Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Ta'aruf Dan Bekal Pernikahan


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Munakahat dan Mawaris
Dosen pengampu: KH. Mujib Kulyubi

Disusun oleh :
Ria Afrina (2230022)
Fitria Qatrul Jannati (21130024)
Wahyusman Fitro R (21130075)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
TAHUN AJARAN 2023

KATA PENGANTA

1
Bismillahirrohmanirrahim,

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa shalawat serta salam kami curahkan

kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW karena berkat beliau lah kita masih bisa

merasakan manisnya Islam hingga saat ini dan tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih

terhadap kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqih Munakahat

dan Mawaris yang berjudul Ta'aruf dan Bekal Pernikahan dan kami juga berharap makalah ini

dapat bermanfaat sekaligus dapat menambah wawasan bagi pembacanya terutama bagi diri

penulis sendiri. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bogor, 02 Desember 2023

Penyusun

Kelompok 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

A. Latar Belakang................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2

1. Pengertian Ta'aruf................................................................................... 2

2. Bekal Pernikahan......................................................................................... 2

BAB III PENUTUP...................................................................................................... 8

1. Kesimpulan ....................................................................................................... 8

2. Saran.................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum menuju pernikahan, tahap paling dasar yang harus dilalui ialah perkenalan.

Perkenalan merupakan sebuah interaksi antara individu dengan individu lainnya untuk

dapat saling mengetahui satu sama lainnya. Komunikasi menjadi bagian penting dalam

perkenalan ini sendiri. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang kuat antara

komunikasi yang baik dan kepuasan umum dalam suatu

hubungan (Budyatna & Ganiem, 2011:225). Menurut Markman (1981) dalam Budyatna

& Ganiem (2011: 225-226), menemukan bahwa pasangan yang memiliki komunikasi

3
yang positif sebelum perkawinan cenderung memiliki perkawinan yang lebih bahagia

setelah lima tahun daripada pasangan yang tidak memiliki komunikasi yang positif

sebelum perkawinan.

Proses ta’aruf merupakan rangkaian tata cara yang harus dilakukan oleh pihak yang

bersangkutan. Paling tidak harus ada satu calon laki-laki dan satu calon perempuan yang

ingin dikenalkan atau disandingkan dalam proses awal ta’aruf tersebut. Hal ini bertujuan

pula agar nantinya tercipta rumah

tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Adapun biasanya proses awal ta’aruf adalah

bertukar informasi dengan tidak secara langsung melainkan dengan perantara biodata

antar calon yang diberikan kepada mediator. Pihak ketiga atau mediator inilah yang

berperan sebagai penengah diantara kedua belah calon pasangan yang

nantinya harus ada kesepakatan dan rangkaian proses lainnya yang harus dilaksanakan.

Benar dalam ta’aruf ini, banyak orang yang kemudian mempercayakan proses

ta’arufkepada guru, ustadz atau ustdzahnya (mediator). Para guru hanya membantu

membersamai proses agar berjalan di bawah koridor yang benar

(Pusparini, 2012: 27).

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan

yang dijalankan oleh umat manusia. Segala ketentuan dalam Islam, baik berupa perintah

maupun larangan, senantiasa bermuara pada kemaslahatan umat manusia. Salah satu

aspek penting yang diatur oleh syariat Islam ialah pernikahan/perkawinan (munakahat).

Pernikahan/perkawinan merupakan ikatan suci antara seorang laki-laki dan

perempuan dalam rangka menjalin hubungan keluarga yang sah, baik secara agama

maupun negara. Dengan pernikahan/perkawinan, kedua mempelai dapat hidup bersama

4
membangun sebuah tatanan keluarga yang baik, bahagia dan sejahtera. Hal ini sesuai

dengan hadits Rasulullah SAW yang menerangkan bahwa menikah dapat mendatangkan

rizki dan kebahagiaan. Seseorang yang ingin mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat

hendaklah menikah.

Bimbingan perkawinan dinilai sangat penting bagi para pihak yang hendak

melangsungkan perkawinan. Calon pengantin diberikan materi, bimbingan dan

pengetahuan seputar tahapan perkawinan dan pembangunan keluarga. Materi tersebut

diberikan secara sistematis oleh narasumber yang kompeten. selain demi menciptakan

keluarga yang harmonis, bimbingan perkawinan juga berguna untuk mencegah

problematika yang muncul dalam keluarga.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Ta'aruf?

2. Apa Saja Bekal Pernikahan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Ta'aruf

2. Untuk Mengetahui Bekal Pernikahan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ta'aruf

1. Pengertian Ta'aruf

5
Dalam ajaran agama Islam, untuk mencari. pasangan dikenal dengan istilah ta’aruf

yang berasal dari akar katabahasa arab yang berarti “saling kenal-mengenal”. Hidayat (Elhakim,

2015) mengatakan bahwa pengertian ta’aruf adalah komunikasi antara laki-laki danperempuan

untuk saling saling memperkenalkan diri yang berkaitan dengan masalah pernikahaan.

Kata ta’aruf merupakan asal dari ta’arrofa yang artinya menjadi tahu, merupakan asal

akarnya ‘a-ro-fa yang berarti mengenal-perkenalan. Makna dasar ta’aruf diperjelas di Al-Qur’an

Surah Al-Hujurat ayat 13:

‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَٰن ُك م ِّم ن َذ َك ٍر َو ُأنَثٰى َو َجَع ْلَٰن ُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَبٓاِئَل ِلَتَع اَر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع نَد ٱِهَّلل َأْتَقٰى ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم‬

‫َخ ِبيٌر‬

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara

kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ta’aruf merupakan proses untuk saling mengenal dan memperkenalkan diri yang kaitannya

dengan masalah nikah antara laki-laki dan wanita bertujuan untuk memantapkan diri sebelum

pernikahan sesuai dengan aturan Islam dan dalam proses pertemuannya kedua belah pihak

didampingi mediator. Proses ta’aruf memungkinkan seseorang untuk menolak ketika ia tidak

berkenan dengan calon yang akan dijodohkan. Proses ta’aruf tidak membuka kontak fisik dalam

bentuk apapun sehingga para calon tidak dapat bebas melakukan apa saja. Proses ta’aruf

menuntut pasangan untuk tidak mengembangkan rasa cinta sebelum menikah. Ta’aruf sebagai

proses mengenal dan penjajakan calon pasangan dengan bantuan dari seseorang atau lembaga

6
yang dapat dipercaya sebagai perantara atau mediator untuk memilihkan pasangan sesuai dengan

kriteria yang diinginkan sebagai proses awal untuk menuju pernikahan.

2. Tujuan Ta’aruf

Ta’aruf merupakan suatu media yang dapat memperkenalkan seseorang dengan

calon pasangan lebih jauh. Dalam pengenalan tersebut, tidak hanya identitas atau data-

data global dari calon pasangan yang bisa diketahui, akan tetapi juga mencakup hal-hal

yang kecil yang dianggap cukup penting bagi kelangsungan kehidupan mereka

selanjutnya.

Misalnya saja masalah kecantikan wanita dalam Islam dari calon istri, dimana islam

membolehkan seorang laki-laki untuk melihat wajah Wanita Cantik calon istrinya secara

langsung bukan hanya sekedar dari foto, video, maupun sekedar curi-curi pandang saja.

Tujuan pernikahan menurut Islam yang sebenarnya, untuk mencari ridho Allah agar

mencapai surgaNya bersama pasangan yang tepat. Hal tersebut juga dianjurkan untuk

dilakukan.

3. Model-Model Ta’aruf

Menurut Jundy ada beberapa model ta’aruf, yaitu:

a. Pembina (murabbi), pembina disini adalah guru mengaji atau Ustadz. Proses

ta’aruf pada model ini berjalan sangat ketat. Interaksi antara kedua pasangan yang

akan ta’aruf mendapat pengawasan intensif. Pertemuan-pertemuan harus dengan

sepengetahuan pembina.

b. Rekomendasi teman pada model ta’aruf ini calon pendamping direkomendasikan

oleh teman. Jika orang tersebut setuju, maka proses dilanjutkan dengan

memberitahukan kepada pembina. Jika Pembina (murabbi) setuju, maka proses

7
akan dilanjutkan dengan mempertemukan keduanya dengan didampingi

pembinaan atau teman yang merekomendasikan tersebut.

c. Pilihan diri sendiri tidak jauh berbeda dengan model kedua yaitu rekomendasi

teman. seseorang yang akan ta’aruf pernah melihat calon yang akan berproses

dalam ta’aruf. Cara yang ditempuh adalah dengan meminta bantuan pembina atau

orang lain.

4. Proses Ta’aruf

Ada beberapa prosedur dan tata cara yang dapat dilakukan seseorang sebelum ta’aruf

sampai proses ta’aruf itu sendiri sebagai berikut:

a. Seseorang yang telah siap menikah dan meminta dicarikan atau diperkenalkan

oleh murabbi atau keluarga yang menjadi fasilitatornya.

b. Saling bertukar biodata. bahwa biodata ini dapat berisi foto, harapan, visi-misi

pernikahan, tipe pasangan yang diinginkan, dan hal-hal lain yang berhubungan

dengan pernikahan.

c. Setelah itu diberikan kepada murobbi atau murobbiyah masing-masing. Hal ini

jika ingin melalui murobbi. Karena nanti akan dilampiri rekomendasi dari

murobbi/ah-nya.

d. Melakukan istikharah dengan khusuk. Saat melakukan shalat istikharah untuk

mendapatkan petunjuk dari Allah, luruskanlah niat bahwa yang diingikan adalah

menikah dengan pasangan hidup untuk menciptakan rumah tangga yang sakinah.

e. Menentukan jadwal pertemuan (nadzor). Sesudah mendapatkan petunjuk dari

Allah dengan shalat istikharah, maka kedua belah pihak segera melaporkan ke

mediator. Mediator ini bisa merupakan mahram dari pihak wanita atau pihak

8
ketiga yang dapat dipercaya. Pada umumnya pihak ketiga ini adalah guru mengaji

atau sering disebut murobbi.

f. Gali pertanyaan sedalam-dalamnya. Tanyalah semua hal yang dirasa penting dan

akan mempengaruhi pernikahan seperti keluarga, hobi, penyakit, visi, misi

tentang rumah tangga. Pertemuan ini selalu didampingi mediator yang juga akan

berperan mencairkan suasana pada keadaan ini.

g. Merencanakan ta’aruf keluarga. Pertemuan keluarga akan didampingi juga oleh

mediator. Hal ini untuk membedakan orang yang berpacaran dengan yang dalam

masa ta’aruf.

h. Menentukan waktu khitbah (lamaran). Setelah keluarga saling mengenal dan

setuju, segeralah menentukan waktu pelaksanaan khitbah. Khitbah atau lebih

akarab disebut lamaran sebenarnya bukanlah hal yang menjadi syarat sah

menikah, hanya saja ini merupakan janji untuk segera menikahi seorang wanita.

Tentukan waktu dan tempat pernikahan. Dianjurkan untuk melaksanakan

pernikahan seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.

5. Adab Ta’aruf

Dalam melakukan ta’aruf pihak ikhwan maupun akhwat harus tetap memperhatikan

adab-adab sebagai berikut:

a. Menjaga pandangan

Dalam suatu proses ta’aruf hal yang harus selalu diperhatikan adalah cara

menjaga pandangan terhadap calon pasangan. Melihat calon pasangan boleh-

boleh saja dilakukan, tetapi hanya dilakukan untuk memastikan kecocokan saja.

Dalam surah an-nur ayat 30 untuk menjaga pandangan.

9
b. Menutup aurat

Untuk wanita muslimah, jika muslimah sedang bertemu serta berbincang dengan

laki-laki bukan mahramnya maka ia harus menutup auratnya.

c. Memiliki sikap yang tenang, sopan dan serius dalam bertutur kata saat pertemuan

dengan calon pasangan, baik ikhwan maupun akhwat agar selalu menjaga sikap

serta sopan santun dalam setiap tindakan maupun tutur katanya. Allah SWT telah

berfirman dalam surat Al-adzab ayat 32.

d. Menghindari hal-hal yang tidak perlu dalam pembicaraan Saat proses ta’aruf

harus menghindari hal-yang yang tidak perlu dan membicarakan hal-hal yang

penting dan diperlukan saja. Allah telah berfirman dalam surat Al-mukminun ayat

1-3.

e. Didampingi oleh keluarga atau wali yang dipercayai

Dalam melakukan pertemuan antara perempuan dan laki-laki tidak boleh

dilakukan berdua-duaan saja, akan tetapi harus ada yang mendamping atau

menemani dalam pertemuan tersebut. Dalam ajaran Islam berdua-duaan (bagi pria

dan wanita) dengan yang bukan mahram adalah haram hukumnya.

f. Selalu mengingat Allah

Dengan selalu mengingat Allah dalam setiap perbuatan khususnya saat

berta’aruf akan dapat menjaga diri dari gangguan syaitan yang sewaktu-waktu

bisa muncul dan mengganggu manusia, sehingga terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan.

10
B. Bekal Pernikahan

Menghadapi situasi seperti ini calon mempelai membutuhkan antisipasi agar

tidak kehilangan orientasi untuk mempertahankan sakralitas perkawinan dan

tujuan luhur kehidupan berkeluarga. Bentuk antisipasi yang paling penting adalah

memberi bekal wawasan, pemahaman dan ketrampilan bagi calon pengantin.

Dengan bekal itu diharapkan mampu menekan angka perceraian sekaligus

mengurangi persoalan yang dialami anggota keluarga baik yang bersifat fisik,

moral maupun sosial.

Lahirnya Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen

Agama tentang Kursus Calon Pengantin atau Kursus Pra Nikah sebagai bekal

membangun keluarga sakinah sekaligus antisipan dari berbagai persoalan

keluarga menjadi tumpuan harapan bagi calon pasangan pengantin.

Kursus pra nikah merupakan bimbingan keluarga yang diberikan sebelum

calon mempelai melangsungkan perkawinan. Kursus pra nikah di Indonesia

dilaksanakan berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat

Islam Departemen Agama DJ.II/PW.01/1997/2009 tentang Kursus Calon

Pengantin yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Dirjen Bimas Islam

No. DJ.II/542 tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.

Dalam surat disebutkan bahwa kursus calon pengantin dilaksnakan dalam rangka

memimalisir tingginya angka perselisihan, perceraian dan kekerasan dalam rumah

tangga yang disebabkan rendahnya pengetahua dan pemahaman tentang

kehidupan berumah tangga.

11
Dengan latar belakang tersebut, kursus pra nikah dimaksudkan untuk pemberian

bekal pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan dalam waktu singkat tentang

kehidupan rumah tangga. Berdasarkan peraturan tersebut, kursus calon pengatin

dilaksanakan sekurang-kurangnya 24 jam pelajaran dengan materi meliputi:

1. Tatacara dan prosedur perkawinan

2. Pengetahuan agama

3. Peraturan perundangan di bidang perkawinan dan keuarga

4. Hak dan kewajiban suami istri

5. Kesehatan reproduksi

6. Manajemen keluarga

7. Psikologi perkawinan dan keluarga (Pasal 3)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ta’aruf merupakan proses

saling mengenal dan memperkenalkan diri sesuai dengan aturan Islam antara pria dan

wanita yang ingin menikah yang didampingi oleh mediator dengan tujuan untuk

memantapkan pilihan masing-masing orang sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.

B. Saran

Atas ketidaksempurnaannya makalah kami, dengan begitu kami menyadari dan

membutuhkan atas kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat mengevaluasi dan

membangun kesempurnaan pada makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

12
Abbas, M. (2019). Pengaruh penyesuaian diri terhadap kepuasan pernikahan

pada individu yang menikah melalui proses ta’aruf. Cognicia, 7(1).

Atika, R. F. (2020). Komunikasi Interpersonal Pasangan Ta'aruf Dalam

Proses Pranikah di Bukittinggi (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Dewi, L. K. (2019). Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam

Pelaksanaan Kursus Pra Nikah Untuk Mewujudkan Keluarga Sakinah.

Ta'dibuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2(1), 33-50.

Hidayat, T. T., & Wardana, A. (2018). Ta’aruf dan Upaya Membangun

Perjodohan Islami pada Kalangan Pasangan Muda Muslim di Yogyakarta.

E-Societas, 7(7).

Ihtiar, H. W. (2020). Membaca Maqashid Syari’ah Dalam Program

Bimbingan Perkawinan. Ahkam: Jurnal Hukum Islam, 8(2).

SIMBOLON, A. (2018). TA’ARUF DAN PACARAN SEBELUM

PERKAWINAN (Studi Tentang Pengaruhnya Terhadap Keharmonisan

Rumah Tangga di Kecamatan Teluk Segara) (Doctoral dissertation, UIN

Fatmawati Sukarno Bengkulu).

13

Anda mungkin juga menyukai