KONSELING PRANIKAH
Disusun oleh :
Kelompok 2
2017
i
Kata Pengantar
Assalamualaikum WR.WB.
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah swt. Yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan, sehingga berkat rahmat dan hidayah-Nya saya telah dapat
menyelesaikan tugas ini. Selawat dan salam kita sampaikan kepangkuan nabi besar
Muhammad SAW. yang telah mengantarkan umatnya ke jalan iman dan islam yang
kita rasakan saat ini. Penyusunan makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah
pengantar manajemen pendidikan.
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk mengajari dan memfasilitasi kami. Saya juga
mengharapkan kritik dan saran yang konstuktif dari berbagai pihak demi
kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas saya ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri dan
bagi pembaca lainnya.
Wassalam.
penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3. Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Konseling Pranikah ............................................................................. 3
2.2. Tujuan Konseling Pranikah ................................................................................... 4
2.3. Asas-Asas Konseling Pranikah .............................................................................. 7
2.4. Aspek yang perlu diasesmen .................................................................................. 8
2.5. Prosedur konseling pranikah ............................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 11
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 11
3.2. Saran ...................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu yang membuat pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan dengan
pasangan, tetapi seberapa besar kemampuan dan kesediaan seseorang untuk
mengatasi ketidakcocokan. Cinta mungkin terlihat ideal, tetapi sesungguhnya
pernikahanlah yang benar-benar aktual. Ketidakjelasan antara yang ideal (apa
seharusnya) dan yang aktual (apa adanya) memang tak pernah berujung. Statistik
memperlihatkan perlunya menemukan kiat menempuh pernikahan yang sukses.
Mengajukan pertanyaan yang tepat kepada pasangan (sebelum menikah) bisa
menjadi alternatif solusi melanggengkan perkawinan yang sehat, serasi dan
bahagia.
Banyak pasangan enggan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penting
sebelum mulai menikah karena ia takut menemukan ketidakcocokan yang bisa jadi
menggagalkan rencana pernikahannya. Tetapi, mengetahui hal-hal tersebut
sebelum menikah jelas lebih baik daripada harus mengalami stres setelah menikah.
Tiap pasangan biasanya mempunyai banyak alasan untuk menikah, tapi konflik
satu hal saja dapat mengarahkan mereka untuk bercerai.
Banyak pasangan yang tidak siap menikah dan mereka tidak diberi kesempatan
belajar mengenai hal-hal yang bisa melanggengkan hubungan rumah tangga
mereka, bahkan mereka juga tidak mengetahui kriteria pasangan yang tepat untuk
mereka. Pernikahan bukan sekedar perencanaan atau seperti gambaran pengantin
ideal di televisi dan di film-film.
Banyak pasangan yang sudah menikah lalu memutuskan untuk bercerai akibat
berada dititik ketidakcocokan, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
ketidakcocokan diantara mereka salah satunya adalah karena baru mengetahui hal-
hal yang bersangkutan dengan pasangan setelah mereka menikah. Banyak lagi
1
faktor lain yang menyebabkan mereka bercerai. Oleh karena itu Konseling
pranikah sangat perlu untuk meminimalisir angka perceraian.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa itu konseling pranikah?
2. Apa tujuan dari konseling pranikah ?
3. Apa saja asas konseling pranikah ?
4. Asmpek apa saja yang perlu diasesmen dalam konseling pranikah ?
5. Bagaimana prosedur konseling pranikah ?
1.3.Tujuan
1. Mendeskripkan pengertian konseling pranikah
2. Memahami tujuan dari konseling pranikah
3. Memahami manfaat dari konseling pranikah
4. Memahami aspek yang perlu diassesmen dalam konseling pranikah
5. Menjabarkan prosedur konseling pranikah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Konseling Pranikah
Konseling pranikah adalah pelatihan berbasis pengetahuan dan keterampilan
yang menyediakan informasi mengenai pernikahan yang dapat bermanfaat untuk
mempertahankan dan meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah.
Konseling pranikah juga dikenal dengan nama program persiapan pernikahan,
pendidikan pranikah, konseling edukatif pranikah dan terapi pranikah. Konseling
pranikah dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin untuk menganalisis
kemungkinan masalah dan tantangan yang akan muncul dalam rumah tangga mereka
dan membekali mereka kecakapan untuk memecahkan masalah.
Konseling pranikah (premarital counseling) merupakan upaya untuk
membantu calon suami dan calon isteri oleh seorang konselor professional, sehingga
mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya
melalui cara-cara yang menghargai, toleransi dan dengan komunikasi yang penuh
pengertian, sehingga tercapai motivasi keluarga, perkembangan, kemandirian dan
kesejahteraan seluruh anggota keluarga. Yang membuat pernikahan bahagia bukan
tingkat kecocokan seseorang dengan pasangan, tetapi seberapa besar kemampuan dan
kesediaan seseorang untuk mengatasi ketidakcocokan. Ketidakjelasan antara yang
ideal (apa seharusnya) dan yang aktual (apa adanya) memang tidak pernah berujung.
Statistik memperlihatkan perlunya menemukan kiat menempuh pernikahan yang
sukses.
Mengajukan pertanyaan yang tepat kepada pasangan (sebelum menikah) bisa
menjadi alternatif solusi melanggengkan perkawinan yang sehat, serasi dan bahagia.
Saat seseorang mencari pasangan, ia harus menyadari bahwa tidak ada seseorang yang
sempurna, setiap orang pasti memiliki kesalahan dan kelemahan. Indahnya pernikahan
justru dikala menemukan suami atau isteri yang dapat menjadi teman dalam pencarian
spiritual, mitra membangun hidup dan pelipur meskipun dia mempunyai kelemahan.
3
Untuk mengatisipasi hal ini, harus ada semacam konseling pernikahan atau konseling
pranikah.
2. Memiliki akhlakul karimah sebagai calon ibu dan calon ayah dan melaksanakan
serta memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugerah) dengan yang tidak (musibah) serta mampu
meresponnya dengan sikap positif sesuai dengan syariat islam.
4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik
yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik fisik maupun psikis.
5. Memiliki sikap positif atau respect terhadap diri sendiri dan pasangan maupun
orang lain.
4
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, cinta adalah rasa sangat sukaataupun
rasa sangat kasih atau sangat tertarik hati. Cinta merupakan salah satu syarat untuk
melanjutkan kejenjang pernikahan. Karena sebahagian orang mengatakan bahwa cinta
adalah anugerah yang harus dijaga eksistensinya. Menurut Sarlito.W.Sarwono cinta
memiliki 3 unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan.
1. Keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas
untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia.
3. Kemesraan yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen kalau jauh
atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang.
Cinta dapat dilukiskan dengan memberi sebagai dorongan mulia untuk memintakan
eksisistensi dirinya atau aktualisasi dirinya kepada orang lain.
Komitmen dapat diartikan sebagai janji, dimana janji yang dimaksud ialah janji
akan kekuatan cinta. Dengan adanya janji dalam menjalin hubungan proses pranikah
yang tidak mendapatkan kekuatan yang kuat maka akan bisa menjadi terwujud demi
tercapainya pernikahan.
Macam-macam komitmen:
5
2. Komitmen menghindar, yaitu ketika seseorang berkomitmen karena khawatir akan
mendapatkan hal-hal negatif jika hubungannya berakhir. Terdapat dua tipe orang
yang memiliki komitmen mengahindar.
orang yang memiliki perasaan bahwa dirinya seharusnya (ought
to) melanjutkan hubungan karena secara moral harus begitu. Misalnya tidak
bercerai karena diharamkan agama atau khawatir anak-anak akan terlantar.
Mereka berkomitmen berdasarkan prinsip “saya tidak melakukan apa yang
saya inginkan tetapi saya melakukan apa yang saya rasa baik dan benar
untuk dilakukan”. Jadi, jika berpisah itu tidak baik, maka tidak berpisah
meskipun sebenarnya ingin berpisah. Komitmen menghindar yang
Seseorang memiliki perasaan bahwa dirinya harus (have to) melanjutkan
hubungan karena tidak sanggup untuk berpisah. Mereka was-was akan
sangat menderita jika terjadi perpisahan. Mereka khawatir akan sulit
mendapatkan pengganti yang sepadan. Mereka takut kehilangan sumber
finansial. Mereka cemas dikecam keluarga. Orang yang memiliki tipe
komitmen menghindar seperti ini pada umumnya memiliki kepuasaan
hidup yang rendah.
2. Konflik Pribadi
Pada proses pengenalan masalah pranikah terungkap 6 (enam) persoalan
sebelum menikah, yaitu:
1) Ekonomi
Persoalan ekonomi seringkali menjadi masalah serius pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan. Tidak hanya biaya untuk melangsungkan pernikahan
tetapi biayanya terkait resepsi pernikahannya. Karena persoalan ekonomi ini
seringkali pasangan calon pengantin tidak berani memutuskan untuk menikah.
2) Pasangan belum bekerja
6
Masalah yang terkait dengan persoalan ekonomi juga yaitu pasangan yang
belum bekerja tetapi sudah ingin menikah. Pasangan yang belum mempunyai
pekerjaan seringkali menjadi persoalan ketika ingin melangsungkan pernikahan.
Ada rasa kekhawatiran tidak bisa menghidupi keluarga selama pernikahan.
3) Hamil di luar nikah
Pergaulan pasangan yang tidak terkontrol seringkali mengakibatkan hamil di
luar nikah (kehamilan yang tidak diinginkan). Persoalan muncul ketika laki-laki
tersbut tidak bertanggung jawab, salah satu pasangannya masih sekolah dan
persoalan- persoalan lain yang mengikutinya.
4) Terlambat menikah
Jodoh adalah rahasia Allah. Tidak semua orang mudah mendapatkan pasangan
atau karena terlalu sibuk bekerja atau menempuh pendidikan sehingga
melupakan pernikahan. Usia-usia yang mestinya menikah terlewat begitu saja
sehingga mengalami kesulitan mencari pasangan ketika usia sudak semakin
bertambah.
5) Status palsu
Masalah yang sering muncul pranikah yang lain adalah adanya status palsu,
mengaku perjaka ternayat punya anak enam atau masih terikat pernikahan dengan
perempuan lain. Persoalan ini berpotensi mengakibatkan banyaknya praktik
pernikahan pologami dan pernikahan siri.
6) Minim pendidikan seks
Masalah ini mengakibatkan adanya pernikahan dini, tidak mengetahui organ
reproduksi diri sendiri, hak-hak seksual pasangan, kesehatan reproduksi pasangan,
tidak mengetahui alat kontrasepsi, masa subur dan persoalan kesehatan reproduksi
lainnya.
7
Perkawinan bukan saja merupakan sebuah sistem hidup yang diatur oleh
Negara tetapi juga merupakan sistem kehidupan yang syarat dengan tuntutan
agama. Karenanya setiap kali muncul permasalahan dalam perkawinan yang
dijalani, segala upaya pemecahan masalah selalu diupayakan terselesaikannya
masalah sekarang ini dan mendapatkan kebaikan pula dari sisi tuntunan agama.
2. Asas sakinah mawaddah warahmah
Keluarga bahagia dan kekal merupakan tujuan dari sebuah perkawinan.
Untuk mencapai itu semua landasan cinta dan kasih sayang dari orang-orang
yang membentuk didalamnya menjadi sangat penting. Karenanya proses
bimbingan konseling pranikah juga harus tetap berpegang teguh pada asas ini.
3. Asas komunikasi dan musyawarah
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan
keluarga. Banyaknya masalah yang muncul sering kali karena komunikasi yang
terjalin antara anggota keluarga tidak harmonis. Karenanya dalam melakukan
komunikasi dalam musyawarah antar kedua belah pihak harus dilakukan
sehingga segala masalah dapat teratasi.
4. Asas sabar dan tawakal
Segala permasalahan dalam rumah tangga pada dasarnya dicari
penyelesainnya dengan baik. Kuncinya adalah usaha dari suami isteri untuk
terus mencari jalan keluar dan berpasrah diri kepada Allah. Konselor dapat
membantu pasangan untuk tetap tegar dan berusaha mencari solusi terbaik dari
setiap masalah yang ada
1. Riwayat Perkenalan
8
Konselor perlu mengetahui riwayat perkenalan pasangan pranikah, mulai
dari perkenalan (seberapa lama perkenalan berlangsung), bagaimana mereka
mengetahui satu sama lain. Misalnya mengenai pembicaraan tentang nilai, tujuan,
dan harapan terhadap hubungan pranikah.
2. Perbandingan Latar Belakang
Pasangan Kesetaraan latar belakang lebih baik dalam penyesuaian pernikahan
dari pada latar belakang yang berbeda. Konselor perlu mengungkapkan latar
belakang pendidikan, budaya keluarga, status sosial ekonominya, dan perbedaan
agama, serta adat istiadat keluarganya.
3. Sikap Keluarga
Keduanya Sikap keluarga terhadap rencana pernikahan, termasuk bagaimana
sikap mertua dan sanak keluarga terhadap keluarga nantinya. Sikap keluarga
penting untuk mempersiapkan pasangan dalam menyikapi masing-masing keluarga
calon pasangannya.
4. Perencanaan Terhadap
Pernikahan Meliputi rumah yang akan ditempati, sistem keuangan keluarga
yang hendak disusun dan apa yang dipersiapkan menjelang pernikahan.
5. Faktor Psikologis dan Kepribadian
Faktor psikologis dan kepribadian yang perlu diasesmen adalah sikap mereka
terhadap peran seks dan bagaimana yang hendak dijalankan dikeluarga
nanti, bagaimana peran mereka terhadap dirinya (self image, body-image), dan
usaha apa yang akan dilakukan untuk keperluan keluarga nanti.
6. Sifat Prokreatif
Menyangkut sikap mereka terhadap hubungan seksual dan sikapnya jika
memiliki anak. Bagaimana rencana mengasuh anaknya kelak.
7. Kesehatan dan Kondisi fisik
Kesesuaian usia untuk mengukur kematangan emosionalnya secara usia
kronologis, kesehatan secara fisik dan mental, serta faktor-faktor genetik.
9
2.5.Prosedur konseling pranikah
Konseling pranikah diselenggarakan sebagaimana sesuai prosedur
konseling perkawinan. Penekanan pada konseling pranikah bersifat antisipatif
yaitu mempersiapkan diri untuk menetapkan pilihan yang tepat sehubungan dengan
rencana pernikahanya. Langkah konseling yang dapat dilakukan dalam konseling
pranikah yang sesuai dengan konseling keluarga dan perkawinan menurut Capuzzi
dan Gross adalah sebagai berikut:
1. Persiapan, tahap yang dilakukan klien menghubungi konselor.
2. Tahap keterlibatan (the joining),adalah tahap keterlibatan bersama klien. Pada
tahap ini konselor mulai menerima klien secara isyarat (nonverbal) maupun
secara verbal, merefleksi perasaan, melakukan klarifikasi dan sebagainya.
3. Tahap menyatakan masalah, yaitu menetapkan masalah yang dihadapi oleh
pasangan. Maka, masalahnya harus jelas, siapa yang bermasalah, apa
indikasinya, apa yang telah terjadi dan sebagainya.
4. Tahap interaksi, yaitu konselor menetapkan pola interaksi untuk penyelesaian
masalah. Pada tahap ini anggota keluarga mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk memahami masalahnya dan konselor dapat melatih anggota
keluarga berinteraksi dengan cara-cara yang dapat diikuti (pelan, sederhana,
detail dan jelas) dalam kehidupan mereka.
5. Tahap konferensi, yaitu tahap untuk meramalkan keakuratan hipotesis dan
memformulasi langkah-langkah pemecahan. Pada tahap ini konselor mendesain
langsung atau memberi pekerjaan rumah untuk melakukan atau
menerapkan pengubahan ketidak berfungsinya perkawinan.
6. Tahap penentuan tujuan, tahap yang dicapai klien telah mencapai perilaku yang
normal, telah memperbaiki cara berkomunikasi, telah menaikkan self-esteem
dan membuat keluarga lebih kohesif.
7. Tahap akhir dan penutup, merupakan kegiatan mengakhiri hubungan konseling
setelah tujuannya tercapai.
10
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Konseling pranikah adalah pelatihan berbasis pengetahuan dan keterampilan
yang menyediakan informasi mengenai pernikahan yang dapat bermanfaat untuk
mempertahankan dan meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah.
Konseling pranikah ini dianggap penting karena banyak orang yang merasa salah
dalam menetapkan pilihannya, atau mengalami banyak kesulitan dalam
penyesuaian diri dalam kehidupan berkeluarga. Banyak orang yang terburu-buru
membuat keputusan tanpa mempertimbangkan banyak aspek sehubungan dengan
kehidupan berumah tangga. Konseling keluarga ini diselenggarakan dengan
maksud membantu calon pasangan membuat perencanaan yang matang dengan
cara melakukan asesmen terhadap dirinya yang dikaitkan dengan perkawinan dan
kehiduoan berumah tangga
3.2.Saran
Bagi pasangan yang ingin menikah sangat disarankan sekali untuk mengikuti
konseling pranikah guna untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya perceraian
di masa yang akan datang.
11
Daftar Pustaka
12