Anda di halaman 1dari 15

ASAS-ASAS KONSELING PRANIKAH

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok “Bimbingan Pranikah”


Dosen Pengampu :
Sari Efriani, M.Pd

Penyusun:

Nada Nawa Syarifah 20181930432007


Ita Noviya 20181930432017
Nur Izza Azizur Rohma 20181930432004

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Bimbingan Pranikah” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang di berikan oleh dosen mata kuliah “Asas-asas Konseling
Pranikah”.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
“Manajemen Kinerja” atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga
dapat diselesaikannya makalah ini dengan baik.
Kami mengharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “Asas-asas Konseling
Pranikah”, khususnya bagi kami sendiri. Kritik dan saran dari pembaca akan kami terima
sebagai perbaikan untuk karya ilmiah selanjutnya.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................6
2.1 Pengertian Konseling...............................................................................................................6
2.2 Pengertian Konseling Pranikah...............................................................................................6
2.3 Tujuan Konseling Pranikah.......................................................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu yang membuat pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan dengan
pasangan, tetapi seberapa besar kemampuan dan kesediaan seseorang untuk mengatasi
ketidakcocokan. Cinta mungkin terlihat ideal, tetapi sesungguhnya pernikahanlah yang
benar-benar aktual. Ketidakjelasan antara yang ideal (apa seharusnya) dan yang aktual (apa
adanya) memang tak pernah berujung. Statistik memperlihatkan perlunya menemukan kiat
menempuh pernikahan yang sukses. Mengajukan pertanyaan yang tepat kepada pasangan
(sebelum menikah) bisa menjadi alternatif solusi melanggengkan perkawinan yang sehat,
serasi dan bahagia.
Banyak pasangan enggan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penting sebelum
mulai menikah karena ia takut menemukan ketidakcocokan yang bisa jadi menggagalkan
rencana pernikahannya. Tetapi, mengetahui hal-hal tersebut sebelum menikah jelas lebih
baik daripada harus mengalami stres setelah menikah. Tiap pasangan biasanya mempunyai
banyak alasan untuk menikah, tapi konflik satu hal saja dapat mengarahkan mereka untuk
bercerai.
Banyak pasangan yang tidak siap menikah dan mereka tidak diberi kesempatan
belajar mengenai hal-hal yang bisa melanggengkan hubungan rumah tangga mereka,
bahkan mereka juga tidak mengetahui kriteria pasangan yang tepat untuk mereka.
Pernikahan bukan sekedar perencanaan atau seperti gambaran pengantin ideal di televisi
dan di film-film.
Banyak pasangan yang sudah menikah lalu memutuskan untuk bercerai akibat
berada dititik ketidakcocokan, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
ketidakcocokan diantara mereka salah satunya adalah karena baru mengetahui halhal yang
bersangkutan dengan pasangan setelah mereka menikah. Banyak lagi faktor lain yang
menyebabkan mereka bercerai. Oleh karena itu Konseling pranikah sangat perlu untuk
meminimalisir angka perceraian.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahannya, diantara lain:


1. Apa pengertian konseling?
2. Apa pengertian konseling pranikah?
3. Apa tujuan konseling pranikah?

4
4. Apa saja Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan konseling pranikah?
5. Apa saja asas konseling pranikah?
6. Apa asas-asas bimbingan dan konseling?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian konseling.


2. Untuk mengetahui pengertian konseling pranikah.
3. Untuk mengetahui tujuan konseling pranikah.
4. Untuk mengetahui persoalam-persoalan yang berkaitan dengan konseling pranikah
5. Untuk mengetahui apa saja asas konseling pranikah
6. Untuk mengetahui asas-asas bimbingan dan konseling

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konseling


Konseling merupakan proses pemberian bantuan dalam bentuk layanan dari
seorang individu (konselor) kepada individu lainnya (klien). Sedangkan keluarga adalah
sekumpulan individu yang terdiri dari ayah, ibu, anak (kandung, tiri, angkat) dan tanpa
anak dalam suatu ikatan pernikahan. Keluarga adalah sekolah putra-putri bangsa belajar.
Disana mereka mempelajari sifat- sifat mulia seperti kesetiaan, rahmat, dan kasih sayang,
dan lain sebagainya.
Menurut UU No. 1 Tahun 1974 menyatakan pengertian keluarga sebagai ” Ikatan
lahir batin seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keliarga
yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan YME.
2.2 Pengertian Konseling Pranikah
Konseling pranikah adalah pelatihan berbasis pengetahuan dan
keterampilan yang menyediakan informasi mengenai pernikahan yang dapat
bermanfaat untuk mempertahankan dan meningkatkan hubungan pasangan yang
akan menikah. Konseling pranikah juga dikenal dengan nama program persiapan
pernikahan, pendidikan pranikah, konseling edukatif pranikah dan terapi pranikah.
Konseling pranikah dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin
untuk menganalisis kemungkinan masalah dan tantangan yang akan muncul dalam
rumah tangga mereka dan membekali mereka kecakapan untuk memecahkan
masalah.
Konseling pranikah (premarital counseling) merupakan upaya untuk
membantu calon suami dan calon isteri oleh seorang konselor professional,
sehingga mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya melalui cara-cara yang menghargai, toleransi dan dengan komunikasi
yang penuh pengertian, sehingga tercapai motivasi keluarga, perkembangan,
kemandirian dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga. Yang membuat
pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan seseorang dengan pasangan, tetapi
seberapa besar kemampuan dan kesediaan seseorang untuk mengatasi
ketidakcocokan. Ketidakjelasan antara yang ideal (apa seharusnya) dan yang aktual

6
(apa adanya) memang tidak pernah berujung. Statistik memperlihatkan perlunya
menemukan kiat menempuh pernikahan yang sukses.
Mengajukan pertanyaan yang tepat kepada pasangan (sebelum menikah)
bisa menjadi alternatif solusi melanggengkan perkawinan yang sehat, serasi dan
bahagia. Saat seseorang mencari pasangan, ia harus menyadari bahwa tidak ada
seseorang yang sempurna, setiap orang pasti memiliki kesalahan dan kelemahan.
Indahnya pernikahan justru dikala menemukan suami atau isteri yang dapat
menjadi teman dalam pencarian spiritual, mitra membangun hidup dan pelipur
meskipun dia mempunyai kelemahan.
2.3 Tujuan Konseling Pranikah
Secara umum, konseling pranikah bertujuan agar individu mempersiapkan dan
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya dalam memasuki jenjang
pernikahan, menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga dan masyarakat, serta
mengatasi hambatan dan kesulitan menghadapi jenjang pernikahan. Secara khusus, tujuan
pmberian layanan konseling pranikah ialah untuk membantu individu mempersiapkan diri
menuju pernikahan yang meliputi aspek:
1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan
kepada Allah swt, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, teman dan masyrakat.
2. Memiliki akhlakul karimah sebagai calon ibu dan calon ayah dan melaksanakan serta
memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugerah) dengan yang tidak (musibah) serta mampu meresponnya
dengan sikap positif sesuai dengan syariat islam.
4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik fisik maupun psikis.
5. Memiliki sikap positif atau respect terhadap diri sendiri dan pasangan maupun orang
lain.
6. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif
2.4 Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan konseling pranikah
Pada proses pengenalan masalah pranikah terungkap 6 (enam) persoalan sebelum menikah,
yaitu:
1) Ekonomi
Persoalan ekonomi seringkali menjadi masalah serius pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan. Tidak hanya biaya untuk melangsungkan pernikahan tetapi biayanya terkait

7
resepsi pernikahannya. Karena persoalan ekonomi ini seringkali pasangan calon pengantin
tidak berani memutuskan untuk menikah.
2) Pasangan belum bekerja
Masalah yang terkait dengan persoalan ekonomi juga yaitu pasangan yang belum bekerja
tetapi sudah ingin menikah. Pasangan yang belum mempunyai pekerjaan seringkali
menjadi persoalan ketika ingin melangsungkan pernikahan. Ada rasa kekhawatiran tidak
bisa menghidupi keluarga selama pernikahan.
3) Hamil di luar nikah
Pergaulan pasangan yang tidak terkontrol seringkali mengakibatkan hamil di luar nikah
(kehamilan yang tidak diinginkan). Persoalan muncul ketika laki-laki tersbut tidak
bertanggung jawab, salah satu pasangannya masih sekolah dan persoalan- persoalan lain
yang mengikutinya.
4) Terlambat menikah
Jodoh adalah rahasia Allah. Tidak semua orang mudah mendapatkan pasangan atau karena
terlalu sibuk bekerja atau menempuh pendidikan sehingga melupakan pernikahan. Usia-
usia yang mestinya menikah terlewat begitu saja sehingga mengalami kesulitan mencari
pasangan ketika usia sudah semakin bertambah.
5) Status palsu
Masalah yang sering muncul pranikah yang lain adalah adanya status palsu, mengaku
perjaka ternyata punya anak enam atau masih terikat pernikahan dengan perempuan lain.
Persoalan ini berpotensi mengakibatkan banyaknya praktik pernikahan pologami dan
pernikahan siri.
5) Minim pendidikan seks
Masalah ini mengakibatkan adanya pernikahan dini, tidak mengetahui organ reproduksi
diri sendiri, hak-hak seksual pasangan, kesehatan reproduksi pasangan, tidak mengetahui
alat kontrasepsi, masa subur dan persoalan kesehatan reproduksi lainnya.
2.5 Asas-Asas Konseling Pranikah
1. Asas kabahagiaan dunia akhirat
Perkawinan bukan saja merupakan sebuah sistem hidup yang diatur oleh Negara
tetapi juga merupakan sistem kehidupan yang syarat dengan tuntutan agama. Karenanya
setiap kali muncul permasalahan dalam perkawinan yang dijalani, segala upaya pemecahan
masalah selalu diupayakan terselesaikannya masalah sekarang ini dan mendapatkan
kebaikan pula dari sisi tuntunan agama.

8
Layanan konseling, seperti halnya bimbingan dan konseling pranikah umumnya,
ditujukan pada upaya membantu individu mencapai kebahagiaan hidup didunia dan
akhirat. Dalam hal ini kebahagiaan di dunia harus dijadikan sebagai sarana mencapai
kebahagiaan akhirat. Kebahagiaan yang dicapai melalui hubungan keluarga yang baik dan
harmonis satu sama lainnya, karena kebahagiaan yang sesungguhnya bukan hanya dari
dunia namun juga di akhirat.
2. Asas Sakinah Mawaddah Warahmah
Konseling pranikah dimaksudkan untuk mencapai keadaan keluarga atau rumah
tangga, yang “Sakinah Mawaddah wa Rahmah” . sakinah dapat bermaksud damai, tentram,
rukun, tenang. Mawaddah berarti cinta, ingin, suka. Sedangkan rahmah berarti kasih
sayang.
Itu semua bermaksud dalam pelayanan konseling pranikah yang penting
diperhatikan pada diri klien adalah sikap damai, rukun, saling mencintai dan penuh kasih
sayang baik antara suami dan istri maupun antara orang tua dan anak. Sehingga tidak akan
menimbulkan permasalahan yang dapat merusak maupuan menghancurkan rumah tangga
atau keluarga itu sendiri.
Keluarga bahagia dan kekal merupakan tujuan dari sebuah perkawinan. Untuk
mencapai itu semua landasan cinta dan kasih sayang dari orang-orang yang membentuk
didalamnya menjadi sangat penting. Karenanya proses bimbingan konseling pranikah juga
harus tetap berpegang teguh pada asas ini.
3. Asas Komunikasi dan Musyawarah
Ketentraman keluarga yang didasari rasa kasih dan sayang akan tercapai manakala
dalam keluarga itu senantiasa ada komunikasi dan musyawarah. Dengan memperbanyak
komunikasi segala isi hati dan pikiran akan bisa dipahami oleh semua pihak, tidak ada hal-
hal yang mengganjal dan tersembunyi.
Komunikasi merupakan suatu jalan bagi sebuah keluarga untuk saling mendekatkan
satu sama lain karena mustahil suatu keuarga akan selalu rukun dan damai jika tidak
pernah tebentuk terbentuk komunikasi yang baik. Dan dalam musyawarah dalam keluarga
akan mengajarkan anggota keluarga untuk saling menghargai anggota keluarga lainnya
walawpun berbada pendapat yang ini semua dapak mempererat hubungan antara anggota
keluarga.
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan keluarga.
Banyaknya masalah yang muncul sering kali karena komunikasi yang terjalin antara
anggota keluarga tidak harmonis. Karenanya dalam melakukan komunikasi dalam

9
musyawarah antar kedua belah pihak harus dilakukan sehingga segala masalah dapat
teratasi.
4. Asas Sabar dan Tawakal
Bimbingan dan konseling pranikah membantu individu pertama-tama untuk
bersikap sabar dan tawakkal dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berumah
tangga, sebab dengan bersabar dan bertawakkal akan diperoleh kejernihan dalam pikiran,
tidak tergesa-gesa, terburu nafsu mengambil keputusan, dan dengan demikian akan
terambil keputusan akhir yang lebih baik.
Segala permasalahan dalam rumah tangga pada dasarnya dapat dicari
penyelesaiannya dengan baik. Kuncinya adalah usaha dari suami dan isteri untuk terus
mencari jalan keluar dan berpasrah diri pada Allah. Konselor dapat membantu pasangan
untuk tetap tegar dan berusaha mencari solusi terbaik dari setiap masalah yang ada.
5. Asas Manfaat (Maslahat)
Dengan bersabar dan tawakkal terlebih dahulu, diharapkan pintu pemecahan
masalah rumah tangga maupun yang diambil nantinya oleh seseorang, selalu berkiblatkan
pada mencari manfaat (maslahat) yang sebesar-besarnya, baik bagi individu anggota
keluarga, bagi keluarga secara keseluruhan, dan bagi masyarakat secara umum termasuk
bagi kehidupan kemanusiaan.
Dalam melakukan layanan Bimbingan konseling perkawinan, asas manfaat menjadi
sangat penting diterapkan. Kendati masalah yang dihadapi suami istri sangat rumit, segala
upaya dan solusi harus di cari dengan memperhatikan manfaat yang lebih besar dapat
diperoleh dibandingkan dengan kerugiannya.
Dalam hal ini konselor harus mampu membantu klien untuk mampu mengambil
keputusan yang dapat memberikan manfaat dari pada mudhorat terhadap permasalahn
keluarga yang dihadapi oleh klien. Manfaat ini juga bukan hanya bagi diri klien sendiri
namun juga bagi anggota keluarga yang lain sehingga nantinya tidak menimbulkan
permasalahan yang baru.
2.6 Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
1. Asas Kerahasiaan
Sesuatu yang dibicarakan antara klien dan konselor tidak boleh disampaikan
ataupun tidak boleh diketahui oleh orang lain. Dimana dalam kegiatan pelayanan
bimbingan konseling adanya pembicaraan mengenai hal-hal yang pribadi dari klien
tersebut. Oleh karena itu sebagai konselor wajib untuk menjaga rahasia data dari kliennya
tersebut.

10
2. Asas Kesukarelaan
Dalam peoses pelayanan bimbingan konseling maka sangat diperlukan suasana
yang sukarela, sukarela disini bermaksud bahwa dalam pelaksanaan pelayanan bimbingam
konseling tidak adanya paksaan sama sekali. Oleh karena itu seorang klien diharapkan
secara suka rela dapat menceritakan atau mejelaskan masalah yang dialaminya kepada
konselor dan konselor juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan ikhlas tanpa
terpaksa.
3. Asas Keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana
keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun keterbukaan dari klien. Keterbukaan
ini tidak hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari orang lain, tetapi juga
diharapkannya masing-masing pihak yang bersangkutan yaitu konselor degan kliennya
bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Individu yang
membutuhkan bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus terang
tentang dirinya sendiri, sehingga dengan keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian
berbagai kekuatan dan kelemahan klien dapat dilaksanakan.
4. Asas Kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan hasil yang berarti bila
klien melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil
dari usaha bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, maka harus
dilakukan harus dengan kerja giat oleh klien sendiri. Untuk itu konselor hendaknya
membangkitkan semangat klien, sehingga klien mampu dan mau melaksanakan kegiatan
yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam
konseling.
5. Asas Kemandirian
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor
berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri konseli.Ciri-ciri kemandirian tersebut
yaitu mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya
mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.
6. Asas Kekinian
Asas kekinian yaitu asas bimbingan yang mengkehendaki agar obyek sasaran
layanan BK ialah permasalahan klien dalam kondisi masa sekarang. konselor tidak boleh

11
menunda-nunda pemberian bantuan. Jika adanya siswa atau klien memintak bantuan atau
terlihatnya masalah dari klien tersebut, maka si konselor hendaknya untuk segera
memberikan bantuan kepada yang bersangkutan.
Konselor tidak selayaknya menundanunda memberi bantuan pada klaeinnya dengan
berbagai alasan. Konselor harus mendahulukan kepentingan klien dari pada yang lain-lain.
Jika dia benar-benar memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberikan batuannya kini,
maka konselor harus dapat mempertanggung jawabkan bahwa penundaan yang dilakukan
itu justru untuk kepentingan klien.
7. Asas Kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada
diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah
sekedar mengulang hal yang lama, yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang
selalu menuju ke suatu pembaharuan, suatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah
perkembangan klien yang dikehendaki.
8. Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai
aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu diperlukannya konselor bekerja sama
dengan orangorang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang
dihadapi oleh konseli. Nah pada hal ini peranan guru, orang tua, dan siswa-siswa yang lain
sering kali sangat menentukan. Konselor harus bisa menjalin kerja sama dan saling
mengerti serta saling membantu demi terbantunya klien yang mengalami masalah.
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang
luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber
yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.Kesemuanya itu dipadukan dalam
keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya layanan bimbingan dan konseling.
9. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/ negara, norma
ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun
proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi dan layanannya harus sesuai
dengan norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak
menyimpang dari normanorma yang dimaksudkan.
10. Asas Keahlian

12
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para pembimbing harus
mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kepribadian yang ditampilkan oleh konselor/ guru pembimbing akan menunjang hasil
konseling. Pendek kata bahwa para pelaksana layanan bimbingan dan konseling ini harus
benar-benar ahli dibidang bimbingan dan konseling, atau dalam istilah lain adalah
profesional.
11. Asas Alih Tangan
Asas alih tangan disini bermaksud bahwa jika konselor sudah mengerahkan segenap
kemampuannya untuk membantu individu, tetapi individu yang bersangkutan belum dapat
terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim individu kepada
petugas atau badan yang lebih ahli. Disamping itu asas ini juga mengisyaratkan bahwa
pelayanan bimbingan dan konseling hanya mengenai masalah-masalah individu sesuai
dengan kewenangan petugas yang bersangkutan dan setiap masalah ditangani oleh ahli
yang berwenang untuk itu.
12. Asas Tutwuri Handayani
Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan
rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk
maju.Demikian juga segenap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman,
keteladanan, dan dorongan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asas-asas yang terdapat didalam konseling pranikah ada lima macam yaitu: Asas
kebahagian dunia akhirat, Asas sakinah mawadah warahmah, Asas sabar dan tawakal, Asas
komunikasi dan musyawarah, Asas manfaat.
Sedangkan asas-asas bimbingan konseling ada 12 macam yaitu: Asas
k\Keterbukaan, Asas Kesukarelaan, Asas Keterbukaan, Asas Kegiatan, Asas Kemandirian,
Asas Kekinian, Asas Kedinamisan, Asas Keterpaduan, Asas Kenormatifan, Asas Keahlian,
Asas Alih Tangan, Asas Tutwuri Handayani.
Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuanketentuan yang harus
diterapkan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Selain itu asas-asas tersebut
memiliki ikatan satu sama lainnya. Asas itu perlu dilaksanakan secara terpadu dan tepat
waktu, yang satu tidak perlu dikedepankan atau dikemudiankan dari yang lainnya. Begitu
pentingnya asasasas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan
jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-
asas itu tidak dijalankan dengan baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling
akan tersendat-sendat.

14
DAFTAR PUSTAKA
Latipun. (2010). Psikologi Konseling. Malang: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.
http://syrisna.blogspot.com/2015/02/konseling-pra-nikah.html diakses pada hari Rabu, 13
Oktober 2021.
http://afriezhael.blogspot.com/2014/05/blogger.html diakses pada hari Rabu, 13
Oktober 2021
Abu Bakar M. Luddin.2011. Dasar –dasar konseling.Bandung: Citapustaka Media Printis.
Prayitno dan Amti, Erman.2013. DasarDasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta
Tidjan, dkk. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta: UNY Press.

15

Anda mungkin juga menyukai