Nama Kelompok
1. Aprilia Karima Putri (04)
2. Desta Agil Nugraha (09)
3. Meidita Dea Anggraini (19)
4. Nadito Wildan Azizin (23)
5. Nova Elisan (26)
SMAN 2 SIDOARJO
Jl. Lkr. Bar. Jl. Raya Gading Fajar 2, Perum Sidokare, Sepande, Kec. Candi,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
KATA PEGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah iniuntuk memenuhi tugas kelompok
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Dengan judul “Pernikahan Menurut UU
Perkawinan Indonasia(UU No. 1 Tahun 1974), Hak dan Kewajiban Suami Istri serta Hikmah
Pernikahan” Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurnadikarenakan
terbutasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itukami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan atau kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dalam
perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan dalam Islam adalah salah satu institusi yang paling penting dalam
kehidupan umat Muslim. Menurut ajaran Islam, pernikahan dianggap sebagai ikatan suci
antara seorang pria dan seorang wanita yang saling mencintai dan ingin membangun
kehidupan bersama. Maka pada saat orang melakukan pernikahan pada saat yang
bersamaan dia bukan saja memiliki keinginan untuk melakukan perintah agama (syariat),
namun juga memiliki keinginan memenuhi kebutuhan biologisnya yang secara kodrat
memang harus disalurkan. Dalam kehidupan ini, manusia ingin memenuhi berbagai
kebutuhannya, begitu juga kebutuhan biologis sebenarnya juga harus dipenuhi. Sebagai
agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam telah menetapkan bahwa satu-satunya cara untuk
memenuhi kebutuhan biologis seeorang yaitu hanya dengan cara pernikahan, pernikahan
merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih mencermati kandungan makna
tentang masalah pernikahan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan menikah menurut undang-undang perkawinan Indonesia
(UU NO. 1 Tahun 1974)?
2. Bagaimana penerapan hak dan kewajiban suami istri?
3. Hikmah apa yang akan diperoleh dari pernikahan?
BAB II
PEMBAHASAN
Pernikahan dalam Islam merupakan salah satu asas hidup yang bisa membuat umat Muslim
menjadi lebih baik lagi. pernikahan bukan hanya menjadi cara untuk melaksanakan ibadah
saja, tetapi juga berhubungan dengan membangun kehidupan rumah tangga dan keturunan.
Bahkan, dengan pernikahan, pintu silaturahmi menjadi terbuka lebar karena menjadi lebih
mengenal keluarga suami dan keluarga istri, sehingga antara anggota keluarga yang satu
dengan lainnya bisa saling membantu. Karena itu Allah SWT mensyariatkan pernikahan
sebagaimana difirmankan dalam Q.S an nahl/16:72
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ت ۗ اَفَبِّا ْلبَا ِّط ِّل َّ َوا هّٰللُ َجعَ َل لَـ ُك ْم ِّم ْن ا َ ْنفُ ِّس ُك ْم ا َ ْز َوا ًجا َّو َجعَ َل لَـ ُك ْم ِّم ْن ا َ ْز َوا ِّج ُك ْم بَنِّيْنَ َو َحفَدَةً َّو َرزَ قَ ُك ْم ِّمنَ ال
ِّ طيِّ ٰب
َّٰللاِّ ُه ْم َي ْكفُ ُر ْون
ت ه ِّ يُؤْ ِّمنُ ْونَ َو ِّب ِّن ْع َم
wallohu ja'ala lakum min angfusikum azwaajaw wa ja'ala lakum min azwaajikum baniina
wa hafadataw wa rozaqokum minath-thoyyibaat, a fa bil-baathili yu-minuuna wa
bini'matillaahi hum yakfuruun
"Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang
baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?"
(QS. An-Nahl 16: Ayat 72)
Dalam rumusan ini diketahui bahwa tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing
agama dan kepercayaan. Hal senada diterangkan beberapa pasal dalam Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, sebagai
berikut:
Pasal 4 :
"Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2
ayat (1) Undang-Undang Nomor 1Tahun 1974 tentang Perkawinan".
Pasal 40 :
Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita karena
keadaan tertentu;
Pasal 44 :
"Seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang
tidak beragama Islam"
Pasal 61 :
" Tidak sekufu tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah perkawinan, kecuali tidak
sekufu karena perbedaan agama atau ikhtilaf al-dien"
Pernikahan dalam Islam pada dasarnya bertujuan untuk membentuk rumah tangga
harmonis. Salah satu upaya untuk membangun dan menjaga keharmonisan tersebut adalah
dengan menunaikan hak dan kewajiban.Dengan begitu, baik suami maupun istri sadar akan
kewajibannya atas pasangan sehingga haknya pun dapat pantas untuk terpenuhi
sebagaimana mestinya.
Suami wajib memberi nafkah lahir kepada istri seperti pakaian, dan tempat tinggal; dan
memenuhi nafkah batin kepada istri seperti cinta, kasih sayang, dan perhatian. Menggauli
istri secara makruf, yaitu dengan cara yang layak dan patut misalnya dengan kasih sayang,
menghargai, memperhatikan, dan sebagainya. Memimpin keluarga dengan cara
membimbing dan memelihara semua anggota keluarga dengan penuh tanggung jawab.
Istri wajib patuh dan taat kepada suami. Menaati suami merupakan perintah Allah SWT.
Sebab dalam rumah tangga, seorang suami adalah kepala rumah tangga yang harus
didengar dan ditaati selama dalam batas kebaikan dan sesuai dengan ajaran Islam.
Memelihara dan menjaga kehormatan diri dan keluarga serta harta benda suami. Hal ini
sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa 34, "Wanita salihah adalah yang
taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah
memelihara mereka." Mengurus dan mengatur rumah tangga dengan baik sesuai dengan
fungsinya.
Suami wajib ditaati oleh istri dalam seluruh perkara, kecuali maksiat. Ini sebagaimana
sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, "Hanyalah
ketaatan itu dalam perkara yang makruf." Suami berhak mendapatkan pelayanan yang baik
dari istrinya.Dimintai izin oleh istri yang hendak keluar rumah. Istri tidak boleh keluar
rumah kecuali seizin suami. Istri tidak boleh puasa sunnah kecuali dengan izin suaminya.
Rasulullah SAW bersabda sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim,
"Tidak boleh seorang istri puasa (sunnah) sementara suaminya ada di tempat kecuali
dengan izin suaminya."
Istri berhak mendapat mahar dari suaminya. Mahar merupakan hak mutlak seorang wanita
yang dinikahi dengan penuh kerelaan. Istri berhak atas nafkah makan dan minum, pakaian,
hingga tempat tinggal dari suaminya, sekalipun sang istri kaya atau mampu. Mendapat
perlakuan yang baik dari suaminya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, "Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-
istrinya."
C. Hikmah Pernikahan
Mengenai hikmah pernikahan, sebenarnya berkaitan erat dengan tujuan diciptakannya
manusia di muka bumi ini. Al-Jurjawi menjelaskn bahwa Tuhan menciptakan manusia
dengan tujuan memakmurkan bumi, di mana segala isinya diciptakan untuk kepentingan
manusia. Oleh karena itu, demi kemakmuran bumi secara lestari, kehadiran manusia sangat
diperlukan sepanjang bumi masih ada. Pelestarian keturunan manusia merupakan sesuatu
yang mutlak, sehingga eksistensi bumi di tengah-tengah alam semesta tidak menjadi sia-
sia. Seperti diingatkan oleh agama, pelestarian manusia secara wajar dibentuk melalui
pernikahan, sehingga demi memakmurkan bumi, pernikahan mutlak diperlukan. Lebih
lanjut al-Jurjawi menuturkan, kehidupan manusia (lelaki) tidak akan rapi, tenang dan
mengasyikkan, kecuali dikelola dengan sebaik-baiknya. Itu bisa diwujudkan jika ada
tangan terampil dan professional, yaitu tangan-tangan lembut perempuan, yang memang
secara naluriah mampu mengelola rumah tangga secara baik, rapi dan wajar. Karena itu
pernikahan disyari’atkan, kata al-Jurjawi, bukan hanya demi memakmurkan bumi, tetapi
tak kalah penting adalah supaya kehidupan manusia yang teratur dan rapi dapat tercipta.
Dengan demikian kehadiran perempuan di sisi suami, melalui pernikahan sangatlah
penting.Dalam pernikahan sesungguhnya terdapat hikmah-hikmah yang agung yang dapat
digali, baik secara naqliyah maupun aqliyah.Di antara hikmah-hikmah tersebut adalah:
Kewajiban suami istri dalam perspektif agama islam adalah suami memberi, memenuhi nafkah
kepada istri baik lahir maupun batin. menggauli istri secaea makruf dengan kasih sayang,
menghargai, memperhatikan, dan lain sebagainya. membina, membimbing, dan memimpin
anggota keluarga, layaknya kepala keluarga. sebaliknya kewajiban istri terhadap suami juga wajib
seperti patuh dan taat kepada suami. lalu hak suami istri dalam agama islam adalah istri wajib
mentaati suami dalam semua perkara, kecuali maksiat, suami juga berhak mendapatkan pelayanan
yang baik, mendapatkan izin dari suami maupun istri, istri berhak mendapatkan mahar, berhak atas
nafkah, dan mendapat perlakuan baik dari suami.
Terdapat banyak hikmah dalam pernikahan diantaranya adalah dapat menenteramkan jiwa, dengan
begitu akan tercipta perasaan-perasaan cinta dan kasih sayang antar keluarga. Keluarga yang
diliputi rasa kasih sayang satu dengan lainnya akan tercipta keluarga yang sakinah mawaddah wa
rahmah, meskipun tidak mudah untuk mewujudkannya karena dibutuhkan rasa saling pengertian,
saling menghargai antara suami dan istri. pernikahan merupakan ibadah, kecintaan kita pada istri
atau suami dapat mendorong kita untuk membimbingnya pada kebaikan yang menghadirkan
kecintaan Allah pada keluarga kita.
Daftar pustaka
JurnalLain Kudus. Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam. Jurnal PDF. 21
Septermber 2023.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/download/703/692