Anda di halaman 1dari 10

Nama : Reva.

B
Nim : 105731106618
Kelas : AK18B

Perbedaan aktivitas financing and operating activities


dan efek leverage

Leverages adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan aset dari dana pinjaman untuk
menciptakan hasil pengembalian (return) yang baik dan mengurangi biaya. Rasio pada
Leverages akan menjadi alat pertimbangan penting bagi investor atau kreditur untuk menilai
investasi mereka. Itulah mengapa leverage bagi perusahaan dapat berdampak signifikan.
Ada dua jenis Leverage: Operating Leverage dan Financial Leverage. Untuk meningkatkan
Financial Leverage, perusahaan dapat meminjam dana melalui penerbitan sekuritas
pendapatan tetap (Utang Jangka Panjang, Obligasi, dan lainnya). Sedangkan
Operating Leverage dapat digunakan untuk meningkatkan arus kas dan pengembalian-
pengembalian (Returns). Dan hal terdebut dapat dicapai melalui peningkatan biaya operasi
tetap (Fixed Cost). Kedua metode tersebut bisa berpotensi memunculkan risiko seperti
kebangkrutan. Tetapi jika digunakan dengan tepat akan sangat bermanfaat bagi bisnis.

Operating Leverage
Operating Leverage dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan memanfaatkan
biaya tetap untuk menghasilkan laba yang lebih baik bagi perusahaan. Hal tersebut mengacu
pada persentase biaya tetap yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain, Operating
Leverage adalah rasio biaya tetap terhadap biaya variabel. Jika perusahaan memiliki biaya
tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya variabel, maka perusahaan tersebut
dikatakan memiliki Operating Leverage tinggi.
Contohnya adalah  perusahaan manufaktur mobil. Mereka memiliki sejumlah besar peralatan
yang dibutuhkan untuk memproduksi produk mereka. Ketika kondisi ekonomi sedang kacau
dan sedikit orang yang membeli mobil baru, perusahaan otomotif masih harus membayar
biaya tetap mereka. Seperti biaya overhead pabrik, gaji karyawan, dan biaya tetap lainnya.
Pelambatan ekonomi akan merugikan perusahaan padat modal tersebut lebih daripada
perusahaan yang menggunakan aset yang tidak menimbulkan biaya tetap tinggi.
Apa implikasinya? Ini berarti jika perusahaan memiliki Operating Leverage tinggi,
perubahan kecil dari volume penjualan menghasilkan perubahan besar di pos EBIT. Berarti,
perusahaan dengan Operating Leverage tinggi sangat sensitif terhadap perubahan dalam
penjualan. Dan itu juga sangat mempengaruhi “lini bawah” (EBIT, ROI) mereka dengan
cepat.

Financial Leverage
Financial Leverage mengacu pada jumlah utang dalam struktur modal perusahaan bisnis.
Jika dikaitkan dengan Laporan Neraca, FInancial Leverage mengacu pada sisi kanan dari
Neraca (komposisi utang dan ekuitas). Sedangkan Operating Leverage mengacu pada sisi
kiri neraca (sisi aset). Operating Leverage menentukan komposisi penggunaan aset tetap dan
peralatan lain yang digunakan oleh perusahaan. Sementara Financial Leverage mengacu
pada bagaimana perusahaan membayar aset tersebut untuk atau bagaimana aktivitas
operasional akan dibiayai.
Penggunaan Financial Leverage dalam membiayai operasi perusahaan benar-benar dapat
meningkatkan laba atas ekuitas dan laba per saham perusahaan. Ini karena perusahaan tidak
merendahkan pendapatan pemilik (investor) dengan menggunakan pembiayaan dari ekuitas
yang tinggi. Tingginya prosentase Financial Leverage dapat meningkatkan risiko
kebangkrutan.
Salah satu rasio keuangan yang kami gunakan dalam menentukan jumlah Financial
Leverage adalah rasio utang terhadap ekuitas. Rasio tersebut menunjukkan proporsi utang
terhadap ekuitas yang dimiliki perusahaan.
Berikut perbedaan dari Operating Leverage dan Financial Leverage. Seperti yang disebutkan
sebelumnya, Leverages  tersebut berdampak signifkan terhadap kelancaran bisnis atau
perusahaan. Tentunya investor atau kreditur akan menggunakan rasio Leverages tersebut
untuk menilai investasi mereka terhadap suatu perusahaan. Bagi Anda seorang manajer
keuangan perusahaan tentunya harus bisa menghitung rasio tersebut. Sekarang, nilai rasio-
rasio tersebut bisa dengan mudah didapat dengan menggunakan Software Akuntansi modern.

Referensi: (https://www.jurnal.id/id/blog/leverage-sebagai-rasio-keuangan/ )
Profit Drivers(Penggerak laba)
Profit drivers/Penggerak laba adalah faktor yang berdampak signifikan pada laba Anda. Akun
perdagangan dan laporan laba rugi biasanya berisi informasi tentang pendorong laba untuk
bisnis tertentu, dan dapat diambil dengan sangat mudah. Dengan mengidentifikasi pendorong
laba dalam bisnis Anda dan berfokus padanya, Anda dapat mencapai hasil pertumbuhan
terbaik.

Penggerak laba dapat dikategorikan sebagai finansial dan non-finansial.


Penggerak keuntungan finansial

Penggerak keuntungan finansial secara langsung terkait dengan angka dolar dan paling sering
dianggap dalam kaitannya dengan keuntungan. Contohnya termasuk:

 harga
 biaya tetap
 biaya variabel
 volume penjualan
 biaya hutang
 inventaris.

Rasio pendorong keuntungan finansial dapat dinyatakan sebagai:

1. angka (misalnya, jumlah rata-rata penjualan per bulan)


2. angka dolar (misalnya penjualan rata-rata per klien)
3. persentase (misalnya persentase klien yang mengulangi bisnis)

Data untuk penghitungan pendorong laba keuangan biasanya tercermin dalam laporan dan
laporan keuangan Anda.

Penggerak laba nirlaba

Penggerak laba nirlaba juga memengaruhi laba Anda, meskipun tidak dinyatakan dalam
dolar. Kepuasan pelanggan misalnya, akan selalu berdampak pada jumlah barang yang terjual
dan menambah atau mengurangi keuntungan. Cuaca buruk juga dapat memengaruhi
penjualan.

Penggerak laba nirlaba meliputi:


 produktifitas
 kepuasan klien
 kualitas produk atau layanan
 pelatihan karyawan
 kepuasan karyawan (moral)
 budaya dan nilai bisnis
 inovasi produk dan proses
 saham
 keselamatan karyawan.

Beri peringkat penggerak keuntungan Anda

Pikirkan tentang bisnis Anda sendiri dan kepentingan relatif dari pendorong keuntungannya.
Setelah Anda menentukan penggerak keuntungan, cari tahu mengapa hal itu penting untuk
kesuksesan bisnis Anda. Ini akan membantu Anda menentukan peringkat penggerak laba dari
yang paling penting hingga yang paling tidak penting dalam hal dampak langsungnya
terhadap sasaran bisnis Anda.

Penggerak keuntungan teratas yang umum bagi kebanyakan bisnis meliputi:

 meningkatkan penjualan (omset)


 mengurangi biaya penjualan
 mengurangi biaya overhead.

Menghitung omset bisnis Anda

Salah satu pendorong laba paling signifikan adalah pendapatan atau omset penjualan. Ada 3
faktor sederhana yang menentukan omset bisnis:

1. jumlah pelanggan
2. jumlah rata-rata transaksi per pelanggan setiap tahun
3. nilai rata-rata setiap transaksi

Gunakan kalkulator interaktif berikut untuk membantu Anda menghitung omset Anda.
Setelah Anda membaca dan memahami contohnya, Anda dapat mengetikkan angka-angka
yang relevan dengan bisnis Anda ke dalam kalkulator untuk melihat omset Anda.

Untuk meningkatkan omset bisnis Anda, Anda perlu meningkatkan kinerjanya di satu atau
lebih dari 3 area ini. Anda harus mendapatkan lebih banyak pelanggan atau menjual kepada
mereka lebih sering atau meningkatkan jumlah yang Anda jual kepada mereka masing-
masing.

Referensi: (https://www.business.qld.gov.au/running-business/finances-cash-flow/managing-
money/more-profit/profit-drivers )
Profit Margin Drivers
6 Juni 2019 oleh Calvin Wilder dalam Artikel

Banyak bisnis jasa adalah perusahaan kecil milik pribadi dengan satu pemilik atau beberapa
mitra. Sementara banyak yang bercita-cita untuk tumbuh, profitabilitas lebih penting karena:

1. Gaji pemilik bergantung pada profitabilitas bisnis.


2. Mereka bukan perusahaan yang didukung modal ventura yang mampu kehilangan
uang untuk jangka waktu yang lama.
3. Sebagian besar bisnis jasa harus menguntungkan agar dapat bertahan dalam bisnis.

Sayangnya, banyak bisnis kecil berjuang dengan profitabilitas.

Tentu saja, perusahaan jasa yang dikelola dengan baik dan menguntungkan dapat mengelola
margin keuntungan 10% hingga 15% atau lebih tinggi. Bagaimana mereka melakukannya?

Mari selami dan pahami apa yang mendorong margin keuntungan untuk bisnis jasa.
Komponen Margin Keuntungan

Mari kita mulai dengan meninjau komponen margin keuntungan utama dalam bisnis jasa.
Berikut ini contohnya: ServicePro memberikan pendapatan $ 100.000 per bulan dan memiliki
rincian biaya operasi dan margin keuntungan berikut:
Segmen Akuntansi, Jumlah Bulanan% Pendapatan
Pendapatan $ 100,000 100%
Harga Pokok Penjualan ($ 10.000) 10%
Laba Kotor $ 90.000 90%
Biaya Layanan ($ 50.000) 50%
Margin Kontribusi $ 40.000 40%
Beban Penjualan ($ 10.000) 10%
Beban Umum dan Administrasi ($ 20.000) 20%
Laba Bersih $ 10.000 10%

Margin laba bersih 10% itu bagus. Banyak perusahaan memiliki margin satu digit yang
rendah dan berusaha keras untuk mencapai level ini. Tetapi bagaimana perusahaan ini
mendapatkan laba bersih 10%? Mari kita lihat komponennya.
Penggerak Margin Keuntungan

Untuk memiliki margin laba bersih 10%, perusahaan perlu bersih $ 10.000 per bulan setelah
semua biaya dibayarkan.
Asumsikan Beban Umum dan Administrasi (G&A) terdiri dari gaji pemilik, kantor
sederhana, dan biaya overhead yang dikelola dengan hati-hati yang berjumlah $ 20.000 per
bulan.

Perhatikan baik-baik biaya administrasi ini saat melakukan perhitungan ini sendiri! Anda
mungkin menemukan area inefisiensi yang signifikan. Pastikan biaya-biaya ini diidentifikasi
dan dimasukkan dalam perhitungan pengeluaran Anda.

Bagaimanapun, kembali ke contoh kita.

Asumsikan Pemasaran dan Penjualan terdiri dari biaya pemasaran online, menghadiri
pameran dagang, dan sistem CRM yang jumlahnya mencapai $ 10.000 per bulan. (Pemilik
juga melakukan penjualan dan gajinya di G&A).

Ini menjadikan Total Penjualan dan Pengeluaran Umum / Administrasi (SG&A) menjadi $
30.000 per bulan:
Beban Pemasaran dan Penjualan $ 10.000
Beban Umum dan Administrasi $ 20.000
Total Beban SG&A $ 30.000

Sekarang kita tahu berapa banyak biaya SG&A yang dimiliki perusahaan, kita tahu berapa
Margin Kontribusi yang perlu dihasilkan perusahaan. Tabel berikut menunjukkan bagaimana
perusahaan perlu menghasilkan Margin Kontribusi $ 40.000 untuk menutupi biaya-biaya ini
dan menghasilkan laba bersih $ 10.000:
Margin Kontribusi $ 40.000
Pengeluaran SG&A ($ 30.000)
Laba Bersih $ 10.000

Referensi: (https://smartbooks.com/resources/articles/profit-margin-drivers-for-a-service-
business/ )
Turnover Karyawan 
Turnover atau pergantian adalah keinginan seorang karyawan untuk berpindah, berhenti atau
keluar dari tempat bekerja yang dilakukan secara sukarela atau atas kemauan sendiri maupun
keputusan dari organisasi. Umumnya turnover dilakukan karena karyawan ingin
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Turnover Karyawan
Turnover karyawan tidak bisa dihindari, sekalipun sebuah organisasi berkomitmen penuh
untuk membuat lingkungan kerja yang bagus, masih ada karyawan yang tetap mengundurkan
diri. Turnover sangat merugikan perusahaan karena banyak biaya yang telah dikeluarkan
untuk perekrutan karyawan yang dilakukan. Masalah lain yang ditimbulkan oleh turnover
adalah turunnya produktifitas disebabkan kehilangan karyawan sampai dengan adanya
pengganti karyawan yang baru.

Cara untuk Menghitung Tingkat Turnover Karyawan


Anda bisa menghitung tingkat turnover karyawan dengan membagi jumlah karyawan yang
resign dengan jumlah karyawan yang ada pada periode awal. Angka ini dinyatakan dalam
bentuk persentase baik untuk perhitungan relawan turnover, non-relawan turnover dan juga
total keseluruhan turnover.
Misalnya, perusahaan Anda memiliki 100 karyawan pada awal tahun dan selama satu tahun
ke depan ada enam karyawan yang resign sementara sembilan orang lainnya terkena PHK.
Dari data tersebut dapat dihitung bahwa tingkat relawan turnover per tahun adalah 6/100 atau
6%, sementara non-relawan turnover ada sebanyak 9/100 atau 9%. Kemudian total dari
keseluruhan turnover adalah 15/100 atau 15% yang didapatkan dari total non-relawan dan
relawan turnover.

Bagaimana Cara Mengatasi Turnover Karyawan?

Bagi non-relawan turnover, hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah menjalankan
perusahaan sebaik mungkin sehingga Anda tak perlu melakukan PHK. Namun permasalahan
keuangan dan kondisi hal-hal tak terduga yang bisa terjadi kadang memaksa perusahaan agar
mau tak mau memberlakukan PHK.

Pastikan Anda dan seluruh divisi bekerja dengan baik untuk menghindari dan mengatasi hal-
hal tak terduga. Pasalnya PHK adalah salah satu hal yang sebenarnya merugikan perusahaan
dan merupakan hal terakhir yang perlu dilakukan.
Untuk mengurangi jumlah relawan turnover, tunjukkan kepada karyawan bahwa mereka akan
menyesal atau rugi jika resign dari perusahaan. Pengaruh terbesar bagi kepuasan seorang
karyawan adalah atasan langsung mereka. Pastikan para menajer di perusahaan Anda terlatih
dengan baik untuk memimpin.

Referensi: (https://www.karyaone.co.id/blog/turnover-karyawan/ )

Borrowing cost drivers


Mengenal IAS 23 Borrowing Costs
Pada dasarnya pengaturan dalam IAS 23 Borrowing Costs sebagian besar sudah sesuai
dengan Exposure Draft (ED) PSAK 26 Biaya Pinjaman (lihat tulisan saya sebelumnya : ED
PSAK 26 (revisi 2008) vs PSAK 26 (1997) tentang Biaya Pinjaman)
IAS 23 Borrowing Costs diterbitkan oleh International Accounting Standards Committee
pada bulan Desember 1993 yang menggantikan IAS 23 Capitalisation of Borrowing Costs
(diterbitkan Maret 1984).
Selanjutnya, pada bulan Maret 2007, International Accounting Standards Board (IASB)
menerbitkan revisi IAS 23.
Berikut ini ikhtisar hal-hal pokok yang diatur dalam IAS 23 Borrowing Costs tersebut.
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi, atau
produksi aset kualifikasian (qualifying aset) adalah bagian dari biaya perolehan aset tersebut.
Biaya pinjaman lainnya diakui sebagai beban.
Kemudian, dalam bagian Ruang Lingkup (Scope) diatur antara lain bahwa entitas tidak perlu
menerapkan Standar ini untuk Biaya Pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung
dengan perolehan, konstruksi atau produksi dari :
1. Aset kualifikasian yang diukur pada nilai wajar (fair value), misalnya aset biolojik
(biological asset); atau
2. Persediaan yang dipabrikasi atau diproduksi dalam jumlah banyak yang berulang
(repetitive basis)
Pada bagian definisi, dijelaskan bahwa Biaya Pinjaman (Borrowing Costs) adalah bunga dan
biaya lain yang ditanggung entitas sehubungan dengan peminjaman dana.
Aset Kualifikasi (qualifying asset) adalah aset yang membutuhkan suatu periode waktu yang
substansial agar siap untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.
Biaya Pinjaman dapat meliputi :
(a) Bunga cerukan bank (bank overdrafts) serta pinjaman bank jangka pendek dan jangka
panjang;
(b) Amortisasi diskonto dan premium yang terkait dengan pinjaman;
(c) Amortisasi biaya yang terkait dengan perjanjian pinjaman;
(d) Beban keuangan sewa pembiayaan yang diakui sesuai dengan IAS 17 Leases; dan
(e) Selisih kurs pinjaman dalam mata uang asing sepanjang selisih kurs tersebut diperlakukan
sebagai penyesuaian atas biaya bunga
Tergantung keadaan, berikut ini bisa merupakan aset kualifikasian : (a) Persediaan, (b) Pabrik
Manufakturing, (c) Fasilitas Pembangkit Listrik, (d) Aset Tidak Berwujud, (e) Properti
Investasi.
Aset keuangan (financial assets) dan Persediaan yang dipabrikasi atau diproduksi selama
periode waktu yang pendek tidak termasuk aset kualifikasian. Demikian juga dengan aset
yang siap untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya ketika diperoleh tidak
termasuk aset kualifikasian.
Entitas harus mengkapitalisasi biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung
dengan perolehan, konstruksi, atau produksi aset kualifikasian sebagai bagian dari biaya
perolehan aset tersebut. Biaya pinjaman lainnya diakui sebagai beban pada periode
terjadinya.
(Paragraf ini menjelaskan bahwa biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi sebagai bagian
dari biaya perolehan aset adalah terbatas untuk aset yang memenuhi kriteria aset
kualifikasian. Lihat kembali definisi aset kualifikasian di atas)
Entitas harus mulai mengkapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya perolehan aset
kualifikasian pada awal tanggal (commencement date), yaitu tanggal ketika entitas pertama
kali memenuhi semua kondisi berikut :
(a) Terjadinya pengeluaran untuk aset;
(b) Terjadinya biaya pinjaman; dan
(c) Entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan aset untuk
digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.
Entitas harus menghentikan sementara kapitalisasi biaya pinjaman selama perpanjangan
periode dimana dilakukan penghentian sementara pengembangan aset kualifikasian secara
aktif (an entity shall suspend capitalization of borrowing costs during extended periods in
which it suspends active development of a qualifying asset).
Entitas harus menghentikan kapitalisasi biaya pinjaman ketika selesainya secara substansial
seluruh aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan aset kualifikasian untuk digunakan atau
dijual sesuai dengan maksudnya (an entity shall cease capitalising borrowing costs when
substantially all the activities necessary to prepare the qualifying assets for its intended use
or sale are complete).
IAS 23 mengatur ketentuan transisi sebagai berikut :
(1) Ketika penerapan Standar ini mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi, maka entitas
harus menerapkan Standar ini untuk biaya pinjaman yang berkaitan dengan aset kualifikasian
untuk tanggal awal kapitalisasi pada atau setelah tanggal efektif.
(2) Namun, entitas dapat menentukan tanggal tertentu sebelum tanggal efektif dan
menerapkan Standar ini untuk biaya pinjaman yang terkait dengan aset kualifikasian dimana
awal tanggal kapitalisasi pada atau setelah tanggal tertentu tersebut.
IAS 23 Borrowing Costs (revisi Maret 2007) ini berlaku untuk periode mulai atau setelah 1
Januari 2009. Penerapan lebih dini diperkenankan, tetapi harus diungkapkan.
Standar ini menggantikan IAS 23 Borrowing Costs (revisi 1993).

Referensi: (http://auditme-post.blogspot.com/2008/09/mengenal-ias-23-borrowing-
costs.html )

Anda mungkin juga menyukai