Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN V

“MERAWAT CINYA KASIH DALAM KELUARGA”

DI SUSUN OLEH :

KELAS AK 18B

KELOMPOK 6

NANDA ARIS : 105731105118

NURILMIAH RESKI ANDINA : 105731105318

DWI RESKIAWATI AL KHAR : 105731108518

HAERUNNISA : 105731105918

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur sudah sepantasnya kita panjatkan kepada Allah Swt. yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “MERAWAT CINTA KASIH DALAM KELUARGA”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al-Islam
Kemuhammadiyahan V. Selain ucapan terima kasih kepada orangtua, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Dr.Dahlan Lama Bawa, S.Ag.,
M.Ag. sebagai dosen mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan V dan teman-
teman kelas AK 18B yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Penulis
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Penulis sangat terbuka serta
mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap penulisan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan Agama Islam terutama dalam masalah Pernikahan yang sesuai
syariat Islam

Makassar 15 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii

BAB………………………………………………………………………………I.

PENDAHULUAN……………………………………………………………….I

A. LATAR BELAKANG………………………………………………………..1
B. TUJUAN………………………………………………………………………2
BAB………………………………………………………………………………II.
PEMBAHASAN………………………………………………………………….3
PENGERTIAN CINTA KASIH DALAM KELUARGA………………………..3
A. SALING MENCINTAI & MENYAYANGI………………………………….4
B. SALING MENASEHATI & MENEPATI JANJI……………………………..5
C. SALING MENGENAL (TA’ARUF), MEMAHAMI (TAFAHUM),
MENOLONG (TA’AWUN) & MENJAMIN (TAKAAFUL)…………………6
D. SALING MENGUATKAN AGAMA UNTUK MEMBENTENGI
KELUARGA…………………………………………………………………..7
BAB……………………………………………………………………………III.
PENUTUP…………………………………………………………………………8
A. KESIMPULAN………………………………………………………………..8
B. SARAN…………………………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang perlu cinta dan kasih sayang
dalam menjalani kehidupannya. Cinta adalah sesuatu perasaan yang hadir di
dalam diri seseorang. Cinta dan Kasih adalah sesuatu yang sangat berkesan bagi
semua manusia. Makna Cinta dan Kasih dapat menghasilkan makna yang tiada
batas. Cinta dapat menjadi sumber kekuatan bagi segalanya, kita tidak akan dapat
meraih impian kita tanpa cinta. Karena, cinta dapat menjadi dorongan maupun
motivasi untuk diri kita sendiri dalam meraih impian kita.
Semua manusia pasti memliki rasa cinta. Rasa perasaan cinta pun
bermacam-macam. Cinta bukanlah terutama dengan hubungan dengan seseorang
tertentu. Cinta adalah sikap, sesuatu orientasi watak yang menentukan hubungan
pribadi dengan dunia keseluruhan, bukan menuju sesuatu obyek cinta. Jika
seorang pribadi hanya mencintai satu pribadi lain dan acuh tak acuh terhadap
sesamanya yang lain, cintanya bukanlah cinta, tetapi ikatan simbolik atau egoisme
yang diperluas. Tetapi, menyatakan cinta adalah sesuatu yang menunjukkan pada
segalanya dan bukan kepada salah satu hal saja. Hal itu tidak berarti bahwa tidak
ada perbedaan diantara tipe-tipe cinta berdasarkan obyeknya.

B. TUJUAN PENULISAN
1  Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan
2.      Untuk mengetahui perbedaan cinta dan kasih
3.      Untuk mengetahui arti sebuah keluarga
4.      Untuk mengetahui bagaimana upaya untuk menumbuhkan rasa cinta dan
kasih kepada keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN CINTA KASIH DALAM KELUARGA

Pengertian cinta itu sendiri sulit dibedakan batasan ataupun pengertiannya,


karena cinta merupakan salah satu bentuk emosi dan perasaan yang dimiliki
individu. Dan sifatnyapun subyektif sehingga setiap individu akan mempunyai
makna yang berbeda tergantung pada penghayatan serta pengalamannya. “Cinta
adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam
konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan,
perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah
aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa
pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti
perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek
tersebut.”
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta,
cinta adalah rasa sangat suka atau sayang, ataupun sangat kasih atau sangat
tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta atau
menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan,
sehinga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan
sebagai perasaan suka kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas
kasih. Walaupun terjadi hampir bersamaan namun terdapat perbedaan mendasar
antar keduanya, dimana cinta adalah perasaan mendalam yang tulus terhadap
seseorang sedangkan kasih adalah perwujudan yang keluar seperti perlakuan.
Oleh karena itu dengan adanya cinta yang mendalam, rasa kasih akan terwujud
keluar. Cinta memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Karena dalam
cinta manusia dapat belajar untuk memberi bukan lagi untuk menerima. Dan
kunci kebahagiaan dalam hidup adalah pernikahan yang berlandaskan cinta.
Cinta menurut definisi saya adalah suatu ketertarikan yang sangat kuat
kepada seseorang maupun terhadap suatu benda dan cinta merupakan suatu
kekuatan yang ingin memberikan perilaku atau usaha yang terbaik untuk yang
dicintainya. Sehingga, terkadang cinta dapat memotivasi untuk meraih impian.
Cinta dapat mengubah kepribadian seseorang menjadi baik atau buruk.
Tergantung bagaimana pihak mencintai dan pihak yang dicintai menanggapinya.
Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan
Allah. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara,
istri/suami dan kerabat harta dan tempat tinggal.

A. SALING MENCINTAI & MENYAYANGI


Belum ada kamus khusus yang menjelaskan pengertian cinta.
Meskipun ada, maknanya selalu berbeda-beda. Hal itu terbukti misalnya dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, cinta berarti suka sekali; sayang benar; kasih
sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan); ingin sekali; berharap sekali;
rindu Sedangkan kata kasih: artinya beri, memberi . WJS. Poerwadarminta,
mengartikan cinta dengan selalu teringat dan terpikir dalam hati. Kasih adalah
merasa atau perasaan sayang (cinta, suka kepada) Dengan demikian, arti cinta dan
kasih itu hampir sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa
cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang)
kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan. Walaupun cinta
dan kasih mengandung arti yang hampir sama, antara keduanya terdapat
perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam,
sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa,
mengarah kepada orang atau yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta
yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata. Apabila
akan dihubungkan dengan kata sayang, kata ini mengandung pengertian
lebih nyata lagi dalam mewujudkan cinta seseorang
Cinta boleh jadi merupakan suatu istilah yang sulit untuk dibatasi
secara jelas. Kendatipun demikian, sulit juga untuk diingkari bahwa cinta
adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup fundamental. Begitu
fundamentalnya sampai-sampai membawa Victor Hago, seorang pujangga
terkenal, kepada satu kesimpulan: bahwa mati tanpa cinta sama halnya
dengan mati penuh dosa. Secara sederhana bisa dikatakan cinta sebagian
paduan rasa simpati antara dua makhluk (Widagdo, 1988: 38). Sejalan
dengan itu dalam Kamus Lengkap Psikologi, love (cinta) adalah satu
perasaan kuat penuh kasih sayang, kecintaan terhadap seseorang, biasanya
disertai satu komponen seksual(Chaplin, 1993: 281).
a. Suami Istri dan Anak Sebagai Keluarga
Dalam setiap masyarakat manusia, pasti akan dijumpai keluarga.
Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri
beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga, lazimnya juga
disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat
sebagai wadah dan proses pergaulan hidup (Soekanto, 2004: 1). Keluarga
merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia,
tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam
hubungan interaksi dengan kelompoknya (Gerungan, 1978: 180). Keluarga
mempunyai peranan penting untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani anak serta menciptakan kesehatan jasmani dan
rohani yang baik (Ramayulis, 1990: 79).
Keluarga merupakan kelembagaan (institusi) primer yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun
masyarakat (Suhendi dan Ramdani Wahyu, 2001: 5). Sebenarnya keluarga
mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan
saja. Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan sumber pendidikan
utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia
diperoleh pertama-tama dari orang tua dan anggota keluarganya (Gunarsa,
1986: 1). Lima ciri khas yang dimiliki keluarga, yaitu (1) adanya
hubungan berpasangan antara kedua jenis kelamin; (2) adanya perkawinan
yang mengokohkan hubungan tersebut; (3) pengakuan terhadap keturunan,
(4) kehidupan ekonomi bersama; dan (5) kehidupan berumah tangga
(Harahap, 1997: 35).
Menurut Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun bahwa tata cara
kehidupan keluarga akan memberikan suatu sikap serta perkembangan
kepribadian anak yang tertentu pula. Dalam hubungan ini Moeljono
Notosoedirdjo dan Latipun meninjau tiga jenis tata cara kehidupan
keluarga, yaitu tata cara kehidupan keluarga yang (1) demokratis, (2)
membiarkan dan (3) otoriter. Anak yang dibesarkan dalam susunan
keluarga yang demokratis, membuat anak mudah bergaul, aktif dan ramah
tamah. Anak belajar menerima pandangan-pandangan orang lain, belajar dengan
bebas mengemukakan pandangannya sendiri dan mengemukakan
alasan-alasannya. Hal ini bukan berarti bahwa anak bebas melakukan
segala-galanya, bimbingan kepada anak tentu harus diberikan. Anak yang
mempunyai sikap agresif atau dominasi, kadang-kadang tampak tetapi hal
ini kelak akan mudah hilang bila dia dibesarkan dalam keluarga yang
demokratis. Anak lebih mudah melakukan kontrol terhadap sifat-sifatnya
yang tak disukai oleh masyarakat. Anak yang dibesarkan dalam. susunan
keluarga yang demokratis merasakan akan kehangatan pergaulan
(Notosoedirdjo dan Latipun, 2002: 175).
Adapun keluarga yang sering membiarkan tindakan anak, maka
anak yang dibesarkan dalam keluarga yang demikian ini akan membuat
anak tidak aktif dalam kehidupan sosial, dan dapat dikatakan anak menarik
diri dari kehidupan sosial. Perkembangan fisik anak yang dibesarkan
dalam keluarga ini menunjukkan terhambat. Anak mengalami banyak
frustrasi dan mempunyai kecenderungan untuk mudah membenci
seseorang. Dalam lingkungan keluarga anak tidak menunjukkan
agresivitasnya tetapi dalam pergaulan sosialnya kelak anak banyak
mendapatkan kesukaran. Dalam kehidupan sosialnya, anak tidak dapat
mengendalikan agresivitasnya dan selalu mengambil sikap ingin menang
dan benar, tidak seperti halnya dengan anak yang dibesarkan dalam
susunan keluarga yang demokratis. Hal ini terjadi karena anak tidak dapat
mendapatkan tingkat interaksi sosial yang baik di keluarganya. Sedangkan
anak yang dibesarkan dalam keluarga yang otoriter, biasanya akan bersifat :
tenang, tidak melawan, tidak agresif dan mempunyai tingkah laku yang
baik. Anak akan selalu berusaha menyesuaikan pendiriannya dengan
kehendak orang lain (yang berkuasa, orang tua). Dengan demikian
kreativitas anak akan berkurang, daya fantasinya kurang, dengan demikian
mengurangi kemampuan anak untuk berpikir abstrak. Sementara itu, pada
keluarga yang demokratis anak dapat melakukan banyak eksplorasi

Tipe kepemimpinan orang tua yang otoriter, meski tidak disukai


oleh kebanyakan orang, karena menganggap dirinya sebagai orang tua
paling berkuasa, paling mengetahui dalam segala hal, tetapi dalam etnik
keluarga tertentu masih terlihat dipraktikkan. Dalam praktiknya tipe
kepemimpinan orang tua yang otoriter cenderung ingin menguasai anak.
Perintahnya harus selalu dituruti dan tidak boleh dibantah. Anak kurang
diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan dalam bentuk
penjelasan, pandangan, pendapat atau saran-saran. Tanpa melihat
kepentingan pribadi anak, yang penting instruksi orang tua harus dituruti.
Tipe kepemimpinan orang tua yang otoriter selain ada keuntungannya,
juga ada kelemahannya. Anak yang selalu taat perintah adalah di antara
keuntungannya. Sedangkan kelemahannya adalah kehidupan anak statis,
hanya menunggu perintah, kurang kreatif, pasif, miskin inisiatif, tidak
percaya diri, dan sebagainya
Dari tiga jenis tersebut di atas Baldwin yang dikutip Moeljono
Notosoedirdjo dan Latipun mengatakan bahwa lingkungan keluarga yang
demokratis merupakan tata cara yang terbaik bagi anak untuk memberikan
kemampuan menyesuaikan diri. Namun demikian, tata cara susunan
keluarga ini kenyataannya tidak terbagi secara tajam berdasarkan ciri-ciri
keluarga dalam tiga jenis tersebut. Yang terbanyak ialah campuran dari
tiga jenis tersebut, dan dalam hal yang demikian ini akan ditentukan oleh
mana yang paling menonjol atau yang paling kuat yang ada dalam
susunan suatu keluarga Dari uraian tersebutdapat penulis simpulkan bahwa
peranan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam mewarnai perilaku anak, dan
perilaku anak yang baik, salih atau salihah sangat besar peranannya dalam
membangun rumah tangga. Cinta kasih suami istri akan mengalami
benturan bila perilaku anak tidak baik.
B. SALING MENASEHATI & MENEPATI JANJI
Kehidupan kita didunia ini sesungguhnya merupakan suatu mata rantai
dari pada ikatan janji, janji yang diucapkan dengan lisan atau perbuatan, Baik janji
sang maha Pencipta, yaitu Allah Subhanahu wa ta'ala, janji pada diri sendiri,
maupun janji kepada sesama manusia. Mengakui sebagai hamba Allahkita
berikrar dan bersyahadat, artinya akan menepati janji dengan Allah. Bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, artinya janji bahwa akan mematuhi
segala perintah danmenjauhi segalalarangan Rasulullah. Mendirikan suatu negara,
organisasi, lembaga, institusi ataupun kelompokadalah suatu janji bersama untuk
dapat hidup dengan rukun dan damai, untuk mencapai tujuan yang sama.
Mendahulukan kepentinganbersamadiatas kepentingan kelompokataugolongan.
Bekerja disebuah instansi dan mentandatangani sebuah perjanjian kerja, artinya
juga dia sudah berjanji.

Ketika akan bekerja atau memangku jabatan tertentu, terlebih dahulu


berjanji untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan mematuhi
semua aturan yang terkait, tertib dengan aturan yang ada dan lain sebagainya.
Bahkan akad nikah seorang ayah ketika dia menikahkan anak perempuannya
kepada seorang laki-laki, yang dinamakan ijab, lalu disambut dan diterima
dihadapan dua saksi, yang dinamakan qobul, adalah janji. Pendek kata kehidupan
kita didunia ini merupakan mata rantai daripada ikatan janji.Ucapan kita dan
perbuatan yang kita lakukan juga merupakan janji, bisa juga dikatakan janji
kepada diri kita sendiri.

Berbicara tentang janji terutama jika ditinjau dari ajaran Islam, maka akan
banyak sekali aspek-aspek yang terkait di dalamnya. Di antara aspek-aspek
tersebut adalah perintah menepati janji, yang termuat didalam Al-Qur’an. Antara
lain di qur’an suratAl Isra' ayat34 - “ ... dan tepatilah janji, sesungguhnya janji itu
nanti pasti akan dimintai pertanggungjawabannya”, di qur’an suratAn-Nahl
ayat91 - “Tepatilah perjanjian dengan Allah bila kamu sekalian berjanji”, dan di
qur’an suratAl Maidah ayat1 - “Wahai orang-orang yang beriman, tepatilah janji-
janjimu itu”.

Dalam ayat lain juga disebutkan tentang perintah menepati janji, bahkan dalam
qur’an surat Al Baqarah ayat 177, lebih jelas dan lebih detail tentang perintah itu,
Allah Subhanahu wa ta'ala, berfirman “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukanpertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa”Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Rasululah SAW bersabda: “Tanda
orang munafik itu ada tiga, yaitu: bila berkata ia dusta, apabila berjanji ia
melanggar dan bila dipercaya ia berkhianat” (HR Bukhari dan Muslim).
Dari beberapa ayat dan dalil diatas, menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat
menekankan betapa pentingnya seseorang untuk menepati suatu janji. Bahkan
para ulama telah sepakat bahwa menepati janji hukumnya wajib, yangjika
diingkari maka seseorang akan berdosa.
Dalam khazanah intelektual Islam, kajian tentang hukum menepati janji
sebetulnya tidak hanya terdapat dalam kitab-kitab tentang akhlaq al-karimah atau
etika menurut Islam. Dalam kitab-kitab fiqh, terutama dalam bab-bab tentang
mu’amalah, para ulama juga selalu membahas tentang hukum menepati janji,
terutama yang berkaitan dengan akad-akad mu’amalah. Dengan demikian,
menepati janji juga termasuk dalam wilayah kajian fiqh atau hukum Islam. Jadi,
menepati janji tidak hanya merupakan sikap dan perilaku yang terpuji
(mahmudah), melainkan juga merupakan pelaksanaan dari hukum wajib, yang
oleh karenanya akan mendapat pahala dari Allah SWT.Wallahu A'lam Bishawab
NASIHAT UNTUK SUAMI ISTERI
Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
1. Bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam keadaan bersama maupun sendiri
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: َ‫ َوأَ ْتبِ ِع ال َّسيِّئَة‬، َ‫ْث َما ُك ْنت‬
ُ ‫ق هللاَ َحي‬
ِ َّ‫اِت‬
ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬
‫ق َح َس ٍن‬ َ َّ‫ق الن‬ ْ “Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu
ِ ِ‫ َو َخال‬،‫ال َح َسنَةَ تَ ْم ُحهَا‬.
berada, dan iringilah perbuatan buruk dengan amal kebaikan, niscaya kebaikan
tersebut akan menghapuskannya, dan bergaullah bersama manusia dengan
akhlak yang baik.”Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan untuk bertaqwa kepada Allah di mana saja; apakah di rumah,
di jalan, di pasar, atau di kantor. Di mana saja seorang hamba berada, ia harus
bertaqwa dengan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya, serta
menjauhkan larangan-larangannya. Dan seorang hamba harus senantiasa
merasa diawasi oleh Allah ‘Azza wa Jalla, baik dalam keadaan sendiri maupun
dalam keadaan bersama orang lain.
2. Wajib menegakkan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan menjaga batas-
batas Allah ‘Azza wa Jalla di dalam keluarga. Setiap muslim harus berusaha
menegakkan syari’at Islam dalam rumah tangganya, karena setiap kepala
rumah tangga wajib menjaga diri dan keluarganya dari api Neraka, menjaga
batas-batas Allah, dan menjauhkan perbuatan syirik dan bid’ah. Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫ك‬ ْ َ‫اِحْ فَ ِظ هللاَ يَحْ ف‬. “Jagalah (batas-batas)
َ ‫ظ‬
Allah, niscaya Allah akan menjagamu.”
3. Melaksanakan kewajiban terhadap Allah ‘Azza wa Jalla dan minta tolong
kepada Allah ‘Azza wa Jalla Setiap keluarga wajib melaksanakan tauhid
kepada Allah, menjauhkan kesyirikan, melaksanakan Sunnah dan menjauhkan
bid’ah. Setiap suami wajib mengajak isteri dan anaknya untuk mentauhidkan
Allah, karena dasar kebahagiaan dunia dan akhirat adalah dengan tauhid
kepada Allah, kemudian melaksanakan shalat yang lima waktu, juga
melaksanakan sunnah-sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Laki-laki
wajib mengerjakan shalat lima waktu di masjid secara berjama’ah. Dan
seorang isteri wajib melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Suami dan isteri
harus berlomba-lomba dalam melakukan amal shalih, berbuat kebajikan yang
di-syari’atkan Allah dan Rasul-Nya -baik yang wajib maupun sunnah- dan
melaksanakannya dengan ikhlas semata-mata karena Allah serta mengikuti
contoh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Apabila hal ini dilaksanakan
dengan ikhlas dan mengikuti Sunnah, maka Allah akan menghidupkan
keluarganya dengan kehidupan yang baik dan bahagia. Allah Ta’ala berfirman:
‫صالِحًا ِم ْن َذ َك ٍر أَوْ أُ ْنثَ ٰى َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَةً ۖ َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم أَجْ َرهُ ْم بِأَحْ َس ِن َما َكانُوا‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ‫“ يَ ْع َملُون‬Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl : 97]
4. Menegakkan shalat-shalat sunnah terutama shalat malam Sebagaimana sabda
Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam: ْ‫صلَّيَا –أَو‬ َ َ‫إِ َذا أَ ْيقَظَ ال َّر ُج ُل أَ ْهلَهُ ِمنَ اللَّي ِْل ف‬
ِ ‫ب ِمنَ ال َّذا ِك ِر ْينَ هللاَ َوال َّذا ِك َرا‬
‫ت‬ َ ِ‫صلَّى َر ْك َعتَ ْي ِن َج ِم ْيعًا– ُكت‬
َ . “Apabila seorang suami
membangunkan isterinya di malam hari, lalu keduanya shalat -atau masing-
masing melakukan shalat dua raka’at- maka keduanya dicatat sebagai laki-laki
dan wanita yang banyak mengingat Allah.” Juga sabda beliau ‘alaihish shalaatu
was salaam, .‫ت َرشَّ فِي َوجْ ِههَا ْال َما َء‬ ْ َ‫ت فَإ ِ ْن أَب‬ َ َ‫صلَّى َوأَ ْيقَظَ ا ْم َرأَتَهُ ف‬
ْ َّ‫صل‬ َ َ‫َر ِح َم هللاُ َر ُجالً قَا َم ِمنَ اللَّ ْي ِل ف‬
‫ت فِ ْي َوجْ ِه ِه ْال َما َء‬
ْ ‫ت َزوْ َجهَا فَإ ِ ْن أَبَى َر َّش‬
ْ َ‫ت َوأَ ْيقَظ‬ ْ َّ‫صل‬
َ َ‫ت ِمنَ اللَّ ْي ِل ف‬ْ ‫ر ِح َم هللاُ ا ْم َرأَةٌ قَا َم‬.
َ “Semoga
Allah merahmati seorang suami yang bangun di tengah malam lalu shalat dan
membangunkan isterinya lalu isterinya pun shalat. Jika isterinya enggan, maka
ia memercikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang isteri
yang bangun di tengah malam lalu shalat dan membangunkan suaminya lalu
suaminya pun shalat. Jika suaminya enggan, maka ia memercikkan air ke
wajahnya.”
5. Perbanyak berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla Bacalah Al-Qur-an setiap
hari di rumah terutama surat al-Baqarah. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: َ‫ اَ ْلبَقَ َرة‬:‫ اِ ْق َرؤُوا ال َّز ْه َرا َو ْي ِن‬،‫اِ ْق َر ُؤوْ ا ْالقُرْ آنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َشفِ ْيعًا ِألَصْ َحابِ ِه‬
‫ان ِم ْن طَي ٍْر‬ ِ َ‫َان أَوْ َكأَنَّهُ َما فِرْ ق‬ ِ ‫ فَإِنَّهُ َما تَأْتِيَا ِن يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َكأَنَّهُ َما َغ َما َمت‬، َ‫آل ِع ْم َران‬
ِ ‫َان أَوْ َكأَنَّهُ َما َغيَايَت‬ ِ َ‫َوسُوْ َرة‬
‫ َوالَ تَ ْستَ ِط ْي ُعهَا‬،ٌ‫ اِ ْق َر ُؤوْ ا سُوْ َرةَ ْالبَقَ َر ِة فَإ ِ َّن أَ ْخ َذهَا بَ َر َكةٌ َوتَرْ َكهَا َحس َْرة‬.‫اف تُ َحاجَّا ِن ع َْن أَصْ َحابِ ِه َما‬ َّ ‫ص َو‬
َ
ْ “Bacalah Al-Qur-an, sesungguhnya ia akan datang pada hari Kiamat
ُ‫البَطَلَة‬.
sebagai pemberi syafa’at kepada para pembacanya. Bacalah az-Zahrawain (dua
bunga): surat al-Baqarah dan Ali ‘Imran, karena keduanya akan datang pada
hari Kiamat seperti dua naungan atau keduanya seperti kelompok burung yang
mem-bentangkan sayapnya untuk membela pembacanya. Bacalah surat al-
Baqarah, karena mengambilnya adalah kebaikan dan meninggalkannya adalah
kerugian, juga tukang-tukang sihir tidak mampu mengalahkannya.” Bacalah
pula do’a-do’a dan dzikir-dzikir yang telah diajarkan oleh Rasululah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Seperti membaca dzikir-dzikir seusai shalat
wajib lima waktu, juga membaca dzikir pagi dan petang agar kita mendapatkan
ketenangan dan terhindar dari gangguan syaitan. Ingatlah bahwa syaitan tidak
akan senang kepada keutuhan rumah tangga dan syaitan selalu berusaha
mencerai-beraikan suami isteri.
6. Bersabar atas musibah yang menimpa dan bersyukur kepada Allah atas segala
nikmat-Nya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫َع َجبًا ِألَ ْم ِر ْال ُم ْؤ ِم ِن‬
َ َ‫صابَ ْتهُ َسرَّا ُء َش َك َر فَ َكانَ خَ ْيرًا لَهُ َوإِ ْن أ‬
َ ُ‫صابَ ْته‬
‫ضرَّا ُء‬ َ َ‫ إِ ْن أ‬،‫ك ِألَ َح ٍد إِالَّ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن‬ َ ‫إِ َّن أَ ْم َرهُ ُكلَّهُ خَ ْي ٌر َولَي‬
َ ‫ْس َذا‬
ُ‫صبَ َر فَ َكانَ خَ ْيرًا لَه‬
َ . “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin.
Sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik baginya dan hal itu tidak
diberikan melainkan kepada seorang mukmin. Apabila ia diberi kese-nangan,
ia bersyukur dan itu baik baginya dan apabila ditimpa musibah ia bersabar dan
itu pun baik baginya.”
7. Terus-menerus berintropeksi antara suami isteri, saling menasehati, tolong-
menolong dan saling memaafkan serta mendo’akan. Jangan egois dan gengsi.
ِ ْ‫“ ُخ ِذ ْال َع ْف َو َو ْأ ُمرْ بِ ْالعُر‬Jadilah pemaaf
Allah Ta’ala berfirman: َ‫ف َوأَ ْع ِرضْ ع َِن ْال َجا ِهلِين‬
dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta jangan pedulikan orang-
orang yang bodoh.” [Al-A’raaf : 199] Juga firman-Nya: ‫ْر‬ ٍ ‫َو ْال َعصْ ِر إِ َّن اإْل ِ ْن َسانَ لَفِي ُخس‬
َّ ‫اصوْ ا بِال‬
‫صب ِْر‬ ِّ ‫اصوْ ا بِ ْال َح‬
َ ‫ق َوت ََو‬ ِ ‫“ إِاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬Demi masa. Sungguh,
َ ‫ت َوتَ َو‬
manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling
menasihati untuk kesabaran.” [Al-‘Ashr : 1-3]
8. Banyak bershadaqah/berinfaq. Setiap suami dan isteri dianjurkan untuk banyak
shadaqah, karena shadaqah akan menghapuskan kesalahan-kesalahan.
ْ ُ‫ص َدقَةُ ت‬
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda. … ‫طفِى ُء ْال َخ ِط ْيئَةَ َك َما‬ َّ ‫َوال‬
ْ ‫ …“ …ي‬Shadaqah dapat menghapus kesalahan sebagai-mana air
َ َّ‫ُطفِى ُء ْال َما ُء الن‬
‫ار‬
dapat memadamkan api…” Shadaqah yang dimaksudkan di sini adalah harta
yang dikeluarkan selain zakat. Ketahuilah bahwa sha-daqah banyak sekali
manfaatnya, seperti membersihkan harta, melapangkan dada, menambah rizki,
meng-hapuskan dosa dan lainnya. Ketika Allah Ta’ala menyebutkan tentang
orang-orang yang bahagia, yang pertama disebutkan adalah orang-orang yang
bershadaqah. Allah Ta’ala berfirman: ‫ت َوأَ ْق َرضُوا هَّللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا‬ َّ ‫ص ِّدقِينَ َو ْال ُم‬
ِ ‫ص ِّدقَا‬ َّ ‫إِ َّن ْال ُم‬
‫ضا َعفُ لَهُ ْم َولَهُ ْم أَجْ ٌر َك ِري ٌم‬
َ ُ‫“ ي‬Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-
laki maupun perempuan, dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman
yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan
mendapat pahala yang mulia.” [Al-Hadiid : 18] Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam sangat menganjurkan bagi wanita untuk banyak shadaqah, karena kaum
wanita paling banyak menjadi penghuni Neraka. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda. ‫ فَإِنَّ ُك َّن أَ ْكثَ َر أَ ْه ِل َجهَنَّ َم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬،‫ص َّد ْقنَ َولَوْ ِم ْن ُحلِيِّ ُك َّن‬
َ َ‫يَا َم ْع َش َر النِّ َسا ِء ت‬.
“Wahai kaum wanita, bershadaqahlah! Meskipun dengan perhiasan kalian.
Sesungguhnya pada hari Kiamat kalian adalah penghuni Neraka yang paling
banyak.” Juga sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. َ‫ص َّد ْقن‬ َ َ‫يَا َم ْع َش َر النِّ َسا ِء ت‬
ُ ‫ار إِ َّن ُك َّن تُ ْكثِرْ نَ اللَّ ْعنَ َوتَ ْكفُرْ نَ ْال َع ِش ْي َر َو َما َرأَي‬
‫ْت ِم ْن‬ ِ َّ‫َوأَ ْكثِرْ نَ ْا ِال ْستِ ْغفَا َر فَإِنِّي َرأَ ْيتُ ُك َّن أَ ْكثَ َر أَ ْه ِل الن‬
‫صانُ ْال َع ْق ِل َوال ِّدي ِْن فَ َشهَا َدةُ ا ْم َرأَتَي ِْن تَ ْع ِد ُل َشهَا َدةَ َر ُج ٍل فَهَ َذا‬
َ ‫أَ َّما نُ ْق‬.‫ب لِ ِذي لُبٍّ ِم ْن ُك َّن‬
َ َ‫ت َع ْق ٍل َو ِد ْي ٍن أَ ْغل‬
ِ ‫صا‬
َ ِ‫نَاق‬
َ ‫ضانَ فَهَ َذا نُ ْق‬
‫صانُ ال ِّد ْي ِن‬ َ ‫صلِّى َوتُ ْف ِط ُر فِي َر َم‬ ُ ‫صانُ ْال َع ْق ِل َوتَ ْم ُك‬
َ ُ‫ث اللَّيَالِي َما ت‬ َ ‫نُ ْق‬. “Wahai wanita,
bersedekahlah dan perbanyaklah beristighfar (minta ampun kepada Allah)
karena sungguh aku melihat kalian sebagai penghuni Neraka yang paling
banyak. Sesungguhnya kalian banyak melaknat dan banyak mengingkari
kebaikan. Belum pernah aku melihat orang yang kurang akal dan agama dapat
mengalahkan laki-laki yang ber-akal daripada kalian. Adapun kurangnya akal
karena persaksian dua orang wanita setara dengan persaksian seorang laki-laki,
inilah kekurangan akalnya. Dan seorang wanita berdiam diri selama beberapa
malam dengan tidak shalat serta tidak berpuasa di bulan Ramadhan (karena
haidh), inilah kekurangan dalam agamanya.” Akan tetapi yang perlu diingat
apabila seorang isteri hendak bershadaqah haruslah dengan izin suaminya. Hal
ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. ‫الَ يَجُوْ ُز ِال ْم َرأَ ٍة‬
‫َطيَّةٌ إِالَّ بِإ ِ ْذ ِن َزوْ ِجهَا‬
ِ ‫ع‬. “Seorang isteri tidak boleh bershadaqah kecuali dengan izin
suaminya.”
9. Jauhkanlah perbuatan dosa dan maksiat, karena dosa dan maksiat akan merusak
hati, akal, tubuh, hingga rumah tangga. Jauhkanlah perbuatan dosa dan
maksiat, seperti berbuat kesyirikan, mengamalkan bid’ah, meninggalkan shalat,
mendengar atau memainkan musik, meminum khamr, mengisap rokok, berbuat
ghibah, membuka aurat, dan lain-lainnya. Jangan sekali-kali menganggap
remeh perbuatan dosa dan maksiat, karena keduanya akan mendatangkan
bencana dalam rumah tangga. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullaah
telah menyebutkan banyak sekali akibat dari per-buatan dosa dan maksiat,
dalam kitabnya “Ad-Daa’ wad Dawaa” (Penyakit dan Obatnya).

C. TA’ARUF, TAFAHUM, TA’AWUN & TAKAAFUL


1. Ta’aruf (Saling Mengenal)
Tahap awal adalah berkenalan, untuk lebih mengenal karakter individu
masing-masing.Mulai dari mengenal secara fisik (jasadiyah), seperti badan,
suara, tingkah laku, materi, alamat, keluarga, pekerjaan, pendidikan, rumah
dan lainnya.Selanjutnya, mengenal kejiwaan (nafsiyah) yang ditekankan
kepada upaya memahami kejiwaan seperti: karakter, emosi, dan tingkah
laku. Termasuk mengenal pemikiran, kecenderungan, visi dan misi
hidupnya.Begitulah, satu manusia dengan manusia lainnya, yang berbeda-
beda dari segala sisinya, diciptakan untuk saling mengenal.
Allah menyebutkan di dalam ayat-Nya:
ۡ َ‫ َل لِتَ َعا َرفُ ٓو ْۚ‌ا إِنَّ أ‬Gِ‫ش ُعو ۬بًا َوقَبَٓا ِٕٕٮ‬
َ ‫ڪ َر َم ُكمۡ ِعن َد ٱهَّلل ِ أَ ۡتقَ ٰٮ ُك ۚمۡ‌ إِنَّ ٱهَّلل‬ ُ ۡ‫اس إِنَّا َخلَ ۡقنَ ٰـ ُكم ِّمن َذ َك ۬ ٍر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ۡلنَ ٰـ ُكم‬
ُ َّ‫يَ ٰـٓأَيُّہَا ٱلن‬
‫َعلِي ٌم َخبِي ۬ ٌر‬
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS Al-Hujurat [49]: 13).
2. Tafahum (Saling Memahami)
Setelah saling mengenal, baik secara jasadiyah maupun nafsiyah. Maka
menapak selanjutnya pada tahapan saling memahami satu dengan yang lainnya.
Ini bukan sekedar kenal nama, alamat, fisik dan pemikiran. Namun sudah
sampai pada kita memahami kekurangan dan kelebihan saudara kita. Sehingga
kita bisa tahu apa yang disukai dan paham mana yang tidak disukai. Sehingga
kita bisa menempatkan diri apabila kita bersamanya.
Kita akan memaklumi kekurangannya, seraya menutupi aibnya. Bahkan
berupaya ikut memperbaikinya. Juga menghormati kelebihannya, mengambil
manfaat darinya dengan cara menyampaikannya pada yang lain.
Dalam tataran ini, sudah tiada rasa iri, dengki, hasad dan prasangka buruk pada
sesama mukmin. Yang ada adalah saling merendahkan diri dan menghargai
yang lain.Dalam Kitab Fiqih Adab (Fuad bin Abdil Aziz Asy-Syalhub)
dijelaskan bahwa sikap Muslim terhadap Muslim lainnya mestinya saling
merendah dan berlemah lembut. Sikap ini dapat mengekalkan ukhuwah
Islamiyah di tengah mereka.Sedangkan takabbur dan meremehkan orang lain
adalah sebab sebagian di antara umat saling menjauhi dengan sebagian lainnya,
yang ini bisa jadi akan merenggangkan ukhuwah Islamiyah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan kita dalam sabdanya:
‫اض ُعوا َحتَّى اَل يَ ْف َخ َر أَ َح ٌد َعلَى أَ َح ٍد َواَل يَ ْب ِغ أَ َح ٌد َعلَى أَ َحد‬
َ ‫أَ ْو َحى إِلَ َّي أَنْ تَ َو‬
Artinya: “Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar
tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain, dan agar tidak
seorang pun berlaku zalim pada yang lain.” (HR Muslim).

3. Ta’awun (Saling Menolong)


Setelah mengenal dan memahami kedua belah pihak dengan baik. Maka, sudah
tidak ada masalah lagi dengan perbedaan di antara keduanya, yang bukan
tataran aqidah tentunya.Apalagi jika hanya pada masalah furu’iyah (cabang
fikih), teknis, atau yang sifatnya duniawi. Semua no problem. Yang ada
adalah husnuzan.Maka, naiklah pada level selanjutnya, yakni Ta’awun (saling
menolong). Ta’awun ini hanya dapat dilakukan dengan niat yang tulus, hati
yang bersih, pemikiran yang jernih, dan amal yang kontinyu.
Sehingga yang ada adalah saling membantu antara sesama Muslim dalam
kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Membantu bukan lagi beban dan
kebiasaan, tapi sudah merupakan darah daging dan nafas kehidupan setiap
Muslim. Bagai satu anggota badan, yang saling menyayangi.
َ ‫سائِ ُر ا ْل َج‬
‫س ِد‬ ْ ‫ إِ َذا ا‬،‫س ِد‬
ْ ‫شتَ َكى ِم ْنهُ ع‬
َ ‫ُض ٌو تَدَاعَى‬ َ ‫ َمثَ ُل ا ْل َج‬،‫اح ِم ِه ْم‬
ُ ‫ َوتَ َر‬،‫ َوتَ َعاطُفِ ِه ْم‬،‫َمثَ ُل ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ فِي تَ َوا ِّد ِه ْم‬
‫س َه ِر َوا ْل ُح َّمى‬
َّ ‫بِال‬
Artinya: “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi
dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka
anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR
Muslim).

4. Takaful (Saling Menanggung)


Inilah ketinggian ukhuwah Islamiyah, rasa sedih dan senang diselesaikan
bersama. Ketika ada saudara yang mempunyai masalah, maka kita ikut
menanggung dan menyelesaikan masalahnya tersebut.
Bukan sekedar simpati, tapi lebuh ke empati. Bukan semata prihatin dan ikut
mendoakan, tapi bergerak mengulurkan tangan, memberi bantuan,
memudahkan dan melapangkan urusan.
‫س َر َعلَـى‬ َّ َ‫ َو َمنْ ي‬،‫ب يَ ْو ِم ا ْلقِيَا َم ِة‬
ِ ‫ـر‬َ ‫ـربَةً ِمنْ ُك‬
ْ ‫س هللاُ َع ْنهُ ُك‬ ِ ‫ـربَةً ِمنْ ُك َر‬
َ َّ‫ نَـف‬، ‫ب ال ُّد ْنيَا‬ َ َّ‫َمنْ نَـف‬
ْ ‫س عَنْ ُمؤْ ِم ٍن ُك‬
‫سـ َر هللاُ َعلَ ْي ِه فِـي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة‬
َّ َ‫ ي‬، ‫س ٍر‬
ِ ‫ ُمـ ْع‬،
Artinya: “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang
Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.
Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah Azza wa
Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat.” (HR
Muslim).
D. SALING MENGUATKAN AGAMA UNTUK MEMBENTENGI
KELUARGA
Di era globalisasi seperti sekarang ini, penting sekali membentengi
keluarga (khususnya anak-anak) dari berbagai dampak kemajuan teknologi
informasi. Sebagaimana diketahui bahwa semakin menjamurnya produk
teknologi serba canggih seperti smartphone saat ini semakin memudahkan
penggunanya untuk mengakses berbagai informasi dan  berinteraksi secara
bebas dalam dunia sosial media. Penanaman nilai-nilai agama (akhlak) dalam
keluarga akan sangat berpengaruh pada bagaimana cara bersikap dan
berperilaku dari anggota keluarga kita terhadap segala bentuk kemajuan
teknologi. Selain soal internalisasi nilai-nilai akhlak, memberikan pemahaman
kepada anggota keluarga mengenai keragaman (diversity) juga tak kalah
pentingnya. Keluarga sebagai pondasi ketahanan nasional saat ini memang
harus mendapat perhatian khusus dari semua kalangan. 
Di era globalisasi seperti sekarang ini, penting sekali membentengi
keluarga (khususnya anak-anak) dari berbagai dampak kemajuan teknologi
informasi. Sebagaimana diketahui bahwa semakin menjamurnya produk
teknologi serba canggih seperti smartphone saat ini semakin memudahkan
penggunanya untuk mengakses berbagai informasi dan  berinteraksi secara
bebas dalam dunia sosial media. Penanaman nilai-nilai agama (akhlak) dalam
keluarga akan sangat berpengaruh pada bagaimana cara bersikap dan
berperilaku dari anggota keluarga kita terhadap segala bentuk kemajuan
teknologi. Selain soal internalisasi nilai-nilai akhlak, memberikan pemahaman
kepada anggota keluarga mengenai keragaman (diversity) juga tak kalah
pentingnya. Keluarga sebagai pondasi ketahanan nasional saat ini memang
harus mendapat perhatian khusus dari semua kalangan. 
BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Dalam sebuah keluarga, rasa cinta dan kasih sayang merupakan hal yang
sangat besar pengaruhnya. Pengaruh dari segi kehidupan berkeluarga bahkan
dari segi kehidupan masing-masing anggota keluarga. Peran masing-masing
anggota keluarga dalam memberikan cinta kepada sesamanya sangatlah besar.
Tidak peduli dari mana datangnya, cinta dalam keluarga itu kuat. Dapat
memberikan perubahan, kebahagiaan, dan bahkan kehidupan yang sempurna
bagi suatu keluarga yang mendasaran cinta dan kasih sayang dalam fondasi
keluarga mereka.

B.   SARAN
                Dalam menyalurkan dan memberikan rasa cinta dan kasih sayang
kepada individu lain, harus tepat dan benar. Dan jangan pernah menyepelekan
bagaimana cara pemberian rasa cinta dan kasih sayang tersebut. Karena apabila
perasaan itu tidak tersampaikan dengan jelas maka efek yang akan diterima
pun akan lebih sedikit dibanding seharusnya. Oleh karena itu komunikasi yang
lancar antara anggota keluarga, serta sifat perhatian antara anggota keluarga
sangat membantu menumbuhan rasa cinta dan kasih di dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

( http://anggipay.blogspot.co.id/2011/04/pengertian-cinta-kasih.html )
( https://msriaa10.wordpress.com/2013/11/23/cinta-kasih-dalam-keluarga/ )
( http://vanessanes.blogspot.co.id/2013/11/tugas-ilmu-budaya-dasar-2.html )
( http://www.kajianpustaka.com/2012/11/definisi-fungsi-dan-bentuk-
keluarga.html )
( http://galihpermanaworks.blogspot.co.id/2015/05/cinta-kasih-sayang-dan-
keluarga.html )
( http://www.kompasiana.com/pakcah/upaya-menumbuhkan-cinta-dan-kasih-
sayang-suami-istri_54f353717455139f2b6c70fd )
https://almanhaj.or.id/1363-nasihat-untuk-suami-isteri.html

Anda mungkin juga menyukai