Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

Bab 2 Pembahasan

A. Pengertian pernikahan
B. Tujuan pernikahan
C. Rukun pernikahan
D. Syarat pernikahan
E. Hukum pernikahan
F. Orang-orang yang tidak boleh dinikahi
G. Pernikahan yang tidak sah
H. Kewajiban dan hak suami istri
I. Talak,idah dan rujuk
J. Hikmah pernikahan

Bab 3 Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar pustaka
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat AllahSWT. Karena berkat rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga tugas Makalah Pendidikan Agama Islam yang berjudul
“Pernikahan dalam Islam” dapat terselesai pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak memperoleh bimbingan, petunjuk
dan bantuan serta dukungan dari teman-teman.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca.Namun terlepas dari itu,kami memehami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bermanfaat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kudus,10 November 2019


        
                                                                     
              
Penulis                 
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah swt menciptakan semua makhluk yang ada dialam semesta dalam
keadaan berpasang-pasangan. Begitu juga dengan manusia yang diciptakan dalam
keadaan berpasang-pasangan,yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam hubungannya
dengan lawan jenis,manusia memiliki batasan-batasan yang harus dipatuhi. Terlebih
yang kaitannya dengan sifat naluriah manusia yaitu memiliki keinginan membangun
keluarga.
Setiap manusia yang hendak membangun sebuah keluarga,maka terlibih
dahulu harus melakukan pernikahan. Di dalam pernikahan,terdapat beberapa aturan
maupun ketentuan yang harus dipatuhi dan dipenuhi oleh umat islam. Karena jika
aturan atau ketentuan tersebut tidak dipatuhi ataupun dipenuhi,maka pernikahan yang
dilakukan dianggap batal ataupun fasad (rusak).
Oleh karena itu,umat islam harus mengetahui dan memahami aturan dan
ketentuan tersebut,agar pernikahan menjadi sah dan diridhai Allah swt dan dalam
membangun keluarga yang diridhai Allah swt pula.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian pernikahan
2. Tujuan pernikahan
3. Rukun pernikahan
4. Syarat pernikahan
5. Hukum pernikahan
6. Orang-orang yang tidak boleh dinikahi
7. Pernikahan yang tidak sah
8. Kewajiban dan hak suami istri
9. Talak,idah dan rujuk
10. Hikmah pernikahan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pernikahan
2. Untuk mengetahui apa tujuan dari pernikahan
3. Untuk mengetahui apa saja rukun pernikahan
4. Untuk mengetahui apa saja syarat pernikahan
5. Untuk mengetahui hukum pernikahan
6. Untuk mengetahui siapa saja orang-orang yang tidak boleh untuk dinikahi
7. Untuk mengetahui apa saja pernikahan yang tidak sah
8. Untuk mengetahui apa saja hakdan kewajiban suami istri
9. Untuk mengetahui apa itu talak,idah dan rujuk
10. Untuk mengetahui apa saja hikmah pernikahan
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pernikahan
a. Menurut Bahasa (etimologi)
Dalam Bahasa arab pernikahan biasa disebut zawaj yang artinya
persandingan,penyatuan,atau perkumpulan. Kata zawaj merupakan lawan dari
kata fard (sendirian). Segala sesuatu yang berpasangan satu sama lain disebut
sawjan,misalnya laki-laki dan perempuan.

‫الذ َك َر َواأْل ُ ْنثَ ٰى‬ َ َ‫َوأَنَّهُ َخل‬


َّ ‫ق ال َّزوْ َج ْي ِن‬
artinya: “Dan bahwasannya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki
laki dan perempuan” (Q.S. An-Najm:45)
b. Menurut istilah (syara’)
Nikah artinya suatu akad yang menyebabkan bolehnya pasangan suami-istri
saling menikmati satu sama lain menurut cara yang dibenarkan syariat.
Pengertian ini mengarah pada penjelasan tentang dua hal yang berkenaan dengan
saling menikmati antara pria dan wanita yaitu:
Pertama,saling menikmati yang tidak didasari akad nikah tidak bias dinamakan
pernikahan,baik dengan cara yang haram maupun dengan cara yang halal.
Kedua,saling menikmati yang dilakukan atas dasar akad yang dibenarkan oleh
syariat (misalnya sudah terpenuhinya rukun dan syarat,serta tidak ada penghalang)
dinamakan pernikahan atau pernikahan syar’i.
2. Tujuan Pernikahan
Secara umum tujuan pernikahan menurut islam adalah untuk memenuhi hajat
manusia(pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah
tangga yang bahagia,sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama islam. Apabila
tujuan umum pernikahan tersebut diuraikan secara terperinci,maka tujuan tersebut
adalah:
 Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih saying
‫ق لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ْز َواجًا لِتَ ْس ُكنُوا إِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َرحْ َمةً ۚ إِ َّن‬
َ َ‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه أَ ْن َخل‬
ٍ ‫فِي ٰ َذلِكَ آَل يَا‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬
artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya,dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
saying. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir” (Q.S Ar-Rum:21)
 Untuk memperoleh kebahagiaan dan ketentraman hidup
 Untuk memenuhi kebutuhan seksual secara sah dan diridhai Allah
 Untuk memperoleh keturunan yang sah
 Menjega kehormatan dan harkat manusia
 Mengikuti sunah Rasulullah
 Untuk mewujudkan keluarga Bahagia didunia dan akhirat
3. Rukun Pernikahan
Rukun-rukun pernikahan yang dimaksud dengan rukun ialah segala sesuatu
yang ditentukan menurut hukum Islam dan harus dipenuhi pada saat pernikahan
dilangsungkan. Maksudnya bahwa kalau syarat-syarat pernikahannnya telah
dipenuhi,maka sebelum melangsungkan pernikahan saat - saat untuk sahnya harus ada
rukun-rukun yang perlu dipenuhi. Adapun rukun pernikahan mewajibkan adanya :
a. Calon pengantin pria dan wanita Untuk melangsungkan suatu pernikahan
diperlukan kehadiran kedua calon suami istri. Dan kedudukannya sebagai
calon suami-istri baru,disebut juga pengantin. Mereka sebagai calon
pengantin diwajibkan hadir,karena untuk pengukuhannya dalam
membentuk keluarga baru. Tetapi dalam keadaan berhalangan yang tidak
mungkin kehadirannya saat seperti karena sakit keras mendadak,berada di
luar negeri atau tempat lain tanpa dapat meningkas tugas dan tidak dapat
hadir dengan alasan-alasan yang meyakinkan,maka dapat diwakilkan
untuk sementara itu kepada seorang lain yang memenuhi syarat-syarat
pernikahannya
b. Wali ialah orang yang berhak menikahkan anak perempuan dengan pria
pilihannya. Syarat-syarat yang wajib dipenuhi untuk menjadi seorang
wali,ialah:
o Islam ,
o Dewasa ,
o Berpikiran sehat ,
o Jujur ,
o Baik tingkah lakunya ,
o Mengetahui asas-asas dan tujuan perkawinan ,
o Mengetahui dengan jelas asal - usul calon suami istri sebagai
pengantin

Di dalam hukum Islam walaupun seseorang telah memenuhi syarat-


syarat menjadi wali,tetapi belum tentu dapat menjadi wali perkawinan
kalau tidak termasuk pada macam - macam wali . Ada 3 macam wali
dalam pernikahan Islam ialah :

o Wali nasab adalah wali yang mempunyai hubungan darah dengan


calon pengantin wanita baik vertikal maupun horisontal .
o Wali hakim adalah wali yang ditugaskan oleh kepala negara yang
beragama Islam untuk menikahkan seorang wanita dengan seorang
laki-laki pilihannya. Penugasan wali hakim itu dimaksudkan
karena bagi setiap wanita yang mau menikah merupakan syarat
mutlak pernikahannya dilakukan oleh seorang wali kalau wanita
itu yatim piatu yang tidak mengetahui dan diketahui asal
keturunannya,maka hukum Islam menegaskan bahwa wali
pernikahannya ialah Kepala Negara,Tetapi sebagai seorang Kepala
Negara,tidak mungkin setiap hari menikahkan wanita di setiap
bagian wilayah negaranya karena itu ditetapkan sebagai wali
pengganti dan berwenang ialah Pejabat Kantor Urusan Agama.
o Wali Muhakkam adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercayakan
oleh kedua belah pihak calon suami-istri untuk menikahkan di
tempat itu asal memenuhi syarat. Penunjukan itu dilakukan dalam
keadaan darura artinya tidak diperoleh wali nasab dan tidak
mungkin dihubungi atau tidak ada wali hakim. Hal ini dapat
terjadi,misalnya pernikahan turis,mahasiswa/I yang sedang studi
diluar negeri atau tantara dalam peperangan.
c. Saksi
Saksi terdiri atas dua orang atau lebih yang melihat dan mendengarkan
ijab kabul. Tugasnya dalam pernikahan hanya memberikan kesaksian
bahwa pernikahan itu benar-benar dilakukan oleh pihak-pihak yang
berkeinginan dan menyatakan tegas tidaknya ijab kabul diucapkan.
Kesaksian dalam pernikahan Islam didasarkan kepada hadits nabi yang
menyatakan "Tidak sah pernikahan kecuali dengan wali dan dua orang
saksi". Dengan hadits nabi selain wali diperlukan juga kehadiran dua
orang saksi untuk sahnya pernikahan. Dan kedua orang saksi dibawa oleh
masing-masing pihak asalkan memenuhi syarat-syarat seperti yang
diwajibkan kepada wali. Dua orang saksi hendaknya laki-laki;
tetapi kalau tidak ada wanitapun diperkenankan hanya jumlahnya harus 4
orang. Dasar hukum perbandingan jumlah itu kalau dilihat dari makna
anak kalimat terakhir dari Surah (2) Al-Baqarah ayat 228
yang menyatakan:

ِ ‫وفۚ‚ و لِ ِّلر ج‬
ٌ‫ال َع لَ ْي ِه َّن َد َر َج ة‬ ِ ‫و هَل َّن ِم ثْ ل الَّ ِذ ي ع لَ ي ِه َّن بِ الْ م ع ر‬
َ َ ُْ َ َْ ُ ُ َ
“Perempuan itu mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, tetapi laki-
laki mempunyai derajat yang lebih tinggi dari perempuan”.
Melalui pernyataan inilah ditetapkan perbandingan saksi laki-laki dan
perempuan, adalah 2 : 4 kalau perempuan dimintakan menjadi saksi dalam
suatu pernikahan.
d. Akad Nikah
Akad nikah ialah pengukuhan janji pernikahan sebagai suatu ikatan
antara seorang laki-laki seorang perempuan secara sah yang diucapkan
dengan jelas, meyakinkan,dan tidak meragukan. Akad nikah itu
dilaksanakan dalam suasana hening dengan pihak wali menyatakan (ijab)
dan dijawab oleh calon suami secara dan tegas dan jelas dengan menerima
(qabul).
4. Syarat Pernikahan
Syarat-syarat yang perlu dipenuhi seseorang sebelum melangsungkan pernikahan
itu ada enam, ialah:
a. Persetujuan kedua belah pihak tanpa paksaaan
Calon suami-istri mempunyai dorongan (motivasi) yang sama untuk
membentuk suatu kehidupan keluarga. Motivasi mereka itu sebagai
persetujuan masing-masing yang diperoleh dengan adanya saling mengerti
dan berkeinginan lanjut berpartisipasi dalam membentuk satu keluarga.
Dan keinginan itu sebagai persetujuan kedua belah pihak yang tidak dapat
dipaksakan oleh pihak lain baik orang tua maupun orang yang d ituakan
dalam keluarga masing-masing.
b. Dewasa
Ukuran kedewasaan seseorang tidak dilihat dari usia melainkan dari
kedewasaan fisik dan psikis yang sekurang-kurangnya ada tanda-tanda
kematangan diri. Hal ini ditentukan dari mulai bekerjanya kelenjar kelamin
seseorang. Dan tanda-tanda itu bagi seorang pria sejak pertama kali
menghasilkan sperma (baliqh)dan bagi seorang wanita sejak menstruasi
pertama. Tetapi ukuran itu tidak mutlak,karena yang dimaksud dengan
kedewasaan fisik yang ditempuh oleh hokum Islam sesuai ilmu kesehatan
bagi setiap bangsa yang mungkin ada perbedaannya. Sedangkan
kedewasaan psikis dimaksudkan bahwa bagi para pihak telah memiliki
kesehatan mental yang baik, mempunyai rasa tanggung jawab sebagai
suami-istri terutama dalam mendidik anak-anaknya dengan wajar dan
terhormat
c. Kesamaan agama Islam
Kedua belah pihak pemeluk agama Islam yang sama. Hal ini
dimaksudkan bahwa dalam memelihara keturunan yang sah tidak ada
pertentangan memperebutkan atau mengalahnya salah satu pihak untuk
terwujudnya keagamaan keturuan mereka itu.
Bagi seorang wanita Islam dilarang melakukan pernikahan dengan seorang
pria lain agama dan hukumnya haram. Larangan itu dimaksudkan untuk
menjaga dan memelihara keturunan yang sah sesuai dengan ajaran Islam.
Sedangkan bagi seorang pria Islam yang kuat imannya diperkenankan
melakukan pernikahan dengan seorang wanita lain agama,asalkan bukan
wanita penyembah berhala kecuali bertobat dan bersedia memeluk agama
Islam.
d. Tidak dalam hubungan nasab
Yang dimaksud dengan hubungan nasab,ialah hubungan keluarga
dekat baik dari pihak ibu maupun bapak. Syarat ini diperlukan karena
hubungan darah yang dekat baik secara vertikal maupun horisontal tidak
dikehendaki,sebab pernikahan dalam keturunan satu darah masih
merupakan satu keluarga besar. Dan kalau dilihat dari dunia kedokteran
banyak terjadi kemungkinan-kemungkinan kelainan perkembangan
kesehatan dari keturunan itu,sedangkan dari segi psikologi banyak terlihat
adanya kelainan psikis dan mental kalau sampai dilangsungkan pernikahan
dalam satu hubungan darah.
e. Tidak ada hubungan rodhoah
Rodhoah ialah sepersusuan;maksudnya bahwa antara pria dan wanita
yang akan melangsungkan pernikahan itu pernah mendapat air susu satu
ibu ketika masih bayi walaupun keduanya orang lain. Antara pria dan
wanita itu haram hukumnya kalau melangsungkan pernikahan. Dalam
hubungan rodhoah ini haram juga hukumnya kalau yang menikah saudara-
saudara,suami,paman,bibi dan keponakan dari ibu,yang akan menikah
dengan anak sepersusuannya.
f. Tidak semenda(musho haroh)
Artinya kedua calon suami-istri tidak mempunyai hubungan
pernikahan seperti antara bapak/ibu dan menantu,anak dan bapak/ibu
tiri,bawaan dalam pernikahan bapak/ibu.
5. Hukum Pernikahan
Sebelum melakukan sesuatu,umat lslam harus memahami hukumnya.Berkaitan
dengan pemikahan pada dasarnya hukum pernikahan adalah jaiz atau mubah atau
boleh.Akan tetapi hukum tersebut dapat berubah sesuai dengan keadaannya,yaitu:
a. Wajib,hukum pernikahan menjadi wajib bagi mereka yang berkeinginan
menikah dan mempunyai kemampuan untuk berumah tangga.Apabila tidak
segera menikah,mereka dikhawatirkan terlibat zina.
b. Haram,hukum pernikahan menjadi haram bagi mereka yang mempunyai niat
jelek dalam pernikahannya,misalnya ingin membalas dendam dengan
menyakiti hati istrinya.
c. Sunah,hukum pernikahan disunahkan bagi mereka yang berkeinginan menikah
dan mempunyai kemampuan untuk membiavai keluarga dan mengurusi rumah
tangga.
d. Makruh,hukum pernikahan menjadi makruh bagi mereka yang belum
berkeinginan untuk menikah.Apabila menikah,dikhawatirkan mereka akan
teledor dalam menunaikan kewajibannya.
6. Orang Yang Tidak Boleh Dinikahi
Meskipun pernikahan merupakan amalan yang diperbolehkan di dalam
Islam,tetapi terdapat aturan yang harus dipenuhí dan tidak boleh dilanggar. Salah satu
hal yang tidak boleh dilanggar adalah tentang aturan orang-orang yang tidak.boleh
dinikahi. Di dalam Al-quran Allah swt,menerangkan tentang orang-orang yang tidak
boleh (haram) dinikahi (Q.S.An-Nisa':23-24).
Ayat 23

2ُ 2‫ ا‬2َ‫ ن‬2َ‫ ب‬2‫و‬2َ


2‫ت‬ ‫ا أْل َ ِخ‬ ُ 2‫ ا‬2َ‫ ن‬2َ‫ ب‬2‫و‬2َ 2‫ ْم‬2‫ ُك‬2ُ‫اَل ت‬2‫ ا‬2‫خ‬2َ 2‫و‬2َ 2‫ ْم‬2‫ ُك‬2ُ‫ت‬2‫ ا‬2‫ َّم‬2‫ َع‬2‫ َو‬2‫ ْم‬2‫ ُك‬2ُ‫ت‬2‫ ا‬2‫و‬2َ 2‫خ‬2َ 2َ‫ أ‬2‫و‬2َ 2‫ ْم‬2‫ ُك‬2ُ‫ت‬2‫ ا‬2َ‫ ن‬2َ‫ ب‬2‫ َو‬2‫ ْم‬2‫ ُك‬2ُ‫ت‬2‫ ا‬2‫ َه‬2‫ َّم‬2ُ‫ أ‬2‫ ْم‬2‫ ُك‬2‫ ْي‬2َ‫ ل‬2‫ َع‬2‫ت‬
2‫ت‬ 2ْ 2‫ َم‬2‫ ِّر‬2‫ح‬2ُ

2‫ ُم‬2‫ ُك‬2ُ‫ ب‬2ِ‫ئ‬2‫ ا‬2َ‫ ب‬2‫ر‬2َ 2‫و‬2َ 2‫ ْم‬2‫ ُك‬2ِ‫ئ‬2‫ ا‬2‫س‬


َ 2ِ‫ ن‬2‫ت‬ 2ُ 2‫ ا‬2‫ َه‬2‫ َّم‬2ُ‫ أ‬2‫ َو‬2‫ ِة‬2‫ َع‬2‫ ا‬2‫ض‬ 2َ 2‫ر‬2ْ 2َ‫ أ‬2‫ ي‬2ِ‫اَّل ت‬2‫ل‬2‫ ا‬2‫ ُم‬2‫ ُك‬2ُ‫ت‬2‫ ا‬2‫ َه‬2‫ َّم‬2ُ‫ أ‬2‫ َو‬2‫ت‬
َ 2‫ َّر‬2‫ل‬2‫ ا‬2‫ن‬2َ 2‫ ِم‬2‫ ْم‬2‫ ُك‬2ُ‫ت‬2‫ ا‬2‫و‬2َ 2‫خ‬2َ 2َ‫ أ‬2‫و‬2َ 2‫ ْم‬2‫ ُك‬2َ‫ ن‬2‫ ْع‬2‫ض‬ ِ 2‫خ‬2ْ 2ُ ‫أْل‬2‫ا‬
2‫ح‬ 2َ 2‫ ا‬2َ‫ ن‬2‫ج‬2ُ ‫ اَل‬2َ‫ ف‬2‫ن‬ 2َّ 2‫ ِه‬2ِ‫ ب‬2‫ ْم‬2ُ‫ ت‬2‫ ْل‬2‫خ‬2َ 2‫ َد‬2‫ا‬2‫ و‬2ُ‫ن‬2‫ و‬2‫ ُك‬2َ‫ ت‬2‫ ْم‬2َ‫ ل‬2‫ن‬2ْ 2ِ‫ إ‬2َ‫ ف‬2‫ن‬
2َّ 2‫ ِه‬2ِ‫ ب‬2‫ ْم‬2ُ‫ ت‬2‫ ْل‬2‫خ‬2َ 2‫ َد‬2‫ ي‬2ِ‫اَّل ت‬2‫ل‬2‫ ا‬2‫ ُم‬2‫ ُك‬2ِ‫ئ‬2‫ ا‬2‫س‬ َ 2ِ‫ ن‬2‫ن‬2ْ 2‫ ِم‬2‫ ْم‬2‫ ُك‬2‫ ِر‬2‫ و‬2‫ ُج‬2‫ ُح‬2‫ ي‬2ِ‫ ف‬2‫ ي‬2ِ‫اَّل ت‬2‫ل‬2‫ا‬
2َّ2‫ ن‬2ِ‫ إ‬2ۗ 2‫ف‬ 2َ 2َ‫ ل‬2‫س‬َ 2‫ ْد‬2َ‫ ق‬2‫ ا‬2‫ اَّل َم‬2ِ‫ إ‬2‫ن‬2ِ 2‫ ْي‬2َ‫ ت‬2‫خ‬2ْ 2ُ ‫أْل‬2‫ ا‬2‫ن‬2َ 2‫ ْي‬2َ‫ ب‬2‫ا‬2‫ و‬2‫ ُع‬2‫ َم‬2‫ج‬2ْ 2َ‫ ت‬2‫ن‬2ْ 2َ‫ أ‬2‫و‬2َ 2‫ ْم‬2‫ ُك‬2ِ‫ اَل ب‬2‫ص‬ 2ْ 2َ‫ أ‬2‫ن‬2ْ 2‫ ِم‬2‫ن‬2َ 2‫ ي‬2‫ ِذ‬2َّ‫ل‬2‫ ا‬2‫ ُم‬2‫ ُك‬2ِ‫ئ‬2‫ ا‬2َ‫ ن‬2‫ ْب‬2َ‫ أ‬2‫ ُل‬2ِ‫ اَل ئ‬2‫ح‬2َ 2‫و‬2َ 2‫ ْم‬2‫ ُك‬2‫ ْي‬2َ‫ ل‬2‫َع‬
2‫ ا‬2‫ ًم‬2‫ ي‬2‫ ِح‬2‫ر‬2َ 2‫ ا‬2‫ ًر‬2‫ و‬2ُ‫ ف‬2‫ َغ‬2‫ن‬2َ 2‫ ا‬2‫ َك‬2َ ‫هَّللا‬

Artinya: Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang


perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan;
ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri
yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan
sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan
bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ayat 24
َ‫صنِين‬ ِ ‫َاب هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َوأُ ِح َّل لَ ُك ْم َما َو َرا َء َذلِ ُك ْم أَنْ تَ ْبتَ ُغوا بِأ َ ْم َوالِ ُك ْم ُم ْح‬
َ ‫سا ِء إِاَّل َما َملَ َكتْ أَ ْي َمانُ ُك ْم ِكت‬
َ ِّ‫صنَاتُ ِمنَ الن‬ َ ‫َوا ْل ُم ْح‬
َ ‫اح َعلَ ْي ُك ْم فِي َما تَ َرا‬
‫ض ْيتُ ْم بِ ِه ِمنْ بَ ْع ِد‬ َ َ‫ضةً َواَل ُجن‬ َ ‫ستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِ ِه ِم ْن ُهنَّ فَآَتُوهُنَّ أُ ُجو َرهُنَّ فَ ِري‬ ْ ‫سافِ ِحينَ فَ َما ا‬ َ ‫َغ ْي َر ُم‬

‫َعلِي ًما َح ِكي ًما‬ َ ‫ا ْلفَ ِر‬


َ‫يض ِة إِنَّ هَّللا َ َكان‬

Artinya: dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali
budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai
ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu)
mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-
isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka
maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi
kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan
mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Orang yang haram dinikahi disebut juga mahram nikah. Secara garis besar,orang
yang tidak boleh dinikahi terbagi menjadi dua,yaitu sebagai berikut:
a. Mahram muabbad
Mahram muabbad adalah orang dihararkan untuk dinikahi selama
lamanya,antara lain:
o Keturunan
o Satu susuan(ibu susuan dan saudara susuan)
o Mertua perempuan
o Anak tiri,jika ibunya sudah dicampuri
o Bekas menantu perempuan
o Bekas ibu tiri.
b. Mahram gairu muabbad
Mahram gairu muabbad adalah orang yang dihararnkan untuk dinikahi
sementara waktu,antara lain:
o Istri orang
o Sebab idah(dalam masa idah)
o Menghimpun dua perempuan bersaudara
Seorang laki-laki haram hukumnya menikahi dua perempuan
bersaudara sekaligus,misalnya kakak dan adiknya,Jika seorang laki-
laki telah menikahi kakaknya maka ia haram menikahi adiknya selama
kakaknya masih menjadi istri.Keharaman tersebut akan hilang jika
telah bercerai dengan istrinya atau istri yang dinikahi mati,maka
saudaranya(adiknya)boleh untuk dinikahi.
7. Pernikahan Yang Tidak Sah
a. Pernikahan mut’ah,yaitu pernikahan yang dibatasi untuk jangka waktu
tertentu,baik sebentar ataupun lama.
b. Pernikahan syigar,yaitu pernikahan dengan persyaratan barter tanpa pemberian
mahar.
c. Pernikahan muhallil,yaitu pernikahan seorang wanita yang telah ditalak tiga
oleh suaminya yang dikarenanya diharamkan untuk rujuk
kepadanya,kemudian wanita itu dinikahi laki-laki lain dengan tujuan untuk
menghalalkan dinikahi lagi oleh mantan suaminya.
d. Pernikahan orang yang ihram, yaitu pernikahan orang yang sedang
melaksanakan ihram haji atau umrah serta belom memasuki waktu tahalul.
e. Pernikahan dalam masa idah,yaitu pernikahan dimana seorang laki-laki
menikah dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa idah,baik
karena perceraian ataupun karena meninggal dunia
f. Pernikahan dengan wanita kafir selain wanita-wanita ahli kitab
g. Menikahi mahram,baik mahram untuk selamanya,mahram karena pernikahan
ataupun karena sepersusuan.
8. Kewajiban dan Hak Suami Istri
Seseorang yang hendak melaksanakan pernikahan,maka harus mengetahui
tentang kewajiban dan haknya ketika menjadi suamni ataupun istri.Adapun kowajiban
dan hak suami istri adalah sebagai berikut.
a. Kewajiban suami terhadap istri
Beberapa hal yang menjadi kewajiban suami terhadap istri adalah sebagai
berikut:
o Memberikan kebutuhan hidup,baik materiil maupun spiritual.
o Melindungi keluarganya dari berbagai ancaman serta memelihara diri
dan keluarganya dari perbuatan dosa,
o Mengasihi istri sebagaimana tuntunan agama.
o Bergaul dengan istri secara makruf.
o Membimbing dan mengarahkan seluruh keluarga ke jalan yang benar.
o Sopan dan hormat kepada orang tua,baik kepada orang tua sendiri
maupun mertua.
b. Kewajiban istri terhadap suami
Beberapa hal yang menjadi kewajiban istri terhadap suami adalah sebagai
berikut.
o Menjaga kehormatan diri dan rumah tangganya.
o Membantu suami dalam mengatur rumah tangga.
o Mendidik,memelihara,dan mengajarkan agama kepada anak-anaknya.
o Sopan dan hormat kepada orang tua,baik kepada orang tua sendiri
maupun mertua.
o Berusaha menasihati suami apabila berbuat tidak baik dan sebaliknya.
o Patuh kepada suami,selama perintahnya tidak bertentangan dengan
ajaran agama Islam.
Karena terdapat kewajiban antara suami dan.istri,tentu juga terdapat hak
antara suami dan istri.Adapun hak suami dan istri adalah sesuatu yang menjadi
kewajiban pasangannya.Hak suami adalah semua yang menjadi kewajiban istri dan
hak istri adalah semua yang menjadi kewajiban suami.
9. Talak,Idah dan Rujuk
a. Talak
Talak adalah melepaskan atau menanggalkan dan sering pula disebut dengan
istilah cerai. Menurut istilah,talak atau cerai adalah melepaskan seseorang
perempuan dari ikatan pernikahannya.
b. Idah
Idah adalah masa menunggu(tidak boleh menikah) yang diwajibkan bagi
perempuan yang diceraikan oleh suaminya,baik cerai hidup maupun cerai
mati. Idah bagi perempuan dimaksudkan untuk mengetahui apakah dia hamil
atau tidak. Apabila hamil,anak tersebut adalah anak suami yang diceraikan.
Dengan demikian,garis keturunan anak tersebut akan jelas.
c. Rujuk
Rujuk adalah mengembalikan istri yang telah diceraikan pada ikatan
pernikahan semula (sebelum diceraikan). Rujuk tidak memerlukan akad
baru,sebab akad yang lama belum terputus dan hanya meneruskan pernikahan
yang lama.
10.Hikmah Pernikahan
Segala kebaikan yang dikerjakan oleh manusia pasti memiliki akibat baik atau
hikmah. Adapun beberapa hikmah yang muncul dari pelaksanaan pernikahan,antara
lain:
a. Merupakan jalan keluar yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan seksual.
b. Merupakan jalan terbaik untuk memuliakan anak,memperbanyak keturunan
dan memelihara nasab.
c. Menimbulkan naluri kebapakan dan keibuan yang menumbuhkan pada
perasaan cinta dan kasih sayang.
d. Menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja karena adanya
rasa tanggung jawab terhadap keluarganya.
e. Mempererat tali kekeluargaan yang dilandasi rasa saling menyayangi.
f. Menjalin hubungan silaturahmi antara keluarga suami dan keluarga istri.
g. Berlakunya hukum pewarisan.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Nikah artinya suatu akad yang menyebabkan bolehnya pasangan suami-istri saling
menikmati satu sama lain menurut cara yang dibenarkan syariat.
2. Secara umum tujuan pernikahan menurut islam adalah untuk memenuhi hajat
manusia(pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah
tangga yang bahagia,sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama islam
3. Ketentuan-ketentuan dalam pernikahan yang harus dipenuhi agar pernikahan
menjadi sah disebut rukun nikah. Adapun rukun nikah adalah,adanya calon suami
dan istri,wali nikah,dua orang saksi dan akad nikah.
4. Pemikahan pada dasarnya hukum pernikahan adalah jaiz atau mubah atau boleh.
Akan tetapi hukum tersebut dapat berubah sesuai dengan keadaannya,yaitu
wajib,haram,sunah dan makruh.
5. Secara garis besar,orang yang tidak boleh dinikahi terbagi menjadi dua,yaitu
mahram muabbad dan mahram ghairu muabbad
6. Talak atau cerai adalah melepaskan seseorang perempuan dari ikatan
pernikahannya. Idah adalah masa menunggu(tidak boleh menikah) yang
diwajibkan bagi perempuan yang diceraikan oleh suaminya,baik cerai hidup
maupun cerai mati. Rujuk adalah mengembalikan istri yang telah diceraikan pada
ikatan pernikahan semula (sebelum diceraikan).
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami berharap makalah ini bisa
dikembangkan lebih jauh lagi. Kita harus tetap selalu belajar dan berusaha untuk
memahami berbagai masalah dan pengertian tentang pernikahandalam islam. Semoga
makalah ini bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

1.

Anda mungkin juga menyukai