Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

TUJUAN DAN HIKMAH PEMBENTUKAN KELUARGA DALAM ISLAM

Dosen Pengampu

Endang Lovisia M. Pd. Si

Disusun oleh kelompok 4

Puput Sri Yuliyanti : 102230013


Eko Aprianto : 102230016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan
nikmat kesehatan kepada kita agar supaya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
hingga selesai. Sholawat serta salam semoga selalu dan senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan kita yang telah membawa kita dari zaman Zahiliyah ke zaman yang terang
benderang sampai saat ini, dan yang selalu kita nantikan syafaatnya yaitu , Nabi Besar,
Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Pendidikan Agama yang telah


mengarahkan dan membimbing kami dalam penulisan makalah ini. Selanjutnya ucapan
terimakasih kami sampaikan kepada anggota kelompok yang telah meluangkan waktu dan
pikiran yang telah dituangkan dalam proses pembuatan makalah ini.

Lubuklinggau , 5 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................2
A. Tujuan Pembentukan Keluarga Dalam Islam.........................................................2
B. Hikmah Yang Terkandung Dalam Pembentukan Keluarga..................................5
C. Islam Mengatur Muslim Dalam Berkeluarga.........................................................8
BAB III.................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................12
A. Kesimpulan...............................................................................................................12
B. Saran.........................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan sebuah perintah agama yang diatur oleh syariat Islam dan
merupakan satu-satunya jalan penyaluran seks yang disahkan oleh agama Islam. Dari
sudut pandang ini, maka pada saat orang melakukan pernikahan pada saat yang
bersamaan dia bukan saja memiliki keinginan untuk melakukan perintah agama
(syariat), namun juga memiliki keinginan memenuhi kebutuhan biologisnya yang secara
kodrat memang harus disalurkan.

Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam telah menetapkan bahwa satu-
satunya cara untuk memenuhi kebutuhan biologis seeorang yaitu hanya dengan cara
pernikahan, pernikahan merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih
mencermati kandungan makna tentang masalah pernikahan ini. Islam mensyari’atkan
pernikahan untuk membentuk mahligai keluarga sebagai sarana untuk meraih
kebahagiaan hidup.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja tujuan pembentukan keluarga dalam Islam?
2. Apa hikmah yang terkandung dalam pembentukan keluarga dalam Islam?
3. Bagaimana islam mengatur seorang muslim dalam membangun keluarga?

C. Tujuan
1. Mengetahui tujuan pembentukan keluarga dalam islam
2. Dapat mengambil hikmah yang terkandung dalam bentuknya sebuah keluarga
3. Mampu menjelaskan bagaiman islam mengatur seorang muslim dalam membangun
keluarga.
4. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Tujuan Pembentukan Keluarga Dalam Islam
Pernikahan dalam Islam dinilai sebagai sebuah ikatan yang kokoh dan sebuah
komitmen yang menyeluruh terhadap kehidupan, masyarakat dan manusia untuk
menjadi seseorang yang terhormat. Islam menganjurkan umatnya untuk menikah karena
memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dibalik anjuran yang diperintahkan kepada
umat manusia, pasti ada hikmahnya.

Salah satu tujuan pernikahan seperti termaktub dalam surat ar-Rum ayat 21 adalah
untuk memperoleh kententeraman, kenyamanan, rasa kasih dan saying. Pernikahan juga
merupakan salah satu media untuk mengembangkan keturunan dan penyaluran insting
untuk melakukan relasi seksual. Untuk itu Allah telah memberikan aturan-aturan dan
batasan-batasan untuk menjamin agar pernikahan itu bias dicapai oleh setiap orang.

Dari uraian di atas tersebut mengisyaratkan bahwa hidup membujang tidak


dianjurkan dalam Islam, baik kepada laki-laki maupun perempuan. Hal ini
mempertimbangkan adanya kenyataan bahwa kebutuhan laki-laki dan perempuan itu
sama-sama logis dan sah.Tujuan pernikahan Islam tidak dapat dilepaskan dari
pernyataan al-Qur’an, sumber ajarannya yang pertama.

Al-Qur’an menegaskan, bahwa di antara tandatanda kekuasaan Allah SWT ialah


bahwa Ia menciptakan istri-istri bagi para lelaki dari jenis mereka sendiri, agar mereka
merasa tenteram (sakinah). Kemudian Allah menjadikan/ menumbuhkan perasaan cinta
dan kasih sayang (mawaddah dan rahmah) di antara mereka. Dalam hal demikian benar-
benar terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi mereka yang mau berpikir.(Ar-Rum (21):21)

Berdasarkan berbagai uraian diatas dapat ditarik beberapa poin (tujuan) mengapa
pernikahan penting bagi seorang muslim. Salah satunya yaitu

2
1. Mendapatkan dan Melangsungkan Keturunan.
Naluri manusia adalah cenderung untuk mempunyai keturunan yang sah yang
diakui oleh dirinya sendiri, masyarakat, negara dan kebenaran keyakinan agama
Islam memberi jalan untuk itu. Agama memberi jalan hidup manusia agar hidup
bahagian di dunia dan akhirat. Kebahagiaan dunia dan akhirat dicapai dengan hidup
berbakti kepada Tuhan secara sendiri-sendiri, berkeluarga, dan bermasyarakat.
Kehidupan keluarga bahagia, umumnya antara lain ditentukan oleh kehadiran anak-
anak. Anak merupakan buah hati dan belahan jiwa. Al-Quran menganjurkan agar
manusia selalu berdoa agar dianugerahi putra yang menjadi mutiara dari istrinya,
seperti tercantum dalam surat Al-Furqan ayat 74, yang artinya: “dan orang-orang
yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi
orang-orang yang bertakwa”.
2. Penyaluran Syahwat dan Penumpahan Kasih Sayang.
Sudah menjadi kodrat iradah Allah swt. manusia diciptakan berjodohjodoh dan
diciptakan oleh Allah SWT. mempunyai keinginan untuk berhubungan antara pria dan
wanita, seperti firman Allah SWT. pada surat Ali Imran ayat 14, yang artinya:
“Dijadikan indah dalam (pandangan) manusia cinta kepada apa-apa yang
diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia (yang sementara), dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)”
Penyaluran cinta dan kasih sayang yang di luar perkawinan tidak akan
menghasilkan keharmonisan dan tanggung jawab yang layak, karena didasarkan atas
kebebasan yang tidak terikat oleh satu norma. Satu-satunya norma ialah yang ada
pada dirinya masing-masing, sedangkan masing-masing orang mempunyai

3
kebebasan. Pernikahan mengikat adanya kebebasan menumpahkan cinta dan kasih
sayang secara harmonis dan bertanggungjawab melaksanakan kewajiban.
3. Memelihara diri dari Kerusakan.
Surat ar-Rum ayat 21 menjelaskan bahwa ketenangan hidup dan cinta serta kasih
sayang kekuarga dapat ditunjukkan melalui pernikahan. Orang-orang yang tidak
melakukan penyalurannya dengan pernikahan akan mengalami ketidakwajaran dan
dapat menimbulkan kerusakan, entah kerusakan dirinya sendiri ataupun orang lain
bahkan masyarakat, karena manusia memiliki nafsu, sedangkan nafsu itu condong
untuk mengajak kepada perbuatan yang tidak baik. Dengan pernikahan akan
mengurangi dorongan yang kuat atau dapat mengembalikan gejolak nafsu seksual,
seperti sabda Rasulullah SAW, “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara
kalian yang sudah mampu untuk menikah, maka segeralah menikah, karena nikah
akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan.” (Muttafaqun
Alaihi).
4. Menimbulkan Kesungguhan Bertanggung Jawab dan Mencari Harta yang
Halal.
Hidup sehari-hari menunjukkan bahwa orang-orang yang belum berkeluarga
tindakannya sering masih dipengaruhi oleh emosinya sehingga kurang mantap dan
kurang bertanggung jawab. Semisal sopir yang sudah berkeluarga dalam cara
mengendalikan kendaraannya lebih tertib, para pekerja yang sudah berkeluarga lebih
rajin dibanding dengan para pekerja bujangan.
Demikian pula dalam menggunakan hartanya, orang-orang yang telah berkeluarga
lebih efektif dan hemat, karena mengingat kebutuhan keluarga di rumah. Jarang
pemuda-pemudi yang belum berkeluarga memikirkan hari depannya, mereka berpikir
untuk hari ini, barulah setelah mereka menikah memikirkan bagaimana caranya
mendapatkan bekal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

4
5. Membangung Rumah Tangga dalam Rangka Membentuk Masyarakat yang
Sejahtera Berdasarkan Cinta dan Kasih Sayang.
Manusia dalam hidupnya memerlukan ketenangan dan ketenteraman hidup.
Ketenangan dan ketenteraman untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan
masyarakat dapat dicapai dengan adanya ketenangan dan ketenteraman anggota
keluarga dalam keluarganya. Keluarga merupakan bagian masyarakat menjadi faktor
terpenting dalam penentuan ketenangan dan ketenteraman masyarakat. Ketenangan
dan ketenteraman keluarga tergantung dari keberhasilan pembinaan yang harmonis
antara suami istri dalam satu rumah tangga.
“Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-
pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada
yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum
yang berpikir” (Qs. ar-Rum: 21).

B. Hikmah Yang Terkandung Dalam Pembentukan Keluarga


Mengenai hikmah pernikahan, sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari tujuannya di
atas, dan sangat berkaitan erat dengan tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini.
Oleh karena itu, demi kemakmuran bumi secara lestari, kehadiran manusia sangat
diperlukan sepanjang bumi masih ada. Pelestarian keturunan manusia merupakan
sesuatu yang mutlak, sehingga eksistensi bumi di tengah-tengah alam semesta tidak
menjadi sia-sia. Seperti diingatkan oleh agama, pelestarian manusia secara wajar
dibentuk melalui pernikahan, sehingga demi memakmurkan bumi, pernikahan mutlak
diperlukan. Di antara hikmah-hikmah tersebut adalah:

1. Memenuhi tuntutan fitrah

5
Manusia diciptakan oleh Allah dengan memiliki insting untuk tertarik dengan lawan
jenisnya. Laki-laki tertarik dengan wanita dan sebaliknya. Ketertarikan dengan lawan
jenis merupakan sebuah fitrah yang telah Allah letakkan pada manusia. Islam adalah
agama fitrah, sehingga akan memenuhi tuntutan-tuntutan fitrah; ini bertujuan agar
hukum Islam dapat dilaksanakan manusia dengan mudah dan tanpa paksaan. Oleh
karena itulah, pernikahan disyari’atkan dalam Islam dengan tujuan untuk memenuhi
fitrah manusia yang cenderung untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Islam tidak
menghalangi dan menutupi keinginan ini, bahkan Islam melarang kehidupan para
pendeta yang menolak pernikahan ataupun bertahallul (membujang). (At-Turmuzi,
tt:393III) Akan tetapi sebaliknya, Islam juga membatasi keinginan ini agar tidak
melampaui batas yang dapat berakibat rusaknya tatanan masyarakat dan dekadensi
moral sehingga kemurnian fitrah tetap terjaga.
2. Mewujudkan ketenangan jiwa dan kemantapan batin
Salah satu hikmah pernikahan yang penting adalah adanya ketenangan jiwa dengan
terciptanya perasaanperasaan cinta dan kasih. QS. Ar-Rum: 21 ini menjelaskan bahwa
begitu besar hikmah yang terkandung dalam perkawinan. Dengan melakukan
perkawinan, manusia akan mendapatkan kepuasan jasmaniah dan rohaniah. Yaitu
kasih sayang, ketenangan, ketenteraman dan kebahagiaan hidup.
3. Menghindari dekadensi moral
Allah telah menganugerahi manusia dengan berbagai nikmat, salah satunya insting
untuk melakukan relasi seksual. Akan tetapi insting ini akan berakibat negative jika
tidak diberi frame untuk membatasinya, karena nafsunya akan berusaha untuk
memenuhi insting tersebut dengan cara yang terlarang. Akibat yang timbul adalah
adanya dekadensi moral, karena banyaknya perilaku-perilaku menyimpang seperti
perzinaan, kumpul kebo dan lain-lain. Hal ini jelas akan merusakfundamen-fundamen
rumah tangga dan menimbulkan berbagai penyakit fisik dan mental.

6
4. Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat
kewanitaan yang diciptakan
Dari uraian di atas hanya sekilas tentang hikmah yang dapat diambil dari
pernikahan, karena masih banyak hikmah-hikmah lain dari pernikahan, seperti
penyambung keturunan, memperluas kekerabatan, membangun asas-asas kerjasama,
dan lain-lain yang dapat kita ambil dari ayat al-Qur’an, hadis dan growth-up variable
society.

5. Menyambung Silahturahmi
Pada AwalnyaTuhan hanya menciptakan seorang manusia ,yaitu Adam A.S
Kemudian tuhan menciptakan Siti Hawa sebagai pasangan Adam.Setelah itu manusia
berkembang biak menjadi berbagai kelompok bangsa yang terbesar keseluruh alam
karena desakan habitat yang menyempit serta sifat primordial keingintahuan manusia
akan sisi alam semesta.
6. Memalingkan pandangan yang liar
Seorang yang belum berkeluarga belum mempunyai ketetapan hati dan pikirannya
pun masih labil.Dia belum mempunyai pegangan dan tempat untuk menyalurkan
ketetapan hati dan melepaskan kerinduan serta gejolak nafsu syahwatnya.sangat
wajar apabila seorang pemuda selalu berhayal bahkan berpindah-pindah hayalan.
7. Menghindari Diri dari perzinaan
Pandangan yang liar adalah langkah awal dari keinginan untuk berbuat zina.Seperti
yang telah diutarakan ,godaan untuk melakukan kemaksiatan didunia ini sangat
banyakdan beragam,suatu kondisi yang tidak menguntungkan bagikehidupan yang
beradap.
8. Estafena awal manusia
Kehidupan manusia ini sangat singkat dan dibtasi waktu. Ironisnya, Kemauan
manusia sering kali melampaui batas umumnya dan batas kemampuannya.

7
Pertambahan usia menyebabkan berkurangnya kemampuan karena kerja seluruh
organ makin melemah.
9. Estetika Kehidupan
Pada umumnya manusia mempunyai sifat materialistis .Manusia selalu ingin
memiliki perhiasan yang banyak dan bagus.Entah itu perhiasan material,seperti emas
permata ,perhiasan yang imateril,seperti title dan pangkat.Menurut ajaran
islam ,wanita yang salihah adalah perhiasan yang terbaik diantara perhiasan duniawi.

10. Menjaga kemurnian nasab


Mendapatkan keturunan yang sah hanya dapat diperoleh melalui perkawinan yang
sah pula.Melalui perkawinan inilah dapat diharapkan lahirnya nasab yang sah pula
sebab wanita yang mendapatkan benih dari saluran yang resmi ,mampu memberikan
keturunan yang dapat dijamin orisinalitasnya. Menjaga keturunan atau dalam istilah
hokum islam disebut dengan hifzhu nasl adalah sesuatu yang dharury (sangat
esensial).
11. Mengisi dan Menyemarakan dunia
Salah satu misi ekstensi manusia dibumi ini adalah memakmurkan dunia dan
membuat dunia ini semarak. Untuk itu,Tuhan memberikan kemudahan-kemudahan
melalui kemampuan ilmu dan teknologi. Semua itu adalah dalam upaya
memakmurkan dunia ini dan mengisi dunia ini.

C. Islam Mengatur Muslim Dalam Berkeluarga


Perkawinan merupakan akad yang membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan
sesuatu yang sebelumnya tidak diperbolehkan, sehingga dapat dikatakan bahwa hukum
asal perkawinan adalah boleh atau mubah. Akan tetapi dengan melihat perkawinan
sebagai sunnah Rasul, tentunya tidak mungkin dapat di katakana bahwa hukum asal
perkawinan itu hanya sebatas mubah, bahkan dapat dikatakan bahwa melangsungkan
perkawinan itu sangat di perintahkan oleh agama, sebab dengan telah berlangsungnya

8
akad perkawinan, maka pergaulan antara laki-laki dengan perempuan menjadi boleh
(halal), yakni sebagai pasangan suami istri.

Perkawinan adalah suatu perbuatan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya. Hal
ini sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nur ayat 32:

Artinya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-
orang yang layak (untuk kawin) di antara hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan
hamba- hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memberikan
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya." (QS. An-Nur : 32)

Perkawinan yang merupakan sunatullah pada dasarnya adalah mubah tergantung


kepada tingkat kemaslahatannya. Oleh karena itu, Imam Izzudin Abdussalam, membagi
maslahah menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Maslahat yang diwajibkan oleh Allah bagai hamba-hamba-Nya, di mana maslahat


yang paling utama adalah maslahat yang pada dirinya terkandung kemuliaan, dapat
menghilangkan mafsadah paling buruk, dan dapat mendatangkan kemaslahatan yang
paling besar.
2. Maslahat yang disunnahkan oleh Allah kepada hamba-Nya demi untuk kebaikannya.
3. Maslahat mubah), dalam hal ini perkara mubah tidak lepas dari kandungan nilai
maslahat atau penolakan terhadap mafsadah. Tentang hal ini Imam Izzudin
menyatakan bahwa maslahat mubah dapat dirasakan secara langsung, dimana
maslahat mubah ini tidak berpahala.

9
Dengan demikian jelaslah bahwa maslahat memiliki tingkatan - tingkatan, yaitu
maslahat taklif perintah, maslahat taklif takhyir dan maslahat taklif larangan. Dalam
taklif larangan kemaslahatannya adalah menolak kemafsadatan dan mencegah
kemadharatan, di sini jelas bahwa perbedaan tingkat larangan sesuai dengan kadar
kemampuan merusak dan dampak negative yang ditimbulkannya, kerusakan yang
ditimbulkan perkara haram tentu lebih dibanding kerusakan pada perkara makruh.
Meskipun pada masing-masing perkara haram dan makruh masih terdapat perbedaan
tingkatan sesuai dengan kadar kemafsadatannya. Contoh, keharaman dalam perbuatan
zina tentu lebih berat dibandingkan keharaman mencium wanita bukan muhrim
meskipun keduanya sama-sama merupakan perbuatan yang dilarang.

Demikian juga Rasulullah menyuruh pada umatnya untuk melakukan perkawinan.


Hal ini sebagaimana hadis Rasulullah :

Artinya : “kawinilah perempuan-perempuan yang dicintai yang subur, karena


sesungguhnya aku akan bangga karena banyak kaumku di hari kiamat”.

Dengan demikian jelaslah bahwa anjuran Allah dan Rasulullah untuk melaksanakan
perkawinan merupakan perbuatan yang lebih disenangi Allah dan Rasulullah untuk
dilakukan. Akan tetapi anjuran Allah dan Rasulullah untuk melaksanakan perkawinan itu
tidaklah berlaku secara mutlak tanpa persyaratan. Persyaratan untuk melangsungkan
perkawinan sebagaimana terdapat dalam hadis Rasulullah:

10
Artinya: "Dari Abdullah bin Mas'ud ra, Rasulullah saw bersabda: Wahai para
pemuda, barangsiapa di antara kamu telah mempunyai kemampuan dari segi al-ba'ah
(nikah/kawin), hendaklah ia kawin, karena perkawinan itu lebih menutup mata dari
penglihatan yang tidak baik dan lebih menjaga kehormatan. Apabila ia tidak mampu
untuk kawin, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat mengendalikan nafsu."
(HR. Muslim)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meskipun hukum perkawinan itu asalnya
mubah), namun dalam perkembangannya dapat berubah berdasarkan ah/kam al-
khamsah (hukum yang lima) menurut perubahan keadaan, yakni di antaranya:

1. Nikah wajib, yaitu nikah yang diwajibkan bagi orang yang telah mampu yang akan
menambah takwa, selain itu nikah juga wajib bagi orang yang telah mampu yang
akan menjaga jiwa dan menyelamatkannya dari perubatan haram. Kewajiban ini
tentunya tidak akan terlaksana kecuali dengan menikah.
2. Nikah haram, yaitu nikah yang diharamkan bagi orang yang mengetahui bahwa
dirinya tidak mampu melaksanakan hidup berumah tangga, baik lahir seperti memberi
nafakh, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain, maupun kewajiban batin seperti
menggauli (mencampuri) istri.
3. Nikah sunnah, yaitu nikah yang di sunnahkan bagi orang-orang yang sudah mampu
tetapi ia masih mampu mengendalikan dirinya (nafsunya) dari perbuatan haram.
Dalam hal seperti ini, maka nikah lebih baik dibanding membujang, sebab
membujang tidak diajarkan dalam islam.
4. Nikah mubah, yaitu nikah bagi orang-orang yang tidak berhalangan untuk menikah
dan dorongan untuk menikah juga belum membahayakan dirinya, sehingg ia belum
wajib menikah dan tidak haram apabila tidak menikah.

Hukum perkawinan (menikah) berbeda-beda tergantung keadaan seseorang. Pertama,


manikah hukumnya wajib, yakni bagi mereka yang sudah siap dan mampu baik lahir

11
maupun batin, sehingga apabila tidak menikah ia akan terjerumus kepada perbuatan
zina. Kedua, menikah hukumnya sunnah, yakni bagi mereka yang syawatnya sudah
menggebu tetapi ia masih dapat menjaga atau mengendalikan dirinya (Nafsunya) dari
perbuatan zina.

Ketiga, menikah hukumnya makruh, yakni bagi mereka yang kondisinya belum siap,
baik lahir maupun batin, tetapi tidak sampai menimbulkan madharat bagi mereka apabila
menikah, oleh karenanya dalam kondisi seperti ini sebaiknya tidak menikah terlebih
dahulu. Keempat, menikah hukumnya haram, yakni bagi mereka yang belum siap
menikah, baik lahir maupun batin, sehingga apabila dipaksakan menikah dapat
menimbulkan madjarat, atau menikah dengan maksud jahat, dimana dengan nikahnya
ingin menyakiti istri dan keluarganya atau ingin balas dendam, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu berdasarkan penjelasan tersebut di atas, bahwa hukum menikah pada
dasarnya bisa menjadi wajib, haram, sunnah, mubah dan makruh tergantung pada
keadaan maslahat dan mafsadatnya.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkawinan merupakan suatu hal yang diperintahkan oleh Allah SWT. Yang telah di
jelaskan pada an-Nur ayat 32. Demikian juga pernikahan juga di sunahkan oleh
Raulullah SAW. Pernikahan merupakan perbuatan yang disenangi oleh Alah SWT.
Dan Rasulullah SAW. sebab banyak hal positif yang dapat diambil dari sebuah
pernikahan. Tujuan pernikahan sangat lah banyak salah satunya yaitu, Mendapatkan
dan Melangsungkan Keturunan. Penyaluran Syahwat dan Penumpahan Kasih Sayang,
Memelihara diri dari Kerusakan, Menimbulkan Kesungguhan Bertanggung Jawab
dan Mencari Harta yang Halal, Membangung Rumah Tangga dalam Rangka
Membentuk Masyarakat yang Sejahtera Berdasarkan Cinta dan Kasih Sayang.
Begitupun hikmah yang dapat diambil dari sebuah pernikahan yaitu seperti
Memenuhi tuntutan fitrah, Mewujudkan ketenangan jiwa dan kemantapan batin,
Menghindari dekadensi moral, Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tabiat kewanitaan yang diciptakan, Menyambung Silahturahmi,
Memalingkan pandangan yang liar, Menghindari Diri dari perzinaan, Estafena awal
manusia, Estetika Kehidupan, Menjaga kemurnian nasab, Mengisi dan
Menyemarakan dunia.

B. Saran
Sebagai penulis kami menyarakan kepada pembaca agar dapat Mengkaji topik
penelitian ini dari perspektif yang berbeda agar memperoleh pandangan yang luas
terkait tujuan dan hikmah dibentuknya keluarga dalam islam.

13
DAFTAR PUSTAKA

Atabik, A., & Mudhiiah, K. (2016). Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum
Islam. YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, 5(2).

Ja’far, H. K. (2021). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Arjasa Pratama.

Jarbi, M. Pernikahan Menurut Hukum Islam. Pendidikan Agama Islam, I, 1, 56-58.

14

Anda mungkin juga menyukai