Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSELING KELUARGA

“KONSELING PRA-NIKAH”

DosenPembimbing:

Dr. YarmisSyukur, M.Pd., Kons

Oleh:

KELOMPOK 3

1. Cici AdeliaAzmi (18006079)


2. Eka FajriAnugrah (18006095)
3. Fara Vanesha (18006099)
4. Farid Aritosmen (18006104)
5. FebiolaSilvi (18006102)
6. Lisa Kurnia (18006116)

JURUSANBIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konseling Pra-Nikah”dalam mata
kuliah konseling keluarga. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan penulis berharap agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini


karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 06 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Pengertian Konseling Pranikah.................................................................3

B. Sejarah Konseling Pra-nikah.....................................................................4

C. Tujuan Konseling Pra-Nikah.....................................................................5

D. Pentingnya Konseling Pra-Nikah Bagi Pasangan Yang Akan Menikah.. .6

E. Persyaratan Menikah Menurut Undang-undang.......................................7

BAB III PENUTUP...................................................................................................12

A. Kesimpulan.............................................................................................12

B. Saran........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Yang membuat pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan kita
dengan pasangan, tetapi seberapa besar kemampuan dan kesediaan kita untuk
mengatasi ketidakcocokan. Cinta mungkin terlihat ideal, tetapi sesungguhnya
pernikahanlah yang benar-benar aktual. Ketidakjelasan antara yang ideal (apa
seharusnya) dan yang aktual (apa adanya) memang tak pernah berujung.
Statistik memperlihatkan perlunya menemukan kiat menempuh pernikahan
yang sukses. Mengajukan pertanyaan yang tepat kepada pasangan (sebelum
menikah) bisa menjadi alternatif solusi melanggengkan perkawinan yang
sehat, serasi dan bahagia.

Banyak pasangan enggan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan


penting sebelum mulai menikah karena ia takut menemukan ketidakcocokan
yang bisa jadi menggagalkan rencana pernikahannya, keterbatasan
pengetahuan dan rasa canggung yang ada. Tetapi, mengetahui hal-hal tersebut
sebelum menikah jelas lebih baik daripada harus mengalami stres setelah
menikah.

Banyak pasangan yang tidak siap menikah dan mereka tidak diberi
kesempatan belajar mengenai hal-hal yang bisa melanggengkan hubungan
rumah tangga mereka, bahkan mereka juga tidak mengetahui kriteria
pasangan yang tepat untuk mereka. Pernikahan bukan sekedar perencanaan
atau seperti gambaran pengantin ideal di televisi dan di film-film.

Saat seseorang mencari pasangan, ia harus menyadari bahwa tidak ada


orang yang sempruna; setiap orang pasti mempunyai kesalahan dan
kelemahan. indahnya pernikahan justru kala menemukan suami atau istri
yang dapat menjadi teman dalam pencarian spiritual, mitra membangun
hidup, dan pelipur meskipun dia mempunya kelemahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konseling pra-nikah?
2. Persoalan yang berkaitan dengan konseling pra-nikah?
a. Cinta dan Komitmen
b. Masalah Seks
c. Konflik Pribadi
3. Bagaimana Praktik konseling pra-nikah?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian konseling pra-nikah
2. Memahami persoalan yang berkaitan dengan konseling pra-nikah
3. Mengetahui Bagaimana Konseling Pra-nikah

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KONSELING PRA NIKAH

Pranikah adalah masa sebelum adanya perjanjian antara laki-laki dan


perempuan, tujuannya untuk membangun rumah tangga berdasarkan undang-
undang perkawinan agama maupun pemerintah.

Konseling pranikah merupakan salah satu persiapan berupa layanan


pemberian bantuan kepada individu sebelum melangsungkan pernikahan guna
mempersiapkan mental sebelum menikah. Konseling pranikah dilakukan
untuk mencapai tujuan pernikahan dengan mengeksplorasi hal-hal penting
dalam kehidupan baik dari segi psikologis, kesehatan, agama, sosial,
pendidikan guna mengurangi kekecewaaan dalam pernikahan (Handayanti,
2006).

Konseling pranikah juga disebut dengan terapi untuk pasangan yang


akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk membantu pasangan agar
saling memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik secara sehat,
saling menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi yang baik
(Kertamuda, 2009: 126).

Bimbingan konseling pranikah merupakan kegiatan yang


diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan
dengan rencana pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor
untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan
penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun, 2010: 154).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling pra-


nikah adalah proses pemberian bantuan kepada setiapcalon pasangan yang
akan menikah, sehingga mereka lebih mantap mengambil keputusan untuk
menikah.

B. PERSOALAN YANG BERKAITAN DENGAN KONSELING PRA


NIKAH

1. Cinta dan Komitment

Cinta merupakan salah satu syarat untuk melanjutkan kejejenjang


pernikahan, karena sebahagian orang mengatakan bahwa cinta adalah
anugrah yang harus dijaga keeksistensiannya, sebab pernikahan yang tidak
didasari atas dasar cinta, maka pernikahan itu akan mengalami kehancuran
yang menyebabkan pertengkaran, perpisahan yang berdampak pada psikis
sang anak. Namun,meskipun tidak keseluruhannya didasari cinta maka
persoalan ini bisa diatasi dengan memberikan
kehangatan,perhatian,kepercayaan dari kedua belah pihak. Karena cinta itu
bisa tumbuh dengan beriringnya waktu berjalan. Sorokin (1961),cinta
memeiliki “enersi”yang meskipun berbeda dengan apa yang dimiliki oleh
pisis namun enersi cinta menimbulkan suatu sifat kreatif yang amat
kuat,mengandung sifat rekreatif dan menagandung kekuatan yang
mengobati (therapeutic power).
Sedangkan komitment dapat diartikan sebagai janji,dimana janji yang
dimaksud adalah janji akan kekuatan cinta.Dengan adanyanya janji dalam
menjalin hubungan proses pranikah yang tidak mendapatkan kekuatan
yang kuat maka akan bisa menjadi terwujud demi tercapainya pernikahan.

Macam-macam komitment:

a. Komitmen Mendekat

Komitmen Anda adalah komitmen mendekat jika Anda berkomitmen


karena percaya bahwa dengan terus melanjutkan hubungan maka hidup
akan lebih bahagia. Jadi, Anda berkomitmen karena mendapatkan hal-hal
positif dari hubungan cinta yang dijalani. Anda puas, Anda bahagia, maka
Anda berkomitmen

Pernyataan komitmen mendekat

 Saya merasa berbahagia dan saya ingin terus berbahagia


bersamanya
 Saya sangat bangga terhadapnya
 Saya dan pasangan saya saling membutuhkan
 Pasangan sangat memedulikan saya dan saya pun harus peduli
padanya
 Pasangan saya selalu mau mendengarkan saya dan saya pun harus
mau mendengarkannya
 Pasangan saya membuat saya merasa spesial dan saya pun
membuatnya merasa spesial
 Saya merasa sangat terikat pada pasangan saya

b. Komitmen Menghindar
Komitmen Anda adalah komitmen menghindar jika Anda
berkomitmen karena khawatir akan mendapatkan hal-hal negatif jika
hubungan berakhir. Terdapat dua tipe orang yang memiliki komitmen
menghindar. Pertama, orang yang memiliki perasaan bahwa dirinya
seharusnya (ought to) melanjutkan hubungan karena secara moral harus
begitu. Misalnya tidak bercerai karena diharamkan agama atau khawatir
anak-anak akan terlantar. Mereka berkomitmen berdasarkan prinsip “saya
tidak melakukan apa yang saya inginkan tapi saya melakukan apa yang
saya rasa baik dan benar untuk dilakukan”.  Jadi, jika berpisah itu tidak
baik, maka tidak berpisah meskipun sebenarnya ingin berpisah.

Pernyataan komitmen menghindar Kedua, orang yang memiliki


perasaan bahwa dirinya harus (have to) melanjutkan hubungan karena
tidak sanggup untuk berpisah. Mereka waswas akan sangat menderita jika
terjadi perpisahan. Mereka khawatir bakal sulit mendapatkan pengganti
sepadan. Mereka takut kehilangan sumber finansial. Mereka cemas
dikecam keluarga. Orang yang memiliki tipe komitmen menghindar ini
pada umumnya memiliki kepuasan hidup yang rendah.

Pernyataan komitmen menghindar, diantaranya:

 Anak-anak saya harus tumbuh dalam keluarga yang utuh di mana


pasangan saya adalah ayah/ibu anak-anak saya
 Saya akan dikecam bila saya mengakhiri hubungan ini
 Saya telah berkorban banyak hal untuk hubungan ini, jika berakhir
saya akan sengsara.
 Pasangan saya tempat saya bergantung, saya tidak dapat pergi
darinya
 Terlalu banyak dimensi hidup saya yang terganggu bila saya
mengakhiri hubungan
 Saya ingin keluarga saya menjadi keluarga yang utuh
 Saya tidak yakin akan bisa mendapatkan yang lebih baik darinya
 Jika hubungan ini menguntungkan saya, saya merasa tidak benar
bila harus mengakhiri hubungan.
 Jika saya merasakan manfaat dari hubungan ini, saya akan
melakukan segala sesuatu untuk tetap mempertahankan hubungan
ini.

2. Masalah Seks
Hubungan seksual merupakan aktivitas seksual yang tidak hanya
melibatkan satu orang pelaku melainkan juga melibatkan pihak lain
sebagai pasangan. Sebagai pasangan, hubungan seksual sejatinya
dilakukan atas kebutuhan bersama dan suka sama suka sehingga tidak ada
salah satu pihak yang dirugikan.

Seksualitas adalah suatu konsep, konstruksi sosial terhadap nilai,


orientasi, dan perilaku yang berkaitan dengan seks. Dengan demikian,
memahami seks sebenarnya adalah memahami manusia seutuhnya
sekaligus memahami sebuah masyarakat, sebuah ke budayaan, dan juga
memahami bagaimana sebuah kekuasaan bekerja dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, hubungan seksual mempunyai dua fungsi,
yaitu rekreasi dan pro-kreasi. Fungsi rekreasi meliputi pemenuhan
kebutuhan seksual, menikmati hubungan seksual, waktu, dan cara
hubungan seksual dilakukan. Sedangkan fungsi prokreasi yaitu fungsi
regenerasi manusia dari waktu ke waktu.

Untuk menimbulkan gairah seks dapat ditempuh dengan cara sebagai


berikut:

1) Melihat gambar-gambar atau mendengar cerita yang mengarah pada


seksual
2) Dengan bau-bauan yang merangsang
3) Persentuhan langsung anggota badan wanita dan pria
4) Melihat secara langsung
5) Fikiran atau pantasi yang tertuju pada masalah koitus akan
membangkitkan gairah hubungan seksual

Hal-hal yang menjadi masalah seks adalah sebagai berikut:

1. Ejakulasi prematur yaitu keadan seorang pria telah mencapai


puncak dengan hubungan seksual yaitu keluar mani sebelum
dikehendaki. penyebabnya antara lain:
a) Kebiasaan melakukan hubungan seks sebelum perkawinan
b) Adanya rasa cemas
c) Adanya perasaan bersalah
d) Pendidikan masa kecil yang tidak tepat

Cara mengatasinya yaitu dengan cara:

a) Mengurangi masuknya stimulus seksual


b) Mengurangi gesekan langsung antara penis dan vagina
c) Bisa menggunakan kondom
d) Foreplay yang tidak perlu lama
e) Menggunakan tenik-teknik tertentu
2. Impotensi yaitu tidak dapatnya organ genetal pria untuk berfungsi
secara normal dalam melakukan seksual. Penyebabnya antara lain:
a) Faktor psikologis
b) Faktor obat-obatan
c) Faktor fisiologis

Cara mengatasi yaitu dengan cara melihat peyebabya apa, jadi cara
mengatasinya tergantung dari penyebabanya.

3. Frigiditas yaitu dimana keadaan wanita tidak mamapu


menimbulkan atau mempertahankan dorongan seksual dalam arti
tidak memiliki minat dalam hubungan seksual atau koitus. Cara
mengatasinya yaitu dengan cara seperti mengatasi impoten yang
terjadi pada pria, namun ini terjadi pada wanita, cara mengatasinya
tentu dengan cara melihat penyebabnya yaitu tidak terlepas dari
tindakan dokter.

Langkah-langkah sebelum berhubungan antara lain:

1. Peluklah pasangan dengan mesra. Anda juga bisa bermanja-manja


sambil mengelus dadanya, mencium pipinya, dan sebagainya.
Lakukan aktivitas ini selama 5-10 menit. Bukalah obrolan ringan
yang menyenangkan diselingi canda dan tawa. Ini akan menjadikan
suasana lebih hangat dan terjalin kedekatan emosional. Tapi hati-
hati dengan humor yang dilontarkan, ya, jangan sampai
menyinggung dirinya. Apalagi mengkritik aksinya di tempat tidur.
Bisa-bisa dia langsung kehilangan selera.
2. Ekspresikan perasaan sayang Anda pada pasangan, dengan
melakukan gerakan mengusap, memijat, atau hal lainnya. Selingi
dengan ucapan-ucapan mesra yang membuat dia merasa dicintai.
3. Potonglah buah, seperti mangga, jeruk, atau stroberi. Kemudian
Anda dan pasangan bisa saling menyuapi potongan buah tersebut.
Kalau tidak ada buah, camilan lain pun oke. Siapkan sebelumnya
di samping tempat tidur.
4. Jangan rusak suasana yang romantis dengan mengeluh tentang
masalah yang sedang Anda hadapi. Tentang menyebalkannya bos
di kantor, tagihan kartu kredit yang membengkak, cicilan utang,
dan sebagainya. Bila pasangan yang mulai mengangkat masalah
ini, segera alihkan pembicaraan ke hal-hal yang menyenangkan.
5. Akhiri aktivitas ini dengan mandi bersama. Siraman air hangat
yang membasahi tubuh Anda dan pasangan efektif membuat tubuh
lebih relaks. Jangan lupa lakukan gerakan saling memijat, dijamin
tubuh menjadi segar kembali. Siapa tahu, setelah itu pasangan
malah siap beraksi ke ronde selanjutnya

3. Konflik pribadi
Pada proses pengenalan masalah pra nikah terungkap ada 6 problem
sebelum nikah, yaitu:

1) Ekonomi

Problem ekonomi seringkali menjadi masalah serius pasangan yang


akan melangsungkan pernikahan. Tidak hanya biaya untuk
melangsungkan pernikahan tetapi bianya terkait resepsi pernikahannya.
Karena problem ekonomi ini seringkali pasangan calon pengantin tidak
berani memutuskan untuk menikah.

2) Pasangan belum bekerja

Problem yang terkait dengan persoalan ekonomi juga yaitu masalah


pasangan yang belum bekerja tapi sudah ngebet pengen menikah.
Pasangan yang belum mempunyai pekerjaan seringkali menjadi
problem ketika ingin melangsungkan pernikahan. Ada kekhawatiran
tidak bisa menghidupi keluarga selama pernikahan.

3) Hamil di luar Nikah

Pergaulan pasangan yang tidak terkontrol seringkali mengakibatkan


hamil di luar nikah (kehhamilan tidak diinginkan). Problem muncul
ketika laki-lakinya tidak bertanggungjawab, salah satu pasangannya
masih sekolah dan persoalan-persoalan lain yang mengikutinya.

4) Terlambat menikah

Jodoh adalah rahasia Allah. Tidak semua orang mudah mendapatkan


pasangan atau karena terlalu sibuk bekerja atau menempuh pendidikan
sehingga melupakan pernikahan. Usia-usia yang mestinya menikah
terlewat begitu saja sehingga mengalami kesulitan mencari pasangan
ketika usia seudah semakin bertambah.

5) Status palsu

Problem yang sering muncul pra nikah yang lain adalah adanya status
palsu, mengaku perjaka ternyata punya anak enam misalnya atau
masih terikat pernikahan dengan perempuan lain. Problem ini
berpotensi mengakibatkan banyaknya praktik pernikahan poligami dan
pernikahan sirri.

6) Minim pendidikan seks

Problem yang lain adalah minimnya pendidikan seks. Problem ini


mengakibatkan adanya pernikahan dini, tidak mengetahui organ
reproduksi diri sendiri, hak-hak seksual pasangan, kesehatan
reproduksi pasangan, tidak mengetahui alat kontrasepsi, masa subur
dan persoalan kesehatan reproduksi lainnya.

C. PRAKTIK KONSELING PRA NIKAH

Aspek yang perlu dipahami dan dilakukan asesmen pada saat


konselor jika melakukan konseling pranikah :

1) Riwayat Perkenalan

Konselor perlu mengetahui riwayat perkenalan pasangan pranikah.


Dimana mulai berkenalan, seberapa perkenalan berlangsung, bagaimana
mereka saling mengetahui satu sama lain. Misalnya pembicaraan tentang
nilai, tujuan dan harapannya terhadap hubungan pernikahan, dan alasan
mereka berkeinginan melanjutkan perkenalannya kearah pernikahan.

2) Perbandingan Latar Belakang Pasangan

Keberhasilan membangun keluarga seringkali dihubungkan dengan


latar belakang pasangan. Kesetaraan latar belakang lebih baik penyesuaian
pernikahannya dibanding dengan yang berasal dari latar belakang yang
berbeda. Konselor perlu mengungkapkan latar belakang pendidikan,
budaya keluarga setiap partner dan status sosial ekonominya sepenuhnya
harus dieksplorasi, dan perbedaan agama serta adat istiadat keluarganya.

3) Sikap Keluarga Leduanya

Sikap keluarga terhadap rencana pernikahannya, termasuk bagaimana


sikap mertua terhadap keluarga dan sanak keluarga terhadap keluarga
nantinya, apakah mereka menyetujui terhadap rencana pernikahannya, atau
memberikan dorongan, dan bahkan memaksakan agar menikah dengan
orang yang disenangi. Sikap keluarga keduanya ini sangat penting
diketahui terutama untuk mempersiapkan pasangan dalam menyikapi
masing-masing keluarga calon pasangannya.

4) Perencanann Terhadap Pernikahan

Perencanaan terhadap pernikahan meliputi rumah yang akan ditempati,


sistem keuangan keluarga yang hendak disusun dan apa yang dipersiapkan
menjelang pernikahan. Kemampuan pasangan untuk memperkirakan
tanggung jawab keluarga ditunjukkan oleh persiapan dan perencanaan
mereka terhadap pernikahan yang hendak dilaksanakan.oleh karena itu,
perlu dipahami apakah mereka memiliki perencanaan yang cukup realistis
atau tidak.

5) Faktor Psikologis dan Kepribadian

Faktor psikologis dan kepribadian yang perlu diasesmen adalah sikap


mereka terhadap peran seks dan bagaimana peran yang hendak dijalankan
keluarganya nanti, bagaimana perasaan mereka terhadap dirinya (self
image, body image), dan usaha apa yang akan dilakukan untuk keperluan
keluarganya nanti.

6) Sifat Prokreatif

Sikap prokreatif menyangkut sikap mereka terhadap hubungan seksual


dan sikapnya jika memiliki anak. Bagaimana rencana pengasuhan terhadap
anaknya kelak.

7) Kesehatan dan Kondisi Fisik

Hal lain yang sangat penting adalah perlunya diketahui tentang


kesesuaian usia untuk mengukur kematangan emosional sevara usia
kronologis, kesehatan secara fisik dan mentalnya, dan faktor-faktor
genetik.

1. Prosedur Konseling Pra Nikah

Konseling pranikah diselenggarakan sebagaimana konseling


perkawinan. Yang menjadi penekanan pada konseling pranikah ini lebih
bersifat antisipatif, yaitu mempersiapkan diri untuk menetapkan pilihah
yang tepat sehubungan dengan rencana pernikahannya. Adapun prosedur
tersebut adalah :

a) Persiapan, tahap yang dilakukan klien menghubungi konselor.


b) Tahap keterlibatan (the joining), adalah tahap keterlibatan bersama
klien. Pada tahap ini konselor mulai menerima klien secara isyarat
(nonverbal) maupun secara verbal, merefleksi perasaan, melakukan
klarifikasi dan sebagainya.
c) Tahap menyatakan masalah, yaitu menetapkan masalah yang
dihadapi oleh pasangan. Oleh karena itu, harus jelas apa
masalahnya, siapa yang bermasalah, apa indikasinya, apa yang
telah terjadi, dan sebagainya.
d) Tahap interaksi, yaitu konselor menetapkan pola interaksi untuk
penyelesaian masalah. Pada tahap ini anggota keluarga
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memahami
masalahnya dan konselor dapat melatih anggota keluarga itu
berinteraksi dengan cara –cara yang dapat diikuti (misalnya pelan,
sederhanan, detail, dan jelas) dalam kehidupan mereka.
e) Tahap Konferensi, yaitu tahap untuk meramalkan keakuratan
hipotesis dan memformulasikan langkah-langkah pemecahan. Pada
tahap ini konselor mendesain langsung atau memberi pekerjaan
rumah untuk melakukan atau menerapkan pengubahan ketidak
berfungsinya perkawinan.
f) Tahap penentu tujuan, tahap yang dicapai klien telah mencapai
perilaku yang normal, telah memperbaiki cara berkomunikasi,
telah menaikkan self-esteem dan membuat keluarga lebih kohesif.
g) Tahap akhir dan penutup, merupakan kegiatan mengakhiri
hubungan konseling setelah tujuannya tercapai.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bimbingan konseling pra nikah adalah proses pemberian bantuan


kepada setiap pasangan yang akan menikah, sehingga mereka lebih mantap
mengambil keputusan untuk menikah. Konseling pranikah bertujuan agar
individu mempersiapkan dan mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan
yang dimilikinya dalam memasuki jenjang pernikahan, menyesuaikan diri
dengan lingkungan keluarga dan masyarakat, serta mengatasi hambatan dan
kesulitan menghadapi jenjang pernikahan. bimbingan keluarga juga
membantu individu yang akan berkeluarga memahami tugas dan tanggung
jawabnya sebagai anggota keluarga sehingga individu siap menghadapi
kehidupan keluarga. Bimbingan keluarga juga membantu anggota keluarga
dengan berbagai strategi dan teknik berkeluarga yang sukses, harmonis dan
bahagia. Syarat-syarat tersebut diatur dalam Undang-undang RI No 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan diperbarui dengan Undang-Undang RI No 16
Tahun 2019. Syarat-syarat perkawinan termuat dalam Bab II pasal 6 dan 7
UU RI No 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas UU No 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan.Berikut syarat-syarat nikah sebagaimana termuat dalam
Undang-Undang

B. SARAN
Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi pembaca dan
juga bagi calon konselor nanti.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Nur. (2006). Efektifitas Pelaksanaan Bimbingan Konseling Pranikah


Dan Pasca Nikah Dalam Membantu Mengatasi Perceraian (Studi Evaluasi
BP4 Kecamatan Tugumulyo Musi Rawas), Tesis Uin Sunan Kalijaga.

Kertamuda, E Fatchiah. (2009). Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia.


Jakarta: Salemba Humanika.

Latipun. (2010). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.

Sofyan S. Willis (2009) ,Konseling Keluarga, Bandung:ALFABETA

Anda mungkin juga menyukai