antara agama
dan ilmu, misalnya, “Apakah Muhammad itu seorang Nabi?”.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Hakekat Kebenaran
Kebenaran adalah keadaan yang cocok dengan keadaan sesungguhnya. Kebenaran
merupakan suatu proposisi yang benar, apabila subjek mengatakan bahwa kebenaran itu
merupakan proposisi yang diuji tersebut pasti memiliki kualitas, sifat hubungan, dan
nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat terlepas begitu saja dari
kualitas, sifat hubungan dan nilai itu sendiri.
2. Teori-Teori Validitas Ilmu Pengetahuan
a. Teori Korespondensi
b. Teori Koherensi/Konsistensi
c. Teori Pragmatis
3. Jenis-Jenis Kebenaran Ilmu Pengetahuan
a. Kebenaran Ilmiah
Rasional
Empiris
Sistematis
Objektif
Analitis
Verifikatif
b. Kebenaran Non-Ilmiah
Proposisi
Performatif
Sintaksis
Logika
DAFTAR PUSTAKA
Purwadarminta. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2007. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:Liberty.
Suriasumantri, Jujun S. 2000. Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar Populer). Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Lubis, Akhyar Yusuf. Filsafat Ilmu Klasik hingga Kontemporer. 2015. Jakarta,:Rajawali Pers.
Bakhtiar, Amsal. 2016. Filsafat Ilmu. Jakarta,:Rajawali Pers.
Muhadjir, Noeng. 1998. Filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komparatif. Yogyakarta:
Rake Sarasin.