Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan karunia yang
tidak terhingga sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan baik,
shalawat dan salam kepada janjungan alam Nabi besar Muhammad Saw. pembawa
risalah Allah swt mengandung pedoman hidup yang terang bagi umat manusia
didunia dan diakhirat.
Resume tugas ini membahas tentang “Asas-Asas Hukum Perdata”. Saya
sadar bahwa penyusun makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka dari ini
saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah-mudahan makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa/i. Semoga juga menjadi
amal yang baik dan diterima disisi Allah SWT. Amiin.

Penulis

T.REZA MUHAIMI
NPM. 15112102

1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 2

A. Pengertian Hukum Perdata Arti Luas dan Sempit................................ 2


B. Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal................................. 2
C. Sumber Hukum Perdata........................................................................ 3
D. Sistematika Hukum Perdata.................................................................. 4
E. Asas-asas Hukum Perdata..................................................................... 5

BAB III : PENUTUP...................................................................................... 9

A. Kesimpulan........................................................................................... 9
B. Saran..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

2
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu
“hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain.
Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus
seperti yang diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan permasalahan hukum.
Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam saja seringkali
menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh lain dalam hal terjadinya putusnya
perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Hal tersebut termasuk
dalam masalah hukum perdata.
Apa itu hukum perdata ? pertanyaan ini awalnya sangat sulit untuk dijawab,
mengingat hukum perdata  mempunyai banyak segi, mempunyai arti
sendiri. Penerapan hukum perdata berkaitan dengan ruang lingkup hukum perdata itu
sendiri dapat bersifat luas dan dapat pula bersifat sempit.  Dalam hukum
perdata dapat melihat seberapa jauh seseorangbergaul di dalam masyarakat dan apa
saja yang dilakukan seseorang tersebut di masyarakat.
Pada kesempatan pertama kali ini, kelompok kami akan  mencoba
menerangkan tentang hukum perdata. Makalah ini akan memaparkan
tentang pengertian dan sekelumit tentang hukum perdata, sumber hukum perdata dan
hal-hal  yang menyangkut tentang hukum perdata.

B.     Rumusan Masalah
1.  Apa pengertian hukum perdata, baik dalam arti luas maupun arti sempit ?
2.  Apa maksud dari hukum perdata material dan hukum perdata formal ?
3.  Apa sumber hukum perdata ?
4.  Bagaimana sistematika hukum perdata ?
5.  Apa asas-asas hukum perdata ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Hukum Perdata Arti Luas dan Sempit


1.    Pengertian hukum perdata
Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno
sebagai terjemahan dari bahasa Belanda yaitu burgerlijkrecht Wetboek (B.W)  pada
masa pendudukan Jepang. Di samping istilah itu, sinonim hukum perdata
adalah civielrecht dan privatrecht.
Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van Dunne
mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah:
“Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi
kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan.
Sedangkan hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan
pribadi”
Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah:
“Aturan-aturan atau  norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh
karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam
perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengna kepentingan yang lain
dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan
keluarga dan hubungan lalu lintas.1

B.     Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal


1.    Hukum  Perdata Material
Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan-perbuatan
apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat dijatuhkan. Hukum
materil menentukan isi sesuatu perjanjian, sesuatu perhubungan atau sesuatu
perbuatan. Dalam pengertian hukum materil perhatian ditujukan kepada isi peraturan.

2.    Hukum Perdata Formal


1
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka,
1989), hlm. 209.

4
Pengertian hukum perdata formal adalah menunjukkan cara mempertahankan
atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil
itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim. Hukum formil disebut pula
hukum Acaara. Dalam pengertian hukum formil perhatian ditujukan kepada cara
mempertahankan/ melaksanakan isi peraturan.

C.    Sumber Hukum Perdata


Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata.2 Sumber hukum
perdata adalah asal mula hukum perdata atau tempat dimana hukum perdata di
temukan.
Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam. Yaitu
KUHperdata ,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut
dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak
tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat
ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tertulis.
Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan perundang-
undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak tertulis adalah
tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak tertulis.
Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.
Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:
1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah
Hindia Belanda
2. KUHPerdata (BW)
3. KUH dagang
4. UU No 1 Tahun 1974
5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.

D.      Sistematika Hukum Perdata
2
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007),
hlm. 9.

5
Sistematika, yang di dalam bahasa Inggris, disebut systematics, bahasa
Belandanya, yaitu systematiken, yaitu susunan atau struktur dari Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata. Di negara-negara yang menganut sistem Common
Law tidak mengenal pembagian antara hukum publik dan hukum privat. Sehingga
hukum perdatanya tidak dibuat dalam sebuah kodifikasi, tetapi ketentuan-ketentuan
yang berkaitan dengan hukum perdata tersebar dalam berbagai act atau undang-
undang. Namun, di dalam sistem hukum yang menganut Civil Law, maka sumber
hukum utama, yaitu hukum kodifikasi yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Berikut ini, disajikan sistematika Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang berlaku di Indonesia, Belanda, Rusia, Perancis dan Jerman.3
Sistematika KUH Perdata yang berlaku di Indonesia, meliputi :
Buku I             : tentang orang
Buku II           : tentang Hukum Perdata
Buku III          : tentang Perikanan
Buku IV          : tentang Pembuktian dan Daluarsa
            Di negeri Belanda, Kitab Undang-Undang Hukum Perdatanya telah
dilakukan penyempurnaan. Dengan adanya penyempurnaan itu, maka terjadi
perubahan sistematika, yang semula hanya terdiri atas lima buku, yang meliputi :
Buku I     : tentang hukum orang dan keluarga (Personen-en-Familierecht)
Buku II    : tentang Badan Hukum (Rechrspersoon)
Buku III   : tentang Hukum Kebendaan (Van Verbindtenissen)
Buku IV   : tentang Daluarsa (Van Verjaring)
Kelima buku itu telah disempurnakan menjadi sepuluh buku. Kesepuluh buku
itu, meliputi :4
Book 1                 : Person and Family Law (Hukum orang dan Keluarga)
Book 2                 : Legal Person (Badan Hukum)
Book 3                 : Property Law in General (Hukum harta kekayaan secara umum)
Book 4                 : Succession (inheritance) (hukum warisan)
Book 5                 :  Real Property Rights (hak atas harta kekayaan)

3
Erlis Septiana nurbani, Perbandingan Hukum perdata, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
4
Ibid.,hal. 17

6
Book 6                 : Obligation and Contracts (perikatan dan kontrak)
Book 7                 : Particular Contracts (revised) (perjanjian khusus)
Book 7                 : Particular Contracts (unrevised) (perjanjian khusus)
Book 8                 : Transport Law (hukum pengangkutan)
Book 9                 : Intellectual Property  (hak kekayaan intelektual)
Book 10               : Private International Law (hukum perdata internasional)
Sementara itu, Rusia merupakan salah satu negara yang cukup maju dalam
perkembangan hukum, khususnya hukum perdata, karena dinegara ini telah
menetapkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Federasi Rusia, yang disebut
dengan  The Civil Code of the Russian Federation. Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Federasi Rusia ditetapkan dalam dua tahap, yaitu :
1.      Tahap pertama ditetapkan pada tahun 2003
2.      Tahap kedua ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2006.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Rusia terdiri dari 1551 pasal atau
artikel dan empat bagian dan masing-masing dibagi dalam divisi-divisi. Code Civil
Prancis terdiri dari empat buku dan terdiri atas bagian dan pasal, jumlah pasal yang
tercantum Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Prancis, yaitu sebanyak 2302
pasal. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Jerman atau disebut juga German Civil
Code atau Bürgerlichen Gesetzbuches (BGB) terdiri dari empat buku dan 2385 pasal,
dan ditetapkan pada 18 agustus 1896.

E.       Asas-asas Hukum Perdata


Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting
dalam Hukum Perdata adalah:
1.      Asas Kebebasan Berkontrak
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan
perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang
belum diatur dalam undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt)

2.      Asas Konsensualisme

7
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt.
Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah
adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang
menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal,
melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah
persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
3.      Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan
mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara
mereka dibelakang hari.
4.      Asas Kekuatan Mengikat
Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian
hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan
sifatnya hanya mengikat.
5.      Asas Persamaan hukum,
Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang
mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam
hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun
subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
6.      Asas Keseimbangan,
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk
menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui
kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan
perjanjian itu dengan itikad baik
7.      Asas Kepastian Hukum,
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt
servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah

8
undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak
yang dibuat oleh para pihak.
8.      Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela
dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari
pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan
perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban
hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang
memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu
adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya
9.       Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur
harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah
pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang
menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu
kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus
diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu
kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak
10.  Asas Kepatutan.
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan
dengan ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan
berdasarkan sifat perjanjiannya
11.  Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang
akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan
saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.
12.  Asas Itikad Baik (Good Faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang
berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan
asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan

9
substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun
kemauan baik dari para pihak.5

5
https://purnama110393.wordpress.com Diakses pada 13-09-15

10
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hukum perdata adalah  hukum yang mengatur hubungan antar individu dalam
pergaulan masyarakat.
Sedangkan hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan-perbuatan
apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat dijatuhkan.
Hukum perdata formal adalah menunjukkan cara mempertahankan atau
menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil itu
menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim.
Dalam hukum perdata juga ada asas-asa dan juga sumber-sumber hukum,
sejarah hukum perdata di Indonesia juga tak lepas dari Belanda.

B.     Saran
Demikianlah makalah yang kami susun tentang Hukum Perdata. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari pada sempurna dan juga masih
banyak kesalahan, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai
Pustaka, 1989),
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama,
2007)
Erlis Septiana nurbani, Perbandingan Hukum perdata, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2002
https://purnama110393.wordpress.com Diakses pada 13-09-15

12

Anda mungkin juga menyukai