Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KOMUNIKASI KEPERAWATAN II

KONSELING PADA IBU MELAHIRKAN ATAU BERSALIN

Dosen Pembimbing :
Lilis Maghfuroh., S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2 (3B Keperawatan)

1. David Wahyu Eka Saputra (2002013035)


2. Mar’atun Jamilah (2002013023)
3. Riska Nella Ayunda (2002013013)
4. Halimatus Sa’diyah (2002013028)
5. Sovea Choirun Nisya’ (2002013045)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Konseling PraNikah”. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah komunikasi keperawatan II.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua anggota kelompok 2 yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Lamongan, 21 Oktober 2021


Penyusun

(kelompok 2)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………........…………………………...........................................i
DAFTAR ISI.......……………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konseling Pra-Nikah………................................................................2
2.2. Tujuan Konseling Pra-Nikah……......…………………………............................4
2.3. Aspek yang Perlu Dilakukan Asessmen…….....…….....…...................................4
2.4. Prosedur Konseling Pra-Nikah………………………….……………..................5
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..........……………………………………………………….……......7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Yang membuat pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan kita dengan pasangan, tetapi
seberapa besar kemampuan dan kesediaan kita untuk mengatasi ketidakcocokan. Cinta
mungkin terlihat ideal, tetapi sesungguhnya pernikahanlah yang benar-benar aktual.
Ketidakjelasan antara yang ideal (apa seharusnya) dan yang aktual (apa adanya) memang tak
pernah berujung. Statistik memperlihatkan perlunya menemukan kiat menempuh pernikahan
yang sukses. Mengajukan pertanyaan yang tepat kepada pasangan (sebelum menikah) bisa
menjadi alternatif solusi melanggengkan perkawinan yang sehat, serasi dan bahagia.

Banyak pasangan enggan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penting sebelum mulai


menikah karena ia takut menemukan ketidakcocokan yang bisa jadi menggagalkan rencana
pernikahannya, keterbatasan pengetahuan dan rasa canggung yang ada. Tetapi, mengetahui
hal-hal tersebut sebelum menikah jelas lebih baik daripada harus mengalami stres setelah
menikah. Tiap pasangan biasanya mempunyai banyak alasan untuk menikah, tapi konflik satu
hal saja dapat mengarahkan mereka untuk bercerai.

Banyak pasangan yang tidak siap menikah dan mereka tidak diberi kesempatan belajar
mengenai hal-hal yang bisa melanggengkan hubungan rumah tangga mereka, bahkan mereka
juga tidak mengetahui kriteria pasangan yang tepat untuk mereka. Pernikahan bukan sekedar
perencanaan atau seperti gambaran pengantin ideal di televisi dan di film-film.

Saat seseorang mencari pasangan, ia harus menyadari bahwa tidak ada orang yang sempruna;
setiap orang pasti mempunyai kesalahan dan kelemahan. indahnya pernikahan justru kala
menemukan suami atau istri yang dapat menjadi teman dalam pencarian spiritual, mitra
membangun hidup, dan pelipur meskipun dia mempunya kelemahan.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Mendeskripkan pengertian konseling pranikah
b. Memahami tujuan dari konseling pranikah
c. Memahami manfaat dari konseling pranikah
d. Memahami aspek yang perlu diassesmen dalam konseling pranikah
e. Menjabarkan prosedur konseling pranikah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konseling Pra-Nikah

Arti konseling (counseling) dari kata counsel yang diambil dari bahasa latin, yaitu
“consilium” yang berarti “bersama” atau bicara bersama. Kemudian yang dirangkai dengan
“menerima” atau “memahami“. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling
berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”. Dalam artian hal ini
proses pemeberi bantuan oleh konselor terhadap klien yang sedang mengalami sebauh
permasalahan.

Secara bahasa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara secara “face to face” oleh seorang yang ahli dalam bidang mengkonselingi
(disebut konselor) kepada individu pria maupun wanita yang sedang mengalami sebuah
problem dalam hidupnya (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi oleh klien.

Konseling pranikah (premarital counseling) merupakan upaya untuk membantu calon


suami dan calon istri oleh seorang konselor profesional, sehingga mereka dapat berkembang
dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang menghargai, 
toleransi dan dengan komunikasi yang penuh pengertian,sehingga tercapai motivasi
keluarga,  perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga.

Konseling pranikah ini dianggap penting karena banyak orang yang merasa salah dalam
menetapkan pilihannya, atau mengalami banyak kesulitan dalam penyesuaian diri dalam
kehidupan berkeluarga. Banyak orang yang terburu-buru membuat keputusan tanpa
mempertimbangkan banyak aspek sehubungan dengan kehidupan berumah tangga. Konseling
keluarga ini diselenggarakan dengan maksud membantu calon pasangan membuat
perencanaan yang matang dengan cara melakukan asesmen terhadap dirinya yang dikaitkan
dengan perkawinan dan kehidupan berumah tangga.

Konseling pranikah merupakan prosedur pelatihan berbasis pengetahuan dan


keterampilan yang menyediakan informasi mengenai pernikahan yang dapat bermanfaat
untuk mempertahankan dan meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah setelah
mereka menikah. Konseling pranikah juga dikenal dengan nama program persiapan
pernikahan, pendidikan pranikah, konseling edukatif pranikah, dan terapi pranikah.
Konseling pranikah diberikan oleh psikolog atau konselor pernikahan.

Konseling pranikah adalah suatu pola pemberian bantuan yang ditujukan untuk
membantu mahasiswa memahami dan mensikapi konsep pernikahan dan hidup berkeluarga
berdasarkan tugas-tugas perkembangan dan nilai-nilai keagamaan sebagai rujukan dalam
mempersiapkan pernikahan yang mereka harapkan. Inti pelayanan konseling pranikah adalah
wawancara konseling, melalui wawancara konseling diharapkan mahasiswa dapat
memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai-nilai dan keyakinan yang kokoh,
serta membantu menangani masalah-masalah yang mengganggu mereka menuju pernikahan
yang diharapkan.

Konseling pranikah yang dimaksud, dirancang dalam sebuah sistem dengan komponen-
komponen dari aspek-aspek konseling yang diidentifikasi secara jelas dan diorganisasikan ke
dalam suatu susunan yang dapat meningkatkan keefektifan dan keefesienan suatu pelayanan.
Konseling pra nikah dalam makalah ini, akan direalisasikan melalui pendekatan kelompok
yang akan dibahas pada bagian berikut.

Konseling pra-nikah memiliki peranan penting di dalam menciptakan keluarga bahagia.


Karena itu dalam konseling pra-nikah haruslah mencapai tujuan konseling pra-nikah yang
hendak dicapai.

Konseling pra nikah sifatnya proses pemberi bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
dalam bidang mengkonselingi yaitu konselor kepada pasangan yang membutuhkan bantuan
dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi pada dirinya, pasangannya, dan masalah-
masalah yang sedang diahadapi oleh keduanya. Konseling pranikah biasanya dilaksanakan
pada kedua belah pihak yang sedang mengalami ketidak harmonisan dalam hubungannya.
Dalam artian klien disini belum mampu memecahkan masalahnya dengan sendiri sehingga
membutuhkan bantuan kepada konselor dalam penyelesaian masalah yang sedang
diahadapinya. Dengan bertujuan dari hsail konseling pranikah ini keduanya mampu
menjalankan hidupnya sebagaiman fitrah manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Tentunya dalam konseling pranikah ini mempunyai tujuan seperti yang dikemukakan
dalam bukunya (Latipun, 2010:154):
a. Brammer dan Shostrom (1982) bahwa konseling pranikah adalah membantu patner
pranikah (klien) untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, masing-
masing pasangan, dan tuntutan-tuntutan perkawinan.

Dari pengertian yang pertama mempunyai pengertian yang sifatnya jangka pendek,
sedangkan yang jangka panjang sebagaimana yang diungkapkan oleh:
a. H.A otto (1965), yaiut membantu pasangan pranikah untuk membangun dasar-dasar
yang dibutuhkan untuk kehidupan pernikahan yang bahagia dan produktif.

Dalam sebuah konseling tentunya mempunyai unsur-unsur atau runtutan tentang


konseling, seperti ada konselor yang ahli dalam bidang mengkonselingi, klien, problem /
masalah, media, metode direktif maupun non direktif dan yang terakhir materi sebagai initi
dari konseling yang akan diharapkan kedepannya oleh para klien.
Dalam proses konseling pranikah, konselor perlu menanamkan beberapa faktor penting
yang menjadi prasyarat memasuki perkawinan dan berumah tangga. faktor-faktor tesebut
adalah :
a. Faktor fiologis dalam perkawinan: kesehatan pada umumnya, kemampuan
mengadakan hubungan seksual. Faktor ini menjadi penting untuk dipahami pasangan
suami isteri, karena salah satu tujuan perkawinan adalah menjalankan fungsi
Regenerasi (meneruskan keturunan keluarga). Pemahaman kondisi masing-masing
akan memudahkan proses adaptasi dalam hal pemenuhan kebutuhan ini.
b. Faktor psikologis dalam perkawinan: kematangan emosi dan pikiran, sikap saling
dapat menerima dan memberikan cara kasih antara suami isteri dan saling pengertian
antara suami isteri.
c. Faktor agama dalam perkawinan, Faktor agama merupakan hal yang penting dalam
membangun keluarga. Perkawinan beda agama akan cenderung lebih tinggi
menimbulkan masalah bila dibandingkan dengan perkawinan seagama.
d. Faktor komunikasi dalam perkawinan, Komunikasi menjadi hal sentral yang harus
diperhatikan oleh pasangan suami isteri. Membangun komunikasi yang baik menjadi
pintu untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat memicu timbulnya konflik yang
lebih besar dalam keluarga.

2.2 Tujuan Konseling Pra-Nikah

Brammer dan Shostrom (1982) mengemukakan tujuan konseling pranikah adalah


membantu partner pranikah (klien) untuk mencapai pemahaman yang lebih baim tentang
dirinya, masing-masing pasangan dan tuntutan-tuntutan perkawinan. Tujuan tersebut
tampaknya yang bersifat jangka pendek, sedangkan yang jangka panjang sebagaimana yang
dikemukakan H.A. Otto (1965), yaitu membantu pasangan pranikah untuk membangun
dasar-dasar yang dibutuhkan untuk kehidupan yang bahagia dan produktif.

Tujuan konseling pranikah ialah untuk meningkatkan hubungan sebelum pernikahan


sehingga dapat berkembang menjadi hubungan pernikahan yang stabil dan memuaskan.
Konseling pranikah akan membekali pasangan dengan kesadaran akan masalah potensial
yang dapat terjadi setelah menikah, dan informasi serta sumber daya untuk secara efektif
mencegah atau mengatasi masalah-masalah tersebut hingga pada akhirnya dapat menurunkan
tingkat ketidakbahagiaan dalam pernikahan dan perceraian. Konseling pranikah juga
bermanfaat untuk menjembatani harapan-harapan yang dimiliki oleh pasangan terhadap
pasangannya dan pernikahan yang mereka inginkan yang belum sempat atau belum bisa
dibicarakan sebelumnya dengan dibantu oleh tenaga profesional psikolog/konselor
pernikahan.

2.3 Aspek yang Perlu Dilakukan Asessmen

Aspek yang perlu dipahami dan dilakukan asesmen pada saat konselor jika melakukan
konseling pranikah :
a. Riwayat Perkenalan
Konselor perlu mengetahui riwayat perkenalan pasangan pranikah. Dimana
mulai berkenalan, seberapa perkenalan berlangsung, bagaimana mereka saling
mengetahui satu sama lain. Misalnya pembicaraan tentang nilai, tujuan dan
harapannya terhadap hubungan pernikahan, dan alasan mereka berkeinginan
melanjutkan perkenalannya kearah pernikahan.
b. Perbandingan Latar Belakang Pasangan
Keberhasilan membangun keluarga seringkali dihubungkan dengan latar
belakang pasangan. Kesetaraan latar belakang lebih baik penyesuaian pernikahannya
dibanding dengan yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Konselor perlu
mengungkapkan latar belakang pendidikan, budaya keluarga setiap partner dan status
sosial ekonominya sepenuhnya harus dieksplorasi, dan perbedaan agama serta adat
istiadat keluarganya.
c. Sikap Keluarga Leduanya
Sikap keluarga terhadap rencana pernikahannya, termasuk bagaimana sikap
mertua terhadap keluarga dan sanak keluarga terhadap keluarga nantinya, apakah
mereka menyetujui terhadap rencana pernikahannya, atau memberikan dorongan, dan
bahkan memaksakan agar menikah dengan orang yang disenangi. Sikap keluarga
keduanya ini sangat penting diketahui terutama untuk mempersiapkan pasangan
dalam menyikapi masing-masing keluarga calon pasangannya.
d. Perencanann Terhadap Pernikahan
Perencanaan terhadap pernikahan meliputi rumah yang akan ditempati, sistem
keuangan keluarga yang hendak disusun dan apa yang dipersiapkan menjelang
pernikahan. Kemampuan pasangan untuk memperkirakan tanggung jawab keluarga
ditunjukkan oleh persiapan dan perencanaan mereka terhadap pernikahan yang
hendak dilaksanakan.oleh karena itu, perlu dipahami apakah mereka memiliki
perencanaan yang cukup realistis atau tidak.
e. Faktor Psikologis dan Kepribadian
Faktor psikologis dan kepribadian yang perlu diasesmen adalah sikap mereka
terhadap peran seks dan bagaimana peran yang hendak dijalankan keluarganya nanti,
bagaimana perasaan mereka terhadap dirinya (self image, body image), dan usaha apa
yang akan dilakukan untuk keperluan keluarganya nanti.
f. Sifat Prokreatif
Sikap prokreatif menyangkut sikap mereka terhadap hubungan seksual dan
sikapnya jika memiliki anak. Bagaimana rencana pengasuhan terhadap anaknya kelak.
g. Kesehatan dan Kondisi Fisik
Hal lain yang sangat penting adalah perlunya diketahui tentang kesesuaian
usia untuk mengukur kematangan emosional sevara usia kronologis, kesehatan secara
fisik dan mentalnya, dan faktor-faktor genetik.

2.4 Prosedur Konseling Pra-Nikah

Konseling pranikah diselenggarakan sebagaimana konseling perkawinan. Yang menjadi


penekanan pada konseling pranikah ini lebih bersifat antisipatif, yaitu mempersiapkan diri
untuk menetapkan pilihah yang tepat sehubungan dengan rencana pernikahannya. Adapun
prosedur tersebut adalah :

a. Persiapan, tahap yang dilakukan klien menghubungi konselor.


b. Tahap keterlibatan (the joining), adalah tahap keterlibatan bersama klien. Pada tahap
ini konselor mulai menerima klien secara isyarat (nonverbal) maupun secara verbal,
merefleksi perasaan, melakukan klarifikasi dan sebagainya.
c. Tahap menyatakan masalah, yaitu menetapkan masalah yang dihadapi oleh pasangan.
Oleh karena itu, harus jelas apa masalahnya, siapa yang bermasalah, apa indikasinya,
apa yang telah terjadi, dan sebagainya.
d. Tahap interaksi, yaitu konselor menetapkan pola interaksi untuk penyelesaian
masalah. Pada tahap ini anggota keluarga mendapatkan informasi yang diperlukan
untuk memahami masalahnya dan konselor dapat melatih anggota keluarga itu
berinteraksi dengan cara –cara yang dapat diikuti (misalnya pelan, sederhanan, detail,
dan jelas) dalam kehidupan mereka.
e. Tahap Konferensi, yaitu tahap untuk meramalkan keakuratan hipotesis dan
memformulasikan langkah-langkah pemecahan. Pada tahap ini konselor mendesain
langsung atau memberi pekerjaan rumah untuk melakukan atau menerapkan
pengubahan ketidak berfungsinya perkawinan.
f. Tahap penentu tujuan, tahap yang dicapai klien telah mencapai perilaku yang normal,
telah memperbaiki cara berkomunikasi, telah menaikkan self-esteem dan membuat
keluarga lebih kohesif.
g. Tahap akhir dan penutup, merupakan kegiatan mengakhiri hubungan konseling
setelah tujuannya tercapai.

 
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konseling pranikah ini dianggap penting karena banyak orang yang merasa salah dalam
menetapkan pilihannya, atau mengalami banyak kesulitan dalam penyesuaian diri dalam
kehidupan berkeluarga. Banyak orang yang terburu-buru membuat keputusan tanpa
mempertimbangkan banyak aspek sehubungan dengan kehidupan berumah tangga. Konseling
keluarga ini diselenggarakan dengan maksud membantu calon pasangan membuat
perencanaan yang matang dengan cara melakukan asesmen terhadap dirinya yang dikaitkan
dengan perkawinan dan kehiduoan berumah tangga

 
DAFTAR PUSTAKA

Http://Suci-anakpertanianUrgensiKonselingPra-Nikah.htm

Http://LayananKonselingKeluargadanPerkawinan_himCayoo!.htm

Http://KonselingPranikah_PsikologiKita.htm

Latipun. (2010). Psikologi Konseling. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah


Malang.

Anda mungkin juga menyukai