Anggota kelompok:
1. Lalu Syauqi Idzharilhaque (26)
2. Aditya (01)
3. Baiq Laela Amalia (09)
4. Dinda Nur Aini (15)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul “Pernikahan Dalam
Agama Islam”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
PERNIKAHAN
Pengertian pernikahan ………………………………………6
Peminangan (Khitbah)………………………………………..6
Tujuan Pernikahan….…………………………………………7
Manfaat Pernikahan………………………………………….8
Syarat-syarat pernikahan……………………………………..8
Hukum Pernikahan…………………………………………..9
Mahar………………………………………………………..10
Thalak………………………………………………………..11
Hukum-hukum Thalak…………………………………….…11
Masa Iddah……………………………………………………13
Hukum Iddah………………………………………………..13
Kesimpulan ………………………………………………………14
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya
Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang
pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang
tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain.
Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan, tetapi yang membedakan
Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan pernikahan. Allah S.W.T
menganjurkan Manusia untuk menikah agar dapat mempertahankan keberadaannya dan
mengendalikan perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan menurut kaiadah norma
Agama, Laki-laki dan perempuan memiliki fitrah yang saling membutuhkan satu sama lain.
BAB II
PEMBAHASAAN
PERNIKAHAN
1. Pengertian Pernikahan
Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat
berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia
yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai
peraturan yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah
pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t.
menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan
zina.
Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan untuk membangun rumah tangga dan
melanjutkan keturunan. Pernikahan juga dipandang sebagai jalan untuk meningkatkan
ukhuwah islamiyah dan memperluas serta memperkuat tali silaturahmi diantara manusia.
Secara etimologi bahasa Indonesia pernikahan berasal dari kata nikah, yang kemudian diberi
imbuhan awalan “per” dan akhiran “an”.
Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian antara
laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam islam juga berkaitan
dengan pengertian mahram (baca muhrim dalam islam) dan wanita yang haram dinikahi.
2. Peminangan (Khitbah)
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan untuk
melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua pihak. Meminang
merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan
juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah harus dan hendaknya
bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang.
Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan
pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian tidak
perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka hendaknya dikembalikan, namun
persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan dilakukan. Melihat calon suami dan calon
istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah berumahtangga. Anggota yang
diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.
“Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak
menikah dengan seorang perempuan: “Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata
lelaki itu kepada Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin
kekekalan.” (Hadis Riwayat Tarmizi dan Nasai)
“Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: “Kamu tidak boleh
meminang tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan untuk
memutuskannya”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan))
3. Tujuan Pernikahan
Investasi di Akhirat
Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua orangtua di
akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan peluang bagi kedua
orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal segala ilmu dalam beragama
yang diperoleh selama di dunia, bekal doa dari anak merupakan hal yang dapat diharapkan
kelak.
4. Manfaat Pernikahan
Mendatangkan keberkahan
pernikahan akan mendorong seseorang terutama suami untuk sungguh-sungguh untuk mencari
nafkah yang banyak dan halal untuk anak dan istrinya, sehingga dengan kerja kerasnya akan
menimbulkan kemakmuran, kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup berumah tangga.
Memperluas persaudaraan
pernikahan dalam arti luasa tidak hanya menyatukan dan memperluas kekerabatan diantara
dua keluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. terlebih lagi jika terjadi
pernikahan di luar suku, daerah maka kekerabatan akan semakin luas, karena menyatukan
kedua suku yang berbeda tradisi dan kebudayaan.
Penyempurna Agama
Melaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari agama sehingga
melengkapi takwa kita yang juga diimbangi dengan melakukan separuh ibadah lainnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang menikah maka berarti dia telah menyempurnakan
separuh agamanya. Maka bertaqwalah pada paruh yang lain”. Hal senada telah diriwayatkan
dari Anas ra, beliau berkata: “Apabila seorang hamba menikah, maka telah sempurna separuh
agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya“.
6. Hukum Pernikahan
Menurut sebagian besar Ulama, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya boleh
dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak
dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena Nabiullah
Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga bahwa pernikahan itu sunnah
berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan
dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang
akan menikah tersebut.
7. Mahar
Mahar atau maskawin adalah suatu pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak
perempuan yang merupakan salah satu syarat sah dalam sebuah pernikahan atau perkawinan.
hukum memberikan mahar adalah wajib bagi laki-laki, walaupun mahar bukan termasuk syarat
atau rukun nikah. Mahar dalam sebuah pernikahan dianggap penting karena selain diwajibkan
oleh agama mahar juga merupakan tanda kesungguhan dan penghargaan dari pihak laki-laki
sebagai calon suami kepada calon istrinya. namun pemberian mahar ini tidak berarti bahwa
calon suami telah membeli calon istrinya dari orang tuanya. karena sebesar apapun mahar yang
diberikan oleh calon suami tidak dapat disetarakan dengan harkat dan martabat seseorang.
ًضة َ فَ َما ا ْستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِ ِه ِم ْنه َُّن فَآتُوه َُّن ُأج
َ ُوره َُّن فَ ِري
Artinya: “Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah
maskawinnya kepada mereka sebagai suatu kewajiban.” (QS. An-Nisa :24)
Pemberian mahar yang utama harus didasarkan kepada nilai dan manfaat yang terkandung
didalamnya. Karena islam menyerahkan masalah ini masing-masing sesuai dengan kemampuan
dan adat yang berlaku di dalam masyarakat, dengan syarat tidak berbentuk sesuatu yang
mendatangkan mudharat, membahayakan atau berasal dari usaha yang haram.
8. Thalak ( Perceraian )
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam tetapi dibolehkan
dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa bermaksud melepaskan ikatan
dan menurut syarak pula, talak membawa maksud melepaskan ikatan perkahwinan dengan
lafaz talak dan seumpamanya. Talak merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir
sekiranya suami dan isteri tidak dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari
kebahagian berumahtangga. Talak merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi
dibenarkan.
9. Hukum Thalak
1. Jika suami isteri memiliki kemungkinan damai yang amat kecil atau sulit untuk
didamaikan melalui proses mediasi.
2. Sebelum perceraian terjadi biasanya ada dua orang wakil dari pihak suami atau isteri
yang akan membantu proses mediasi. Namun apabila mediasi ini gagal maka cerai bisa
menjadi wajib hukumnya.
3. Jika pengadilan menjatuhkan pendapat sekiranya talak lebih baik dijatuhkan daripada
meneruskan pernikahan. Jika suami tidak dapat mengucapkan talak sementara talak
wajib hukumnya maka suami akan berdosa.
4. Talak juga wajib hukumnya bagi suami yang meng-ila’ istrinya yakni suami bersumpah
untuk tidak menggauli istrinya. Masa ila ini ditangguhakn hingga empat bulan dan
apabila setelah empat bulan berlalu suami enggan kembali kepada istrinya maka hakim
berhak untuk memaksa suami mengikrarkan talak.
Thalak Sunnah
Talak hukumnya sunnah apabila dijatuhkan kepada suami dengan ikhlas demi kebaikan istrinya
dan untuk mencegah kemudharatan apabila istrinya tetap tinggal bersamanya. Biasanya hal ini
terjadi apabila sebenarnya suami masih mencintai istrinya sementara sang istri sudah tidak bisa
mencintai suaminya sehingga berakibat istri tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik. Talak
yang dijatuhkan suami demi kemaslahatan istrinya hukumnya sunnah. Ada beberapa kondisi
dimana talak hukumnya sunnah :
1. Suami tidak mampu menanggung nafkah istri baik secara lahir maupun secara batin dan
tidak mampu memenuhi kewajiban suami terhadap istri.
2. Isteri tidak dapat menjaga kehormatan serta harkat dan martabat dirinya atau terdapat
ciri-ciri istri yang durhakadalam dirinya. Istri yang seperti ini sebenarnya bisa dihindari
dengan mengetahui ciri wanita yang baik untuk dinikahi.
Masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari bahasa Arab dari kata ( )ال ِع َّدةyang bermakna
َ ْ[)اِإل ح1] . Dinamakan demikian karena seorang menghitung masa suci atau
perhitungan (صاء
bulan secara umum dalam menentukan selesainya masa iddah. Menurut istilah para ulama,
masa ‘iddah ialah sebutan atau nama suatu masa di mana seorang wanita menanti atau
menangguhkan perkawinan setelah ia ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah diceraikan
baik dengan menunggu kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya
beberapa bulan yang sudah ditentukan.
Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa ‘iddah, diantaranya:
1. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak.
2. Syariat Islam telah mensyariatkan masa ‘iddah untuk menghindari ketidakjelasan garis
keturunan yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah.
3. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah akad
pernikahan.
4. Masa ‘iddah disyari’atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak memutuskan
tali kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian.
5. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila wanita
yang dicerai sedang hamil.
Dalil dari al-Qur`ân yaitu firman Allâh Azza wa Jalla :
ات يَت ََربَّصْ نَ بَِأ ْنفُ ِس ِه َّن ثَاَل ثَةَ قُرُو ٍء
ُ ََو ْال ُمطَلَّق
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’
[al-Baqarah/2:228]
َت تَحْ تَ َزوْ ِجهَا تُ ُوفِّ َي َع ْنهَا ْ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ َّن ا ْم َرَأةً ِم ْن َأ ْسلَ َم يُقَا ُل لَهَا ُسبَ ْي َعةُ َكان صلَّىَ ج النَّبِ ِّي ُأ
ِ ِّْم َسلَ َمةَ زَ و ع َْن
َأْل
آخ َر ا َجلَي ِْن ِ ت َأ ْن تَ ْن ِك َحهُ فَقَا َل َوهَّللا ِ َما يَصْ لُ ُح َأ ْن تَ ْن ِك ِحي ِه َحتَّى تَ ْعتَدِّي ْ َك فََأب ٍ بْنُ بَ ْع َك َأ
ُح ْبلَى فَ َخطَبَهَا بُو ال َّسنَابِ ِل َو ِه َي
ال ا ْن ِك ِحي َ َ ق َ ف مَّ ل سو ه
َ َ َ ِ َ ُْ
ي َ لع هَّللا ى َّ ل ص ي
َ َّ ِ بَّ نال ْ
ت ء اج مُ ث
َ َ َّ ٍ َ ِ َل ا يَ ل ر ْ
ش ع نْ م
ِ ًا بيرِ َ ق تْ َ ث فَ َم ُك
Dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita dari
Aslam bernama Subai’ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu Sanâbil
bin Ba’kak melamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata, “Demi
Allâh, dia tidak boleh menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling panjang
dari dua masa iddah. Setelah sepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menikahlah!” [HR al-Bukhâri no. 4906].
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sehingga dapat di simpulkan bahwa Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting
bagi manusia untuk berkembang biak, memiliki keturunan, mempertahankan
keberadaannya dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh Agama Islam
sehingga kita bisa berkembang biak dengan baik dan benar menurut Islam.
Tanpa Pernikahan dan aturan-aturan Islam, maka manusia kemungkinan akan berzina,
berganti-ganti pasangan, melakukan seks bebas sehingga mereka akan mirip seperti
binatang yang selalu berganti-ganti pasangan.
DAFTAR PUSTAKA
Munarki, Abu. Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT. Berlian Putih,2006
http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp
http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3873005/tujuan-pernikahan-dalam-islam-kamu-yang-
berniat-menikah-wajib-tahu
https://www.popbela.com/relationship/married/rosita-meinita/rukun-dan-syarat-sah-nikah/
full
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan
http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/makalah-pernikahan-dalam-agama-islam.html
https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-talak-dalam-pernikahan
https://almanhaj.or.id/3668-masa-iddah-dalam-islam.html
https://www.muslimpintar.com/pengertian-mahar-dan-macam-macam-mahar-pernikahan/