Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehinggakami
dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul “Pernikahan Dalam Agama Islam”.Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama.Pada kesempatan ini, kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telahmembantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Kami sebagai penyusunmenyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangatmengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca demi kesempurnaanmakalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan
bermanfaat untuk pengembanganwawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

2BAB
I.........................................................................................................................................................3PENDA
HULUAN.....................................................................................................................................3A.Latar
Belakang Masalah.................................................................................................................3B.Rumus
Masalah...............................................................................................................................3BAB
II........................................................................................................................................................4PEMBA
HASAAN.....................................................................................................................................41.Pernikaha
n.......................................................................................................................................42.Peminangan
(Khitbah)....................................................................................................................44.Manfaat
Pernikahan........................................................................................................................55.Syarat – Syarat
Pernikahan.............................................................................................................66.Hukum
Pernikahan..........................................................................................................................77.Mahar............
..................................................................................................................................79.Hukum
Thalak................................................................................................................................810.Masa
Idddah................................................................................................................................911.HIKMAH
‘IDDAH.....................................................................................................................9BAB
III....................................................................................................................................................10PENUTU
P................................................................................................................................................10A.KESIMPU
LAN.............................................................................................................................10DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................................................................112
BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahanmerupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya Islam
telahmemberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap
dengantata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak
akanmemilih tata cara yang lain. Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan,
tetapi yang membedakanManusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan pernikahan. Allah
S.W.T menganjurkanManusia untuk menikah agar dapat mempertahankan keberadaannya dan
mengendalikan perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan menurut kaiadah norma Agama, Laki-
laki dan perempuan memiliki fitrah yang saling membutuhkan satu sama lain.

B.Rumus Masalah

 Mengetahui tujuan menikah dalam islam


 Mempelajari tetang sunah menikah

BAB II PEMBAHASAAN

1. Pernikahana.Pengertian Pernikahan

Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti
Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yangdiucapkan oleh
kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yangdiwajibkan oleh
Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula
juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itusaling berpasangan,
menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina. Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan untuk
membangun rumah tangga dan melanjutkanketurunan. Pernikahan juga dipandang sebagai jalan untuk
meningkatkan ukhuwah islamiyah danmemperluas serta memperkuat tali silaturahmi diantara manusia.
Secara etimologi bahasa Indonesia pernikahan berasal dari kata nikah, yang kemudian diberi imbuhan
awalan “per” dan akhiran “an”. Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan
sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam islam
juga berkaitandengan pengertian mahram (baca muhrim dalam islam) dan wanita yang haram dinikahi.

2.Peminangan (Khitbah)

Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan
untukmelangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua pihak. Meminang
merupakanadat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga
merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah harus dan hendaknya bukan dari istri
orang, bukansaudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang. Pemberian seperti cincin
kepada wanitasemasa peminangan merupakan tanda ikatan pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji
yang disebabkanoleh sang laki-laki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh
wanita, makahendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan
dilakukan. Melihatcalon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah
berumahtangga.Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua
tangannya saja. Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:“Abu
Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak menikahdengan
seorang perempuan: “Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu kepada
Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin kekekalan.” (Hadis
RiwayatTarmizi dan Nasai) Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah
bertunangan:“Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: “Kamu tidak boleh
meminangtunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan
untukmemutuskannya”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan)) 4

3.Tujuan Pernikahan

 Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang AsasiPernikahan adalah fitrah manusia, maka
jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalahdengan ‘aqad nikah (melalui jenjang
pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan,seperti cara-cara orang
sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo,dan lain
sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
 Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan PandanganSasaran utama
dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah untukmembentengi martabat
manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat merendahkan dan merusakmartabat
manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai
saranaefektif untuk me-melihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi
masyarakat darikekacauan.
 Investasi di AkhiratAnak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi
kedua orangtua di akhirat.Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan
peluang bagi kedua orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal segala ilmu
dalam beragama yang diperoleh selama didunia, bekal doa dari anak merupakan hal yang dapat
diharapkan kelak.
 Melaksanakan Sunah RasulTentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari
perbuatan maksiat. Namun sebagaiseorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang dicontohkan dan
diajarkan oleh Rasulullah. Dan pernikahanmerupakan salah satu sunnah dari Rasulullah.

4.Manfaat Pernikahan

 Mendatangkan keberkahan pernikahan akan mendorong seseorang terutama suami untuk


sungguh-sungguh untuk mencarinafkah yang banyak dan halal untuk anak dan istrinya, sehingga
dengan kerja kerasnya akanmenimbulkan kemakmuran, kebahagiaan dan keberkahan dalam
hidup berumah tangga.
 Memperluas persaudaraan pernikahan dalam arti luasa tidak hanya menyatukan dan
memperluas kekerabatan diantara duakeluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan keluarga
perempuan. terlebih lagi jika terjadi pernikahan diluar suku, daerah maka kekerabatan akan
semakin luas, karena menyatukan kedua suku yang berbedatradisi dan kebudayaan.
 Meningkatkan kesungguhan mencari nafkah Nikah dapat mendorong seseorang terutama laki-
laki untuk bersungguh-sungguh dalam mencarirezeki yang banyak dan halal, sebab laki-laki lah
yang harus bertanggung jawab terhadap istri dananak-anaknya, baik yang berkaitan dengan
jasmani maupun rohani mereka.
 Menciptakan keturunan yang baik. Nikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan
keturunan yang baik dan mulia sekaligusmerupakan upaya menjaga kelangsungan hidup sesuai
dengan ajaran agama.
 Penyempurna AgamaMelaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari
agama sehinggamelengkapi takwa kita yang juga diimbangi dengan melakukan separuh ibadah
lainnya.Rasulullah SAW bersabda:“Jika seseorang menikah maka berarti dia telah
menyempurnakan separuh agamanya. Maka bertaqwalah pada paruh yang lain”. Hal senada
telah diriwayatkan dariAnas ra, beliau berkata:“Apabila seorang hamba menikah, maka telah
sempurna separuh agamanya,maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya“.

5.Syarat – Syarat Pernikahan

 Beragama Islam bagi mempelai Laki-laki dan PerempuanPernikahan yang didasarkan pada
syariat Islam, maka haruslah mempelai laki-laki dan perempuan beragama Islam. Nggak akan sah
pernikahan tersebut jika seorang muslim menikahi non muslimdengan menggunakan tata cara
ijab dan qabul secara Islam.
 Bukan Laki-laki mahram bagi calon Istri pernikahan merupakan bersatunya sepasang laki-laki
dan perempuan yang nggak mempunyaiikatan darah. Diharamkan bagi pernikahan jika
mempelai perempuan merupakan mahrom mempelailaki-laki dari pihak ayah. Oleh karena itu
mengecek riwayat keluarga juga diperlukan sebelumterjadinya pernikahan.
 Mengetahui Wali akad nikahPenentuan wali juga penting untuk dilakukan sebelum menikah.
Bagi seorang laki-laki, mengetahuiasal usul seorang perempuan juga diperlukan. Apabila ayah
dari mempelai perempuan sudahmeninggal bisa diwakilkan oleh kakeknya. Pada syariat Islam,
terdapat wali hakim yang bisa menjadiwali dalam sebuah pernikahan.
 Tidak sedang melaksanakan HajiIbadah haji merupakan ibadah yang segala sesuatunya dilipat
gandakan. Akan tetapi saat seseorangmelakukan ibadah haji nggak diperkenankan untuk
melakukan pernikahan.
 Tidak Karena paksaanSaat pernikahan terjadi, nggak ada paksaan dari pihak manapun. Oleh
karena itu pernikahan harusdidasarkan pada inisiatif dan keikhlasan kedua mempelai untuk
hidup bersama. Jika dahulu pernikahanterjadi karena dorongan pihak perempuan, sekarang
pernikahan merupakan pilihan dari keduamempelai untuk memulai hidup bersama.
6.Hukum Pernikahan

Menurut sebagian besar Ulama, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya boleh dikerjakandan
boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak dikerjakan tidakmendapatkan
dosa. Namun menurut saya pribadi karena Nabiullah Muhammad SAW melakukannya,itu dapat
diartikan juga bahwa pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukanoleh Beliau.
Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh bahkanharam,
tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.

 Pernikahan Yang Dihukumi SunnahHukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang
yang ingin melakukan pernikahantersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani,
mental maupun meteriil dan mampumenahan perbuatan zina walaupun dia tidak segera
menikah. Sebagaimana sabda RasullullahSAW :Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah
memiliki kemampuan untuk menikah, makahendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat
menjaga pandangan mata dan lebih dapatmemelihara kelamin (kehormatan); dan barang siapa
tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa,karena puasa itu menjadi penjaga baginya.”(HR.
Bukhari Muslim)
 Pernikahan Yang Dihukumi WajibHukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang
yang ingin melakukan pernikahantersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan
jasmani, rohani, maupun mental dan iakhawatir apabila ia tidak segera menikah ia khawatir
akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuksegera menikah.
 Pernikahan Yang Dihukumi MakruhHukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila
orang yang ingin melakukan pernikahantersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dalam menafkahikeluarganya kelak.
 Pernikahan Yang Dihukumi HaramHukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang
yang ingin melakukan pernikahantersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam
pernikahan tersebut, baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti secara materiil.

7.Mahar

Mahar atau maskawin adalah suatu pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak perempuanyang
merupakan salah satu syarat sah dalam sebuah pernikahan atau perkawinan. hukum memberikanmahar
adalah wajib bagi laki-laki, walaupun mahar bukan termasuk syarat atau rukun nikah. Mahardalam
sebuah pernikahan dianggap penting karena selain diwajibkan oleh agama mahar jugamerupakan tanda
kesungguhan dan penghargaan dari pihak laki-laki sebagai calon suami kepada calonistrinya. namun
pemberian mahar ini tidak berarti bahwa calon suami telah membeli calon istrinya dariorang tuanya.
karena sebesar apapun mahar yang diberikan oleh calon suami tidak dapat disetarakandengan harkat
dan martabat seseorang.Allah Swt berfirman dalam surat An-Nisa ayat 24: َ‫ض‬‫ي‬ِ‫ر‬َ‫ف‬ ‫ن‬ُ‫ه‬َ
ّ
‫و‬ُ‫ج‬ُ ‫ن‬ُ‫ه‬‫و‬ُ‫آ‬َ‫ف‬
ّ  ‫ن‬
ّ ُِ
 ‫م‬ ِ ِِ
ُ ْ
ْ ُ ‫ع‬َ
 َ
َ ْ
 

‫س‬‫ا‬ ََ ‫ف‬Artinya: “Maka karena kenikmatan yang telah kamu
dapatkan dari mereka, berikanlah maskawinnyakepada mereka sebagai suatu kewajiban.” (QS. An-
Nisa :24) Pemberian mahar yang utama harus didasarkan kepada nilai dan manfaat yang terkandung
didalamnya.Karena islam menyerahkan masalah ini masing-masing sesuai dengan kemampuan dan adat
yang berlaku di dalam masyarakat, dengan syarat tidak berbentuk sesuatu yang mendatangkan
mudharat,membahayakan atau berasal dari usaha yang haram.7

8.Thalak ( Perceraian )

Di dalam Islam, perceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam tetapi dibolehkan dengan
alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa bermaksud melepaskan ikatan dan
menurutsyarak pula, talak membawa maksud melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak
danseumpamanya. Talak merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhirsekiranya suami dan isteri
tidak dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecarikebahagian berumahtangga. Talak
merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi dibenarkan.

9.Hukum Thalak

 Thalak yang hukumnya WajibTalak bisa menjadi wajib apabila ditemui beberapa kondisi
berikut :
1. Jika suami isteri memiliki kemungkinan damai yang amat kecil atau sulit untuk didamaikan
melalui proses mediasi.
2. Sebelum perceraian terjadi biasanya ada dua orang wakil dari pihak suami atau isteri yang
akanmembantu proses mediasi. Namun apabila mediasi ini gagal maka cerai bisa menjadi
wajibhukumnya.
3. Jika pengadilan menjatuhkan pendapat sekiranya talak lebih baik dijatuhkan daripada
meneruskan pernikahan. Jika suami tidak dapat mengucapkan talak sementara talak wajib
hukumnya makasuami akan berdosa.
4. Talak juga wajib hukumnya bagi suami yang meng-ila’ istrinya yakni suami bersumpah untuk
tidak menggauli istrinya. Masa ila ini ditangguhakn hingga empat bulan dan apabila setelah
empat bulan berlalu suami enggan kembali kepada istrinya maka hakim berhak untuk
memaksa suamimengikrarkan talak.
 Thalak SunnahTalak hukumnya sunnah apabila dijatuhkan kepada suami dengan ikhlas demi
kebaikan istrinya danuntuk mencegah kemudharatan apabila istrinya tetap tinggal bersamanya.
Biasanya hal ini terjadiapabila sebenarnya suami masih mencintai istrinya sementara sang istri
sudah tidak bisa mencintaisuaminya sehingga berakibat istri tidak dapat melakukan tugasnya
dengan baik. Talak yang dijatuhkansuami demi kemaslahatan istrinya hukumnya sunnah. Ada
beberapa kondisi dimana talak hukumnyasunnah :
1. Suami tidak mampu menanggung nafkah istri baik secara lahir maupun secara batin dan
tidakmampu memenuhi kewajiban suami terhadap istri.
2. Isteri tidak dapat menjaga kehormatan serta harkat dan martabat dirinya atau terdapat ciri-
ciri istriyang durhakadalam dirinya. Istri yang seperti ini sebenarnya bisa dihindari dengan
mengetahui ciriwanita yang baik untuk dinikahi.
 Thalak yang hukumnya MakruhTalak hukumnya makruh jika suami menjatuhkan perkataan talak
terhadap istrinya tanpa sebab yang jelas dan keadaan rumah tangga yang baik-baik saja. Selain
itu talak juga hukunmya makruh apabilaistri yang diceraikan memilki sifat yang baik dan taat
kepada suaminya serta memiliki ciri-ciri istrishalehah.
 Thalak yang hukumnya MubahTalak yang hukumnya mubah adalah talak dimana suami memiliki
keinginan untuk menceraikanistrinya dikarenakan sudah tidak mencintai istrinya atau jika sang
istri tidak dapat mematuhi suamiserta berperangai buruk. Jika suami tidak dapat menahan dan
bersikap sabar maka talaq hukumnya mubah atau boleh dilakukan. Hal ini juga bisa terjadi
pabila suami lemah nafsunya atau istri yang tidaklagi subur ( belum datang masa haid atau telah
selesai masa haid)
 Thalak yang hukumnya HaramTalak bisa menjadi haram apabila talak yang dijatuhkan suami
tidak sesuai dengan petunjuk syariatislam. Hal ini berarti, talak yang dijatuhkan pada kondisi
dimana talak tersebut dilarang untukdiucapkan. Kondisi tersebut antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Suami menceraikan istri saat istri masih dalam masa haid.
2. Suami menjatuhkan talak pada istri setelah ia disetubuhi tanpa diketahui hamil atau tidak.
3. Suami yang sedang sakit dan cerainya bertujuan supaya istri tidak mendapatkan hak atas
hartanya.
4. Suami mentalak istri dengan tiga talak sekaligus. Hal ini tidak sah meskipun jika talak
satudiucapkan tiga kali atau lebih.

10.Masa Iddah

Masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari bahasa Arab dari kata (‫ة‬ّ‫د‬ِ‫ع‬‫ل‬‫ا‬) yang bermakna
perhitungan (‫ء‬َ‫ ْص‬‫ح‬ِ‫ا‬)[1] . Dinamakan demikian karena seorang menghitung masa suci atau
bulan secara umumdalam menentukan selesainya masa iddah. Menurut istilah para ulama, masa ‘iddah
ialah sebutan ataunama suatu masa di mana seorang wanita menanti atau menangguhkan perkawinan
setelah iaditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan menunggu kelahiran
bayinya,atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah ditentukan.

11.HIKMAH ‘IDDAH

Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa ‘iddah, diantaranya:

1. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak.


2. Syariat Islam telah mensyariatkan masa ‘iddah untuk menghindari ketidakjelasan garisketurunan
yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah.
3. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah akad
pernikahan.
4. Masa ‘iddah disyari’atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak memutuskantali
kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian.
5. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila
wanitayang dicerai sedang hamil.Dalil dari al-Qur`ân yaitu firman Allâh Azza wa Jalla :ٍ
‫ء‬ ُ
ُ  ‫ر‬ُ‫ق‬  َ َ
َ َ ّ ‫ن‬ِِ ِُَِ  ْِَُِْ
ِِ ُ َ‫ن‬ْ ‫ص‬ّ‫ب‬َ‫ر‬ ََ ُ  َ

َ ّ ّ ‫ط‬ُ َ  ْ
‫ا‬َ Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ [al-
Baqarah/2:228]
Sedangkan dalil dari sunnah banyak sekali, diantaranya : ‫و‬ُَ
َ  َ َََ
ََ  ‫ط‬َ‫خ‬َ‫ف‬ ‫ى‬َُ ْ ُ ‫ح‬ َ ِ ِ  ‫ه‬ََ ََ ْ ََ َ 
َ
 ْ 
َ‫ف‬ُ‫و‬ُ َ َِ ِ
 ‫ج‬ ْ  َ َ ‫ز‬ َ  َ َ  َْ ‫ك‬
َ َ
َ



ُ  ‫ع‬ْ
َ   َُ َ ُ
‫س‬
َ  َ   ُ  َ ُ   
َ   َ َ 




َُُْ ْ ‫س‬َ ‫ن‬ِ‫م‬ ْ  ‫ة‬ََ‫ر‬ْ ‫م‬‫ا‬ َ ّ َ 
َّ ّَ ‫س‬
 ْ
َ َِ ْ ََ  َ ّ ُ ‫ِى‬ّَ ِِّ ‫ل‬‫ا‬
ِ ْ َ َ ‫ز‬ َ َ ََ‫ُس‬ ُُ ْ
‫ن‬َ ِّ
ّ ِِ ّ ‫ل‬‫ا‬  ْ َ‫ء‬َ‫ج‬ ّ ُ ََ ٍ 
 َ


ِ‫ر‬ْ ‫ش‬َ ْ ‫ن‬ِ‫م‬  ‫ي‬ِ‫ر‬َ‫ق‬ ْ  َُََ َ   

َ ‫ف‬ ‫ن‬ ِ  ََ 
َ
 
‫ج‬ َ‫ا‬
ْ ‫ر‬ َ ِ ‫د‬َ ْ
‫ع‬َ ‫ى‬ّ  َ ‫ح‬ ِ   ِ ِ ِ ِَ
 ْ َ َ ْ  َ ‫ص‬  ُ
ُ َ
 ُ َْ
‫م‬






 ّ
 ِ َ    َ  
َ َ َ َ ‫ف‬
ُ َ َِَ  ْ َ َ  ِ ْ َ َ ََ ْ  َِْ





َ
 َ ََ ‫ف‬ْ ٍ َ َ
ْ ْ ‫ع‬َ ‫ن‬ ُ ْ  ‫ب‬ ِ ِ ِَّ َ ّ
  ‫ل‬
‫ا‬ِ ِِ ِ

ْ ِْ 
ِ ‫ا‬
 َ َ 
 َ َ ‫ف‬ ْ
َ
 َ ّ ّَ ‫س‬َِ ْ ََ  َ ّ ُ ‫ى‬ّَDari Ummu
Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita dari Aslam bernama
Subai’ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu Sanâbil bin
Ba’kakmelamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata, “Demi Allâh, dia
tidak bolehmenikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling panjang dari dua masa
iddah. Setelahsepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Nabi
Shallallahu ‘alaihiwa sallam bersabda, “Menikahlah!” [HR al-Bukhâri no. 4906].

BAB IIIPENUTUP

A.KESIMPULAN

Sehingga dapat di simpulkan bahwa Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting bagimanusia
untuk berkembang biak, memiliki keturunan, mempertahankan keberadaannya dengan aturan-aturan
yang sudah ditentukan oleh Agama Islam sehingga kita bisa berkembang biak dengan baik dan benar
menurut Islam. Tanpa Pernikahan dan aturan-aturan Islam, maka manusia kemungkinan akan berzina,
berganti-ganti pasangan, melakukan seks bebas sehingga mereka akan mirip seperti binatang yang
selalu berganti-ganti pasangan. 10

DAFTAR PUSTAKA

https://www.popbela.com/relationship/married/rosita-meinita/rukun-dan-syarat-sah-nikah/full

https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan
http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/makalah-pernikahan-dalam-agama-islam.html

https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/

https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-talak-dalam-pernikahan

https://almanhaj.or.id/3668-masa-iddah-dalam-islam.html

https://www.muslimpintar.com/pengertian-mahar-dan-macam-macam-mahar-pernikahan/

Anda mungkin juga menyukai