NAMA KELOMPOK 6 :
2. IPO MARERO
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul “Pernikahan Dalam
Agama Islam”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya
Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang
pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang
tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain.
Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan, tetapi yang
membedakan Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan pernikahan. Allah
S.W.T menganjurkan Manusia untuk menikah agar dapat mempertahankan keberadaannya
dan mengendalikan perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan menurut kaiadah norma
Agama, Laki-laki dan perempuan memiliki fitrah yang saling membutuhkan satu sama lain.
BAB II
PEMBAHASAAN
1. PERNIKAHAN
2. Pengertian Pernikahan
Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat
berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia
yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai
peraturan yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya
adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan
sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan
pernikahan dan mengharamkan zina.
Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan untuk membangun rumah tangga dan
melanjutkan keturunan. Pernikahan juga dipandang sebagai jalan untuk meningkatkan
ukhuwah islamiyah dan memperluas serta memperkuat tali silaturahmi diantara manusia.
Secara etimologi bahasa Indonesia pernikahan berasal dari kata nikah, yang kemudian diberi
imbuhan awalan “per” dan akhiran “an”.
Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian antara
laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam islam juga berkaitan
dengan pengertian mahram (baca muhrim dalam islam) dan wanita yang haram dinikahi.
2. Peminangan (Khitbah)
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan
untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua
pihak. Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh
Islam. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah
harus dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan
bukan tunangan orang. Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan
merupakan tanda ikatan pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang
laki-laki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka
hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan
dilakukan. Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan
terjadi setelah berumahtangga. Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat untuk
seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.
3. Tujuan Pernikahan
4. Manfaat Pernikahan
Mendatangkan keberkahan
pernikahan akan mendorong seseorang terutama suami untuk sungguh-sungguh untuk
mencari nafkah yang banyak dan halal untuk anak dan istrinya, sehingga dengan kerja
kerasnya akan menimbulkan kemakmuran, kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup
berumah tangga.
Memperluas persaudaraan
pernikahan dalam arti luasa tidak hanya menyatukan dan memperluas kekerabatan diantara
dua keluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. terlebih lagi jika terjadi
pernikahan di luar suku, daerah maka kekerabatan akan semakin luas, karena menyatukan
kedua suku yang berbeda tradisi dan kebudayaan.
Penyempurna Agama
Melaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari agama sehingga
melengkapi takwa kita yang juga diimbangi dengan melakukan separuh ibadah lainnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang menikah maka berarti dia telah
menyempurnakan separuh agamanya. Maka bertaqwalah pada paruh yang lain”. Hal senada
telah diriwayatkan dari Anas ra, beliau berkata: “Apabila seorang hamba menikah, maka
telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh
sisanya“.
6. Hukum Pernikahan
Menurut sebagian besar Ulama, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya boleh
dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak
dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena Nabiullah
Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga bahwa pernikahan itu sunnah
berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan
dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang
akan menikah tersebut.
7. Mahar
Mahar atau maskawin adalah suatu pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak
perempuan yang merupakan salah satu syarat sah dalam sebuah pernikahan atau perkawinan.
hukum memberikan mahar adalah wajib bagi laki-laki, walaupun mahar bukan termasuk
syarat atau rukun nikah. Mahar dalam sebuah pernikahan dianggap penting karena selain
diwajibkan oleh agama mahar juga merupakan tanda kesungguhan dan penghargaan dari
pihak laki-laki sebagai calon suami kepada calon istrinya. namun pemberian mahar ini tidak
berarti bahwa calon suami telah membeli calon istrinya dari orang tuanya. karena sebesar
apapun mahar yang diberikan oleh calon suami tidak dapat disetarakan dengan harkat dan
martabat seseorang.
Allah Swt berfirman dalam surat An-Nisa ayat 24:
َفَم ا اْسَتْم َتْع ُتْم ِبِه ِم ْنُهَّن َفآُتوُهَّن ُأُجوَر ُهَّن َفِر يَض ًة
Artinya: “Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah
maskawinnya kepada mereka sebagai suatu kewajiban.” (QS. An-Nisa :24)
Pemberian mahar yang utama harus didasarkan kepada nilai dan manfaat yang terkandung
didalamnya. Karena islam menyerahkan masalah ini masing-masing sesuai dengan
kemampuan dan adat yang berlaku di dalam masyarakat, dengan syarat tidak berbentuk
sesuatu yang mendatangkan mudharat, membahayakan atau berasal dari usaha yang haram.
8. Thalak ( Perceraian )
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam tetapi
dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa bermaksud
melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa maksud melepaskan
ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan seumpamanya. Talak merupakan suatu jalan
penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri tidak dapat hidup bersama dan mencari
kata sepakat untuk mecari kebahagian berumahtangga. Talak merupakan perkara yang
dibenci Allah s.w.t tetapi dibenarkan.
9. Hukum Thalak
Thalak yang hukumnya Wajib
Talak bisa menjadi wajib apabila ditemui beberapa kondisi berikut :
1. Jika suami isteri memiliki kemungkinan damai yang amat kecil atau sulit untuk
didamaikan melalui proses mediasi.
2. Sebelum perceraian terjadi biasanya ada dua orang wakil dari pihak suami atau isteri
yang akan membantu proses mediasi. Namun apabila mediasi ini gagal maka cerai
bisa menjadi wajib hukumnya.
3. Jika pengadilan menjatuhkan pendapat sekiranya talak lebih baik dijatuhkan daripada
meneruskan pernikahan. Jika suami tidak dapat mengucapkan talak sementara talak
wajib hukumnya maka suami akan berdosa.
4. Talak juga wajib hukumnya bagi suami yang meng-ila’ istrinya yakni suami
bersumpah untuk tidak menggauli istrinya. Masa ila ini ditangguhakn hingga empat
bulan dan apabila setelah empat bulan berlalu suami enggan kembali kepada istrinya
maka hakim berhak untuk memaksa suami mengikrarkan talak.
Thalak Sunnah
Talak hukumnya sunnah apabila dijatuhkan kepada suami dengan ikhlas demi kebaikan
istrinya dan untuk mencegah kemudharatan apabila istrinya tetap tinggal bersamanya.
Biasanya hal ini terjadi apabila sebenarnya suami masih mencintai istrinya sementara sang
istri sudah tidak bisa mencintai suaminya sehingga berakibat istri tidak dapat melakukan
tugasnya dengan baik. Talak yang dijatuhkan suami demi kemaslahatan istrinya hukumnya
sunnah. Ada beberapa kondisi dimana talak hukumnya sunnah :
1. Suami tidak mampu menanggung nafkah istri baik secara lahir maupun secara batin
dan tidak mampu memenuhi kewajiban suami terhadap istri.
2. Isteri tidak dapat menjaga kehormatan serta harkat dan martabat dirinya atau
terdapat ciri-ciri istri yang durhakadalam dirinya. Istri yang seperti ini sebenarnya bisa
dihindari dengan mengetahui ciri wanita yang baik untuk dinikahi.
َو اْلُم َطَّلَقاُت َيَتَر َّبْص َن ِبَأْنُفِس ِهَّن َثاَل َثَة ُقُروٍء
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ [al-
Baqarah/2:228]
Sedangkan dalil dari sunnah banyak sekali, diantaranya :
َع ْن ُأِّم َس َلَم َة َز ْو ِج الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َأَّن اْم َر َأًة ِم ْن َأْس َلَم ُيَق اُل َلَه ا ُس َبْيَع ُة
َك اَنْت َتْح َت َز ْو ِج َها ُتُو ِّفَي َع ْنَها َو ِهَي ُحْبَلى َفَخ َطَبَها َأُبو الَّس َناِبِل ْبُن َبْع َك ٍك َف َأَبْت َأْن
َتْنِكَح ُه َفَقاَل َو ِهَّللا َم ا َيْص ُلُح َأْن َتْنِكِح يِه َح َّتى َتْعَت ِّدي آِخ َر اَأْلَج َلْيِن َفَم ُكَثْت َقِريًب ا ِم ْن
َع ْش ِر َلَياٍل ُثَّم َج اَء ْت الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَل اْنِكِح ي
Dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita dari
Aslam bernama Subai’ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu
Sanâbil bin Ba’kak melamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata,
“Demi Allâh, dia tidak boleh menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling
panjang dari dua masa iddah. Setelah sepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menikahlah!” [HR al-
Bukhâri no. 4906].
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Tanpa Pernikahan dan aturan-aturan Islam, maka manusia kemungkinan akan berzina,
berganti-ganti pasangan, melakukan seks bebas sehingga mereka akan mirip seperti binatang
yang selalu berganti-ganti pasangan.
DAFTAR PUSTAKA
Munarki, Abu. Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT. Berlian
Putih,2006
Abdullah, Samsul. Tatacara Pernikahan, Jakarta: PT. Gramedia,2011
http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp
http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3873005/tujuan-pernikahan-dalam-islam-
kamu-yang-berniat-menikah-wajib-tahu
https://www.popbela.com/relationship/married/rosita-meinita/rukun-dan-syarat-sah-
nikah/full
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan
http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/makalah-pernikahan-dalam-agama-
islam.html
https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-talak-dalam-pernikahan
https://almanhaj.or.id/3668-masa-iddah-dalam-islam.html
https://www.muslimpintar.com/pengertian-mahar-dan-macam-macam-mahar-
pernikahan/