Anda di halaman 1dari 10

Makalah

Pernikahan dalam Islam

Pemakalah : Yunindra Resinta Utami


NIM : 22010410120

Dosen Pembimbing: Ibu Riyani Pujiana, M. Pd

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


Tambak Bayan, Jl. Proklamasi Jl. Babarsari No.1, Tambak Bayan, Caturtunggal, Kec. Depok,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di dalam agama Islam, pernikahan dapat diartikan bahwa suatu perjanjian suci yang
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang ingin melanjutkan hubungan menjadi
hubungan yang halal. Mereka akan mengikat janji untuk menyatakan bahwa sudah siap
untuk membangun rumah tangga. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh
seorang ulama, Abdurrahman Al-Jaziri yang menyatakan bahwa perkawinan adalah
sebuah perjanjian suci yang dilakukan antara laki-laki dan seorang perempuan dengan
tujuan untuk membentuk keluarga bahagia.

Dalam hal ini, perjannjian suci pernikahan dapat dinyatakan ke dalam bentuk ijab dan
qabul. Ijab dan qabul yang merupakan bentuk dari perjanjian pernikahan ini harus
dinyatakan oleh satu majelis, baik itu berasal dari langsung dari pihak yang
melangsungkan pernikahan (calon suami atau calon istri) atau dapat diwalikan.

Pernikahan dalam Islam merupakan salah satu asas hidup yang bisa membuat umat
Muslim menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, pernikahan bukan hanya menjadi cara
untuk melaksanakan ibadah saja, tetapi juga berhubungan dengan membangun
kehidupan rumah tangga dan keturunan. Bahkan, dengan pernikahan, pintu silaturahmi
menjadi terbuka lebar karena menjadi lebih mengenal keluarga suami dan keluarga istri,
sehingga antara anggota keluarga yang satu dengan lainnya bisa saling membantu.

Oleh sebab itu, supaya tali silaturahmi menjadi lebih erat, maka suami istri dan anggota
keluarga dari kedua belah pihak harus menjaga komunikasi, saling mencintai, saling
memberi kasih sayang, saling mengingatkan agar tidak melakukan kejahatan, dan
saling membantu satu sama lain.
BAB II

B. Rumusan masalah
1. Apa tujuan pernikahan dalam Islam?
2. Apa syarat sah pernikahan dalam Islam?
3. Apa rukun Nikah dalam Islam?
BAB III
PEMBAHASAN

1. Tujuan pernikahan dalam agama Islam


Terjadinya suatu pernikahan yang ditandai dengan adanya ijab dan qabul memiliki
beberapa tujuan. Beberapa tujuan dari pernikahan berdasarkan Al-Quran dan
Hadist, yaitu:
 Melaksanakan Perintah Allah
Dalam Islam, tujuan pertama atau tujuan utama dari pernikahan adalah
melaksanakan perintah Allah. Dengan melaksanakan perintah Allah, maka
umat Muslim akan mendapatkan pahala sekaligus kebahagiaan.
Kebahagiaan ini menyangkut semua hal termasuk rezeki, sehingga bagi
Umat Muslim yang sudah menikah tak perlu khawatir tentang rezeki.
Tujuan pernikahan untuk melaksanakan perintah Allah terkandung di dalam
Al-Quran Surah An-Nur ayat 32.
 Melaksanakan Sunah Rasul
Selain melaksanakan perintah Allah, tujuan menikah berikutnya adalah
melaksanakan sunah Rasul. Dengan melaksanakan sunah Rasul, maka
seorang hamba dapat terhindar dari perbuatan zina. Tidak hanya itu, seorang
yang menikah juga mendapatkan pahala karena sudah melaksanakan sunah
Rasul.
 Mencegah dari Perbuatan Zina
Seperti yang sudah diketahui oleh banyak orang bahwa dengan menikah
berarti sama halnya menjaga kehormatan diri sendiri, sehingga kita bisa
untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama Islam. Selain itu, suatu
pernikahan bisa membuat diri kita bisa menjaga pandangan dan terhindar
dari perbuatan zina, sehingga kita bisa menjalani ibadah pernikahan lebih
baik.
 Menyempurnakan Separuh Agama

Terlaksananya pernikahan berarti sama halnya dengan menyempurnakan


separuh agama Islam. Dengan kata lain, menikah bisa menambah pahala
seorang hamba. Dalam hal ini, menyempurnakan agama bisa diartikan
sebagai menjaga kemaluan dan perutnya. Seperti yang diungkapkan oleh
para ulama bahwa pada umumnya rusaknya suatu agama seseorang sering
berasal dari kemaluan dan perutnya.
Oleh sebab itu, menikah bisa membuat laki-laki dan perempuan (suami istri)
bisa menjaga kemaluan dan perutnya agar terhindar dari perbuatan zina.
 Mendapatkan Keturunan
Setiap umat Muslim yang melakukan pernikahan pasti memiliki tujuan
untuk memiliki keturunan dengan harapan dapat menjadi penerus keluarga.
Memiliki keturunan akan menambah kebahagiaan bagi rumah tangga yang
sedang dibangun. Selain itu, memiliki keturunan bisa menjadi bekal pahala
untuk suami istri di kemudian hari.
 Untuk Membangun Keluarga yang Bahagia
Tujuan utama menikah lainnya adalah membangun keluarga yang bahagia,
sehingga bisa hidup bersama dan menua bersama hingga menghembuskan
napas terakhir. Terjadinya suatu pernikahan pasti akan membuat seseorang
menjadi lebih bahagia dan hati menjadi tenang. Rasa bahagia dan hati
menjadi tenang membuat kehidupan seseorang menjadi lebih tentram.
Tujuan pernikahan untuk mendapatkan jiwa dan kehidupan yang menjadi
tentram sudah terkandung di dalam Al-Quran Surah Ar-Rum ayat 21.
2. Syarat sah pernikahan dalam Islam
Dalam Islam, syarat sah pernikahan terdiri dari beberapa hal, di antaranya:
 Calon Pengantin Beragama Islam
Syarat sah pernikahan pertama adalah calon pengantin, baik itu laki-laki
atau perempuan harus beragama Islam. Apabila salah satu calon mempelai
belum beragama Islam, maka pernikahan tidak akan sah. Oleh sebab itu, jika
salah satu calon mempelai belum beragama Islam, ia harus beragama Islam
terlebih dahulu.
 Mengetahui Wali Akad Nikah Bagi Perempuan
Wali akad dalam proses pernikahan ini harus ada karena jika berarti
pernikahan menjadi tidak sah. Dalam agama Islam, untuk memilih wali
sudah ada aturannya, sehingga tidak boleh sembarangan memilih wali akad
nikah. Ayah kandung adalah wali nikah utama bagi mempelai perempuan.
Jika, ayah kandung dari perempuan sudah meninggal dunia, maka calon
pengantin perempuan dapat diwalikan oleh kakek, saudara laki-laki seayah
seibu, , paman, dan seterusnya yang sesuai dengan urutan nasab.
Wali akad nikah tidak boleh seoang perempuan dan harus seorang laki-laki.
Hal ini sesuai dengan hadist:

Dari Abu Hurairah ia berkata, bersabda Rasulullah SAW bahwa perempuan


tidak boleh menikahkan (menjadi wali) terhadap perempuan dan tidak boleh
menikahkan dirinya.” (HR. ad-Daruqutni dan Ibnu Majah).
Apabila dari keturunan nasab tidak ada yang bisa menjadi wali, maka bisa
digantikan dengan wali hakim sebagai syarat sah pernikahan.
 Bukan Mahram
Pernikahan akan dinyatakan tidak sah, jika kedua mempelai merupakan
mahram. Dengan kata lain, pernikahan dapat dilakukan dengan bukan
mahram. Dalam hal ini, bukan mahram merupakan tanda bahwa pernikahan
dapat dilakukan karena tidak ada penghalangya.
Selain itu, bagi calon mempelai harus mencari jejak dari pasangannya,
apakah semasa kecil diberikan oleh ASI dari ibu yang sama atau tidak. Jika,
diberikan oleh ASI dari ibu yang sama maka hal itu termasuk ke dalam
mahram, sehingga pernikahan tidak bisa dilakukan.
 Sedang Tidak Melakukan Ibadah Haji atau Ihram
Para ulama melarang jika sedang melaksanakan ibadah haji atau ihram
untuk melakukan pernikahan. Para ulama menyatakan hal ini berdasarkan
seorang ulama bermazhab Syafi’I yang terkandung di dalam kitab Fathul
Qarib al-Mujib. Di dalam kitab itu disebut bahwa salah satu larangan haji
adalah tidak boleh melaksanakan akad nikah atau wali dalam pernikahan:

“Kedelapan (dari sepuluh perkara yang dilarang ketika ihram) yaitu akad
nikah. Akad nikah diharamkan bagi orang yang sedang ihram, bagi dirinya
maupun bagi orang lain (menjadi wali).”

Selain itu, pernikahan tidak boleh dilakukan saat sedang melaksanakan haji
juga terdapat di hadist Bukhari:

Rasulullah bersabda bahwa seorang yang sedang ber-ihram tidak boleh


menikahkan, tidak boleh dinikahkan, dan tidak boleh mengkhitbah.
 Dilakukan Atas Dasar Cinta bukan Karena Paksaan
Terjadinya pernikahan harus didasari atas dasar cinta bukan atas dasar
paksaan. Apabila pernikahan terjadi karena adanya paksaan, maka
pernikahan itu bisa saja dinyatakan tidak sah. Dengan kata lain, suatu proses
pernikahan harus berdasarkan keinginan dari calon pengantin laki-laki atau
calon pengantin perempuan.
3. Rukun nikah dalam Islam
Dalam Islam terdapat 5 rukun nikah yang telah disepakati para ulama dan wajib
dipenuhi agar pernikahan dinyatakan sah. Berikut adalah 5 rukun nikah dalam
Islam:

a) Mempelai laki-laki
Syarat sah menikah adalah ada mempelai laki-laki. Pernikahan dimulai pada
saat akad nikah.
b) Mempelai perempuan
Sahnya menikah kedua yakni ada mempelai perempuan yang halal untuk
dinikahi. Dilarang untuk memperistri perempuan yang haram untuk dinikahi
seperti pertalian darah, hubungan persusuan, atau hubungan kemertuaan.
c) Wali nikah perempuan
Syarat sah menikah berikutnya adanya wali nikah. Wali merupakan orangtua
mempelai perempuan yakni ayah, kakek, saudara laki-laki kandung (kakak atau
adik), saudara laki-laki seayah, saudara kandung ayah (pakde atau om), anak
laki-laki dari saudara kandung ayah.
d) Saksi nikah
Menikah sah bila ada saksi nikah. Tidak sah menikah seseorang bila tidak ada
saksi. Syarat menjadi saksi nikah yakni Islam, baligh, berakal, merdeka, lelaki,
dan adil. Dua orang saksi ini diwakilkan oleh pihak keluarga, tetangga, ataupun
orang yang dapat dipercaya untuk menjadi seorang saksi.
e) Ijab qobul
Syarat sah nikah yakni ijab dan qabul. Ijab dan qabul adalah janji suci kepada
Allah SWT di hadapan penghulu, wali, dan saksi. Saat kalimat "Saya terima
nikahnya", maka dalam waktu bersamaan dua mempelai laki-laki dan
perempuan sah untuk menjadi sepasang suami istri.
BAB IV
PENUTUP

Pernikahan dalam Islam merupakan salah satu asas hidup yang bisa membuat umat
Muslim menjadi lebih baik lagi. Pernikahan bukan hanya menjadi cara untuk
melaksanakan ibadah saja, tetapi juga berhubungan dengan membangun kehidupan
rumah tangga dan keturunan. Dalam pernikahan pintu silaturahmi menjadi terbuka
lebar karena menjadi lebih mengenal keluarga suami dan keluarga istri, sehingga antara
anggota keluarga yang satu dengan lainnya bisa saling membantu.

Dalam Islam, tujuan pertama atau tujuan utama dari pernikahan adalah melaksanakan
perintah Allah. Dengan melaksanakan perintah Allah, maka umat Muslim akan
mendapatkan pahala sekaligus kebahagiaan. Kebahagiaan ini menyangkut semua hal
termasuk rezeki, sehingga bagi Umat Muslim yang sudah menikah tak perlu khawatir
tentang rezeki. Tujuan pernikahan untuk melaksanakan perintah Allah terkandung di
dalam Al-Quran Surah An-Nur ayat 32.
Daftar Pustaka

https://news.detik.com/berita/d-4830385/rukun-menikah-dan-syarat-sahnya-dalam-
islam/2
https://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/slims/pa-sumedang/index.php?
https://jateng.kemenag.go.id/berita/muh-arifin-pernikahan-adalah-peristiwa-agama-
yang-suci-dan-sakral-2/

Anda mungkin juga menyukai