Anda di halaman 1dari 13

MAKALA

AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN V

"MANAJEMEN KONFLIK DALAM KELUARGA"

Disusun Oleh

Kelompok 8 :

Reva Bachtiar 105731106618

Adilah rofifah 105731105818

Annisa fauziah 105731106118

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
pembahasan “MANAJEMEN KONFLIK DALAM KELUARGA".

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Kami dapat memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Atas perhatian
dan kesempatan teman-teman yang berkenan membaca makalah ini, penulis menyampaikan rasa
terima kasih.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................................

B. Rumusan Masalah..............................................................................................

C. Tujuan................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................

A. Manajemen konflik dalam keluarga

B. Faktor faktor penyebab konflik domestic

C. Faktor faktor penyebab konflik publik

D. Bagaimana cara menghadapi konflik

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan........................................................................................................

B. Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita semua sudah pernah melihat orang atau kelompok orang terlibat konflik. Dariantara kita
bukan saja pernah melihat tetapi juga mengalami konflik itu sendiri. Dalamfenomena interaksi
dan interelasi sosial antar individu maupun antar kelompok, terjadinyakonflik sebenarnya
merupakan hal yang wajar. Pada awalnya konflik dianggap sebagaigejala atau fenomena yang
tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflikdianggap sebagai gejala alamiah yang
dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya. Oleh sebab itu,
persoalan konflik tidak perlu dihilangkantetapi perlu dikembangkan karena merupakan sebagai
bagian dari kodrat manusia yangmenjadikan seseorang lebih dinamis dalam menjalani
kehidupan.

1. Adanya konflik terjadi akibat komunikasi yang tidak lancar, tidak adanya kepercayaanserta
tidak adanya sifat keterbukaan dari pihak-pihak yang saling berhubungan. Dalamrealitas
kehidupan keragaman telah meluas dalam wujud perbedaan status, kondisi ekonomi,realitas
sosial. Tanpa dilandasi sikap arif dalam memandang perbedaan akan menuaikonsekuensi
panjang berupa konflik dan bahkan kekerasan di tengah-tengah kita. Konfliksangat erat
kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan,tidak dihargai,
dan ditinggalkan, karena kelebihan beban kerja atau kondisi yang tidakmemungkinkan.
Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnyakemarahan. Keadaan
tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakankegiatannya secara langsung, dan
dapat menurunkan produktivitas kerja secara tidaklangsung dengan melakukan banyak kesalahan
yang disengaja maupun tidak disengaja.Keluarga adalah merupakan ikatan yang paling mendasar
yang menjadi pondasi dalamhidup sosial masyarakat. Tanpa keluarga namapaknya akan sulit
untuk menciptakanmasyarakat yang seimbang.

2. Peran yang dimiliki keluarga sangat signifikan terhadap perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat. Oleh sebab itu, jika terjadi persoalan atau konflik dalam keluarga akan sangat
berpengaruh terhadap situasi yang terjadi dalammasyarakat. Menurut teori kebutuhan manusia,
konflik bisa terjadi jika ada kebutuhan yangtidak terpenuhi. Termaksud akan kebutuhan dasar
yang dibutuhkan setiap pribadi.Konflik menyebabkan situasi dalam keluarga menjadi tidak
harmonis dan tidak damai.Oleh sebab itu, konflik tidak bisa dibiarkan begitu saja. Konflik dalam
keluarga harusdiselesaikan. Konflik harus dimanagemen dengan baik. Sehingga konflik
menghasilkansesuatu yang positif yang membangun keluarga menjadi lebih baik dari pada
sebelumnya.Karena bagaimanapun juga konflik tidak bisa dihindari. Jalan yang terbaik
ialahmengorganisir konflik atau biasa dikenal dengan istilah
manajemen konflik.

Manajeman konflik merupakan reaksi antar pelaku dalam sebuah konflik. Manajemankonflik
merupakan suatu pendekatan yang berorintasi pada

proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi dari pada pelaku konflik. Hal ini dilakukan
untuk menyelesaikan perselisihan ataupun menghasilkan ketenangan diantara para pelaku
konflik

B. Rumusan Masalah.

1. Manajemen konflik dalam keluarga

2. Faktor faktor penyebab konflik domestik

3. Faktor faktor penyebab konflik publik

4. Bagaimana cara menghadapi konflik

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Manajemen konflik dalam keluarga

2. Untuk mengetahui Faktor faktor penyebab konflik domestik

3. Untuk mengetahui Faktor faktor penyebab konflik publik

3. Untuk mengetahui Bagaimana cara menghadapi konflik


BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Konflik dalam Keluarga

Secara psikologis, konflik diartikan sebagai dinamika yang terjadi dalam diri individu dan
interaksi antara dua orang atau lebih, di mana ada perbedaan dinamika dan salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Dengan demikian, konflik dalam keluarga dapat diartikan sebagai permasalahan yang timbul
pada individu dalam keluarga dari hasil interaksi dalam hubungan keluarga yang berusaha saling
menyingkirkan, karena ada anggota keluarga yang memiliki perbedaan pandangan, sikap, dan
perilaku.

Ada beberapa kategori konflik dalam keluarga. Pertama, konflik suami istri, yang biasanya
terjadi karena rendahnya kemampuan adaptasi dan komunikasi pasangan. Umumnya banyak
muncul di masa awal pernikahan, seperti konflik akibat perbedaan hobi, selera, sifat, dan
perilaku (kebiasaan). Bila pasangan tak mampu beradaptasi dengan cepat, perkawinan bisa
berakhir dengan cepat. Banyak kegagalan dalam masa awal perkawinan karena pasangan tidak
mampu mengomunikasikan permasalahan dengan baik sehingga menjadi konflik besar yang
berkepanjangan, yang bisa berakibat pada perceraian.

Kedua, konflik di antara anak. Dalam kehidupan keluarga, persaingan antara anak (sibling
rivalry) tidak bisa dielakkan. Misalnya, rivalitas atau persaingan dalam mendapatkan cinta kasih,
afeksi, dan perhatian dari orangtuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang
lebih. Biasanya persaingan akan semakin ketat bila usia anak tidak jauh berbeda dan jenis
kelamin mereka sama. Konflik antara anak kandung ini menjadi masalah konflik yang besar bila
orangtua tidak mampu mengelola konflik tersebut menjadi persaingan yang positif.

Ketiga, konflik orangtua dan anak. Konflik ini terjadi karena pola asuh dan pola komunikasi
yang dibangun tidak sesuai dengan proses perkembangan anak dan orangtua. Persoalan kerap
muncul saat anak memasuki usia remaja, ketika ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin
mencoba berbagai hal. Kegagalan orangtua dalam berkomunikasi dengan anak usia remaja akan
menimbulkan konflik besar, seperti pertengkaran, anak lari dari rumah hingga bunuh diri karena
merasa tertekan.

Keempat, konflik dalam individu. Contoh, hubungan yang tidak harmonis dengan orangtua,
tekanan dan pola asuh dari orangtua yang menyebabkan pasangan tidak mandiri dalam
mengambil keputusan, traumatik akibat pernah dikecewakan atau pernah mengalami kejadian
yang tidak menyenangkan (kekerasan, pelecehan).

Bila tidak diselesaikan, konflik individu akan menjadi masalah gangguan kesehatan mental yang
merusak keharmonisan rumah tangga. Di antara penyebab perceraian adalah kesehatan mental
pasangan yang tidak baik, banyak pasangan yang belum selesai dengan masa lalunya sehingga
konflik muncul karena permasalahan traumatis, dan pola asuh yang tidak sehat yang
menyebabkan gangguan psikologis dan kepribadian.

- Konflik dalam Keluarga Besar

Selain dalam keluarga inti, konflik pun bisa terjadi dengan anggota keluarga besar. Yang umum,
konflik antara mertua dan menantu yang terjadi karena perbedaan cara pandang, sikap dan
perilaku, serta gaya komunikasi antara mertua dan menantu yang tidak berkenan. Pada awal
perkawinan, hubungan mertua dan menantu ini sangat penting dibangun dengan baik agar dapat
meminimalkan potensi konflik yang muncul, misalnya disebabkan sikap menantu perempuan
yang dianggap tidak menghargai, soal pembagian jatah bulanan yang dianggap tidak adil oleh
mertua, termasuk konflik dalam cara mengasuh anak; menantu menganggap mertua ketinggalan
zaman, mertua menganggap menantu dan anaknya tidak mampu mendidik anak.

Konflik antarbesan juga bisa pecah jika anak tidak mampu mengelola infomasi dan rahasia
dalam keluarga kecilnya, setiap permasalahan diceritakan kepada orangtua masing-masing
sehingga menimbulkan konflik antara orangtua. Pun konflik antara ipar, bisa terjadi disebabkan
adanya persaingan antara saudara kandung dengan istri atau suami kakak/adiknya. Sang ipar
merasa, hubungan dia dengan saudara kandungnya berkurang karena saudara kandungnya lebih
mengutamakan pasangannya masing-masing. Akibatnya, timbul kecemburuan dan konflik yang
dapat merenggangkan hubungan persaudaraan.

Bila tidak dikelola dengan baik, konflik dalam keluarga akan mengganggu keharmonisan,
bahkan bila semakin parah bisa menyebabkan perceraian. Untuk itu, setiap individu harus
mampu mengelola konflik baik sehingga kerukunan dan kebahagiaan dapat dirasakan semua
anggota keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga besar.

- Kiat Kelola Konflik Keluarga

Kedepankan nilai-nilai spiritual agama dalam menyelesaikan konflik, seperti sikap saling
menghargai, sopan santun, saling menghormati, tidak emosional, serta menjadikan Al-Qur’an
dan hadits sebagai rujukan.

Lakukan komunikasi yang suportif. Komunikasi suportif (supportive communication) adalah


sebuah gaya berkomunikasi yang memberikan pesan secara akurat, saling mendukung, dan
meningkatkan hubungan di antara pihak yang berkomunikasi. Memuji dan mendengar adalah
kunci sukses komunikasi suportif.

Buat kesepakatan yang ditaati setiap anggota keluarga. Misal, bila ada kesalahpahaman,
kecurangan, dan kenakalan, bagaimana cara menyelesaikannya serta siapa yang menjadi
penengah. Dalam konflik suami istri, diterapkan aturan tidak boleh bertengkar di hadapan anak,
tidak boleh ribut dalam keadaan lelah, dll.
Berpikir positif. Paradigma berpikir positif harus bisa diinternalisasi dalam keluarga, sehingga
setiap individu bisa mengatasi konflik dengan baik dan mengambil hikmah dari konflik yang
terjadi.

B. Faktor faktor penyebab konflik domestik

Problematik rumah tangga juga sudah seharusnya hanya dijadikan sebagai bumbu pemanis yang
mampu merekatkan hubungan. Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seorang suami membenci
istrinya dengan kebencian yang besar karena di balik kebencian itu pasti ada sesuatu yang
disukainya dari sosok istrinya itu.

Permasalahan dalam rumah tangga dan cara mengatasinya juga dikaji secara mendalam oleh
Ustaz Abu Ihsan al-Atsyari dalam kajian Islam di Islamic Center Bekasi, belum lama ini. Dalam
ceramahnya, Ustaz Abu menyampaikan bahwa perbedaan pendapat antara suami dan istri yang
berujung pada pertengkaran merupakan hal yang tidak dapat dihindari.

Sangat normal kalau ada ketidakcocokan antara suami dan istri, mengingat mereka adalah dua
orang yang hidup satu atap selama bertahun tahun, maka wajar jika terjadi pertengkaran, kata
Ustaz Abu. Menurut dia, tak ada satu pun rumah tangga yang terbebas dari permasalahan,
termasuk rumah tangga Nabi Muhammad SAW. Permasalahan rumah tangga, kata Ustad Abu,
sejatinya dapat berasal dari dua sumber, yaitu internal dan eksternal.

Jenis masalah internal dalam rumah tangga, kata dia, di antaranya

1. permasalahan ekonomi baik kondisi keuangan yang serbakurang atau kondisi keuangan yang
terlalu berlebihan. Ekonomi, kata Ustaz Abu, merupakan permasalahan yang sangat sensitif dan
rentan membangkitkan pertengkaran.

2. Selanjutnya adalah penyakit. Kebanyakan pasangan yang memutuskan berpisah disebabkan


adanya penyakit yang diidap salah satu pasangan, baik istri maupun suami. Jenis penyakit yang
mampu membangkitkan keinginan untuk berpisah juga cukup beragam, seperti penyakit
komplikasi, strok, mandul, dan impoten.Kebanyakan orang senang dengan pasangannya saat dia
sehat bugar namun saat orang tersebut sakit maka dia akan pergi meninggalkannya,kata Ustaz
Abu.

3. Perceraian juga kerap terjadi karena adanya selisih pendapat, baik karena sesuatu yang sensitif
atau bahkan sesuatu yang sebenarnya sepele. Padahal, sudah seharusnya permasalahan dalam
rumah tangga dapat diselesaikan secara kekeluargaan, bukan dengan mengabaikan atau bahkan
keputusan untuk berpisah. Permasalahan yang terus didiamkan dan dipendam dalam hati, dapat
sangat berbahaya karena dapat berkembang menjadi kebencian yang besar. Maka sangat perlu
menjaga komunikasi antar pasangan suami dan istri, kata dia.

4. Salah satu alasan dipendamnya permasalahan atau kejenuhan hati, kata Ustaz Abu, adalah
keraguan untuk ber bicara. Padahal, sesuatu yang ditutup rapat-rapat dapat sangat rentan
menimbulkan kesalahpahaman dan menjadi alasan untuk berpisah. Allah berfirman:Jika kamu
berselisih tentang suatu masalah, maka kembalilah kepada Allah dan rasul-Nya.

C. Faktor faktor penyebab konflik publik

1. ANAK

Ketidakhadiran anak juga sering menimbulkan konflik berkepanjangan. Apalagi jika suami
selalu menyalahkan isri sebagai pihak yang mandul. Padahal, butuh pembuktian medis untuk
menentukan apakah seseorang mandul atau tidak.

2. KEHADIRAN PIHAK LAIN

Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun sanak famili, dalam keluarga kadangkala
juga menjadi sumber konflik dalam rumah tangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan
bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh
suami yang tidak transparan.

3. SEKS

Masalah yang satu ini sering kali jadi sumber keributan suami-istri. Biasanya yang sering
komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya
memang egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti
itu. Bisa karena letih, stres, ataupun hamil.

4. KEYAKINAN

Biasanya, pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu sehidup semati tidak mempersoalkan
masalah keyakinan yang berbeda antarmereka. Namun, persoalan biasanya akan timbul
manakala mereka mulai menjalani kehidupan berumah tangga. Mereka baru sadar bahwa
perbedaan tersebut sulit disatukan. Masing-masing membenarkan keyakinannya dan berusaha
untuk menarik pasangannya agar mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini sering kali terjadi pada
pasangan suami-istri yang berbeda keyakinan sehingga keributan pun tak dapat terhindarkan.

D. Bagaimana cara menghadapi konflik

- Berkonflik dengan pasangan sebenarnya merupakan hal yang wajar

Hubungan pernikahan atau pacaran pastinya dibumbui dengan pertengkaran. Wajar bagi
pasangan untuk berargumen, karena pada dasarnya tiap orang memiliki pandangan dan
pemikirannya masing-masing. Namun, suami istri sering bertengkar menunjukkan bahwa
kemungkinan Anda dan pasangan belum memiliki cara tepat menyelesaikan konflik rumah
tangga. Lantas apa saja yang bisa dilakukan sebagai cara menyelesaikan masalah rumah tangga?

- Cara menyelesaikan masalah rumah tangga tanpa pertengkaran


Berbeda pendapat dengan pasangan merupakan hal wajar dan bisa menjadi bumbu dalam sebuah
hubungan. Namun, jika perbedaan pendapat berujung pertengkaran dan terjadi terlalu sering,
Anda mungkin perlu mengetahui beberapa cara menyelesaikan rumah tangga yang lebih efektif!

Jangan salah, cara menyelesaikan rumah tangga ini juga bisa digunakan sebagai cara
menyelesaikan masalah dengan pacar.

1 Jangan membalas perilaku negatif pasangan

Terkadang perkataan atau perilaku negatif dari pasangan dapat memicu emosi-emosi negatif
yang membuat Anda tergerak untuk membalas apa yang telah pasangan lakukan dalam bentuk
perkataan ataupun tindakan.

Atmosfer yang negatif akan membuat suami istri bertengkar semakin hebat. Oleh sebab itu,
Anda tidak boleh memperkeruh suasana dan justru harus meredakan atmosfer negatif dengan
bertindak dan berkata yang positif.

2 Renungkan lagi apa yang menyebabkan munculnya masalah rumah tangga

Sadari apa yang memunculkan perasaan tersebut

Cara menyelesaikan masalah rumah tangga adalah dengan menyadari apa yang membuat Anda
kesal ataupun marah.

Bila Anda sudah berhasil mengetahui apa yang membuat Anda merasakan emosi-emosi tersebut,
maka komunikasi dengan pasangan akan menjadi lebih mudah.

3 Fokus ke satu permasalahan

Anda mungkin sangat tergiur untuk langsung mengungkit berbagai masalah dalam rumah tangga
yang membuat kesal, tetapi Anda tidak boleh membahas semuanya sekaligus.

Sebaiknya Anda membahas salah satu permasalahan yang relevan dan sesuai dibahas dalam
keadaan tersebut.

Membahas semua permasalahan sekaligus dapat membuat pembicaraan dengan pasangan


menjadi ajang untuk komplain yang penuh dengan emosi sehingga memicu pertengkaran.

4. Sampaikan pada pasangan apa yang Anda rasakan Beritahukan apa yang Anda rasakan dengan
jelas

Komunikasi yang baik dengan pasangan adalah kunci dalam menyelesaikan masalah rumah
tangga maupun cara menyelesaikan masalah dengan pacar.

Bicarakan perasaan yang dialami dan penyebab munculnya perasaan tersebut secara jelas tanpa
dibumbui dengan sarkasme maupun agresivitas.
Hindari juga mengungkit masalah-masalah yang lalu yang dapat memicu suami istri bertengkar.

5. Jangan salahkan pasangan

Saat sedang mengutarakan apa yang Anda pikirkan dan rasakan, jangan langsung menyalahkan
pasangan, tetapi tekankan bagaimana perilaku atau perkataan pasangan memicu emosi yang
Anda rasakan. Misalnya, Anda mengatakan kepada pasangan bahwa Anda merasa kesal karena
pasangan lupa mencuci piring atau tidak meletakkan baju kotor di ember.

a. Dengarkan pasangan

Selain komunikasi, kemampuan untuk mendengarkan pasangan juga merupakan dasar penting
dari cara menyelesaikan masalah rumah tangga ataupun cara menyelesaikan masalah dengan
pacar. Mendengarkan dengan baik dan tidak memotong saat pasangan berbicara dapat membantu
Anda mengetahui apa yang pasangan Anda rasakan. Anda juga bisa memahami duduk
permasalahan dengan lebih jelas. Berdebat dengan pasangan akan membuat Anda menjadi
defensif

b. Hindari berdebat dengan pasangan

Selain tidak memotong apa yang sedang diutarakan oleh pasangan, hindari pula berdebat dengan
pasangan dan mencoba untuk menjadi defensif. Cobalah untuk memahami apa yang dialami
pasangan dan beritahukan kepada pasangan apa yang Anda tangkap ceritanya untuk
mengkonfirmasi bahwa Anda memahami maksudnya.

c. Coba memahami pasangan

Cara menyelesaikan masalah rumah tangga adalah dengan mencoba memahami apa yang
dirasakan oleh pasangan. Bayangkan jika diri Anda berada di posisi padangan.

6. Mencari solusi

Setelah saling menceritakan perasaan dan pikiran masing-masing, Anda dan pasangan bisa fokus
dalam mencari solusi atas pertengkaran yang terjadi. Apabila pertengkaran dipicu oleh
kesalahpahaman, maka Anda bisa mengakhiri pertengkaran dengan saling memaafkan.

a. Berikan jeda waktu dengan pasangan

Jangan paksakan diri untuk membicarakan masalah yang terjadi dan berikan waktu untuk diri
Anda dan pasangan agar bisa menenangkan diri untuk menghindari suami istri bertengkar.

Jika saat membicarakan masalah yang terjadi Anda dan pasangan mulai bertengkar kembali,
berikan lagi jeda waktu hingga Anda dan pasangan tenang kembali.

7. Mencoba Hal Baru Bersama Pasangan


Tidak hanya memperbaiki komunikasi dan menangani konflik dengan sehat, melakukan hal-hal
baru bersama pasangan juga dapat menguatkan rumah tangga dari pertengkaran. Berikut adalah
beberapa cara yang dapat dilakukan:

a. Melakukan kencan

Sibuk menjalankan peran sebagai suami dan istri, atau ayah dan ibu jangan sampai membuat rasa
cinta antara Anda dan pasangan menjadi berkurang. Sempatkanlah melakukan kencan untuk
menyegarkan pikiran, dan mengulang masa-masa manis sebelum menikah.

b. Mencoba hal baru yang menyenangkan

Lakukan hal-hal yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya saat kencan. Ini dapat membantu
Anda menghilangkan stres dan kebosanan dalam rumah tangga. Dengan melakukan hal baru
bersama pasangan, rasa cinta yang mungkin sempat terhalang oleh bosan dan amarah bisa
tumbuh kembali.

c. Berpartisipasi aktif dalam kehidupan masing-masing

Terlibatlah dalam apa yang pasangan Anda lakukan, dan sebaliknya ajaklah pasangan Anda
untuk mengenali apa yang Anda lakukan. Hal ini akan menimbulkan perasaan saling
membutuhkan dan mengurangi stres karena pekerjaan dilakukan bersama.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di dalam setiap keluarga pasti pernah mengalami konflik atau permasalahan. Sekalipun keluarga
tersebut dinilai sebagai keluarga harmonis bukan berarti di antara mereka tidak pernah terjadi
konflik. Seperti halnya pasangan suami istri, dalam keluarga juga ada konflik yang nantinya bisa
menjadi kunci untuk mempererat hubungan antar anggota keluarga apabila dapat diselesaikan
dengan baik.

B. Saran

Adapun untuk menyelesaikan konflik dengan baik, dibutuhkan komunikasi dalam keluarga agar
masing-masing anggota dapat terbuka satu sama lain. Hubungan dan komunikasi antar anggota
keluarga sudah selayaknya tidak tertutup. Luangkanlah waktu setidaknya 15 menit dalam satu
hari untuk duduk bersama seluruh anggota keluarga seraya menikmati secangkir teh dan
membicarakan hal-hal yang terjadi dalam satu hari yang sudah terlewati. Jika dalam suatu
keluarga terjalin komunikasi yang baik, tentunya konflik atau permasalahan pun dapat
diselesaikan bersama-sama.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/amp/pakcah/manajemen-konflik-dalam-rumah-
tangga_550ada33813311fa13b1e338#aoh=16065602816619&referrer=https://www.google.co
m&csi=0

https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/konflik-dalam-
keluarga/amp#aoh=16065603153643&referrer=https://www.google.com&csi=0

Anda mungkin juga menyukai