Anda di halaman 1dari 4

Pertemuan I

Pemantik : Cak Erliyanto


Kerancuan Berfikir

Dahsyatnya keutamaan orang yang mencari ilmu, yaitu Tuhan akan mengangkat
tinggi derajat seorang manusia. orang yang mencari ilmu sungguh memiliki banyak
tantangan. Meskipun itu belajar ilmu apapun, baik logika, filsafat dan sebagainya akan
memiliki ganjaran dari Gusti Allah. sekarang, orang mencari ilmu sangat susah, dan pergi
untuk belajar ketempat ini kelihatan kalau aras arasen. Dan saya masih bersyukur karena
masih ada yang ingin belajar tentang ilmu pengetahuan.
Tantangan orang yang mencari ilmu ada dua. Yaitu, ia rela mengeluarkan waktunya
untuk belajar. Kedua ia rela meninggalkan, apa yang disukai, disenangi dalam
kehidupannya yang membuat seseorang tersebut bahagia. Inilah tantangan orang orang
yang ingin mencari ilmu. Ia banyak mengorbankan apa saja untuk belajar. Sekarang
insting manusia sudah mendekati sosok binatang, buktinya bahwa sekarang sesama
manusia saling mencaci maki, perasaannya diganngu langsung emosi, ketahuan bahwa
pacarnya selingkuh langsung bertengkar dan marah marah itukan mendekati sosok
binatang.Maka dari itu perlunya belajar agar pengetahuan kita dan berfikir kita luas. Lalu
tujuan dari ilmu itu apa. kok sampai sampai Gusti Allah ngongkon Awakdewe golek ilmu
iku. Rasulullah iku pernah ngendikan Khoirunnas Anfa’uhum Linnas bahwa Sakapik
apik,e uwong iku sing manfaat kanggo menungso liane. Untuk ben iso manfaat gawe
menungso lianne, lah manfaat iku butuh sing jenenge Amal lah amal iku gak isok
dilakukno lek awakdewe gak nduwe Ilmu.
Mangkanne pentinge awakmu belajar cek ilmu pengetahuanmu luas, berfikirmu gak
ngawur. masio wes ketinggalan, ate dadi SC baru belajar. Mungkin Gusti Allah masih
cinta karo awakmu mangkakno sik dibukakno dalan gawe golek ilmu. Wong manusia iki
berfikir.e iku seluas samudra dan semesta tapi saiki kok mikir,e seluas selokan dan isine
sampah pisan.Kerancuan berfikir. Lapo,o kok langsung bahas kerancuan berfikir kok
tidak bab Awal tentang pengertian dan sebagainya. Karena kita jarang belajar dari
kesalahan. Dari kesalahan ini kita bisa belajar agart tidak salah dalam berfikir. Jika kita
mempelajari kerancuan berfikir dan sudah faham maka berfikir lainnya atau seperti di
bab awal awal sudah pasti benar.
Logika adalah sebuah saringan, yang dibuat untuk menyaringan dasar berfikir kita.
banyak kekeliruan berfikir itu dikarenakan kurang pengetahuan yang luas maka cara
berfikirnya menjadi sangat dangkal.
Kerancuan berfikir itu ada dua yaitu kerancuan Formal dan Informal. Kerancuan
formal adalah melanggar aturan aturan formal dalam berargumen atau dalam penarikan
kesimpulan. Macam – macam kerancuan formal.
1. Fallacy Of four Terms atau kekeliruan karena menggunakan empat Terms.
Kekeliruan ini disebabkan menggunakan term dalam silogisme. Dalam term
penengah diartikan ganda. Sedangkan dalam aturan silogisme diharuskan hanya
tiga term.
Contoh : Semua perbuatan mengganngu orang lain diancam dengan hukuman.
Menjual barang dibawah harga tetangganya adalah meganggu kepentingan
orang lain
Jadi , menjual barang dibawah harga tetangganya diancam hukuman.
Jadi sebelum menyimpulkan kalimat diatas ini benar atau salah. Coba lihat kesimpulan
tersebut, namun bukan hasil dari kesimpulan kalimatnya. Tetapi menelisik latar belakang
sebuah kesimpulan itu lahir. Lihat yang premis yang digaris bawah tersebut ada 4 term,
sedangkan silogisme yang sah hanya memiliki 3 term yang sah. Yaitu Pertama term
Mayor, kedua term Tengah, ketiga Term minoritas. Jadi Premis pertama memiliki 2 Term
sedangkan di premis kedua juga memiliki 2 term juga maka dari sini bisa dikatakan salah
karena Kalimat Tetangga dan Orang lain memiliki kesamaan. Dan juga tidak bisa diambil
kesimpulan, juga tidak nyambung, bukankah jika seseorang menjual barang diatas harga
pasaran melanggar aturan dan dianggap menipu. Maka kalimat diatas adalah rancu dan
sesat pikir.
2. Fallacy of Undistributes middle atau kedua term tersebut tidak mencakup. Rancu
berfikir seperti ini karena tidak satupun dari kedua term penengah mencakup. Atau
ada dua term yang tidak mencakup namun dipaksakan untuk mengambil kesimpulan
Contoh : Orang yang terlalu banyak belajar kurus
Dia kurus sekali
Karena itu tentulah ia banyak belajar
Kalimat diatas memiliki kekeliruan berfikir. Mengapa, karena term kurus tidak
identik terlalu banyak belajar. Bagaimana dengan yang gemuk apakah tidak banyak
belajar dan tidak memiliki kecerdasan atau goblok. Dan premis tersebut dipaksa untuk
mengambil sebuah kesimpulan.
3. Fallacy of Illicit atau kekeliruan proses tidak benar.
Contoh : Kura-kura adalah Binatang melata
Ular bukan kura-kura
Karena itu ia bukan binatang melata
Kalimat diatas mengandung kerancuan berfikir dalam proses pengambilan
yang mengambil term ular. Karena ular merupakan binatang melata
Contoh : Kuda adalah Binatang
Sapi bukan Kuda
Jadi, ia bukan binatang
Kalimat diatas juga mengandung kerancuan berfikir dalam proses
pengambilan yang mengambil term Sapi. Karena sapi merupakan binatang.
Seharusnya kan jenis tumbuh tumbuhan atau manusia.
4. Fallacy of Two negatif atau kekeliruan dalam mengambil kesimpulan pada dua
premis negatif. Dalam ilmu logika dikenal tiga istilah yaitu kata positif, negatif dan
privatif.
Contoh : Tidak satupun santri yang sholihah mudah didapatkan
Tidak satupun santri al-jihad mudah didapatkan
Jadi, semua santri al jihad adalah sholihah
Kata tidak diatas pada premis pertama dan kedua menggandung makna negatif, maka
tidak bisa diambil sebuah kesimpulan. Karena logika tidak sama dengan matematika
jika antara negatif dengan negatif menghasilkan positif.
5. Fallacy of Affirming the Consequent (Kekeliruan Karena Mengakui Akibat).
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetik karena membenarkan akibat, kemudian
membenarkan pula sebabnya.
Contoh : Bila kita bisa berkendaraan secepat cahaya maka kita bisa mendarat dibulan
Kita telah dapat mendarat di bulan
Berarti kita telah dapat berkendaraan secepat cahaya
Perlu diketahui bahwa 1 sebab bisa mengakibatkan banyak akibat dan juga
sebaliknya jika 1 akibat bisa diakibatkan dari banyak sebab. Kalimat diatas
mengandung kerancuan, karena belum tentu kita bisa mengendarai motor
secepat cahaya bisa mendarat kebulan. dapat mendarat dibulan tidak harus
berkendara mungkin karena menggunakan roket.
6. Fallacy of Denying Antecendent atau Kekeliruan Karena Menolak Sebab.
Contoh : Bila permintaan bertambah harga naik
Nah, sekarang permintaan tidak bertambah
Jadi, harga tidak naik
7. Fallacy of Disjunction atau kekeliruan berfikir ketika kita mengira sesuatu dengan
alternatif. Jika alternatif pertama tidak ada maupun tidak benar maka kita akan
membenarkan alternatif kedua, namun, alternatif kedua tidak menjadi patokan untuk
dijadikan kebenaran atau juga tidak bisa membenarkan alternatif satu, maupun dua
dan alternatif lainnya. Memiliki kata ada, atau, tetapi.
Contoh : Zahro ada di kos atau di kampus
Ternyata tidak di kampus
Berarti, dia ada di Kos (atau bisa tidak di kos maupun kampus)
Contoh : Dia menulis cerita atau pergi ke Surabaya
Dia tidak pergi ke Surabaya
Jadi, ia tentu menulis cerita
8. Kekeliruan Karena Tidak Konsisten.tidak konsistennya pernyataan satu dengan
pernyataan yang diucapkan, diakui sebelumnya.
Contoh : Anggaran dasar organisasi kita sudah sempurna
Kita perlu melengkapi beberaapa pasal agar komplit
Kalimat diatas pernyataan pertama bahwa Konstitusi di organisasinya sudah sempurna.
Namun mengapa perlu dikomplitkan lagi dengan menambah pasal kan katanya sudah
sempurna.
Dari berbagai jenis Kerancuan diatas merupakan bagian dari kerancuan berfikir dalam
kelompok formal. Berfikir seperti diatas sering kita lakukan dan sudah menjadi
kebiasaan. Maka dari itu perlunya belajar logika agar tidak terulang lagi.
Wallahu A’lam Bisshowab

Anda mungkin juga menyukai