Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

NAMA KELOMPOK 6 :

1. GIZKA AULIA NAZMI

2. IPO MARERO

KELAS : XII IPS 1

SMA NEGERI 1 BENGKULU SELATAN


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul “Pernikahan Dalam
Agama Islam”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya
Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang
pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang
tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain.

Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan, tetapi yang
membedakan Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan pernikahan. Allah
S.W.T menganjurkan Manusia untuk menikah agar dapat mempertahankan keberadaannya
dan mengendalikan perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan menurut kaiadah norma
Agama, Laki-laki dan perempuan memiliki fitrah yang saling membutuhkan satu sama lain.
BAB II
PEMBAHASAAN

1. PERNIKAHAN
2. Pengertian Pernikahan

Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat
berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia
yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai
peraturan yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya
adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan
sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan
pernikahan dan mengharamkan zina.

Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan untuk membangun rumah tangga dan
melanjutkan keturunan. Pernikahan juga dipandang sebagai jalan untuk meningkatkan
ukhuwah islamiyah dan memperluas serta memperkuat tali silaturahmi diantara manusia.
Secara etimologi bahasa Indonesia pernikahan berasal dari kata nikah, yang kemudian diberi
imbuhan awalan “per” dan akhiran “an”.

Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian antara
laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam islam juga berkaitan
dengan pengertian mahram (baca muhrim dalam islam) dan wanita yang haram dinikahi.

2. Peminangan (Khitbah)

Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan
untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua
pihak. Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh
Islam. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah
harus dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan
bukan tunangan orang. Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan
merupakan tanda ikatan pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang
laki-laki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka
hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan
dilakukan. Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan
terjadi setelah berumahtangga. Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat untuk
seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.

Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:


“Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak
menikah dengan seorang perempuan: “Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata
lelaki itu kepada Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin
kekekalan.” (Hadis Riwayat Tarmizi dan Nasai)

Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah bertunangan:


“Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: “Kamu tidak boleh
meminang tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan untuk
memutuskannya”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan))

3. Tujuan Pernikahan

 Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi


Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalah
dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan
menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur,
berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh
Islam.

 Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan


Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah untuk
membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat merendahkan dan
merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pembentukan
keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan
melindungi masyarakat dari kekacauan.
 Investasi di Akhirat
Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua orangtua di
akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan peluang bagi kedua
orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal segala ilmu dalam beragama
yang diperoleh selama di dunia, bekal doa dari anak merupakan hal yang dapat diharapkan
kelak.

 Melaksanakan Sunah Rasul


Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari perbuatan maksiat. Namun
sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang dicontohkan dan diajarkan oleh
Rasulullah. Dan pernikahan merupakan salah satu sunnah dari Rasulullah.

4. Manfaat Pernikahan

 Mendatangkan keberkahan
pernikahan akan mendorong seseorang terutama suami untuk sungguh-sungguh untuk
mencari nafkah yang banyak dan halal untuk anak dan istrinya, sehingga dengan kerja
kerasnya akan menimbulkan kemakmuran, kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup
berumah tangga.

 Memperluas persaudaraan
pernikahan dalam arti luasa tidak hanya menyatukan dan memperluas kekerabatan diantara
dua keluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. terlebih lagi jika terjadi
pernikahan di luar suku, daerah maka kekerabatan akan semakin luas, karena menyatukan
kedua suku yang berbeda tradisi dan kebudayaan.

 Meningkatkan kesungguhan mencari nafkah


Nikah dapat mendorong seseorang terutama laki-laki untuk bersungguh-sungguh dalam
mencari rezeki yang banyak dan halal, sebab laki-laki lah yang harus bertanggung jawab
terhadap istri dan anak-anaknya, baik yang berkaitan dengan jasmani maupun rohani mereka.
 Menciptakan keturunan yang baik
Nikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan keturunan yang baik dan mulia sekaligus
merupakan upaya menjaga kelangsungan hidup sesuai dengan ajaran agama.

 Penyempurna Agama
Melaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari agama sehingga
melengkapi takwa kita yang juga diimbangi dengan melakukan separuh ibadah lainnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang menikah maka berarti dia telah
menyempurnakan separuh agamanya. Maka bertaqwalah pada paruh yang lain”. Hal senada
telah diriwayatkan dari Anas ra, beliau berkata: “Apabila seorang hamba menikah, maka
telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh
sisanya“.

5. Syarat – Syarat Pernikahan

 Beragama Islam bagi mempelai Laki-laki dan Perempuan


Pernikahan yang didasarkan pada syariat Islam, maka haruslah mempelai laki-laki dan
perempuan beragama Islam. Nggak akan sah pernikahan tersebut jika seorang muslim
menikahi non muslim dengan menggunakan tata cara ijab dan qabul secara Islam.

 Bukan Laki-laki mahram bagi calon Istri


pernikahan merupakan bersatunya sepasang laki-laki dan perempuan yang nggak mempunyai
ikatan darah. Diharamkan bagi pernikahan jika mempelai perempuan merupakan mahrom
mempelai laki-laki dari pihak ayah. Oleh karena itu mengecek riwayat keluarga juga
diperlukan sebelum terjadinya pernikahan.

 Mengetahui Wali akad nikah


Penentuan wali juga penting untuk dilakukan sebelum menikah. Bagi seorang laki-laki,
mengetahui asal usul seorang perempuan juga diperlukan. Apabila ayah dari mempelai
perempuan sudah meninggal bisa diwakilkan oleh kakeknya. Pada syariat Islam, terdapat
wali hakim yang bisa menjadi wali dalam sebuah pernikahan.
 Tidak sedang melaksanakan Haji
Ibadah haji merupakan ibadah yang segala sesuatunya dilipat gandakan. Akan tetapi saat
seseorang melakukan ibadah haji nggak diperkenankan untuk melakukan pernikahan.

 Tidak Karena paksaan


Saat pernikahan terjadi, nggak ada paksaan dari pihak manapun. Oleh karena itu pernikahan
harus didasarkan pada inisiatif dan keikhlasan kedua mempelai untuk hidup bersama. Jika
dahulu pernikahan terjadi karena dorongan pihak perempuan, sekarang pernikahan
merupakan pilihan dari kedua mempelai untuk memulai hidup bersama.

6. Hukum Pernikahan
Menurut sebagian besar Ulama, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya boleh
dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak
dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena Nabiullah
Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga bahwa pernikahan itu sunnah
berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan
dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang
akan menikah tersebut.

 Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah


Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun
meteriil dan mampu menahan perbuatan zina walaupun dia tidak segera menikah.
Sebagaimana sabda Rasullullah SAW : Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah
memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu
dapat menjaga pandangan mata dan lebih dapat memelihara kelamin (kehormatan); dan
barang siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi
penjaga baginya.” (HR. Bukhari Muslim)

 Pernikahan Yang Dihukumi Wajib


Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani,
maupun mental dan ia khawatir apabila ia tidak segera menikah ia khawatir akan berbuat
zina. Maka wajib baginya untuk segera menikah.
 Pernikahan Yang Dihukumi Makruh
Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani, rohani, mental maupun
meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak.

 Pernikahan Yang Dihukumi Haram


Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam pernikahan tersebut,
baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti secara materiil.

7. Mahar
Mahar atau maskawin adalah suatu pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak
perempuan yang merupakan salah satu syarat sah dalam sebuah pernikahan atau perkawinan.
hukum memberikan mahar adalah wajib bagi laki-laki, walaupun mahar bukan termasuk
syarat atau rukun nikah. Mahar dalam sebuah pernikahan dianggap penting karena selain
diwajibkan oleh agama mahar juga merupakan tanda kesungguhan dan penghargaan dari
pihak laki-laki sebagai calon suami kepada calon istrinya. namun pemberian mahar ini tidak
berarti bahwa calon suami telah membeli calon istrinya dari orang tuanya. karena sebesar
apapun mahar yang diberikan oleh calon suami tidak dapat disetarakan dengan harkat dan
martabat seseorang.
Allah Swt berfirman dalam surat An-Nisa ayat 24:
‫َفَم ا اْسَتْم َتْع ُتْم ِبِه ِم ْنُهَّن َفآُتوُهَّن ُأُجوَر ُهَّن َفِر يَض ًة‬
Artinya: “Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah
maskawinnya kepada mereka sebagai suatu kewajiban.” (QS. An-Nisa :24)

Pemberian mahar yang utama harus didasarkan kepada nilai dan manfaat yang terkandung
didalamnya. Karena islam menyerahkan masalah ini masing-masing sesuai dengan
kemampuan dan adat yang berlaku di dalam masyarakat, dengan syarat tidak berbentuk
sesuatu yang mendatangkan mudharat, membahayakan atau berasal dari usaha yang haram.
8. Thalak ( Perceraian )
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam tetapi
dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa bermaksud
melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa maksud melepaskan
ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan seumpamanya. Talak merupakan suatu jalan
penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri tidak dapat hidup bersama dan mencari
kata sepakat untuk mecari kebahagian berumahtangga. Talak merupakan perkara yang
dibenci Allah s.w.t tetapi dibenarkan.

9. Hukum Thalak
 Thalak yang hukumnya Wajib
Talak bisa menjadi wajib apabila ditemui beberapa kondisi berikut :
1. Jika suami isteri memiliki kemungkinan damai yang amat kecil atau sulit untuk
didamaikan melalui proses mediasi.
2. Sebelum perceraian terjadi biasanya ada dua orang wakil dari pihak suami atau isteri
yang akan membantu proses mediasi. Namun apabila mediasi ini gagal maka cerai
bisa menjadi wajib hukumnya.
3. Jika pengadilan menjatuhkan pendapat sekiranya talak lebih baik dijatuhkan daripada
meneruskan pernikahan. Jika suami tidak dapat mengucapkan talak sementara talak
wajib hukumnya maka suami akan berdosa.
4. Talak juga wajib hukumnya bagi suami yang meng-ila’ istrinya yakni suami
bersumpah untuk tidak menggauli istrinya. Masa ila ini ditangguhakn hingga empat
bulan dan apabila setelah empat bulan berlalu suami enggan kembali kepada istrinya
maka hakim berhak untuk memaksa suami mengikrarkan talak.

 Thalak Sunnah
Talak hukumnya sunnah apabila dijatuhkan kepada suami dengan ikhlas demi kebaikan
istrinya dan untuk mencegah kemudharatan apabila istrinya tetap tinggal bersamanya.
Biasanya hal ini terjadi apabila sebenarnya suami masih mencintai istrinya sementara sang
istri sudah tidak bisa mencintai suaminya sehingga berakibat istri tidak dapat melakukan
tugasnya dengan baik. Talak yang dijatuhkan suami demi kemaslahatan istrinya hukumnya
sunnah. Ada beberapa kondisi dimana talak hukumnya sunnah :
1. Suami tidak mampu menanggung nafkah istri baik secara lahir maupun secara batin
dan tidak mampu memenuhi kewajiban suami terhadap istri.
2. Isteri tidak dapat menjaga kehormatan serta harkat dan martabat dirinya atau
terdapat ciri-ciri istri yang durhakadalam dirinya. Istri yang seperti ini sebenarnya bisa
dihindari dengan mengetahui ciri wanita yang baik untuk dinikahi.

 Thalak yang hukumnya Makruh


Talak hukumnya makruh jika suami menjatuhkan perkataan talak terhadap istrinya tanpa
sebab yang jelas dan keadaan rumah tangga yang baik-baik saja. Selain itu talak juga
hukunmya makruh apabila istri yang diceraikan memilki sifat yang baik dan taat kepada
suaminya serta memiliki ciri-ciri istri shalehah.

 Thalak yang hukumnya Mubah


Talak yang hukumnya mubah adalah talak dimana suami memiliki keinginan untuk
menceraikan istrinya dikarenakan sudah tidak mencintai istrinya atau jika sang istri tidak
dapat mematuhi suami serta berperangai buruk. Jika suami tidak dapat menahan dan bersikap
sabar maka talaq hukumnya mubah atau boleh dilakukan. Hal ini juga bisa terjadi pabila
suami lemah nafsunya atau istri yang tidak lagi subur ( belum datang masa haid atau telah
selesai masa haid)

 Thalak yang hukumnya Haram


Talak bisa menjadi haram apabila talak yang dijatuhkan suami tidak sesuai dengan petunjuk
syariat islam. Hal ini berarti, talak yang dijatuhkan pada kondisi dimana talak tersebut
dilarang untuk diucapkan. Kondisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Suami menceraikan istri saat istri masih dalam masa haid.


2. Suami menjatuhkan talak pada istri setelah ia disetubuhi tanpa diketahui hamil atau
tidak.
3. Suami yang sedang sakit dan cerainya bertujuan supaya istri tidak mendapatkan hak
atas hartanya.
4. Suami mentalak istri dengan tiga talak sekaligus. Hal ini tidak sah meskipun jika
talak
10. Masa Idddah
Masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari bahasa Arab dari kata (‫ )الِع َّد ة‬yang bermakna
perhitungan (‫[)اِإل ْح َص اء‬1] . Dinamakan demikian karena seorang menghitung masa suci atau
bulan secara umum dalam menentukan selesainya masa iddah. Menurut istilah para ulama,
masa ‘iddah ialah sebutan atau nama suatu masa di mana seorang wanita menanti atau
menangguhkan perkawinan setelah ia ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah
diceraikan baik dengan menunggu kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’, atau
berakhirnya beberapa bulan yang sudah ditentukan.
11. HIKMAH ‘IDDAH
Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa ‘iddah,
diantaranya:
12. 1. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak.
2. Syariat Islam telah mensyariatkan masa ‘iddah untuk menghindari ketidakjelasan
garis keturunan yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah.
3. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah
akad pernikahan.
4. Masa ‘iddah disyari’atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak
memutuskan tali kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian.
5. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya
apabila wanita yang dicerai sedang hamil.

Dalil dari al-Qur`ân yaitu firman Allâh Azza wa Jalla :

‫َو اْلُم َطَّلَقاُت َيَتَر َّبْص َن ِبَأْنُفِس ِهَّن َثاَل َثَة ُقُروٍء‬

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ [al-
Baqarah/2:228]
Sedangkan dalil dari sunnah banyak sekali, diantaranya :

‫َع ْن ُأِّم َس َلَم َة َز ْو ِج الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َأَّن اْم َر َأًة ِم ْن َأْس َلَم ُيَق اُل َلَه ا ُس َبْيَع ُة‬
‫َك اَنْت َتْح َت َز ْو ِج َها ُتُو ِّفَي َع ْنَها َو ِهَي ُحْبَلى َفَخ َطَبَها َأُبو الَّس َناِبِل ْبُن َبْع َك ٍك َف َأَبْت َأْن‬
‫َتْنِكَح ُه َفَقاَل َو ِهَّللا َم ا َيْص ُلُح َأْن َتْنِكِح يِه َح َّتى َتْعَت ِّدي آِخ َر اَأْلَج َلْيِن َفَم ُكَثْت َقِريًب ا ِم ْن‬
‫َع ْش ِر َلَياٍل ُثَّم َج اَء ْت الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَل اْنِكِح ي‬

Dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita dari
Aslam bernama Subai’ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu
Sanâbil bin Ba’kak melamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata,
“Demi Allâh, dia tidak boleh menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling
panjang dari dua masa iddah. Setelah sepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menikahlah!” [HR al-
Bukhâri no. 4906].
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

 Sehingga dapat di simpulkan bahwa Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat


penting bagi manusia untuk berkembang biak, memiliki keturunan, mempertahankan
keberadaannya dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh Agama Islam
sehingga kita bisa berkembang biak dengan baik dan benar menurut Islam.

SARAN
Tanpa Pernikahan dan aturan-aturan Islam, maka manusia kemungkinan akan berzina,
berganti-ganti pasangan, melakukan seks bebas sehingga mereka akan mirip seperti binatang
yang selalu berganti-ganti pasangan.
DAFTAR PUSTAKA

 Munarki, Abu. Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT. Berlian
Putih,2006
 Abdullah, Samsul. Tatacara Pernikahan, Jakarta: PT. Gramedia,2011
 http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp
 http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah
 https://www.liputan6.com/citizen6/read/3873005/tujuan-pernikahan-dalam-islam-
kamu-yang-berniat-menikah-wajib-tahu
 https://www.popbela.com/relationship/married/rosita-meinita/rukun-dan-syarat-sah-
nikah/full
 https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan
 http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/makalah-pernikahan-dalam-agama-
islam.html
 https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/
 https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-talak-dalam-pernikahan
 https://almanhaj.or.id/3668-masa-iddah-dalam-islam.html
 https://www.muslimpintar.com/pengertian-mahar-dan-macam-macam-mahar-
pernikahan/

Anda mungkin juga menyukai