Anda di halaman 1dari 15

KESALAHAN PENALARAN

Oleh : 1. Cindy Alya Sari


2. Dinda Syabillah
3. Hardiyanti
4. Nadiati Amarta
5. Rahma Amsar Napenty
Dosen Pengampu: - Somakim, DR.M.PD.
- Zuli Nuraeni, S.PD,M.PD

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kesalahan Penalaran ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  pada
mata kuliah Logika dan Himpunan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Kesalahan Penalaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu, selaku dosen mata kuliah Logika
dan Himpunan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Palembang, 29 September 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................3

C. Tujuan..................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendahuluan........................................................................................................................4

B. Kesalahan Penalaran............................................................................................................5

C. Kesalahan Formal................................................................................................................6

D. Kesalahan Relevansi............................................................................................................7

E. Kesalahan Bahasa..............................................................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................13

B. Saran..................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penalaran atau penarikan kesimpulan dalam logika merupakan proses
penting. Namun, yang lebih penting sebelum melakukan penarikan kesimpulan adalah
apakah proposisi yang akan ditarik kesimpulannya merupakan proposisi yang sudah
benar? Kebenaran ini tidak semata benar dalam logika, melainkan juga benar dalam
arti sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
Jika proposisi tersebut mengandung kekeliruan, maka dapat dipastikan
kesimpulan yang ditarik dari proposisi yang salah tersebut adalah kesimpulan yang
salah pula. Ini adalah salah satu penyebab terjadinya kesalahan penalaran. Jadi,
meskipun penalaran yang kita lakukan sudah sesuai dengan kaidah atau hukum-
hukum penalaran yang berlaku, namun belum tentu kesimpulan tersebut adalah
kesimpulan yang benar.
Dengan menggunakan logika, kita dapat menyusun sebuah pernyataan atau
konklusi yang benar meskipun data yang menjadi dasar konklusi terbatas jumlahnya.
Semakin banyak data dan data itu mendekati kebenaran sesuai dengan kenyataan,
maka konklusi juga semakin mendekati kebenaran. Demikianlah prinsip logika yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat menghindarkan diri
dari kesalahan penarikan kesimpulan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kesalahan penalaran?
2. Apa alasan terjadinya kesalahan penalaran?
3. Apa saja bentuk- bentuk kesalahan penalaran?

C. Tujuan
1. Kita dapat mengetahui definisi dari kesalahan penalaran
2. Kita dapat mengetahui alasan terjadinya kesalahan penalaran
3. Kita dapat mengetahui apa saja bentuk- bentuk kesalahan penalaran

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendahuluan

Proses penalaran atau penarikan kesimpulan dalam logika merupakan proses penting. Namun,
yang lebih penting sebelum melakukan penarikan kesimpulan adalah apakah proposisi yang akan
ditarik kesimpulannya merupakan proposisi yang sudah benar? Kebenaran ini tidak semata benar
dalam logika, melainkan juga benar dalam arti sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Jika proposisi
tersebut mengandung kekeliruan, maka dapat dipastikan kesimpulan yang ditarik dari proposisi yang
salah tersebut adalah kesimpulan yang salah pula. Ini adalah salah satu penyebab terjadinya kesalahan
penalaran. Jadi, meskipun penalaran yang kita lakukan sudah sesuai dengan kaidah atau hukum-
hukum penalaran yang berlaku, namun belum tentu kesimpulan tersebut adalah kesimpulan yang
benar.

Contoh :

Orang yang bergelar sarjana pasti cerdas. Petruk bergelar sarjana dari sebuah universitas. Jadi, Petruk
pasti cerdas.

Pernyataan tersebut secara logika adalah benar karena diambil dari proposisi sebelumnya.
Namun dalam kenyataannya, belum tentu petruk adalah orang yang cerdas meskipun ia adalah
seorang sarjana dari sebuah universitas.

Contoh lain :

Data kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama tahun 2016 menunjukkan :

1. Delapan puluh persen jenis kendaraan yang mengalami kecelakaan adalah sepeda motor
2. Pengendara yang mengalami kecelakaan 84% adalah laki-laki
3. Merk kendaraan yang mengalami kecelakaan 76% adalah kendaraan merk TOZ

Berdasarkan data tersebut kemudian kita membuat pernyataan :

1. Jangan naik kendaraan bermotor karena resiko kecelakaan lebih besar, lebih baik kita naik
mobil
2. Jika bepergian menggunakan sepeda motor, laki-laki sebaiknya menjadi pembonceng saja
agar jumlah kecelakaan dapat dikurangi
3. Jangan beli kendaraan merk TOZ, nanti mudah celaka

Nah, pernyataan-pernyataan di atas adalah benar secara logika. Karena diambil dari proposisi
sebelumnya. Namun pada kenyataan yang terjadi, pernyataan-pernyataan tersebut belum tentu benar.

4
Dengan menggunakan logika, kita dapat menyusun sebuah pernyataan atau konklusi yang
benar meskipun data yang menjadi dasar konklusi terbatas jumlahnya. Semakin banyak data dan data
itu mendekati kebenaran sesuai dengan kenyataan, maka konklusi juga semakin mendekati kebenaran.
Demikianlah prinsip logika yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat
menghindarkan diri dari kesalahan penarikan kesimpulan.

B. Kesalahan Penalaran

Kesalahan penarikan kesimpulan dalam logika juga disebut sesat pikir atau logical fallacy.
“fallacy” berasal dari kata “fallacia” atau “fallacy” dalam bahasa yunani dan latin berarti “sesat
pikir”. Kesalahan didefinisikan secara akademis sebagai keracuan pikir yang diakibatkan
ketidakdisiplinan pelaku penalaran dalam menyusun data dan konsep, secara sengaja maupun tidak
sengaja.

Dalam logika, kesesatan dimaknai sebagai kekeliruan berpikir yang menyebabkan argumen
yang dikembangkan menjadi tidak benar. (budiman, 2007)

Contoh:

Argumen atau penyataan dianggap benar jika

(1). Proposisi yang menjadi argumen adalah proposisi yang benar

(2). Cara menarik konklusinya juga benar.

Ada beberapa alasan mengapa kita perlu memahami bentuk-bentuk kesalahanpenalaran. Alasan-
alasan tersebut di antaranya sebagai berikut.

1. Dengan memahami bentuk penalaran yang salah, kita akan beragumentasi dengan lebih baik
dan tajam, kritis, dan sesuai dengan logika.
2. Karena kita dapat berpikir secara logis, maka kita tidak mudah terkecoh dengan argumentasi
yang belum tentu benar.
3. Kemampuan berpikir kritis memudahkan kita membuka fakta dibalik argumentasi dibalik
lawan bicara yang sering kali memiliki motif tersembunyi yang secara sekilas tampak benar.

Kesesatan di dalam logika induktif dapat dikemukakan seperti prasangka pribadi, pengamatan
yang tidak lengkap atau kurang teliti, kesalahan klasifikasi atau penggolongan karena penggolongan
tidak lengkap atau tumpang tindih maupun masih campur aduk. Kesesatan juga bisa terjadi pada
hipotesis karena suatu hipotesis bersifat meragukan yang bertentangan dengan fakta. Kemudian yang
berkaitan dengan sebab adalah anteseden atau faktor penyebab yang tidak cukup, dan analisi yang
perbedaannya tidak cukup meyakinkan.

5
Tidak cukupnya perbedaan itu menjadikannya suatu kecendrungan homogen, masih pula
terdapat kebersamaan yang sifatnya kebetulan. Kesalahan juga dapat terjadi karena generalisasi yang
tergesa-gesa, atau analogi yang keliru. Kesalahan juga terjadi karena suatu argumen ternyata memuat
premis-premisnya tidak berhubungan dengan kesimpulan yang akan dicari.

Sebuah argumen yang premis-premisnya tidak berhubungan dengan kesimpulannya


merupakan argumen yang “salah” sekalipun semua premisnya mungkin benar (Surajiyo,2006;
Poedjawijatna, 1994; Sumaryono, 1999).

C. Kesalahan Formal
Kesalahan formal adalah jenis kesalahan berpikir yang disebabkan pelanggaran
kaidah - kaidah yang berlaku dalam logika.Kaidah yang dilanggar berkaitan dengan term dan
proposisi dalam suatu argumentasi.
Beberapa kesalahan penalaran yang masuk dalam kategori kesalahan formal seperti
yang dijelaskan berikut ini :
1. Kesalahan penggunaan empat term.Kesalah yang disebabkan dalam sebuah silogisme
dijumpai empat term,padahal dalam kaidah logika sebuah silogisme hanya mengandung tiga
term(S,P,dan M). Kesalahan ini terjadi karena penengah (M) diartikan dalam bentuk ganda.
Contoh :
Premis mayor : Orang yang religius (A) adalah orang yang taat beribadah (B)
Premis minor : Orang yang rajin bersedekah (C) adalah orang yang dekat dengan Tuhan (D)
Konklusi : Orang yang rajin bersedekah (C) adalah orang religius (A)
2. Kesalahan karena kedua term penengah tidak mencakup ,yaitu kesalahan penalaran yang
disebabkan tidak satu pun dari kedua term penengah berdistribusi.Dalam kesalahan
ini,silogisme diwujudkan dalam pola berikut :
Semua A adalah B
Semua C adalah B
Jadi, A adalah C
3. Kesalahan karena proses tidak benar,yaitu kesalahan penalaran yang disebabkan term
premis tidak mencakup, tetapi dalam konklusi mencakup.Ketika term utama didustribusikan
dalam konklusi,namun tidak didistribusikan dalam premis utama,sehingga polanya adalah
Semua A adalah B
Tidak ada C adalah A
Oleh karena itu,tidak ada C adalah B
Kesalahan ini disebut kesalahan mayor.Ada pula jenis kesalahan minor adalah kesalahan yang
terjadi ketika term minor didistribusikan dalam kesimpulan,namun tidak didistribusikan
dalam premis minor.Polanya adalah
Semua A adalah B

6
Semua B adalah C
Oleh karena itu, semua C adalah A
4. Kesalahan karena dua premis negatif yaitu kesalahan penalaran yang disebabkan
mengambil konklusi dari dua premis negatif.Pada prinsipnya,konklusi tidak dapat ditarik hasil
dari dua premis negatif
5. Kesalahan karena mengakui akibat yaitu kesalahan penalaran yang dapat dijumpai dalam
silogisme hipotesis karena membenarkan akibat,kemudian membenarkan pula sebabnya.
6. Kesalahan karena menolak sebab ini juga dapat dijumpai dalam silogisme hipotesis karena
mengingkari sebab,kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana.
7. Kesalahan karena bentuk disjungtif ini dapat terjadi dalam silogisme disjungtif karena
mengingkari alternatif pertama,kemudian membenarkan alternatif yang lain.Menurut kaidah
logika,pengingkaran alternatif pertama dapat menyebabkan alternatif yang lain terlaksana
atau tidak terlaksana(konklusi tidak dapat ditentukan)
8. Kesalahan karena terjadi inkonsistensi ini terjadi karena pernyataan yang satu dengan
pernyataan yang diakui sebelumnya dinyatakan secara tidak runtut.Kesalahan ini disebabkan
ada pertentangan antara satu pernyataan dengan pernyataan yang diakui sebelumnya.

D. Kesalahan Relevansi

Kesalahan ini disebut juga kesalahan materil, yaitu kesalahan penalaran yang
disebabkan pernyataan melanggar asas-asas umum logika. Kesalahan ini terjadi karena
argumentasi yang diberikan tidak tertuju pada persoalan yang sesungguhnya. Dasar
argumentasi justru mengarah kepada kondisi pribadi dan karakteristik personal
seseorang(lawan bicara).

Ada banyak bentuk kesalahan penalaran pada kategori ini (Budiman, 2007;Copi &
Cohen, 1990; Hayon,2001;Rapar,1996;Soekadijo,2014).

1. Penalaran kontradiktif (inconsistency), yaitu sebuah kesalahan penalaran yang terjadi


ketika premis-premis yang menjadi titik tolak penarikan konklusi mengandung
kontradiksi, sehingga premis-premis tersebut menjadi tidak konsisten.
2. Penalaranberulang-ulang (begging the question, petitio principii),yaitu kesalahan yang
diakibatkan penalaran yang berputar-putar, sehingga penalaran tersebut sebenarnya
tidak membuktikan apa-ap. Penalaran ini dianggap sebagai sebuah kesalahan karena
apa yang sebenarnya ingin dibuktikan (menjadi konklusi) ternyata digunakan sebagi
titik tolak berpikir.

7
3. Penalaran kompleks dan berbelit-belit (complex question), yaitu kesalahan yang
disebabkan pertanyaan yang berbelit-belit. Kesalahan jenis ini biasanya berbentuk
sebuah pertanyaan. Kesalahan ini dapat juga muncul ketika seseorang mengajukan
pertanyaan yang “menjebak” karena jawaban apa pun akan menimbulkan pengertian
tunggal. Sering kali si penanya sebenarnya tidak sedang benar-benar bertanya,
melainkan hanya berupaya mengungkapkan sesuatu.
4. Penalaran tanpa memahami persoalan (argument from ignorance, argument ad
ignorantiam), yaitu kesalahan karena mendasarkan pada ketidaktahuan. Penalaran ini
di anggap salah karena ketidaktahuan kita akan kebenaran sesuatu ( yaitu kegagalan
kita membuktikan kebenaran sesuatu) tidak berarti bahwa yang ingin kita buktikan itu
salah. Kesalahan atau kebenaran suatu premis atau kesimpulan sama-sama tidak dapat
dibuktikan atau kekeliruan yang terjadi karena menganggap sesuatu benar karena
belum dibuktikan salah, atau sebaliknya, sesuatu salah karena belum ada bukti benar.
5. Penalaran tidak relevan atau penalaran melompat (irrelevant conclusion, ignoratio
elenchi), yaitu kesalahan yang dapat terjadi karena ketiadaan hubungan logis antara
premis dan konklusi. Dengan demikian, ada lompatan penalaran dari premis ke
kesimpulan tanpa landasan yang di perlukan. Ini adalah kesalahan palimg umum dari
berbagai ketidakrelevanan.
6. Penalaran karikatural (the straw man), yaitu penalaran yang melebih-lebihkan,
menyalahartikan atau bahkan memalsukan argumen seseorang, demi membuat
argumen penyerangnya terdengar lebih masuk akal. Kesalahan penalaran ini juga
dapar terjadi ketika lawan bicara kita tidak memahami dengan baik maksud
pernyataan yang kita nyatakan. Kesalahan logila straw man ini sering kali juga terjadi
ketika seseorang mengutip kata-kata orang lain yang belum tentu benar-benar
mengatakannya.
7. Menarik konsekuensi berlebihan.Penalaran ini mengasumsikan bahwa jika sebuah
situasi terjadi,maka situasi yang lain akan juga terjadi sebagai imbas terjadinya situasi
pertama.Akan tetapi “kekhawatiran” tersebut tanpa didukung bukti atau penalaran
yang masuk akal.Berbentuk kritik terhadap suatu pendapat yang dianggap berbahaya
atau salah karena dapat mengarah pada keadaan yang lebih buruk lagi.Slippery slope
sebenarnya merupakan sebuah sistem argumentasi yang dimulai dari sebuah argumen
kecil.Kemudian argumen terus bergulir melalui sebuah lereng.Pola ini sering
digunakan untuk menjelaskan sebuah proses yang akhirnya mengakibatkan sebuah
efek yang signifikan.

8
8. Kesalahan karena menyerang pribadi orang.Penalaran ini merupakan penalaran yang
diarahkan untuk menyerang manusianya secara langsung.Penggunaan penalaran ini
berpotensi melahirkan pelecehan terhadap individu yang menyatakan sebuah
pernyataan.Kesalahan penalaran ini disebabkan ukuran logika dihubungkan dengan
kondisi pribadi dan karakteristik individual yang kemungkinan tidak berhubungan
dengan pernyataannya.
9. Penalaran yang bersandar pada otoritas.Penalaran ini menyakini bahwa sebuah
argumen dinyatakan oleh seseorang yang memiliki otoritas,maka argumen merupakan
kebenaran yang valid,tanpa perlu penyelidikan lebih lanjut.Otoritas disini dimaknai
sebagai kapasitas seseorang karena latar belakangnya.Kesalahan ini muncul ketika
argumen diajukan ke pihak yang tidak memiliki klaim sah atas otoritas mengenai
masalah yang ada.
10. Penalaran yang didasarkan pada daya tarik emosional.Penalaran ini menggunakan
emosi dengan dasar argumentasi.Dalam penalaran ini kita menggunakan daya tarik
emosional untuk mengungkapkan sebuah argumen sehingga argumen kita lebih
menarik perhatian pada perasaaan dan prasangka orang lain.
11. Penalaran berdasarkan rasa kasihan.Penalaran ini didasarkan pada rasa belas
kasihan,maksudnya adalah argumentasiini ditunjukkan untuk menimbulkan belas
kasihan sehingga pernyataan dapat diterima, dan biasanya berhubungan dengan usaha
agar suatu perbedaan dimaafkan.
12. Penalaran berdasarkan ancaman (ad baculum).

Baculum dalam bahasa latin yang artinya tongkat. Kita dapat menerjemahkan
argumentum ad baculum sebagai bergumentasi dengan tongkat. Penalaran ini adalah
merupakan sebuah kekeliruan dalam beragumentasi karena alih-alih menanggapi
pokok argumentasi, seseorang malah mempergunakan efek kekuasaan untuk
membenarkan argumentasinya, bahkan kalau perlu mengancam lawan argumentasi
dengan kekuatan kekuasaan. Karena rasa takut atau karena ancaman kekuasaan
seseorang atau publik terpaksa menerima sebuah kesimpulan. Model argumentasi ini
umumnya terjadi ketika seseorang secara sosial, politik, finansial berkuasa, tidak
mampu lagi mempertahankan argumentasinya secara meyakinkan secara
meyakinkan karena tidak rasional dan masuk akal.

Contoh:

9
 Seorang mahasiswa berkata: “ Mohon bapak ingat saat memberi nilai ujian
saya, bahwa saya adalah anak Pak Bawor, Rektor Universitas Negeri.”
 Pengendara motor berhenti pada saat lampu merah menyala bukan karena ia
menaati peraturan tetapi karena ada polisi yang mengawasi dan ia takut di
tilang.
13. Kesalahan aksidensi (fallacy of accident)

yaitu jenis kesalahan penalaran yang dilakukan seseorang karena memaksakan


aturan-aturan atau cara yang bersifat umum pada suatu keadaan atau situasi yang
bersifat aksidental. Ini adalah kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang
bukan keharusan yang ada pada suatu benda, dan seolah sifat itu tetap da selamanya.

Contoh:

 Mahasiswa yang terlambat masuk tidak diperbolehkan mengikuti kuliah.


Mahasiwa harus disiplin. Dengan demikian, rektor yang terlambat masuk
ruang rapat seharusnya juga tidak diperbolehkan mengikuti rapat.
 Mangga ini kita beli kemarin pagi. Mangga yang kita beli kemarin adalah
mangga muda yang asam. Situasi tersebut bisa jadi merupakan situasi yang
bersifat kebetulan, tidak seharusnya ada atau tidak mutlak.

14.Kesalahan karena menggunakan argumen yang berputar (fallacy of circular

argument)

Kesalahan ini terjadi karena menggunakan argumen, yaitu menarik kesimpulan dari
satu premis kemudian kesimpulan tersebut dijadikan sebagai premis atau premis
semula dijadikan kesimpulan dalam argumen berikutnya.

Contoh:

 Kemarin pagi saya pergi kekantor dengan terburu-buru. Karena saya


berangkat dengan terburu-buru, tanpa sengaja saya melanggar rambu lalu
lintas. Saya sunggu tidak sengaja melanggar rambu tersebut karena saya
terburu-buru ingin segera sampai di kantor.
 Kemiskinan di Indonesia disebabkan tingkat pendidikan penduduk relatif
rendah. Lalu, mengapa tingkat pendidikan penduduk Indonesia rendah?

10
Karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan
sehingga mereka tidak mampu mengenyam pendidikan.
 Buruh ingin hidup lebih sejahtera sehingga mereka menuntut kenaikan gaji.
Mereka menginginkan kenaikan gaji karena ingin kehidupan yang lebih
sejahtera.

15. Penalaran karena sebab yang salah( post hov ergo propter hoc, false cause).

Kesesatan yang dilakukan karena penarikan kesimpulan sebab-akibat dari kejadian


sebelumnya adalah penyebab sesungguhnya suatu kejadian berdasarkan dua
peristiwa yang terjadi secara berurutan. Penalaran jenis ini menganggap peristiwa
pertama adalah penyebab terjadinya peristiwa kedua karena kedua peristiwa tersebut
terjadi berurutan, meskipun bisa jadi keduanya bukan rangkaian sebab-akibat.

E. Kesalahan Bahasa

Ada beberapa bentuk kesalahan penalaran yang disebabkan penggunaan bahasa diantaranya
sebagai berikut.

1. Kesalahan penggunaan kata yang bersifat emosional, prasangka, dan kata yang tidak objektif.
Ini adalah bentuk kesalahan karena menggunakan kata-kata yang mengandung prasangka atau
emosi tertentu.
Contoh:
1).Pendapatnya nyeleneh jadi sukar dipahami masyarakat awam
2).Hasil pekerjaanmu sangat payah. Kamu harus mengulanginya malam nanti.
2. Penggunaan term metaforis (fallacy of metaphorization). Term metaforis adalah kata atau
sekelompok kata yang digunakan bukan dalam arti yang sebenarnya. Kesalahan ini juga
dikenal dengan istilah kesalahan penalaran karena analogi palsu.
Contoh:
1). Seorang ayah adalah nakhoda keluarga
2). Orang yang besar mulut biasanya tidak disenangi teman-temannya
3. Penggunaan ungkapan bermakna ganda (fallacy of equivocation). Kesalahan ini adalah
kesalahan berfikir karena menggunakan sebuah kata atau ungkapan yang memiliki makna
atau arti lebih dari satu.
Contoh:
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Pada masa penjajahan Jepang, kakek saya adalah
seorang pahlawan yang tidak pernah mendapatkan tanda jasa. Kalau begitu kakek saya adalah
seorang guru.

11
4. Penggunaan kalimat bermakna ganda (fallacy of amfiboli), yaitu kesalahan penalaran karena
menggunakan susunan kalimat argumentative yang dapat menimbulkan beragam penafsiran.
Contoh:
Seorang ibu sedang memberikan semangat kepada anaknyayang enggan mengikuti lomba
menulis cerita pendek. Sang ibu berkata: “ikut saja, nanti pasti kamu akan dapat pengalaman
pertama yang menyenangkan, percayalah”. Si anak pun meyakini kata-kata ibunya, dan ia
optimis akan memenangkan perlombaan tersebut. Ini adalah pengalaman yang menyenangkan
baginya. Tibalah waktu lomba. Di akhir perlombaan, ternyata anak tersebut dinyatakan kalah.
Si anak pun kecewa, menangis , lalu mengadu kepada ibunya. Sang ibu dengan tenang
berkata: “tenang saja, tidak usah berkecil hati. Meskipun kamu kalah, kamu akan tetap
mendapatkan pengalaman yang menyenangkan bukan? kamu sudah merasakan bagaimana
senangnya mengikuti lomba. Kalah atau menang bukan tujuan akhir, yang penting kamu bisa
belajar dari pengalaman pertamamu yang menyenangkan. Atas keberanianmu mengikuti
lomba,ibu akan tetap memberimu hadiah”.
5. Kesalahan karena komposisi (fallacy of compesition) atau keasalahn semua alih-alih, yaitu
kekeliruan berfikir karena menetapkan sifat yang ada pada satu bagian saja tapi digunakan
untuk menjelaskan sifat keseluruhannya.
Contoh:
1). Jika rector disebuah perguruan tinggi rajin dan disiplin, pasti semua dosen , mahasiswa,
dan
dan karyawan di perguruan tinggi tersebut juga akan rajin dan disiplin.
2). Bapaknya suka judi, pasti anaknya juga senang main judi.
6. Kesalahan pembagian (fallacy of division) atau beberapa alih-alih, yaitu kesalahan penalaran
yang disebabkan sebuah anggapan bahwa jika sebuah sifat dapat dijumpai pada
keeluruhannya, maka sifat tersebut pasti juga dimiliki setiap bagiannya. Ini adalah kebalikan
kesalahan komposisi (semua alih-alih).
Contoh:
1). Seluruh body mobil itu sudah berkarat, pasti onderdil dalamnya pasti berkarat
2). Tas itu sangat berat, pasti buku-buku didalamnya berat.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam materi yang kami diskusikan, terdapat beberapa kesimpulan, yaitu,
Argumen atau penyataan dianggap benar jika
(1). Proposisi yang menjadi argumen adalah proposisi yang benar
(2). Cara menarik konklusinya juga benar.
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu memahami bentuk-bentuk
kesalahanpenalaran. Alasan-alasan tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Dengan memahami bentuk penalaran yang salah, kita akan beragumentasi
dengan lebih baik dan tajam, kritis, dan sesuai dengan logika.
2. Karena kita dapat berpikir secara logis, maka kita tidak mudah terkecoh
dengan argumentasi yang belum tentu benar.
3. Kemampuan berpikir kritis memudahkan kita membuka fakta dibalik
argumentasi dibalik lawan bicara yang sering kali memiliki motif tersembunyi yang
secara sekilas tampak benar.

B. Saran
Diharapkan pembaca maupun penulis dapat memahami mata pelajaran logika
matematika dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Penulis dalam menulis makalah ini menyadari masih banyak kekurangan, oleh
karena itu pembaca diharapkan memberikan kritik dan saran jika menemukan
kesalahan dalam penulisan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Martono,Nanang, dan Dalhar Shodiq.2018.Dasar-dasar logika.Depok.PT.RAJAGRAFINDO


PERSADA.

14

Anda mungkin juga menyukai