Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PAI

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Disusun Oleh:
- Nayla Viona Azahra - Nelva Dhea Sandra
- Parlinda Septiana - Putri Mulyawati
- Rakha Aditya Pasha - Rendy Agung Kurniawan
- Reskika Putri Palida - Rifa Hamidah
- Salsa Dwi Airinisa - Tiara Nurhasanah A.
- Tiwi Meisya Putri - Wijayanto
- Zilfa Julyafitri

XII MIPA 5
SMA NEGERI 5 KOTA BENGKULU
TAHUN AJARAN 2023/2024
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. atas berkat dan rahmat-Nya
lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pernikahan Dalam Islam” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran
PAI. Selain itu, juga untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan mengenai pernikahan dalam
islam serta menyampaikannya bagi pembaca maupun kami sebagai penulis.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan maksimal tanpa
adanya dukungan dari semua pihak.
Kami sebagai penyusun, menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan baik
dari penyusunan, tata bahasa penyampaian, bahkan materi yang disampaikan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Oktober 2023

Kelompok 3
Daftar Isi
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menjalani sebuah pernikahan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hal
tersebut memerlukan banyak sekali persiapan, baik secara fisik maupun mental dan
secara materi maupun pikiran. Yang terpenting dari itu semua adalah persiapan untuk
mengetahui ilmu agama tentang pernikahan. Karena pernikahan tanpa didasari
dengan pengetahuan agama dapat menyebabkan rusaknya pernikahan tanpa disadari.
Semuanya diperlukan untuk menghasilkan sebuah rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, wa rahmah.

Pada hakikatnya pernikahan bukan hanya untuk melampiaskan kebutuhan


biologis semata tetapi pernikahan adalah sebuah ikatan yang sakral dan bertujuan
menjalankan sunah Rasul, mengarungi kehidupan bersama sesuai tuntunan syariat
Islam, dan mendapatkan keturunan yang salih dan salihah. Karenanya, jika
pernikahan diniatkan untuk ibadah maka semua akan terasa mudah dan bernilai
pahala. Setiap permasalahan, baik kecil atau besar, akan diselesaikan dengan mudah
karena keduanya mempunyai tujuan yang sama dan saling mencintai karena Allah
Ta'ala.

Allah Ta'ala jadikan adanya nilai pahala dalam setiap kebaikan, bahkan jika
seorang suami memberikan sesuap nasi ke mulut istrinya juga ada nilai pahalanya.
Karenanya, seseorang yang menikah telah mendapatkan separuh dari kebaikan dalam
agama ini sehingga hendaknya ia mencari separuh lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Nikah
2. Anjuran Menikah dalam Islam
3. Ketentuan dalam melamar
4. Ketentuan Pernikahan dalam Islam
5. Rukun Pernikahan dalam Islam
6. Khotbah Nikah
7. Memberi Ucapan Selamat dalam Pernikahan
8. Perempuan yang Diharamkan untuk Dinikahi
9. Hikmah Pernikahan dalam Islam
10. Hak dan Kedudukan Perempuan dalam Keluarga
11. Hukum Indonesia tentang Pernikahan
C. Tujuan Penulisan
1. Membahas mengenai pernikahan menurut islam
2. Meningkatkan pemahaman dan wawasan mengenai pernikahan dalam islam
3. Mengetahui bagaimana cara mengaplikasikan pemahaman dan wawasan tersebut
di kemudian hari
Bab II
Pembahasan

A. Pengertian Nikah
Nikah dalam bahasa Arab dikatakan,”nakahat ay asyjar" yaitu pohon-pohon
tumbuh saling berdekatan dan berkumpul dalam satu tempat.Nikah secara bahasa adalah
berkumpul dan bergabung.Imam Nawawi mendefinisikan bahwa nikah secara bahasa
adalah bergabung yang terkadang digunakan untuk menyebut "akad nikah" dan
digunakan untuk menyebut hubungan suami istri.Nikah secara istilah adalah akad yang
dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang dengannya dihalalkan baginya untuk
melakukan hubungan suami istri.

B. Anjuran Menikah dalam Islam


Menikah dan kehidupan berkeluarga merupakan salah satu sunnatullah terhadap
makhluk-Nya. Manusia adalah makhluk yang dimuliakan sehingga di dalam menjalankan
hubungan antara sesama manusia ada ketentuan dan persyaratan yang sesuai dengan
kehormatannya. Untuk memelihara kemuliaan dan menjaga kesuciaannya manusia harus
melakukan pernikahan syar'i yang menjadikan hubungan antara seorang pria dengan
seorang wanita mulia, dilandasi oleh keridaan, diiringi oleh ijab kabul, kelembutan, serta
kasih sayang. Dengan demikian, manusia bisa menyalurkan syahwatnya dengan cara
benar, menjaga keturunan, dan mengikuti sunah Rasulullah. Anjuran menikah terdapat di
dalam Al-Qur'an di antaranya sebagai berikut.
A. Qur'an surah an-nisa ayat 1

‫ٰۤي‬
‫ـَاُّيَها الَّنا ُس اَّتُقْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم ِّم ْن َّنْفٍس َّوا ِحَدٍة َّو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج ا اًل َك ِثْيًرا َّوِنَس ٓاًء ۚ  َو ا َّتُقوا َهّٰللا‬
‫اَّلِذ ْي َتَس ٓاَء ُلْو َن ِبٖه َو ا َاْل ْر َح ا َم ۗ  ِاَّن َهّٰللا َك ا َن َع َلْيُك ْم َرِقْيًبا‬

Artinya:

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri
yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan
(peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasimu."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 1)

B. Qur'an surah ar-rum ayat 21

‫َوِم ْن ٰا ٰي ِتٖۤه َاْن َخ َلَق َلُك ْم ِّم ْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو ا ًجا ِّلَتْس ُك ُنْۤو ا ِاَلْيَها َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َّمَو َّد ًة َّوَر ْح َم ًةۗ  ِاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيَتَفَّك ُرْو َن‬

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan


untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21)

C. Ketentuan dalam melamar

1. Diharamkan bagi seorang laki-laki untuk melamar perempuan yang telah dilamar oleh
saudaranya sampai orang yang pertama meninggalkannya (membatalkan lamaran),
memberi izin kepadanya, ataupun jika dia telah ditolak oleh pihak wanita. Jika dia
melamar di atas lamaran laki-laki pertama, maka lamarannya sah. Akan tetapi, dia
berdosa dan telah berbuat maksiat terhadap Allah Ta'ala dan Rasul-Nya.

2. Diharamkan untuk melamar dengan terang-terangan terhadap seorang perempuan yang


masih berada dalam iddah atas kematian suaminya dan mubanah (yang ditalak bain).
Akan tetapi, dibolehkan baginya untuk menawarkan, seperti dengan perkataan saya
menyukai wanita seperti Anda sedangkan perempuan cukup menjawab orang sepertimu
tidak akan ditolak dan lainnya dari perkataan yang serupa.

3. Dibolehkan untuk berterus terang ataupun menyindir ketika meminang seorang


perempuan yang masih berada dalam masa iddah perceraian jika perceraian itu dalam
bentuk talak bain, walaupun belum mencapai talak tiga. Diharamkan untuk berterus
terang ataupun menyinggung perempuan yang masih dalam masa iddah dari talak raj'i.

D. Ketentuan Pernikahan dalam Islam


1. HUKUM MENIKAH

a. Menikah hukumnya sunah bagi seseorang yang mampu melaksanakannya tetapi ia


dapat menjaga nafsunya dari perbuatan zina.
b. Menikah hukumnya wajib bagi orang yang takut untuk terjerumus dalam perzinaan
jika dia tidak menikah dan dia mampu untuk melaksanakan pernikahan.

c. Menikah hukumnya makruh bagi orang yang ingin menikah tetapi belum mampu
memberi nafkah untuk istri dan anaknya kelak.

d. Menikah hukumnya haram bagi orang yang bermaksud menyakiti perempuan


setelah dinikahinya.

2. SYARAT-SYARAT MENIKAH

a. Kedua calon mempelai harus jelas statusnya.

b. Keridaan dari calon kedua mempelai.

c. Wali, seorang wanita tidak boleh menikah tanpa adanya wali.

d. Kedua calon mempelai terhindar dari larangan-larangan menikah. Maksudnya, tidak


terdapat pada keduanya atau salah satunya apa yang menghalanginya untuk
melaksanakan pernikahan dari segi keturunan ataupun sebab lainnya, seperti saudara
sesusuan, perbedaan agama, dan sebagainya.

E. Rukun Pernikahan dalam Islam


Rukun akad nikah ada empat, yaitu sebagai berikut:

a. Adanya calon suami istri Yang keduanya terbebas dari hal hal yang menghalangi
sahnya pernikahan, seperti saudara sesusuan, perbedaan agama, ataupun lainnya.

b. adanya wali dari calon mempelai wanita yang berhak menikahkan nya. jika wali
terdekat berhalangan, belum pantas untuk menjadi wali, Ata sedang tidak ada di tempat
dan tidak mungkin untuk dihadirkan kecuali dengan susah payah, maka hendaklah wali
berikutnya yang menikahkan.

c. adanya ijab dan kabul. ijab yaitu kalimat yang bersumber dari wali atau dari orang
yang menjadi wakil nya dengan mengatakan “saya kawinkan dan saya nikahkan Anda
dengan Fulanah binti Fulan” atau kalimat yang semisalnya. Kabul yaitu kalimat yang
bersumber dari calon suami atau orang yang mewakilkannya dengan mengatakan saya
terima pernikahan ini apa dengan kalimat yang semisalnya. Jika telah terjadi ijab dan
kabul maka pernikahan tersebut sah.

d. adanya dua orang saksi yang adil dan dewasa. Jika pernikahan tersebut telah
diumumkan dan disaksikan oleh dua orang saksi maka akad nikahnya telah sempurna.

persaksian akad nikah tersebut berdasarkan dalil hadits secara marfu:


“Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali dan dua saksi yang adil.” (HR. Al-
Khamsah kecuali An-Nasa`i).

F. Khotbah Nikah
Disunahkan sebelum akan dilakukan Khotbah Nikah. Sebagaimana di dalam
Khotbah yang lainnya, Khotbah Nikah juga dimulai dengan Hamdalah dan Shalawat
kepada Rasulullah saw. Kemudian, dibacakan beberapa ayat yang berhubungan dengan
pernikahan dan setelah itu barulah dilakukan akad nikah sambil didampingi oleh dua
orang saksi.

G. Memberi Ucapan Selamat dalam Pernikahan


Memberikan ucapan selamat kepada pengantin hukumnya sunah didalam islam,
sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi saw memberi selamat kepada
seseorang yang menikah. Dalam sebuah hadist diriwayatkan:

“Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi sallallahu 'alaihi wasallam, apabila seseorang
menikah beliau mendoakannya, "Semoga Allah memberi berkah kepadamu dan
melimpahkan keberkahannya terhadapmu, serta menggabungkan kalian berdua dalam
kebaikan." (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah)”

H. Perempuan yang Diharamkan untuk Dinikahi

Perempuan yang diharamkan terbagi menjadi dua, yaitu:

 Perempuan yang diharamkan untuk selamanya :

1) Diharamkan berdasarkan nasab.

2) Diharamkan berdasarkan susuan.

3) Diharamkan berdasarkan musaharah.

 Perempuan yang diharamkan pada waktu terbatas:

1) Dua orang perempuan yang bersaudara antara seorang perempuan dengan jalur
bibinya, baik dari jalur bapak atau ibu dan yang satu nasab atau satu susuan.
Jika salah satunya meninggal atau telah dicerai maka yang lain akan menjadi
halal

2) Perempuan yang masih dalam masa iddah sampai selesai masa iddahnya

3) Perempuan yang telah ditalak tiga sampai dia menikah dengan laki-laki lain
4) Perempuan yang dalam keadaan sedang ihram (melaksanakan haji

5) Perempuan kafir sampai dia memeluk Islam

6) Perempuan kafir yang bukan ahli kitab haram bagi seorang muslim sampai
perempuan tersebut memeluk Islam.

7) Istri orang lain atau perempuan yang masih dalam masa iddah, kecuali budak
miliknya

I. Hikmah Pernikahan dalam Islam


Secara Umum :

1. Memenuhi Tuntutan Fitrah

2. Menghindari Perusakan Moral

3. Mewujudkan Ketenangan Jiwa

4. Menyambung Keturunan

Syariat perkawinan mengandung hikmah luar biasa. Salah satu hikmah perkawinan
adalah penunjukan manusia sebagai subjek untuk memakmurkan bumi Allah. Manusia
dipilih sebagai makhluk Allah yang mendapatkan mandat untuk mengambil manfaat isi
bumi sesuai kebutuhan mereka.

‫ وهذا يستلزم التناسل وحفظ‬.‫إذا عرفت هذا عرفت أن بقاء األرض عامرة يستلزم وجود اإلنسان حتى تنتهي مدة الدنيا‬
‫النوع اإلنساني حتى ال يكون خلق األرض وما فيها عبثا فنتج من هـذا أن عمار الكون متوقف على وجود اإلنسان‬
‫ووجوده متوقف على وجود النكاح‬

Artinya, “Jika kamu mengetahui ini, kamu akan mengatakan bahwa keberlanjutan bumi
harus dimakmurkan yang menuntut keberadaan manusia sampai akhir umur dunia. Hal ini
tentu saja mengharuskan berketurunan dan menjaga spesies manusia sehingga penciptaan
bumi dan isinya tidak menjadi sia-sia. Simpulan dari ini, pemakmuran dunia bergantung
pada keberadaan manusia. Sedangkan keberadaan manusia bergantung pada perkawinan,”
(Syekh Ali Ahmad Al-Jarjawi, Hikmatut Tasyri‘ wa Falsafatuhu, [Beirut, Darul Fikr:
tanpa tahun], juz II, halaman 7).

Dari hikmah perkawinan ini, Rasulullah

. ‫تناكحوا تناسلوا تكثروا فإنى مباٍه بكم األمم يوم القيامة‬

Artinya, “Rasulullah saw bersabda, ‘Menikahlah, maka kalian akan berketurunan dan
menjadi banyak karena aku akan bangga dengan kalian di depan umat lain pada hari
kiamat.”
J. Hak dan Kedudukan Perempuan dalam Keluarga
 Hak

1. Hak untuk melangsungkan hidup.

2. Hak untuk mendapatkan nafkah.

3. Hak untuk mendapatkan warisan.

4. Hak untuk mendapatkan pendidikan.

5. Hak untuk mendapatkan perlakuan baik sebagai istri.

6. Hak untuk mendapatkan pekerjaan.

 Kedudukan

1. Kedudukan Wanita Sebagai Anak

2. Kedudukan Wanita sebagai istri

3. Kedudukan Wanita Sebagai Ibu

K. Hukum Indonesia tentang Pernikahan


- Umum: UU No.1 Tahun 1974 tentang Undang-Undang Perkawinan

- Khusus: Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991 tanggal 1 Juni 1991 tentang Penyebarluasan
Buku Pedoman Hukum Islam (HKI) dan ditetapkan dengan terbitnya Keputusan Menteri
Agama RI No.154 Tahun 1991 yang ditetapkan tanggal 22 Juni 1991.

1. Batasan umur pernikahan

KHI Pasal 15 ayat 1 dan KHI Pasal 16 ayat 1

2. Kedudukan Pencatatan Nikah

KHI pasal 7 ayat 1, pasal 6 ayat 1 dan 2

3. Hukum Talak

KHI Pasal 8

Anda mungkin juga menyukai