Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Al- Islam Kemuhammadiyahan V


( PENGERTIAN DAN HAKIKAT PERNIKAHAN )

OLEH :

KELOMPOK 1

 BATARI 105731106418
 AINUL MUTMAINNAH 105731107518
 ZULVIATI 105731106318

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020-2021
I. PENDAHULUAN
Perkawinan pada dasarnya merupakan aktivitas hidup yang ditempuh untuk memenuhi
berbagai kebutuhan manusia, baik secara fisologis, psikologis, sosial, dan religi. Secara
psikologis perkawinan merupakan sarana yang dapat memenuhi kebutuhan manusia baik
terhadap ingin dilindungi, rasa aman, cinta dan kasih sayang. Perkawinan merupakan ikatan
antara suami dan isteri yang didasari rasa sayang, cinta dan saling pengertian. Pasangan hidup
juga merupakan tempat curahan hidup yang secara otomatis memenuhi kebutuhan manusia
secara psikis.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian Pernikahan

2. Hakikat Pernikahan

3. Keluarga Sakinah

4. Fungsi – fungsi Keluarga


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb.


Syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan segala bentuk kenikmatannya kepada kita semua
sehingga penulisan ini dapat terselesaikan. Dan tak lupa pula kami mengirimkan
salam dan shalawat atas junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW. Sebagai
rahmatan lil’alamin.
Penulisan makalah ini merupakan bentuk kewajiban dan penyempurnaan
nilai terhadap kami selaku mahasiswa dan pengembangan nilai-nilai keagamaan
melalui mata pelajaran Al-Islam Kemuhammadiyahan
Tugas pengertian & hakikat pernikahan. Dan ucapan terima kasih kepada
Dr. DAHLAN LAMA BAWA, S.Ag., M.Ag. kami yang telah memberikan
banyak arahan dan bimbingan kepada kami menjadi mahasiswa yang berahlak
berlandaskan aturan Islam
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh
sebab itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Atas kritik dan saran yang
diberikan kami ucapkan terimakasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh
sebab itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Atas kritik dan saran yang
diberikan kami ucapkan terimakasih.

Makassar, 10 oktober 2020

Penyusun
A. Pengertian Pernikahan
Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga
dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang
manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan,
sesuai peraturan yang diwajibkan oleh Islam . Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya
adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan
sebagai pernikahan, Allah swt menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan
pernikahan dan mengharamkan zina

Allah SWT dalam Quran surat An-Nur ayat 32 berfirman mengenai keutamaan menikah.
Bahkan, Allah SWT akan memberikan karunia-Nya kepada laki-laki dan perempuan yang
menikah karena-Nya.

‫صلِ ِحي َْن ِمنْ عِ َبا ِد ُك ْم َو ِا َم ۤا ِِٕٕى ُك ۗ ْم ِانْ َّي ُك ْو ُن ْوا فُ َق َر ۤا َء ي ُْغن ِِه ُم هّٰللا ُ ِمنْ َفضْ ل ۗ ِٖه‬
ّ ٰ ‫َواَ ْن ِكحُوا ااْل َ َي ٰامى ِم ْن ُك ْم َوال‬
‫َوهّٰللا ُ َواسِ ٌع َعلِ ْي ٌم‬

wa angkiḥul-ayāmā mingkum waṣ-ṣāliḥīna min 'ibādikum wa imā`ikum, iy yakụnụ fuqarā`a


yugnihimullāhu min faḍlih, wallāhu wāsi'un 'alīm

Artinya: Dan nikahkan lah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga
orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan
karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.

Dikutip dari buku 'Tajdid Nikah Dalam Perspektif Hukum Islam' karya Drs Sutaji, M.HI,
nikah dalam bahasa berarti menghimpun. Dalam pengertian fiqih, nikah adalah akad yang
mengandung kebolehan melakukan hubungan suami istri dengan lafal nikah/kawin.

B.Hakikat Pernikahan
Ditengah arus globalisasi dan informasi yang semakin deras, tradisi barat
mempertontonkan perilaku hidup yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan apalagi nilai
agama. Tradisi tersebut sedikit demi sedikit menggerus akhlaq dan perilaku remaja
muslim dunia terlebih lagi di Indonesia. Longgarnya menjaga harga diri, pergaulan yang
tanpa batas sampai berujung kepada kehidupan seks bebas yang merusak menjadikan
syariat islam yang agung yaitu pernikahan tersisihkan dari perhatian mereka. Asal suka
sama suka, asal tidak saling merugikan dan nyaman satu dengan yang lainnya sudah
cukup bagi mereka hidup bahagia, tanpa harus terikat dalam sebuah ikatan sakral
pernikahan. Bagi mereka, pernikahan menghambat kebebasan dan menghalangi
kemudahan mereka untuk menyalurkan syahwat syaithoni kepada siapa saja dan kapan
saja.
Ajaran agama tidak bisa dimarjinalkan begitu saja, termasuk urusan pernikahan.
Dalam islam, pernikahan merupakan sunah nabi yang sangat dianjurkan pelaksanaannya
bagi umat islam. Pernikahan adalah suatu peristiwa yang fitrah, dan sarana paling agung
dalam memelihara keturunan dan memperkuat hubungan antar sesama manusia yang
menjadi sebab terjaminnya ketenangan cinta dan kasih sayang. Pernikahan bukan sekedar
menyatukan dua insan dalam sebuah pelaminan. Allah menetapkan suatu ikatan suci,
yaitu akad nikah. Dengan dua kalimat yang sederhana “Ijab dan Qabul”.  Bukan sekedar
aqad biasa, bukan sekedar ikatan biasa. Ia adalah sebuah ikatan kuat yang Alloh sebutkan
dalam alquran dengan istilah Mitsaqan Ghalidzha (perjanjian yang berat). Dalam
Alquran, kata Mitsaqan Ghalidza disebutkan Hanya tiga kali. Pertama, ketika Allah
membuat perjanjian dengan Nabi dan Rasul ‘Ulul Azmi’ (QS. Al Ahzab: 7). Kedua,
ketika Allah mengangkat bukit Tsur diatas kepala Bani Israil dan menyuruh mereka
bersumpah setia di hadapan Allah (QS. An Nisaa: 154). Dan Ketiga, ketika Allah
menyatakan hubungan pernikahan (QS. An Nisaa’: 21).
Akad nikah telah mengikatkan suami dan istri dalam sebuah perjanjian syar’i, dimana
perjanjian itu wajib dipenuhi hak-haknya. Perjanjian agung menyebabkan halalnya
kehormatan diri untuk dinikmati pihak lainnya dan saling menikmati satu sama lain.
Perjanjian kokoh yang tidak boleh diciderai dengan ucapan dan perbuatan yang
menyimpang dari hakikat perjanjian itu sendiri. Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu
ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada
seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil
kembali dari padanya barang sedikit pun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali
dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menaggung) dosa yang nyata?
Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul
(bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah
mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. “ (QS. An Nisaa’: 20-21)

Imam At-thabrani dalam kitab tafsirnya menukilkan penjelasan Qatadah mengenai ayat
di atas. “Perjanjian kuat yang diambilkan Allah untuk para wanita, rujuk kembali
dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan cara yang bijak, dan perjanjian
yang kuat itu terdapat dalam akad kaum Muslimin tatkala melaksanakan akad nikah:
Demi Allah kamu harus menjaganya dengan cara yang makruf atau menceraikan (jika
menceraikan) dengan cara yang bijak. Rasulullah bersabda, “Takutlah kamu dengan
amanah Allah.” (HR. Muslim)

Imam Abu Bakar Jabir Al Jazairy dalam kitab Minhajul Muslim menyebutkan :
“Pernikahan adalah akad yang menghalalkan kedua belah pihak, laki-laki dan perempuan
untuk bersenang-senang satu dengan yang lainnya. Sehingga pernikahan bisa dipahami
sebagai: akad untuk beribadah kepada Allah, akad untuk menegakkan syariat Allah, akad
untuk membangun rumah tangga sakinah mawaddah wa rahmah. Pernikahan juga akad
untuk meninggalkan kemaksiatan, akad untuk saling mencintai karena Allah, akad untuk
saling menghormati dan menghargai, akad untuk saling menerima apa adanya, akad untuk
saling menguatkan keimanan, akad untuk saling membantu dan meringankan beban, akad
untuk saling menasehati, akad untuk setia kepada pasangannya dalam suka dan duka,
dalam kefakiran dan kekayaan, dalam sakit dan sehat. Pernikahan berarti akad untuk
meniti hari-hari dalam kebersamaan, akad untuk saling melindungi, akad untuk saling
memberikan rasa aman, akad untuk saling mempercayai, akad untuk saling menutupi aib,
akad untuk saling mencurahkan perasaan, akad untuk berlomba menunaikan kewajiban,
akad untuk saling memaafkan kesalahan, akad untuk tidak menyimpan dendam dan
kemarahan, akad untuk tidak mengungkit-ungkit kelemahan, kekurangan, dan kesalahan.
Pernikahan adalah akad untuk tidak melakukan pelanggaran, akad untuk tidak saling
menyakiti hati dan perasaan, akad untuk tidak saling menyakiti badan, akad untuk lembut
dalam perkataan, santun dalam pergaulan, akad untuk indah dalam penampilan, akad untuk
mesra dalam mengungkapkan keinginan, akad untuk saling mengembangkan potensi diri,
akad untuk adanya keterbukaan yang melegakan, akad untuk saling menumpahkan kasih
sayang, akad untuk saling merindukan, akad untuk tidak adanya pemaksaan kehendak, akad
untuk tidak saling membiarkan, akad untuk tidak saling meninggalkan,.

Pernikahan juga bermakna akad untuk menebarkan kebajikan, akad untuk mencetak
generasi berkualitas, akad untuk siap menjadi bapak dan ibu bagi anak-anaknya, akad untuk
membangun beradaban, akad untuk segala yang bernama kebaikan. Dan yang lebih dahsyat
dari semua itu adalah bahwa pernikahan merupakan aqad untuk hidup bersama didunia dalam
naungan cinta karenaNya, mengarungi bahtera kehidupan yang penuh rintangan dan
tantangan serta mengantarkan cinta untuk kembali berlabuh di dermaga surga-Nya.

C.Keluarga Sakinah

 Keluarga Sakinah Dalam Islami


Setiap insan manusia  pasti memeliki keinginan untuk memiliki keluarga yang harmonis
dan sejahtera. Islam sendiri adalah agama yang menganjurkan umatnya untuk membangun
rumah tangga yang berlandaskan ajarannya termasuk membangun keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah. Kalimat ini sering kita dengar tatkala seseorang baru saja menikah
dan para tamu maupun keluarga yang datang akan mendoakannya agar memiliki keluarga
sakinah, mawaddah dan warahmah tersebut. Banyak orang yang berpendapat tentang arti
yang sebenarnya dari keluarga sakinah dan mereka menyebutkan bahwa keluarga sakinah
adalah keluarga yang dibangun diatas pondasi ajaran agama islam.

 Pengertian Keluarga Sakinah


Memiliki keluarga yang sakinah adalah dambaan setiap pasangan yang menikah.
Pernikahan sendiri adalah suatu jalan untuk mengikatkan dua orang manusia dan
memungkinkan keduanya membangun keluarga yang baru (baca hukum
pernikahan dan persiapan pernikahan dalam islam). Sebuah keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah bisa menjadi tujuan dari seorang muslim untuk menikah dan
mendekatkan diri pada Allah SWT. Allah SWT dan Rasulnya juga memerintahkan umatnya
untuk menikah dan tidak hidup melajang sebagaimana disebutkan dalam dalil berikut

‫َوأَن ِكحُوا األَيَا َمى ِم ْن ُك ْم َوالصَّالِ ِحينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َوإِ َمائِ ُك ْم إِ ْن يَ ُكوْ نُوْ ا فُقَ َرا َء يُ ْغنِ ِه ْم هللاُ ِم ْن فَضْ لِ ِه َوهللاُ َوا ِس ٌع‬
‫ َعلِي ٌم‬.”
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak
(bernikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan wanita. Jika mereka miskin,
Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas
(pemberianNya) lagi Maha Mengetahui”. ( QS An Nuur:32 )
Keluarga yang sakinah diartikan sebagai keluarga yang harmonis dimana nilai-nilai ajaran
islam senantiasa ditegakkan dan saling menghormati serta saling menyanyangi. Dalam
keluarga yang sakinah, anggota keluarga mampu menjalankan kewajibannya dan senantiasa
membantu satu sama lain. Keluarga yang sakinah juga mengerti satu sama lain sehingga jika
terjadi konflik dalam keluarga maka konflik tersebut bisa diselesaikan dengan baik.

D.Fungsi-fungsi Keluarga
1. Fungsi agama

Keluarga menjadi salah satu pondasi untuk menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan
anggota keluarga. Keluarga yang dilandasi agama juga akan memiliki batasan, tuntunan,
hingga toleransi yang wajar.

2. Fungsi sosial budaya

Keluarga menjadi tempat bagi anggota keluarga untuk sama-sama belajar seputar hal sosial
dan budaya. Contoh sederhananya adalah belajar tutur kata yang baik dan tahu bedanya gaya
bicara sesuai dengan usia lawan bicara.

3. Fungsi cinta kasih

Fungsi inilah yang sangat diinginkan oleh setiap manusia yang berkeluarga. Sebab, keluarga
menjadi tempat untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang.

4. Fungsi perlindungan

Fungsi ini bertujuan untuk membuat anggota keluarga merasa aman dan nyaman, baik dari
sisi keamanan, kesehatan, serta berbagai aspek lainnya. Jadikan anggota keluarga merasa
nyaman dan terlindungi di keluargamu sendiri.

5. Fungsi reproduksi

Fungsi ini harus benar-benar disadari oleh keluarga. Bukan hanya pengetahuan seputar
reproduksi, anggota keluarga juga sebaiknya tahu hal lain, misalnya soal program keluarga
berencana, edukasi pada anak soal usia ideal menikah, serta berbagai hal lainnya.

6. Fungsi sosial pendidikan

Keluarga jelas jadi tempat pendidikan pertama seseorang dalam kehidupan. Sehingga,
pendidikan di keluarga penting dijalankan. Tanamkan pada anggota keluarga bahwa
pendidikan adalah hal yang harus ditempuh.

7. Fungsi ekonomi

Ini bagian yang kadang cukup sensitif di keluarga. Tapi, masing-masing pihak di keluarga
harus sadar akan perannya dalam ekonomi keluarga. Seorang suami atau ayah jelas punya
kewajiban untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga. Tapi, jika hal itu tidak
bisa dipenuhi sendiri oleh suami, maka komunikasi menjadi penting. Cari solusi bersama agar
masalah ekonomi bisa diatasi.

8. Fungsi pembinaan lingkungan

Ini juga bagian enggak kalah penting. Keluarga jadi tempat bagi seseorang agar tahu apa
yang harus dilakulkan di lingkungannya, baik di lingkungan rumah, sekolah, atau tempat
lainnya. Ajarkan anggota keluarga agar bisa menempatkan diri dan berperan sesuai dengan
lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA
https://wolipop.detik.com/hijab-update

https://indonesiaberbagi.or.id

https://dalamislam.com/info-islami

https://beritabaik.id

Anda mungkin juga menyukai