Anda di halaman 1dari 13

PERNIKAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Fiqih Ibadah

Dosen Penggampu : Hj. Emah Maziyah, M.Pd

Disusun Oleh :

Maria Ulfah (19022004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH (STAIDA)

JAKARTA SELATAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas selesainya penyusunan makalah Fiqih
Ibadah yang berjudul “Pernikahan”. Penyusunan. makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas individu yang diberikan oleh dosen dan juga sebagai bahan
pembelajaran bagi mahasiswi program studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
khususnya dan untuk semua kalangan muslim pada umumnya.

Melalui kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Fiqih Ibadah yaitu Ibu Hj. Emah Maziyah, M.Pd yang telah banyak memberi arahan
dan materi pembelajaran yang mudah dipahami oleh kami para mahasiswi.

Oleh karena itu tidak semua hal dapat terdeskripsikan dengan sempurna dalam
makalah ini. Maka, saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Saya juga akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki makalah saya di masa yang akan datang. Sehingga
makalah berikutnya dan makalah lain dapat terselesaikan dengan hasil yang lebih
baik. Semoga makalah ini memberikan informasi yang bermanfaat khususnya untuk
saya dan umumnya bagi seluruh masyarakat dan semoga bisa untuk membantu proses
pembelajaran secara lebih efisien.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 20 April 2021

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
A. Pengertian Pernikahan...............................................................................................................6
B. Tujuan Pernikahan.....................................................................................................................6
C. Hukum Pernikahan........................................................................................................................7
D. Konsep Khitbah.........................................................................................................................8
E. Macam-macam Pernikahan........................................................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam
dirinya. Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang
manusia. Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang
akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah
Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang
lain. Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan,  tetapi
yang membedakan Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan
pernikahan. Allah S.W.T menganjurkan Manusia untuk menikah agar dapat
mempertahankan keberadaannya dan mengendalikan perkembangbiakan dengan cara
yang sesuai dan menurut kaiadah norma Agama, Laki-laki dan perempuan memiliki
fitrah yang saling membutuhkan satu sama lain.
Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting karena dengan
pernikahan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis,
psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan sebuah
perkawinan maka dengan sendirinya semua kebutuhan biologisnya akan terpenuhi.
Kematangan emosi dan kedewasaan merupakan aspek sangat penting untuk menjaga
kelangsungan perkawinanya. Keberhasilan rumah tangga sangat banyak ditentukan
oleh kematangan emosi baik suami atau istri. Batas usia yang terlalu muda dapat
mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk
bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri
(Mangunprasodjo, 2004). Usia ideal menikah pada perempuan yaitu 21-25 tahun dan
pada lakilaki 25-28 tahun karena diusia itu organ reproduksi perempuan secara
psikologis sudah berkembang secara baik dan kuat serta siap melahirkan begitu pula
pada laki-laki pada umur 25-28 akan siap untuk menopang kehidupan keluarganya.
Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan maka dari satu sisi dapat
mengindikasikan sikap tidak memahami terhadap makna pernikahan dan bahkan lebih
jauh bisa merupakan pelecehan terhadap sebuah pernikahan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang di maksud dengan pernikahan?
2. Sebutkan dan jelaskan tentang tujuan pernikahan?
3. Jelaskan bagaimana hukum pernikahan?
4. Jelaskan bagaimana konsep khitbah?
5. Sebutkan macam-macam pernikahan dalam islam?

C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui tentang pengertian pernikahan
2. Untuk dapat memahami tujuan pernikahan
3. Untuk dapat memahami hukum pernikahan
4. Untuk mengetahui konsep khitbah
5. Untuk mengetahui macam-macam pernikahan dalam islam

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan
Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai
perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan
dalam islam juga berkaitan dengan  pengertian mahram (baca muhrim dalam islam)
dan wanita yang haram dinikahi. Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan
menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang
mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata
yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan
oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang
dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t.
menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan
mengharamkan zina.
Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan  untuk membangun rumah
tangga dan melanjutkan keturunan. Pernikahan juga dipandang  sebagai jalan untuk
meningkatkan ukhuwah islamiyah dan memperluas serta memperkuat tali silaturahmi
diantara manusia. Secara etimologi bahasa Indonesia pernikahan berasal  dari kata
nikah, yang kemudian diberi imbuhan awalan “per” dan akhiran “an”.

B. Tujuan Pernikahan
Tujuan pernikahan adalah sebagai berikut:
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi
kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan
dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang
ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain
sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan

6
Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya
adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang
dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang
pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara
pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

3. Investasi di Akhirat
Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua
orangtua di akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan
memberikan peluang bagi kedua orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat
nanti. Berbekal segala ilmu dalam beragama yang diperoleh selama di dunia,
bekal doa dari anak merupakan hal yang dapat diharapkan kelak.

4. Melaksanakan Sunah Rasul


Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari perbuatan
maksiat. Namun sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang
dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah. Dan pernikahan merupakan salah satu
sunnah dari Rasulullah.

C. Hukum Pernikahan
Menurut sebagian besar Ulama, hukum asal menikah adalah mubah, yang
artinya boleh dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan
pahala, dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya
pribadi karena Nabiullah Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga
bahwa pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan oleh
Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh
bahkan haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.
Hukum pernikahan yaitu sebagai berikut:
1. Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah
Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dan mampu menahan perbuatan zina walaupun dia

7
tidak segera menikah. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW : Wahai para
pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk menikah, maka
hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata
dan lebih dapat memelihara kelamin (kehormatan); dan barang siapa tidak
mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi penjaga
baginya.” (HR. Bukhari Muslim).

2. Pernikahan Yang Dihukumi Wajib


Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal
kesiapan jasmani, rohani, maupun mental dan ia khawatir apabila ia tidak segera
menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuk segera
menikah.

3. Pernikahan Yang Dihukumi Makruh


Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak.

4. Pernikahan Yang Dihukumi Haram


Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak
dalam pernikahan tersebut, baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti
secara materil.

D. Konsep Khitbah
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan
perempuan untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh
kedua pihak. Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah
dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum
peminangan adalah harus dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara
sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang. Pemberian
seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan
pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki,

8
pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka
hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan
dilakukan. Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau
penyesalan terjadi setelah berumahtangga. Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat
untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.
Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan
meminang: “Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-
laki yang hendak menikah dengan seorang perempuan: “Apakah kamu telah
melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu kepada Rasullullah).Pergilah untuk
melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin kekekalan.” (Hadis Riwayat Tarmizi
dan Nasai).
Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah
bertunangan:“Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda:
“Kamu tidak boleh meminang tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia
membuat ketetapan untuk memutuskannya”. (Hadis Riwayat Bukhari dan
Muslim(Asy-Syaikhan).

E. Macam-macam Pernikahan
Dalam Islam terdapat macam-macam pernikahan yang digolongkan berdasarkan
hukum Islam yang berlaku. Macam-macam pernikahan tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Pernikahan Az Zawaj Al Wajib
Pernikahan Az Zawaj Al Wajib adalah pernikahan wajib yang harus dilakukan
oleh individu yang memiliki kemampuan untuk melakukan pernikahan serta
memiliki nafsu biologis (nafsu syahwat), dan khawatir pribadinya melakukan
dosa paling berat dalam Islam yakni perbuatan zina yang dosa dan dilarang Allah
manakala tidak melakukan pernikahan. Untuk menghindari perbuatan zina, maka
melakukan pernikahan menjadi wajib bagi individu yang seperti ini.

2. Pernikahan Az Zawaj Al Mustahab


Pernikahan Az Zawaj Al Mustahab adalah pernikahan yang dianjurkan kepada
individu yang mampu untuk melakukan pernikahan dan memiliki nafsu biologis
untuk menghindarkan pribadinya dari kemungkinan melakukan zina yang dosa.
Seorang muslim yang memiliki kemampuan dalam bidang ekonomi, serta sehat
jasmani dalam artian memiliki nafsu syahwat, maka dia tetap dianjurkan supaya

9
melakukan pernikahan meskipun individu yang bersangkutan merasa mampu
untuk memelihara kehormatan pribadinya.
Dalam suatu hadits, Rasulullah bersabda: "Dari Abdillah berkata : Rasulullah
SAW bersabda kepada kami, "hai para pemuda barang siapa pribadi kalian
mampu untuk melakukan pernikahan maka melakukan pernikahanlah,
sesungguhnya pernikahan itu menundukkan pandangan dan menjaga farji
(kehormatan). Dan barang siapa tidak mampu maka berpuasalah, sesungguhnya
puasa itu baginya sebagai penahan. (pribadiwayatkan oleh Imam Muslim dalam
kitab Pernikahan)".

3. Pernikahan Az Zawaj Al Makruh


Pernikahan Az Zawaj Al Makruh merupakan pernikahan yang kurang atau
tidak disukai oleh Allah. Pernikahan ini bisa terjadi karena seorang muslim tidak
memiliki kemampuan biaya hidup meskipun memiliki kemampuan biologis, atau
tidak memiliki nafsu biologis meskipun memiliki kemampuan ekonomi, tetapi
ketidakmampuan biologis atau ekonomi itu tidak sampai membahayakan salah
satu pihak khususnya istri. Hal itu terjadi apabila seorang muslim akan menikah
tetapi tidak berniat memiliki anak, juga ia mampu menahan diri dari berbuat zina.
Padahal, apabila ia menikah ibadah sunnahnya akan terlantar.

4. Pernikahan Az Zawaj Al Mubah


Pernikahan Az Zawaj Al Mubah adalah pernikahan yang diperbolehkan untuk
dilakukan tanpa ada faktor-faktor pendorong atau penghalang. Seseorang yang
hendak menikah tetapi mampu menahan nafsunya dari berbuat zina, maka hukum
nikahnya adalah mubah. Sementara, ia belum berniat memiliki anak dan
seandainya ia menikah ibadah sunnahnya tidak sampai terlantar.

5. Pernikahan Haram
Pernikahan Haram adalah pernikahan yang berdasarkan hukum Islam haram
apabila seorang muslim menikah justru akan merugikan istrinya, karena ia tidak
mampu memberi nafkah lahir dan batin. Atau jika menikah, ia akan mencari mata
pencaharian yang diharamkan oleh Allah padahal sebenarnya ia sudah berniat
menikah dan mampu menahan nafsu dari zina.

10
6. Pernikahan Badal
Pernikahan badal adalah pernikahan tukar menukar istri. Hal ini terjadi karena
seorang laki-laki mengadakan perjanjian untuk menyarahkan istrinya kepada
orang lain dan mengambil istri orang lain tersebut sebagai istrinya dengan
memberi sejumlah uang tambahan.

7. Pernikahan Mut'ah
Pernikahan ini terjadi karena seorang laki-laki menikahi seorang wanita
dengan memberikan sejumlah harta dalam waktu tertentu, dan pernikahan ini
akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah di tentukan tanpa talak serta
tanpa kewajiban memberi nafkah atau tempat tinggal. Pernikahan Mut'ah berasal
dari kata tamattu' yang berarti bersenang senang atau menikmati. Jika pernikahan
tersebut ditetapkan syarat hanya sampai waktu tertentu, maka disebut pernikahan
mut'ah. Pernikahan sejenis ini disepakati haramnya oleh empat imam madzhab.
Adapun jika si pria berniat pernikahan sampai waktu tertentu dan tidak
diberitahukan di awal pada si wanita (pernikahan dengan niatan cerai), status
pernikahan sejenis ini masih diperselisihkan oleh para ulama.Imam Abu Hanifah
dan Imam Syafi'i memberikan keringanan pada pernikahan sejenis ini. Sedangkan
Imam Malik, Imam Ahmad dan selainnya melarang atau memakruhkannya.
Berdasarkan suatu hadits, Rasulullah bersabda: "Dari Ali bin Abi Tholib, Ia
berkata: "Sesungguhnya Rasulullah melarang pernikahan mut'ah dengan
perempuan perempuan pada waktu perang khaibar".

8. Pernikahan Syighar
Suatu pernikahan dianggap sebagai pernikahan syighar apabila seorang laki-
laki berkata kepada laki-laki lain, "Pernikahankanlah aku dengan puterimu, maka
aku akan pernikahankan puteriku dengan pribadimu". Atau berkata,
"Pernikahankanlah aku dengan saudara perempuanmu, maka aku akan
pernikahankan saudara perempuanku dengan pribadimu".

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai
perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan
dalam islam juga berkaitan dengan  pengertian mahram (baca muhrim dalam islam)
dan wanita yang haram dinikahi. Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan
menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang
mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata
yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan
oleh Islam. Tujuan pernikahan adalah sebagai berikut:
- Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
- Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan
- Investasi di Akhirat
- Melaksanakan Sunah Rasul

Menurut sebagian besar Ulama, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya
boleh dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan
jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena
Nabiullah Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga bahwa
pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Beliau.
Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh bahkan
haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut. Sedangkan konsep
khitbah yaitu Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-
laki dan perempuan untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang
dipersetujui oleh kedua pihak. Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat
Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan awal proses
pernikahan. Dalam pernikahan juga memiliki macam-macam pernikahan, yaitu
Pernikahan Az Zawaj Al Wajib, Pernikahan Az Zawaj Al Mustahab, Pernikahan Az
Zawaj Al Makruh, Pernikahan Az Zawaj Al Mubah, dan Pernikahan Haram.

12
DAFTAR PUSTAKA

Munarki, Abu. 2006.  Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT.
Berlian Putih

Abdullah, Samsul. 2011. Tatacara Pernikahan, Jakarta: PT. Gramedia

http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp

http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah

https://www.brilio.net/wow/macam-macam-pernikahan-dalam-islam-lengkap-
dengan-penjelasannya-200702i.html

13

Anda mungkin juga menyukai