DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, dimana
berkat limpahan rahmat,taufik,dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
pembuatan tugas makalah diskusi pendidikan agama islam dengan judul Aplikasi
syariah pernikahan dalam islam. Sholawat dan salam kami curahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW karena beliaulah satu - satunya Nabi yang mampu
mengubah dunia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni
Agama Islam.
Kiranya makalah ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
memperbaiki isi dari makalah ini.Kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kepada pembaca serta ridho dari Allah
SWT
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
ii
5. Pembagia Harta Waris 19
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa terlepas dari ketergantungan dengan
orang lain. Menurut Ibnu Khaldun, manusia itu (pasti) dilahirkan di tengah-tengah
masyarakat, dan tidak mungkin hidup kecuali di tengah-tengah mereka pula. Manusia
memiliki naluri untuk hidup bersama dan melestarikan keturunannya. Ini diwujudkan
dengan pernikahan. Pernikahan yang menjadi anjuran Allah dan Rasull-Nya ini
merupakan akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah
Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Hidup yang tentram, damai, dan bahagia merupakan idaman setiap keluarga untuk
dapat meraih kehidupan tersebut. Islam memberikan solusi dengan cara melakukan
pernikahan. Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam
pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan bukan saja merupakan suatu
jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi
juga dipandang sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara suatu kaum yang
lain, dan perkenalan itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara
satu dengan yang lainnya.
Pernikahan yang telah diatur sedemikian rupa dalam agama dan Undang-
undang ini memiliki tujuan dan hikmah yang sangat besar bagi manusia sendiri. Tak
lepas dari aturan yang diturunkan oleh Allah, pernikahan memiliki berbagai macam
hokum dilihat dari kondisi orang yang akan melaksanakan pernikahan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan hukum pernikahan ?
2. Bagaimana tujuan dan hikmah pernikahan ?
3. Bagaimana bentuk-bentuk pernikahan dalam islam ?
4. Apa itu talak, iddah, dan rujuk ?
5. Bagaimana kewarisan dalam islam ?
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian nikah
Dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah suatu ikatan lahir dan batin
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang menjamin halalnya pergaulan
sebagai suami istri untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan mendapatkan
keturunan yang sah, dan dilangsungkan menurut ketentuan – ketentuan syari’at islam.
Seperti dalam surat An-Nisa ayat 3 :
3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
3
2. Hukum pernikahan
Berdasarkan syariat islam dan tuntunan cara pernikahan yang benar maka
hukum pernikahan dapat digolongkan dalam lima kategori yaitu wajib, sunnah,
haram, makruh dan mubah. Hukum pernikahan tersebut dikategorikan berdasarkan
keadaan dan kemampuan seseorang untuk menikah. Sebagaimana dijabarkan dalam
penjelasan berikut ini
a. Wajib
b. Sunnah
c. Haram
4
seseorang agar tidak menikah dengan orang lain namun ia kemudian menelantarkan
atau tidak mengurus pasangannya tersebut.
d. Makruh
e. Mubah
Suatu pernikahan tidak sah jika tidak memenuhi syarat-syarat dan rukunnya.
Syarat merupakan unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum, sementara rukun
merupakan unsur pokok yang mesti dipenuhi. Apabila kedua unsur tersebut tidak
terpenuhi, maka perbuatan itu dianggap tidak sah menurut hukum.
a. Syarat-syarat nikah
Adanya persetujuan kedua calon mempelai
Bagi calon yang belum mencapai umur tahun harus mendapat izin dari
kedua orang tuanya
Antara kedua calon penganten tidak ada larangan untuk menikah
Masing- masing tidak terkait dalam perkawinan, kecuali bagi calon
pengantin laki-laki mendapat izin dari pengaadilan (atas persetujuan istri)
Kedua calon pengantin tidak pernah terjadi dua kali perceraian
Telah lepas dari masa iddah atau jangka waktu tunggu karena putusnya
perkawinan
b. Rukun nikah
5
Rukun, yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu bermaksud dalam rangkaian pekerjaan itu,
seperti membasuh muka untuk wudhu’ dan takbiratul ihram untuk shalat. Atau
adanya calon pengantin laki-laki/perempuan dalam perkawinan.
6
Tidak muflis (ditahan hukum atau harta)
Adapun syarat saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang laki-laki,
muslim, baligh, berakal, melihat dan mendengar serta mengerti (paham) akan maksud
akad nikah.
Adapun kewajiban adanya saksi tidak lain, hanyalah untuk kemaslahatan kedua
belah pihak dan masyarakat. Misalnya, salah seorang mengingkari, hal itu dapat
dielakkan oleh adanya dua orang saksi. Juga misalnya apabila terjadi kecurigaan
masyarakat, maka dua orang saksi dapatlah menjadi pembela terhadap adanya akad
perkawinan dari sepasang suami istri. Disamping itu, menyangkut pula keturunan
apakah benar yang lahir adalah dari perkawinan suami istri tersebut. Dan di sinilah
saksi itu dapat memberikan kesaksiannya.
Pada hakikatnya ijab adalah suatu pernyataan dari wali pengaantin perempuan
untuk mengikatkan diri dengan seorang laki-laki untuk dijadikan sebagai suami yang
sah. Sedangkan qabul adalah pernyataan menerima dengan sepenuh hati untuk
menjadikan seorang perempuan tersebut menjadi istri yang sah.
Di dalam ijab dan qabul ini di sebutkan mahar atau mas kawin. Mahar ini bukan
termasuk syarat atau pun rukun pernikahan, akan tetapi mahar ini termasuk kewajiban
suami terhadap istri, kewajiban yang berupa pemberian. Menurut mazhab Maliki,
mahar adalah sebagai sesuatu yang menjadikan istri halal untuk digauli.
1. Tujuan pernikahan
7
Artinya :
Artinya :
Wahai para pemuda! Siapa saja di antara kamu yang mampu menikah, maka
hendaknya ia menikah. Karena nikah itu dapat menundukkkan pandangan dan
menjaga kehormatan. Namun barang siapa yang tidak mampu, hendaknya ia
berpuasa, karena puasa dapat memutuskan syahwatnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi
kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan
cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan
berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang
telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
8
pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara
pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.
c. Untuk mengikuti dan mentaati perintah Allah SWT dan sunnah Rasul
Melakukan pernikahan merupakan ibadah kepada Allah AWT. Oleh sebab itu,
bagi setiap muslim yang menikah dengan niat melaksanakan perintah Allah dan
sunnah Rasul berarti dia sudah mempersiapkan diri untuk melakukan serangkaian
ibadah. Firman Allah dalam surat An-Nur ayat 32 yang terjemahannya sebagai
berikut :
Artinya : “Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis
kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta
memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah?” [An-Nahl : 72]
9
Memperoleh ketentraman dan kebahagiaa adalah menjadi idaman bagi setiap
manusia. Dengan adanya ketentraman dan ketenangan maka kesulitan hidup akan
mudah teratasi. Di antara syarat untuk mendapatkan ketentraman dalam pernikahan
adalah tumbuhnya rasa cinta antara suami dan istri, antara orang tua dan anak.
Apabila kedua sifat itu tercermin dalam tutur kata, tingkah laku, dan sikap pada
semua pihak, maka dapat dipastikan ketentraman dapat dicapai.
Anjuran telah banyak disinggung oleh Allah dalam al-Quran dan Nabi lewat
perkataan dan perbuatannya. Hikmah yang terserak di balik anjuran tersebut
bertebaran mewarnai perjalanan hidup manusia. Secara sederhana, setidaknya ada 4
(empat) hikmah di balik perintah menikah dalam Islam.
10
anak, ayah, ibu, saudara dan sebagainya dapat ditetapkan dengan jelas beserta fungsi
dan peranannya masing-maing. Seandainya pernikahan tidak diatur, maka garis
keturunan akan kacau dan tentu arah kehancuran budaya manusia semakin mendekati
kejhiliyahan
Salah satu sifat yang di anugrahi oleh Allah kepada manusia adalah adanya
rasa kasih sayang, karena itu rasa kasih sayang merupakan salah satu kebutuhan
manusia, baik untuk memberi maupun menerima dari orang lain. Melalui pernikahan,
rasa kasih sayang itu akan dapat diterima dan diberikan secara nyata dan
berkelanjutan, sehingga seseorang dapat memiliki dorongan jiwa yang kuat untuk
berinteraksi dan berkreasi dalam kehidupan dan pergaulannya degan manusia lainnya.
1. Nikah Mut’ah
Mut’ah berasal dari kata “mata’a” yang berarti menikmati. Nikah Mut’ah
disebut juga nikah sementara atau nikah yang terputus. seperti : satu hari, satu
minggu, satu bulan. Nikah mut’ah dalam istilah hukum biasa disebut: “perkawinan
untuk masa tertentu”, dalam arti pada waktu akad dinyatakan ikatan berlaku
perkawinan sampai masa tertentu yang bila masa itu telah datang, perkawinan
terputus dengan sendirinya tanpa melalui proses perceraian.
11
telah menceraikan istrinya sampai tiga kali pada masa yang berbeda, suami tidak
boleh lagi nikah dengan bekas istrinya itu kecuali jika istrinya itu telah menikah
dengan laki-laki lain, kmudian bercerai dan habis pula masa iddahnya.
3. Nikah Syigar
Orang arab menjadikan kata syighar tersebut menjadi redaksi berikut ini:
“Saya akan menikahkan putriku dengan kamu, jika kamu menikahkan putrimu
denganku”. Setidaknya ada tiga bentuk nikah syighar. Salah satu ta’rif yang rajih dan
kuat menurut ulama adalah kondisi dimana seseorang hendak menikahkan putrinya,
atau saudara perempuannya, atau budaknya dengan seseorang lelaki, sebagai
kompensasi juga memberikan putrinya, atau saudara perempuan, atau budaknya
untuk dinikahkan dengan dia, baik dengan membayar sejumlah mahar atau tidak.
Dengan kata lain, syighar adalah perikahan dengan sejumlah kompensasi tukar
menukar anak putrinya atau saudara perempuannya atau budak perempuannya.
Dalam kata lain disebut saling menikah sebagai maharnya adalah manfaat kelamin
anak putrinya atau saudara perempuannya atau budak perempuannya
1. Talak
Talaq artinya melepaskan ikatan. Secara istilah talaq adalah lepasnya ikatan
pernikahan dengan ucapan talaq atau ucapan lain yang maksudnya sama dengan
talaq, yang dimaksud melepas tali perkawinan adalah memutuskan tali perkawinan
yang dulunya di ikat dengan ijab dan Kabul sehingga satatus suami isteri di antara
keduanya menjadi hilang termasuk hilangnya hak dan kewajiban sebagai suami dan
isteri
Talaq adalah hak suami artinya isteri tidak bisa melepaskan diri dari ikatan
pernikahan kalau tidak dijatuhkan oleh suami,namun meskipun itu adalah hak suami
bukan berarti suami boleh semena-mena menjatuhkan talaq
12
• Talaq Wajib yaitu talaq yang dijatuhkan oleh pihak
hakam(penengah)karena perpecahan antara suami isteri yang tidak
mungkin disatukan kembali dan talaq adalah satu-satunya jalan
• Talaq Haram yaitu talaq tanpa lasan yang benar,diharamakan karena
menganiaya atau menyakiti isteri yang akhirnya akan merugikan kedua
belah pihak tidak ada guna dan kemaslahatan dari talaq ini.
• Talaq sunnah yaitu talaq yang disebabkan isteri mengabaikan
kewajibannya kepada Allah atau suatu suka melanggar larangan-Nya dan
isteri dikategorikan rusak moralnya sedangkan suami sudah berupaya
memperbaiki
b. Macam-Macam Talaq
1) Talaq satu yaitu talaq pertama kali dan suami hanya menjatuhkan hanya
dengan talak Satu
2) Talaq dua adalah talaq suami yang kedua kalinya atau talak pertama yang
dijatuhkan talak 2 oleh suami (aku talaq kamu dengan talaq 2)
3) Talaq tiga yaitu talaq yang dijatuhkan oleh suami untuk ketiga kalinya atau
talaq pertama dengan ucapan talaq tiga
1) Talaq raj’I yaitu talaq yang boleh bekas suami rujuk kembali sebelum atau
sesudah masa iddahnya habis dan dalam hal ini nikahnya tidak di ulang lagi
(QS.Al-Baqarah 229)
2) Talaq Ba’in yaitu talaq yang dijatuhkan suami dan bekas suami toidak boleh
rujuk kembali kecuali dengan aqad nikah yang baru dan rukun dan syaratnya.
3) Ba’in shuqra yaitu yang menghilangkan pemilikan mantan suami terhadap
mantan isteri tetapi tidak menghilangkan kebolehan mantan suami untuk rujuk
(talq sebelem bercampur,talak 1 dan 2 tetapi masa iddahnya sudah
habis,khuluk,karena salah seseorang masuk penjara)
4) Ba’in qubra yaitu talaq 3 dimana mantan suami tidak boleh rujuk kembali
kecuali apabila mantan isterinya nikah lagi dan digauli kemudian dia dicerai
oleh suaminya yang kedua (QS.Al-Baqarah,230)
Ditinjau dari segi tegas atau tidaknya kata –kata yang dipergunakan
13
1) Talaq saharih yaitu talaq yang lafalnya jelas dengan kata talaq dan dipahami
sebagai talaq saat dijatuhkan
2) Talaq kinayah yaitu talaq yang menggunakan kata-kata sindiran atau samara-
samar yang tujuannya untuk menjatuhkan talaq
1) Talaq Muallaq yaitu talaq yang dikaitkan dengan syarat tertentu dan talaq
akan jatuhnya bila syarat yang disebutkan suami terwujud
2) Talaq ghairu muallaq yaitu talaq yang tidak dikaitkan dengan sutu syarat
tertentu
2. Iddah
Iddah menurut syara’ adalah masa menunggu yang ditetapkan oleh syara’ bagi
wanita yang dicerai oleh suminya baik karena cerai mati atau cerai hidup dan masa
iddah ini hanya berlaku bagi isteri yang sudah di gauli oleh suminya (QS.Al-
Ahzab/33: 49)
a. Macam-Macam Iddah
1) Isteri yang ditinggal mati suaminya dan ia dalam keadaan tidak hamil baik ia
dalam sedang haid atau sudah lepas haidnya atau sudah dicampiri suaminya
maka masa idahnya 4 bulan 10 hari.
2) Isteri yang ditinggal mati suaminya dan ia dalam keadaan hamil maka masa
idahnya adalah sampai ia melahirkan walaupun kurang dari 4 bulan 10 hari
3) Isteri yang ditalaq suaminya dalam keadaan hamil maka masa idahnya sampai
ia melahirkan kandunganya (QS.At-Talaq/65:4)
4) Isteri yang ditalaq suaminya dan ia masih haid maka masa iddahnya adalah 3
kali suci (Qs. Al-Baqarah/2:228)
5) Isteri yang ditalaq suaminya padahal ia belum pernah haid atau sudah tidak
haid (monopouse) masa idahnya 3 bulan (QS.At-Thalaq/65:4)
14
•memberi nafkah makan/belanja dan tempat tinggal bagi perempuan yang
ditalak ba’in dalam keadaan hamil (QS.At-Thalaq/65:6)
• Memberi tempat tinggal saja bagi perempuan yang ditalaq ba’in
2) Kewajiban mantan isteri
• Tinggal dirumah yang disediakan mantan suaminya selama masa idahnya
belum berakhir
• Dapat menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat atau yang bias
menimbulkan fitnah
• Tidak boleh menerima pinangan kecuali pinangan mantan suaminya untuk
rujuk kembali
3. Rujuk
Artinya: dan para suami mereka lebih berhak kembali kepada mereka dalam masa itu
jika mereka menghendaki perbaikan
a. Hukum Rujuk
1) Mubah/boleh adalah hukum asalnya sesuai dengan hadist rasulullah sbb:
Artinya: dari ibnu umar ra diriwayatkan ketika ia menceraikan
isterinya,Nabi saw bersabda kepada umar (ayah ibnu umar) suruhlah ia
merujuk isterinya (mutafaq ‘alaih)
2) Haram apabila dengan rujuk pihak isteri dirugikan seperti keadaannya lebih
menderita daripada sebelum di rujuk. Makruh apabila diketahui bahwa
meneruskan perceraian lebih bermanfaat bagi keduanya jika dibandingakan
dengan rujuk. Sunah apabila diketahui rujuk lebih bermanfaat jika
dibandingkan dengan meneruskan perceraian
3) Wajib khusus bagi laki-laki yang beristeri lebih dari satu jika salah seorang
ditalak sebelum gilirannya disempurnakan
b. Rukun Dan Syarat Rujuk
1) Isteri
• Sudah digauli oleh suaminya
15
• Talaq yang dijatuhkan adalah talaq Raj’I bukan talaq ba’in,khulu dan
fasakh
• Masih dalam masa idah
2) Suami. Syaratnya Baliq,sehat akalnya dan atas kemauan sendiri/tidak
dipaksa
3) Shighat. Diucapkan dengan terang-terangan atau sindiran
4) Saksi.
c. Hikmah Rujuk
1) Sebagai sarana untuk mempertimbangkan kembali atas keputusan
perceraian apakah didasari atas nafsu,amarah atau emosi atau semata-mata
atas kemaslahatan
2) Sebagai sarana untuk mempertanggung jawabkan anak-anak mereka secara
bersama-sama baik dalam pemeliharaan,pendidikan,nafkah dll
3) Sebagai sarana intropeksi diri untuk saling memperbaiki diri kearah rumah
tangga yang lebih baik,pengertian dan harmonis
1. Pengertian Kewarisan
Kata kewarisan berasal dari kata dasar waris, bahasa arab warisa yang berarti
pusaka. Orang yang meninggalkan harta disebut mawaris dan yang menerima harta
disebut waris. Menurut Syafrudin yang dikutip dari Mahalil III bahwa hukum
kewarisan disebut faraid adalah karena banyak dari kewarisan yang sudah ditentukan
secara pasti walaupun ada pula jumlah yang tidak ditentukan.
16
2) Ahli waris diisyaratkan hidup ketika pewaris meninggal dunia dan
mempunyai hubungan dengan pewaris
3) Harta warisan adalah harta peninggalan pewaris sesudah dikeluarkan
kebutuhan pewaris
Dalil mengenai harta waris dalam islam ada di dalam Al-Quran Surat An-
Nisaa ayat 11-12 yang cukup detail dibahas dan disampaikan di Al-Quran.
17
12. Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh
isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai
anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sdsudah
dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri
memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai
anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari
harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan)
sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan
(seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.
18
Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu
dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah
dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah
menetapkan yang demikian itu sebagai) syari’at yang benar-benar dari Allah, dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun”
Selain itu, dibahas juga di dalam Al-Quran Surat An-Nisaa ayat 176
Pembagian warisan dalam islam tidak hanya berdasarkan atas nasab-arti nasab
dan berdasarkan muhrim dalam islam saja. Ada spesifikasi dan pembagian yang
berbeda antar status keluarga. Dari ayat al-quran yang telah dijelaskan di atas, maka
dapat diambil beberapa poin untuk menjelaskan mengenai pembagian harta waris
dalam islam.
19
3) Cucu Perempuan dari keturunan anak laki-laki. Syaratnya adalah cucu
tersebut tidak memiliki anak laki-laki, merupakan cucu tunggal (satu-
satunya), dan tidak memiliki anak perempuan ataupun anak laki-laki.
4) Saudara kandung perempuan. Syaratnya saudara tersebut adalah seorang diri
dan tidak memiliki saudara lain. Ia pun tidak memiliki ayah atau kakek atau
keturunan (anak laki-laki ataupun perempuan)
5) Saudara perempuan yang se ayah. Syaratnya adalah ia tidak memiliki saudara
(hanya seorang diri) dan tidak memiliki saudara kandung. Ia pun tidak
memiliki ayah atau kakek.
20
2) Saudara perempuan dan laki-laki yang se ibu, tidak memiliki anak, ayah, atak
kakek. Jumlah saudara seibu tersebut adalah dua oranng atau lebih.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Nikah ditinjau dari segi hukum syar’i ada lima macam ialah sunnah, mekruh,
wajib, haram dan mubah.
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Saiban, Kasuwi. 2011. Hukum kewarisan dalam islam. Malang : UNMER press.
23