Anda di halaman 1dari 14

Tusi Kepenghuluan ( Penasehatan Perkawinan )

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI KUA

Dosen Pengampu :

Hayat Priono Wiyadi,M.H

Disusun oleh:

Kelompok 03/ SA.G

1. Arina Hidayatul Istiqomah (101190194)


2. Bagus Ahmad Setyo Binangkit (101190195)
3. Prysilla Lutfiatus Sholikhah (101190082)

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2022
BAB I

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Tusi
Kepenghuluan ( Penasehatan Perkawinan )”. Dalam mengumpulkannya, penulis menerima
banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Semoga
semua ini bisa memberikan kebahagiaan dan keberhasilan pada langkah yang lebih baik.

Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak terdapat kesalahan yang itu memang
kelemahan dari kami. Untuk itu kami mohon untuk diberikan kritik dan saran untuk kemajuan
kami khususnya dan rekan-rekan umumnya.

Ponorogo, Jum’at 13 Mei 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................4

A.Latar Belakang ...........................................................................................................4

B.Rumusan Masalah ......................................................................................................5

C.Tujuan Penulisan.........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................6

Pengertian Tanah..............................................................................................................................6

Hak Penguasaan Atas Tanah............................................................................................................7

Hak Milik.........................................................................................................................................8

Pengertian Wakaf ..........................................................................................................................11

Pendaftaran Tanah Wakaf............................................................................................................. 12

BAB III PENUTUP........................................................................................................................13

A.Kesimpulan ..............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................14
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan adalah perihal yang penting dalam kehidupan manusia, perseorangan


atau kelompok. Dimana perkawinan merupakan pintu gerbang kehidupan yang wajar atau
biasa dilakukan pada umumnya umat manusia. Terbentuknya keluarga yang kokoh
merupakan syarat penting bagi kesejahteraan masyarakat dalam melangsungkan hidup. Suatu
ikatan perkawinan pada dasarnya ingin membentuk keluarga, dimana suatu ikatan keluarga
dimulai dengan adanya suatu perkawinan yang diharapkan adalah hidup berumah tangga yang
dibina dengan suasana damai tentram, rasa kasih sayang antara suami dan istri. Bahwasanya
setiap perkawinan diharapkan berlangsung kekal dalam arti putusnya perkawinan hanya
disebabkan oleh suatu kematian sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan berarti sebab lain
yang tidak dikehendaki yaitu suatu perceraian. Jika kemudian timbul suatu perselisihan tersebut
diusahakan agar dapat diatasi dan menghindari adanya suatu perceraian yang tidak diharapkan.
Usaha dalam mengurangi perselisihan banyak cara dan upaya serta sarana yang ditempuh
oleh pasangan suami istri yang dilanda krisis untuk menyelamatkan perkawinan mereka.
Ada yang diselesaikan sendiri oleh karena dan pula yang melalui pihak ketiga, melalui tokoh
masyarakat atau konsultan perkawinan dan keluarga yang sekarang dikenal dengan nama
Badan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau dengan media lainnya.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan?
b. Bagaimana Pembekalan Pra Nikah ?
c. Bagaimana Pembekalan Pasca Nikah ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
b. Untuk mengetahui Pembekalan Pra Nikah
c. Untuk mengetahui Pembekalan Pasca Nikah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan

Penasihatan pra-perkawinan biasa dikenal dengan berbagai istilah lain seperti screening,
bimbingan pranikah, penataran pranikah, penyuluhan pranikah, kursus pranikah, atau kursus
calon pengantin (suscatin). Bimbingan memiliki fungsi preventif yaitu lebih bersifat mencegah
agar sesuatu tidak terjadi, sesuai asal katanya yaitu "prevent”. Artinya mencegah terjadinya /
munculnya problem pada diri seseorang. BP-4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan) adalah Badan semi resmi yang berkedudukan ditingkat Pusat sampai dengan tingkat
terendah di desa/kelurahan dengan tugas membantu Departemen Agama dalam meningkatkan
mutu perkawinan melalui serangkaian program kegiatan yang terstruktur berupa pembinaan,
penyuluhan dan konseling yang bersifat terpadu antara pemerintah dengan tokoh masyarakat,
dengan tujuan mewujudkan keluarga yang sakinah.1

Badan penasihatan pembinaan dan pelestarian perkawinan (BP4) ini seyogyanya


tidak diatur dalam Undang-undang atau Peraturan Pemerintah, faktor terbentuknyalah yang
mendorong berdirinya organisasi ini. Pada tahun 1950-1954 dilakukan penilaian terhadap
statistik nikah, talak, dan rujuk (NTR) di seluruh Indonesia dan ditemukan fakta-fakta yang
menunjukan labilnya perkawinan mencapai 60-70%. Hal tersebut terjadi dikarenakan
petugas NTR hanya sekedar mengawasi dan mencatat perkawinan, sedangkan pemeliharaan
dan perawatan selanjutnya diserahkan kepada suami dan istri. Bukanlah tugas Departemen
Agama untuk menyelesaikan kasus krisis perkawinan (rumah tangga) hal tersebut
1
Dinata, W. S. W. (2015). Optimalisasi Peran Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) dalam Rangka Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Jember. De Jure, Jurnal Syariah
Dan Hukum.
mengakibatkan tingginya angka perceraian dan banyak diantaranya yang sewenang-wenang
dan dalam hal ini pihak wanita yang merasa menderita.
Selain hal itu di atas Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
(BP4) terbentuk karena merasa belum efektifnya peran Pengadilan Agama dalam
mempersukar terjadinya perceraian atau dalam arti mengurangi terjadinya suatu perceraian.
Namun mereka selangkah lebih berhasil dalam memberikan konsultasi pada kesulitan-
kesulitan perkawinan dari pada pejabat NTR. (Noeh, 2017)
Jadi pada dasarnya Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestrian Perkawinan (BP4) itu
dibentuk karena meningkatnya angka perceraian dan labilnya perkawinan yang disebabkan
oleh kurang berperannya petugas NTR dalam menangani persoalan perceraian dan kurang
efektifnya Pengadilan Agama dalam mempersulit terjadinya suatu perceraian.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Kantor Urusan Agama kota Praja lebih dahulu
merintis cita-cita kearah itu dengan dibentuknya SPP (Seleksi Penasihat Perkawinan) di
seluruh Jakarta yakni pada bulan April 1954 yang kemudian pada tahun 1956 berubah
menjadi P4 (Penasihat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian), sebagai sebuah organisasi
masyarakat yang bergerak di bidang usaha mengurangi angka perceraian, mempertinggi
nilai suatu perkawinan dengan jalan memberi nasihat bagi mereka yang memiliki krisis
dan persoalan dalam perkawinan. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Penasihat Perkawinan
dan Penyelesaian Perceraian (P4) ini berpengaruh luas hingga kedaerah-daerah lainnya yang
ada di Indonesia. Pada tanggal 3 Oktober 1954 di Bandung, didirikan organisasi yang sejenis
dengan nama BP4 (Badan Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian). Kemudian
di Yogyakarta didirikan BKRT (Badan Kesejahteraan RumahTangga) yaitu pada tanggal 3
Januari 1960, seluruh organisasi yang sejenis meleburkan diri dan menjadi satu serta bersifat
nasional dengan nama Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) yang
berpusat di Jakarta dengan cabang-cabangnya diseluruh Indonesia. (Noeh, 2017)
Berdirinya Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)
dikikuhkan dengan surat Keputusan Menteri Agama Nomor 85 Tahun 1961 yang isinya
mengakui bahwa Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah satu-
satunya badan yang berusaha di bidang penasihatan perkawinan dan pengurangan angka
perceraian dalam rangka melaksanakan penetapan Menteri Agama Nomor 53 Tahun 1958.
Dengan Keputusan Menteri Agama tersebut maka Badan Penasihatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah merupakan badan resmi pemerintah.
Dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1977 tanggal 18 Juni Tahun
1977 diatur pengakuan atas Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
(BP4) adalah satu-satunya badan yang bergerak di bidang penasihatan perkawinan, 381
pengurangan angka perceraian dalam rangka menunjang program Departemen Agama.
Untuk landasan bergeraknya dipergunakan anggaran dasar Badan Penasihatan Pembinaan
dan PelestarianPerkawinan (BP4) yang disahkan oleh konfrensi BP4 yang ke IV di Jakarta yakni
pada tanggal 20 Desember 1976 serta anggaran rumah tangga Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) yang tersebut diberi nama Badan Penasihat
Perkawinan Perselisihan dan Perceraian (BP4) yang disahkan oleh rapat pleno pengurus
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) pada tanggal 18 Mei
1977. (Noeh, 2017)
Pada uraian diatas menunjukan bahwa terbentuknya Badan Penasihatan Pembinaan
dan Pelestarian Perkawinan (BP4) tidak dilandasi dengan dasar hukumUndang-undang atau
Peraturan Pemrintah pada awalnya, melainkan tumbuh dan berkembang dari masyarakat
sehingga memperoleh pengukuhan serta pengawasan dari pemerintah. Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) berdasarkan Pancasila dan berdasrakan Islam
,sedangkan sifatnya sebagai penunjang Departemen Agama dalam bidang penasihatan
perkawinan dan pembinaan keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan sejahtera. Tentang
tujuan dan usaha Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)
dikemukakan berturut-turut dalam Pasal 3 dan Pasal 4 anggaran dasar. Tujuannya adalah
mempertinggi nilai perkawinan dan terwujudnya rumah tangga sejahtera, bahagia menurut
tuntunan Islam.2

B. Pembekalan Pra Nikah

Pembekalan atau penasehatan secara ilmiah mempunyai pengertian tersendiri dan hanya
dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu yang menguasai ilmu tersebut. Pembekalan pra
nikah juga termasuk penasehatan perkawinan, yaitu suatu pelayanan sosial mengenai
permasalahan keluarga, 2 Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Kementerian
Agama, Buku Pegangan Calon Pengantin, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji Kementerian Agama, 2003), hal. 17-263 Implementasi Pembekalan
Pranikah 303 khususnya hubungan suami isteri, tujuan yang hendak dicapai adalah
terciptanya situasi yang menyenangkan dalam suatu hubungan suami isteri, sehingga dengan
situasi yang menyenangkan tersebut keluarga dapat mencapai kebahagiaan.3 Menurut
Abdul Kholiq, pengertian pembekalan pra nikah adalah pendidikan dan pengarahan kepada
calon pengantin yang diadakan sebelum dilangsungkannya proses akad nikah, yang mencakup
materi kebijakan pemerintah dalam bidang perkawinan, membentuk keluarga Islami, hukum
munakahat dan etika perkawinan, serta membangun rumah tangga sakinah mawaddah
warahmah.4 Melihat uraian diatas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
pembekalan pra nikah adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok
atau unit sosial terkecil dalam masyarakat terhadap calon mempelai. Persiapan kearah
perkawinan perlu dilakukan agar mereka yang akan memasukinya betul-betul siap, baik
mental maupun material, terutama dalam mewujudkan fungsi-fungsi keluarga. Fungsi-fungsi
keluarga itu adalah fungsi pengaturan seksual, fungsi sosialisasi, fungsi penentuan status,
fungsi perlindungan dan fungsi ekonomi. Diluar fungsi tersebut ada fungsi utama yang tidak
boleh dilupakan oleh seorang muslim yakni fungsi pengamalan agama. 3
Dengan pengamalan agama tersebut, hati merasa tenang dan bahagia. Persiapan
perkawinan dilakukan melalui proses pembekalan yang cukup matang atau dengan kata lain
melalui proses pendidikan, baik pembekalan itu dilaksanakan oleh keluarga maupun yang
2
Hamidah, Z. (2019). Peran Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam
Mencegah Perceraian (Studi Kasus di KUA Kecamatan Klojen Kota Malang ). HIKMATINA:
Jurnal Ilmiah Hukum Keluarga Islam, Volume 1
3
Membina Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta: Proyek Peningkatan Peranan Wanita. Implementasi
Pembekalan Pranikah 317 Affandi, Sulaiman. 2001.
dilaksanakan oleh instansi terkait seperti Kantor Urusan Agama (KUA), atau yang dikenal
dengan kursus calon pengantin. Pendidikan dalam arti luas, sempit atau luas terbatas adalah
kegiatan yang menjembatani antara kondisi-kondisi aktual dengan kondisikondisi ideal,
berlangsung dalam satuan waktu tertentu, merupakan langkahlangkah untuk mengubah
kondisi awal sebagai masukan menjadi kondisi ideal sebagai hasilnya.
Peserta pembekalan pra nikah adalah orang dewasa, minimal 16 tahun untuk
perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki dan telah menyiapkan diri untuk memasuki
keluarga baru, maka dari sisi usia, pendidikan pra nikah masuk dalam kategori
pendidikan kehidupan keluarga. Menurut Bryson, dkk mengatakan bahwa pendidikan orang
dewasa adalah semua aktifitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam
kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk
mendapatkan tambahan intelektual. Menurut Bastomi mengutip pendapat Reeves dan
Houle mengatakan bahwa pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk
mengembangkan diri yang dilakukan oleh individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha untuk
menjadikan bidang utama kegiatannya Menurut Unesco pendidikan orang dewasa adalah
keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apapun isi, tingkatan, metodenya baik
formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula disekolah,
akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang dianggap dewasa oleh
masyarakat, mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan
kualifikasi teknis dan profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan
perilakunya dalam rangka pengembangan sosial ekonomi, dan budaya yang seimbang dan
bebas.
Dilihat dari penekanan masing-masing definisi tersebut, kajian tentang pembekalan
pra nikah diterapkan sebagai pendidikan orang dewasa dalam pengertian bahwa pendidikan
pra nikah merupakan usaha yang tidak dipaksa dengan menggunakan sebagian waktu dan
tenaganya untuk pengembangan individu dan peningkatan partisipasi sosial. Perkembangan
individu dan peningkatan partisipasi sosial merupakan penekanan yang penting dalam
pendidikan di suatu keluarga. Karena kemunculan pendidikan kehidupan keluarga
didasarkan pada adanya saling mempengaruhi antara kehidupan keluarga dan lingkungan Hal
ini menunjukkan bahwa kehidupan keluarga senantiasa berhadapan dengan Pendidikan
Orang Dewasa dari Teori hingga Apikasi. Implementasi Pembekalan Pranikah 305
berbagai permasalahan yang berkembang dilingkungan sekitar, seperti pertambahan
penduduk, ekonomi, gizi, perhatian terhadap wanita dan anakanak, perumahan dan lain-
lain. Bidang garapan pendidikan kehidupan keluarga meliputi: hubungan dalam keluarga,
penyadaran diri, pertumbuhan dan perkembangan anak, persiapan untuk memasuki
pernikahan dan menjadi pemimpin dalam kehidupan keluarga, pemeliharaan anak,
sosialisasi terhadap remaja dalam memasuki peran orang dewasa, pendidikan sex,
manajemen sumber daya manusia dan harta keluarga, pendidikan kesehatan (individu, keluarga
dan lingkungan), interaksi inter dan antar keluarga, serta pengaruh perubahan lingkungan
terhadap kehidupan ekonomi, social dan budaya keluarga. Teori lain yang berdekatan
dengan penyelenggaraan pendidikan pra nikah adalah teori pendidikan menjadi orang tua
atau dikenal dengan parenting education. Diantara cakupan dalam pendidikan ini adalah
menyangkut bagaimana peserta dapat mempersiapkan diri sebagai orang tua dan mendidik
anaknya. Pembekalan pra nikah sangat diperlukan sebagai upaya untuk memberikan
bimbingan dan arahan kepada pasangan calon pengantin guna mempersiapkan diri
membentuk sebuah rumah tangga yang bahagia dan sejahtera lahir batin. Rumah tangga
bahagia (sakinah) adalah kehidupan keluarga yang dibina berdasarkan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material yang layak, mampu menciptakan
suasana kasih sayang (mawaddah warahmah) selaras, serasi seimbang serta mampu
menanamkan dan melaksanakan nilai-nilai keimanan, ketakwaan, amal sholeh dan akhlakul
karimah dalam lingkungan keluarga sesuai dengan ajaran agama Islam.4

4
Peranan Petugas BP.4 terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah Perspektif Manajemen
Penyuluhan Islam dalam Keluarga, Tesis, Surakarta: UMS.
C. Pembekalan Pasca Nikah

1. .Unsur-Unsur Pembinaan Perkawinan


Dalam memudahkan proses bimbingan, diperlukan unsur-unsur yang mendukung
terlaksananya pelaksanaan bimbingan tersebut. Unsur-unsur bimbingan adalah komponen-
komponen yang selalu ada dalam kegiatan bimbingan, diantaranya yakni subjek bimbingan,
Objek bimbingan, materi bimbingan, metode bimbingan dan media bimbingan.
2. Subjek Bimbingan
Subjek (pembimbing atau tutor) merupakan salah satu unsur yang paling pokok dalam
pelaksanaan bimbingan, pembimbing atau tutor harus mampu membaca situasi dan kondisi yang
dihadapi dan menguasai bahan atau materi serta dapat memberi contoh yang baik. Ada beberapa
kriteria seseorang menjadi seorang penasehat yaitu:
a.Seorang penasihat dapat menguasai materi yang akan disampaikan kepada;
b.Seorang penasihat harus mempunyai wibawa yang diperlukan untuk memberi nasihat
c.Mempunyai pengertian yang mendalam tentang masalah pernikahan dan kehidupan keluarga
baik secara teori maupun praktek;
d.Mampu memberikan nasihat secara ilmiah antara lain harus mampu memberi nasihat secara
relevan, sistematis, masuk akal dan mudah diterima;
e.Mampu menunjukkan sikap yang meyakinkan peserta bimbingan, melakukan cara pendekatan
yang baik dan tepat;
f.Dan mempunyai usia yang relatif cukup sebagai seorang penasehat sehingga, tidak akan
mendatangkan prasangka buruk atau sikap yang meremehkan dari klien.
g.Mempunyai niat pengabdian yang tinggi, sehingga memandang tugas dan pekerjaannya bukan
sekedar pekerjaan duniawi tetapi juga dianggap dan dilandasi dengan niat ibadah.5
3. Materi Bimbingan Pernikahan
Materi adalah bahan yang akan digunakan oleh pembimbing dalam melakukan proses
bimbingan pranikah. Materi-materi yang disampaikan dalam pelaksanaan bimbingan dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu:6
a.Kelompok dasar Dalam kelompok dasar ini pembimbing akan menjelaskan materi tentang UU
Pernikahan dan KHI, UU KDRT, UU perlindungan anak, memahami ketentuan-ketentuan
syariah tentang munakahat, dan mengetahui prosedur pernikahan sesuai dengan Kebijakan
Kementerian Agama tentang Pembinaan Keluarga Sakinah dan Kebijakan Ditjen Bimas Islam
tentang pelaksanaan kursus.
Materi dasar ini disampaikan agar lebih memahami konsep berkeluarga itu seperti apa,, hak dan
kewajiban suami istri, masalah status anak, batasan usia menikah, asas berkeluarga, pembatasan
poligami. Diharapkan dengan diberikan materi seperti ini dapat mengatasi dan menyelesaikan
masalah mereka dalam menjalani kehidupan sehri-hati

5
Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, (On-line), tersedia di :
http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/perdirjen-no-dj-ii-542-th2013-pedomanpenyelenggaraan-
kursus-pra-nikah.pdf

6
Departemen Negara RI, Bahan penyuluhan Hukum (Jakarta: Departemen Agama RI, 1999/2000) hlm. 15
Kelompok inti akan menjelaskan tentang pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga, merawat cinta
kasih dalam keluarga, memajemen konflik dalam keluarga, psikologi pernikahan dan keluarga.
Pada kelompok inti pembimbing lebih berfokus pada materi tentang keluarga diharapkan cdapat
menerapkan pada kehidupan berumah tangga nanti. Keluarga adalah unit terkecil dan inti dari
masyarakat. Artinya apabila kita berhasil dalam membina rumah tangga maka kita akan berhasil
juga pada masyarakat.Komunikasi yang baik antara suami dan istri membuat hubungan keluarga
menjadi tambah erat. Banyak pertengkaran keluarga terjadi karna komunikasi kurang baik yang
terjalin antara suami dan istri.
c.Kelompok penunjang
Pada kelompok penunjang pembimbing memberikan pre test dan post test untuk Post test ini
diberikan agar memahami dan mengerti materi yang telah dijelaskan oleh pembimbing.
4.Media Bimbingan Pernikahan
media adalah sarana yang digunakan oleh pembimbing untuk menyampaikan materi dalam
bimbingan pernikahan. Media yang digunakan dalam proses bimbingan pernikahan adalah media
lisan yaitu media yang sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk
pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
5. Bentuk-Bentuk Pembinaan Perkawinan Bentuk-bentuk pembinaan atau bimbingan
perkawinan banyak tergantung kepada tujuan atau bimbingan yang diinginkan klien. Karena
masalah yang dihadapi klien, tidak selalu sama bahkan tiap individu memiliki persoalan
tersendiri, maka diperlukan pendekatan yang berbeda satu dengan yang lain.
Bentuk bimbingan dan penasehatan yang lazim digunakan adalah sebagai berikut:
a.Wawancara Tertutup (Dialog Khusus) Jika yang dinasehati atau klien yang minta
nasihat seorang diri maka bentuk penasehatan yang baik adalah wawancara atau dialog secara
tatap muka. Wawancara semacam ini dilakukan ditempat tertutup yang khusus disediakan untuk
itu. Bobot wawancara tergantung pada masalah yang diajukan. Ada masalah yang rumit dan ada
masalah yang sederhana saja. Tetapi sering klien sulit mengemukakannya. Bahkan tidak jarang
yang bersangkutan menyembunyikan hal-hal tertentu. Untuk itu maka penasehat harus berusaha
dengan menggali pertanyaan-pertanyaan yang sistematik agar permasalahan lebih terbuka.
b.Wawancara Terbuka (Dialog Umum) Banyak perorangan atau pasangan yang datang ke
konselor untuk meminta tentang seluk beluk perkawinan. Permintaan informasi semacam ini
tidak ada kaitannya dengan masalah khusus yang harus dipecahkan karena klien meminta nasehat
untuk menambah pengetahuan mereka.
a. Metode ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi-materi kepada peserta bimbingan tersebut
secara lisan. Metode ceramah ini digunakan agar materi-materi dapat tersampaikan dengan baik.

b. Metode diskusi dan tanya jawab


Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana materi yang disampaikan
diterima/dipahami oleh peserta, dan melatih untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang
mungkin akan terjadi di dalam sebuah keluarga. Metode ini juga bertujuan agar peserta lebih
aktif dalam proses bimbingan. Jadi, bukan hanya pembimbing yang aktif dalam proses
bimbingan tetapi peserta yang mengikuti juga ikut berperan aktif.
c. Kunjungan Rumah (visit home) Pada bentuk wawancara sering terdapat klien yang
karena sifat kasusnya khusus perlu diamati oleh penasehat lebih lanjut. Untuk itu kadangkala
seorang penasehat harus datang ke rumah klien yang bersangkutan. Penasehatan atau bimbingan
demikian melahirkan bentuk kunjungan rumah. Sekarang ini kunjungan rumah menjadi suatu
cara efektif untuk memberikan secara motivatif tanpa melihat ada atau tidaknya kasusnya.
Dengan kunjungan rumah tersebut banyak pesan yang disampaikan oleh penasehat untuk
memotivasi tujuan berumah tangga sakinah. Metode yang dipakai adalah kunjungan silaturrahim
dengan dialog secara santai dan diiringi pemberian bingkisan buku-buku atau bentuk lainnya.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

BP-4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) adalah Badan semi
resmi yang berkedudukan ditingkat Pusat sampai dengan tingkat terendah di
desa/kelurahan dengan tugas membantu Departemen Agama dalam meningkatkan mutu
perkawinan melalui serangkaian program kegiatan yang terstruktur berupa pembinaan,
penyuluhan dan konseling yang bersifat terpadu antara pemerintah dengan tokoh
masyarakat, dengan tujuan mewujudkan keluarga yang sakinah.
Pembekalan pra nikah adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam
kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat terhadap calon mempelai.
Persiapan kearah perkawinan perlu dilakukan agar mereka yang akan memasukinya
betul-betul siap, baik mental maupun material, terutama dalam mewujudkan fungsi-
fungsi keluarga. Fungsi-fungsi keluarga itu adalah fungsi pengaturan seksual, fungsi
sosialisasi, fungsi penentuan status, fungsi perlindungan dan fungsi ekonomi. Diluar
fungsi tersebut ada fungsi utama yang tidak boleh dilupakan oleh seorang muslim yakni
fungsi pengamalan agama.
Pelaksanaan pembekalan paska menikah tentang UU Pernikahan dan KHI, UU KDRT, UU
perlindungan anak, memahami ketentuan-ketentuan syariah tentang munakahat, dan mengetahui
prosedur pernikahan sesuai dengan Kebijakan Kementerian Agama tentang Pembinaan Keluarga
Sakinah dan Kebijakan Ditjen Bimas Islam tentang pelaksanaan kursus. Tentang pelaksanaan
fungsi-fungsi keluarga, merawat cinta kasih dalam keluarga, memajemen konflik dalam keluarga,
psikologi pernikahan dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Dinata, W. S. W. (2015). Optimalisasi Peran Badan Penasihatan, Pembinaan dan


Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam Rangka Pembentukan Keluarga Sakinah di
Kabupaten Jember. De Jure, Jurnal Syariah Dan Hukum.

Membina Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta: Proyek Peningkatan Peranan Wanita.


Implementasi Pembekalan Pranikah 317 Affandi, Sulaiman. 2001

Hamidah, Z. (2019). Peran Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan


(BP4) dalam Mencegah Perceraian (Studi Kasus di KUA Kecamatan Klojen Kota Malang ).
HIKMATINA: Jurnal Ilmiah Hukum Keluarga Islam, Volume 1

Peranan Petugas BP.4 terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah Perspektif Manajemen


Penyuluhan Islam dalam Keluarga, Tesis, Surakarta: UMS.
Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, (On-line), tersedia di :
http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/perdirjen-no-dj-ii-542-th2013-
pedomanpenyelenggaraan-kursus-pra-nikah.pdf

Departemen Negara RI, Bahan penyuluhan Hukum (Jakarta: Departemen Agama RI,
1999/2000) hlm. 15

Anda mungkin juga menyukai