Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PERNIKAHAN

Disusun Oleh :

1. Adhila Mei Rana Rahmawati (01)

2. Aulia Nirmala Akil (08)

SMK NEGERI 1 KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul “Pernikahan Dalam
Agama Islam”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………….


BAB I : PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ………………………………………..4

BAB II : PEMBAHASAN PERNIKAHAN

Pengertian pernikahan ………………………………………5

Peminangan (Khitbah)………………………………………..6

Hukum Nikah ….…………………………………………7

Tujuan Pernikahan………………………………………….8

Manfaat Pernikahan……………………………………..9

Syarat-syarat Pernikahan…………………………………………..10

Mahram……………………………………………………..12

Mahar………………………………………………………..14

Kewajiban dan Hak suami istri…………………………………….…15

Thalak……………………………………………………17

Masa Iddah………………………………………………..19

Hikmah Pernikahan.....................................................20

BAB III PENUTUPAN

Kesimpulan ………………………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………22

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya
Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang
pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang
tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain.

Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan, tetapi yang
membedakan Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan pernikahan. Allah
S.W.T menganjurkan Manusia untuk menikah agar dapat mempertahankan keberadaannya dan
mengendalikan perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan menurut kaiadah norma
Agama, Laki-laki dan perempuan memiliki fitrah yang saling membutuhkan satu sama lain.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PERNIKAHAN

Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat
berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia
yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai
peraturan yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah
pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t.
menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan
zina.

Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan untuk membangun rumah tangga dan
melanjutkan keturunan. Pernikahan juga dipandang sebagai jalan untuk meningkatkan
ukhuwah islamiyah dan memperluas serta memperkuat tali silaturahmi diantara manusia.
Secara etimologi bahasa Indonesia pernikahan berasal dari kata nikah, yang kemudian diberi
imbuhan awalan “per” dan akhiran “an”.

Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian antara
laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam islam juga berkaitan
dengan pengertian mahram dan wanita yang haram dinikahi.

2. PEMINANGAN (KHITBAH)
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan
untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua pihak.
Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam.
Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah harus dan
hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan
tunangan orang. Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan
tanda ikatan pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki,
pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka hendaknya
dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan dilakukan. Melihat
calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah
berumahtangga. Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah
dan kedua tangannya saja.

Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:

“Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak
menikah dengan seorang perempuan: “Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata
lelaki itu kepada Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin
kekekalan.” (Hadis Riwayat Tarmizi dan Nasai)

Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah bertunangan:

“Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: “Kamu tidak boleh
meminang tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan untuk
memutuskannya”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan))

6
3. HUKUM NIKAH
Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah dalam artian boleh dikerjakan
dan boleh ditinggalkan. Meskipun demikian ditinjau dari segi kondisi orang yang akan
melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi wajib, sunah, makruh, dan haram.

Adapun penjelasannya adalah sebagi berikut :

a. Jaiz atau mubah, artinya dibolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum nikah.
b. Wajib, yaitu orang yang telah mampu/sanggup menikah. Bila tidak menikah, khawatir ia akan
terjerumus ke dalam perzinaan.

c. Sunat, yaitu orang yang sudah mampu menikah, tetapi masih sanggup mengendalikan dirinya
dari godaan yang menjurus kepada perzinaan.

d. Makruh, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan dan telah memiliki keinginan atau
hasrat, tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberikan nafkah tanggungannya.
e. Haram, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan, tetapi ia mempunyai niat yang buruk,
seperti niat menyakiti perempuan atau niat buruk lainny

7
4. TUJUAN NIKAH
Secara umum tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat manusia (pria
terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang bahagia,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam. Secara umum tujuan pernikahan dalam Islam
dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi

Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalah
dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan
menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur,
berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

2)Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan

Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah untuk
membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat merendahkan dan
merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pembentukan
keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan
melindungi masyarakat dari kekacauan.

3)Investasi di Akhirat

Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua orangtua di
akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan peluang bagi kedua
orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal segala ilmu dalam beragama
yang diperoleh selama di dunia, bekal doa dari anak merupakan hal yang dapat diharapkan
kelak.

4)Melaksanakan Sunah Rasul

Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari perbuatan maksiat. Namun
sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam menjalankan kehidupan sehari-
hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah. Dan
pernikahan merupakan salah satu sunnah dari Rasulullah.

8
5. MANFAAT PERNIKAHAN

•Mendatangkan keberkahan

pernikahan akan mendorong seseorang terutama suami untuk sungguh-sungguh untuk mencari
nafkah yang banyak dan halal untuk anak dan istrinya, sehingga dengan kerja kerasnya akan
menimbulkan kemakmuran, kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup berumah tangga.

•Memperluas persaudaraan

pernikahan dalam arti luasa tidak hanya menyatukan dan memperluas kekerabatan diantara
dua keluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. terlebih lagi jika terjadi
pernikahan di luar suku, daerah maka kekerabatan akan semakin luas, karena menyatukan
kedua suku yang berbeda tradisi dan kebudayaan.

O•Meningkatkan kesungguhan mencari nafkah

Nikah dapat mendorong seseorang terutama laki-laki untuk bersungguh-sungguh dalam


mencari rezeki yang banyak dan halal, sebab laki-laki lah yang harus bertanggung jawab
terhadap istri dan anak-anaknya, baik yang berkaitan dengan jasmani maupun rohani mereka.

•Menciptakan keturunan yang baik

Nikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan keturunan yang baik dan mulia sekaligus
merupakan upaya menjaga kelangsungan hidup sesuai dengan ajaran agama.

•Penyempurna Agama

Melaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari agama sehingga


melengkapi takwa kita yang juga diimbangi dengan melakukan separuh ibadah lainnya.

SAW bersabda: “Jika seseorang menikah maka berarti dia telah menyempurnakan separuh
agamanya. Maka bertaqwalah pada paruh yang lain”. Hal senada telah diriwayatkan dari Anas
ra, beliau berkata: “Apabila seorang hamba menikah, maka telah sempurna separuh agamanya,
maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya“.

9
6. SYARAT-SYARAT PERNIKAHAN

•Beragama Islam bagi mempelai Laki-laki dan Perempuan

Pernikahan yang didasarkan pada syariat Islam, maka haruslah mempelai laki-laki dan perempuan
beragama Islam. Nggak akan sah pernikahan tersebut jika seorang muslim menikahi non muslim dengan
menggunakan tata cara ijab dan qabul secara Islam.

•Bukan Laki-laki mahram bagi calon Istri

pernikahan merupakan bersatunya sepasang laki-laki dan perempuan yang nggak mempunyai ikatan
darah. Diharamkan bagi pernikahan jika mempelai perempuan merupakan mahrom mempelai laki-laki
dari pihak ayah. Oleh karena itu mengecek riwayat keluarga juga diperlukan sebelum terjadinya
pernikahan.

•Mengetahui Wali akad nikah

Penentuan wali juga penting untuk dilakukan sebelum menikah. Bagi seorang laki-laki, mengetahui asal
usul seorang perempuan juga diperlukan. Apabila ayah dari mempelai perempuan sudah meninggal bisa
diwakilkan oleh kakeknya. Pada syariat Islam, terdapat wali hakim yang bisa menjadi wali dalam sebuah
pernikahan.

•Tidak sedang melaksanakan Haji

Ibadah haji merupakan ibadah yang segala sesuatunya dilipat gandakan. Akan tetapi saat seseorang
melakukan ibadah haji nggak diperkenankan untuk melakukan pernikahan.

•Tidak Karena paksaan

Saat pernikahan terjadi, nggak ada paksaan dari pihak manapun. Oleh karena itu pernikahan harus
didasarkan pada inisiatif dan keikhlasan kedua mempelai untuk hidup bersama. Jika dahulu pernikahan
terjadi karena dorongan pihak perempuan, sekarang pernikahan merupakan pilihan dari kedua
mempelai untuk memulai hidup bersama. atau lebih detailnya seperti dibawah ini:

a. Calon Suami 1. beragama Islam

2. atas kehendak sendiri

3. bukan muhrim

4. tidak sedang ihrom haji

10
b. Calon Istri 1. beragama Islam

2. tidak terpaksa
3. bukan muhrim

4. tidak bersuami
5. tidak sedang dalam masa idah

6. tidak sedang ihrom haji atau umroh


c. Adanya Wali 1. mukallaf (Islam, dewasa, sehat akal)
2. laki-laki merdeka
3. adil
4. tidak sedang ihrom haji atau umroh

d. Adanya dua Orang Saksi 1. Islam,


2. dewasa,

3. sehat akalnya,
4. tidak fasik,
5. hadir dalam akad nikah.
e. Adanya Ijab dan Qabul
Dengan kata-kata “ nikah “ atau yang semakna dengan itu. Berurutan antara Ijab dan Qabul

11

7. MAHRAM
Menurut pengertian bahasa mahram berarti yang diharamkan.
Menurut Istilah dalam ilmu fikih, mahram adalah wanita yang haram dinikahi. Penyebab wanita yang
haram dinikahi ada empat macam yaitu:
a. Wanita yang haram dinikahi karena keturunan
1.) Ibu kandung dan seterusnya ke atas (nenek dari ibu dan nenek dari ayah)
2.) anak perempuan kandung dan seterusnya ke bawah (cucu dan seterusnya)
3.) saudara perempuan sekandung, sebapak, atau seibu
4.) saudara perempuan dari bapak
5.) saudara perempuan dari ibu
6.) anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya ke bawah
7.) anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusnya ke bawah
b. Wanita yang haram dinikahi karena hubungan sesusuan:
1.) ibu yang menyusui.
2.) saudara perempuan sesusuan
c. Wanita yang haram dinikahi karena perkawainan
1.) ibu dari istri (mertua)
2.) anak tiri (anak dari istri dengan suami lain) apabila suami sudah kumpul dengan ibunya.
3.) ibu tiri (istri dari ayah), baik sudah dicerai atau belum.

4.) Menantu (istri dari anak laki-laki), baik sudah dicerai maupun belum.
5.) Wanita yang haram dinikahi karena mempunyai pertalian muhrim dengan istri.
Misalnya, haram melakukan poligami (memperistri sekaligus) terhadap dua orang bersaudara,
perempuan dengan bibinya, seorang perempuan dengan kemenakannya.

12

8. WALI NIKAH
Wali nikah dalam satu pernikahan dibagi menjadi dua:
a. Wali nasab yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelai wanita yang akan
dinikahkan. Adapun susunan urutan
wali nasab adalah sebagai berikut:
1.)ayah kandung, (ayah tiri tidak sah jadi wali)
2.) kakek (ayah dari ayah mempelai perempuan) dan seterusnya ke atas
3.)saudara laki-laki sekandung
4.)saudara laki-laki seayah
5.)anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
6.)anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
7.)saudara laki-laki ayah yang seayah dengan ayah

8.)anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah yang sekandung dengan ayah
9.)anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah yang seayah dengan ayah
b. Wali hakim, yaitu seorang kepala negara yang beragama Islam. Di Indonesia, wewenang Presiden
sebagai wali hakim dilimpahkan kepada pembantunya, yaitu menteri agama. Kemudian Menteri Agama
mengangkat pembantunya untuk bertindak sebagai wali hakim, yaitu Kepala Kantor Urusan Agama Islam
yang berada di setiap kecamatan. Wali hakim bertindak sebagai wali nikah apabila
memenuhi kondisi sebagai berikut.
a. Wali nasab benar-benar tidak ada.
b. Wali yang lebih dekat (aqrab) tidak memenuhi syarat dan wali yang lebih jauh (ab’ad) tidak ada.
c. Wali aqrab bepergian jauh dan tidak memberi kuasa kepada wali nasab urutan berikutnya untuk
berindak sebagai wali nikah.
d. Wali nasab sedang berikhram haji atau umroh.

13

e. Wali nasab menolak bertindak sebagi wali nikah.


f. Wali yang lebih dekat masuk penjara sehingga tidak dapat berintak sebagai wali nikah.
g. Wali yang lebih dekat hilang sehingga tidak diketahui tempat tinggalnya.
h. Wali hakim berhak untuk bertindak sebagai wali nikah, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. yang
artinya :”Dari Aisah r.a. berkata,
Rasulullah Saw. bersabda : Tidak sah nikah seseorang kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil,
jika wali-wali itu menolak jadi wali nikah maka sulthan (wali hakim) bertindak sebagai wali bagi orang
yang tidak mempunyai wali”.(HR. Darulquthni)

9. MAHAR

Mahar atau maskawin adalah suatu pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang
merupakan salah satu syarat sah dalam sebuah pernikahan atau perkawinan. hukum memberikan
mahar adalah wajib bagi laki-laki, walaupun mahar bukan termasuk syarat atau rukun nikah. Mahar
dalam sebuah pernikahan dianggap penting karena selain diwajibkan oleh agama mahar juga
merupakan tanda kesungguhan dan penghargaan dari pihak laki-laki sebagai calon suami kepada calon
istrinya. namun pemberian mahar ini tidak berarti bahwa calon suami telah membeli calon istrinya dari
orang tuanya. karena sebesar apapun mahar yang diberikan oleh calon suami tidak dapat disetarakan
dengan harkat dan martabat seseorang. Swt berfirman dalam surat An-Nisa ayat 24:

ً‫ضة‬ َ ‫فَ َما ا ْستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِ ِه ِم ْنه َُّن فَآتُوه َُّن أُج‬
َ ‫ُوره َُّن فَ ِري‬

Artinya: “Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah maskawinnya
kepada mereka sebagai suatu kewajiban.” (QS. An-Nisa :24)
Pemberian mahar yang utama harus didasarkan kepada nilai dan manfaat yang terkandung didalamnya.
Karena islam menyerahkan masalah ini masing-masing sesuai dengan kemampuan dan adat yang
berlaku di dalam masyarakat, dengan syarat tidak berbentuk sesuatu yang mendatangkan mudharat,
membahayakan atau berasal dari usaha yang haram.

14

10.KEWAJIBAN DAN HAK SUAMI ISTRI

Kewajiban Suami
Kewajiban suami yang terpenting adalah:
1.) memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal kepada istri dan anak-anaknya sesuai dengan
kemampuan yang diusahakan,
2.) menggauli istri secara makruf, yaitu dengan cara yang layak dan patut misalnya dengan kasih sayang,
menghargai, memperhatikan dan sebagainya.
3.) memimpin keluarga, dengan cara membimbing, memelihara semua anggota keluarga dengan penuh
tanggung jawab.
4.) membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya agar
menjadi anak yang saleh.
Kewajiban Istri yang terpenting adalah:
1.) patuh dan taat pada suami dalam batas yang sesuai dengan ajaran Islam. perintah suami yang
bertentangan dengan ajaran islam tidak wajib ditaati oleh seorang istri.
2.) memelihara dan menjaga kehormatan diri dan keluarga serta harta benda suami.
3.) mengatur rumah tangga dengan baik sesuai dengan fungsi ibu sebagai kepala rumah tangga

Hak Suami atas istri adalah:


a. ditaati dalam seluruh perkara kecuali maksiat. Sabda Rasulullah Saw: “Hanyalah ketaatan itu dalam
perkara yaBukharing ma’ruf.” (HR. dan Muslim).
b. dimintai izin oleh istri yang hendak keluar rumah. Istri tidak boleh keluar rumah kecuali seizin suami.

c. istri tidak boleh puasa sunnah kecuali dengan izin suaminya.


Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak boleh seorang istri puasa (sunnah) sementara suaminya ada di tempat
kecuali dengan izin suaminya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
d. mendapatkan pelayanan dari istrinya.
e. disyukuri kebaikan yang diberikannya. Istri harus mensyukuri atas setiap pemberian suaminya.

15
Hak istri atas Suami adalah:
a. mendapat mahar dari suaminya;
b. mendapat perlakuan yang patut dari suaminya. Rasulullah Saw. pun telah bersabda: “Mukmin yang
paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling
baik terhadap istri-istrinya.” (HR. At-Tirmidzi)

c. mendapatkan nafkah , pakaian, dan tempat tinggal dari suaminya.


d. mendapat perlakuan adil, jika suami memiliki lebih dari satu istri.
“Siapa yang memiliki dua istri lalu ia condong (melebihkan secara lahiriah) kepada salah satunya maka ia
akan datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan satu sisi tubuhnya miring/lumpuh.” (HR. Ahmad dan
Abu Dawud);

e. mendapatkan bimbingan dari suaminya agar selalu taat kepada

16

11. THALAK (PERCERAIAN)


Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam tetapi dibolehkan dengan
alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa bermaksud melepaskan ikatan dan menurut
syarak pula, talak membawa maksud melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan
seumpamanya. Talak merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri tidak
dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari kebahagian berumahtangga. Talak
merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi dibenarkan.

• Hukum Thalak

Thalak yang hukumnya Wajib

Talak bisa menjadi wajib apabila ditemui beberapa kondisi berikut :

Jika suami isteri memiliki kemungkinan damai yang amat kecil atau sulit untuk didamaikan melalui
proses mediasi.

Sebelum perceraian terjadi biasanya ada dua orang wakil dari pihak suami atau isteri yang akan
membantu proses mediasi. Namun apabila mediasi ini gagal maka cerai bisa menjadi wajib hukumnya.

Jika pengadilan menjatuhkan pendapat sekiranya talak lebih baik dijatuhkan daripada meneruskan
pernikahan. Jika suami tidak dapat mengucapkan talak sementara talak wajib hukumnya maka suami
akan berdosa.

Talak juga wajib hukumnya bagi suami yang meng-ila’ istrinya yakni suami bersumpah untuk tidak
menggauli istrinya. Masa ila ini ditangguhakn hingga empat bulan dan apabila setelah empat bulan
berlalu suami enggan kembali kepada istrinya maka hakim berhak untuk memaksa suami mengikrarkan
talak.

•Thalak Sunnah

Talak hukumnya sunnah apabila dijatuhkan kepada suami dengan ikhlas demi kebaikan istrinya dan
untuk mencegah kemudharatan apabila istrinya tetap tinggal bersamanya. Biasanya hal ini terjadi
apabila sebenarnya suami masih mencintai istrinya sementara sang istri sudah tidak bisa mencintai
suaminya sehingga berakibat istri tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik. Talak yang dijatuhkan
suami demi kemaslahatan istrinya hukumnya sunnah. Ada beberapa kondisi dimana talak hukumnya
sunnah :

Suami tidak mampu menanggung nafkah istri baik secara lahir maupun secara batin dan tidak mampu
memenuhi kewajiban suami terhadap istri.

Isteri tidak dapat menjaga kehormatan serta harkat dan martabat dirinya atau terdapat ciri-ciri istri yang
durhakadalam dirinya. Istri yang seperti ini sebenarnya bisa dihindari dengan mengetahui ciri wanita
yang baik untuk dinikahi.
17

•Thalak yang hukumnya Makruh

Talak hukumnya makruh jika suami menjatuhkan perkataan talak terhadap istrinya tanpa sebab yang
jelas dan keadaan rumah tangga yang baik-baik saja. Selain itu talak juga hukunmya makruh apabila istri
yang diceraikan memilki sifat yang baik dan taat kepada suaminya serta memiliki ciri-ciri istri shalehah.

•Thalak yang hukumnya Mubah

Talak yang hukumnya mubah adalah talak dimana suami memiliki keinginan untuk menceraikan istrinya
dikarenakan sudah tidak mencintai istrinya atau jika sang istri tidak dapat mematuhi suami serta
berperangai buruk. Jika suami tidak dapat menahan dan bersikap sabar maka talaq hukumnya mubah
atau boleh dilakukan. Hal ini juga bisa terjadi pabila suami lemah nafsunya atau istri yang tidak lagi
subur ( belum datang masa haid atau telah selesai masa haid)

•Thalak yang hukumnya Haram

Talak bisa menjadi haram apabila talak yang dijatuhkan suami tidak sesuai dengan petunjuk syariat
islam. Hal ini berarti, talak yang dijatuhkan pada kondisi dimana talak tersebut dilarang untuk diucapkan.
Kondisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1.Suami menceraikan istri saat istri masih dalam masa haid.

2.Suami menjatuhkan talak pada istri setelah ia disetubuhi tanpa diketahui hamil atau tidak.

3.Suami yang sedang sakit dan cerainya bertujuan supaya istri tidak mendapatkan hak atas hartanya.

4. mentalak istri dengan tiga talak sekaligus. Hal ini tidak sah meskipun jika talak satu diucapkan tiga kali
atau lebih.
18

12. MASA IDDAH

Masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari bahasa Arab dari kata (‫)الع َّدة‬
ِ yang bermakna perhitungan (
َ ْ‫[)ا ِإلح‬1] . Dinamakan demikian karena seorang menghitung masa suci atau bulan secara umum dalam
‫صاء‬
menentukan selesainya masa iddah. Menurut istilah para ulama, masa ‘iddah ialah sebutan atau nama
suatu masa di mana seorang wanita menanti atau menangguhkan perkawinan setelah ia ditinggalkan
mati oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan menunggu kelahiran bayinya, atau berakhirnya
beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah ditentukan.

HIKMAH ‘IDDAH

Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa ‘iddah, diantaranya:

1. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak.

2. Syariat Islam telah mensyariatkan masa ‘iddah untuk menghindari ketidakjelasan garis keturunan yang
muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah.

3. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah akad pernikahan.

4. Masa ‘iddah disyari’atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak memutuskan tali
kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian.

5. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila wanita yang
dicerai sedang hamil.

Dalil dari al-Qur`ân yaitu firman Allâh Azza wa Jalla :

‫ات يَتَ َربَّصْ نَ بِأ َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَاَل ثَةَ قُرُو ٍء‬
ُ َ‫َو ْال ُمطَلَّق‬

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ [al-Baqarah/2:228]

Sedangkan dalil dari sunnah banyak sekali, diantaranya :

‫َت تَحْ تَ زَ وْ ِجهَا تُ ُوفِّ َي َع ْنهَا َو ِه َي ُح ْبلَى فَخَ طَبَهَا أَبُو ال َّسنَابِ ِل‬ ْ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَ َّن ا ْم َرأَةً ِم ْن أَ ْسلَ َم يُقَا ُل لَهَا ُسبَ ْي َعةُ كَان‬َ ‫ج النَّبِ ِّي‬ ُ
ِ ْ‫ع َْن أ ِّم َسلَ َمةَ َزو‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ي‬ ْ ‫ال ثُ َّم َجا َء‬
َّ ِ‫ت النَّب‬ ْ َ‫آخ َر اأْل َ َجلَي ِْن فَ َم ُكث‬
ٍ َ‫ت قَ ِريبًا ِم ْن َع ْش ِر لَي‬ ِ ‫ال َوهَّللا ِ َما يَصْ لُ ُح أَ ْن تَ ْن ِك ِحي ِه َحتَّى تَ ْعتَدِّي‬ َ َ‫ت أَ ْن تَ ْن ِك َحهُ فَق‬
ْ َ‫َك فَأَب‬
ٍ ‫بْنُ بَ ْعك‬
ْ َ َ
‫َو َسل َم فقا َل ان ِك ِحي‬ َّ

19
Dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita dari Aslam
bernama Subai’ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu Sanâbil bin Ba’kak
melamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata, “Demi Allâh, dia tidak boleh
menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling panjang dari dua masa iddah. Setelah
sepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Menikahlah!” [HR al-Bukhâri no. 4906].

13. HIKMAH PERNIKAHAN


1. Pernikahan merupakan jalan keluar yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan seksual.
2. Pernikahan merupakan jalan terbaik untuk memuliakan anak, memperbanyak keturunan,
melestarikan hidup manusia, serta memelihara nasab.

3. Pernikahan menumbuhkan naluri kebapakan dan keibuan yang menumbuhkan pula perasaan cinta
dan kasih sayang.

4. Pernikahan menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja karena adanya rasa
tanggung jawab terhadap keluarganya.
5. Pernikahan akan mempererat tali kekeluargaan yang dilandasi rasa saling menyayangi sebagai modal
kehidupan masyarakat yang aman dan sejahtera.

20

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Sehingga dapat di simpulkan bahwa Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia
untuk berkembang biak, memiliki keturunan, mempertahankan keberadaannya dengan aturan-aturan
yang sudah ditentukan oleh Agama Islam sehingga kita bisa berkembang biak dengan baik dan benar
menurut Islam.

Tanpa Pernikahan dan aturan-aturan Islam, maka manusia kemungkinan akan berzina, berganti-ganti
pasangan, melakukan seks bebas sehingga mereka akan mirip seperti binatang yang selalu berganti-
ganti pasangan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Munarki, Abu. Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT. Berlian Putih,2006

Abdullah, Samsul. Tatacara Pernikahan, Jakarta: PT. Gramedia,2011

http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp

http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah

https://www.liputan6.com/citizen6/read/3873005/tujuan-pernikahan-dalam-islam-kamu-yang-berniat-
menikah-wajib-tahu

https://www.popbela.com/relationship/married/rosita-meinita/rukun-dan-syarat-sah-nikah/full

https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan

http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/makalah-pernikahan-dalam-agama-islam.html

https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/

https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-talak-dalam-pernikahan

https://almanhaj.or.id/3668-masa-iddah-dalam-islam.html

https://www.muslimpintar.com/pengertian-mahar-dan-macam-macam-mahar-pernikahan

buku paket pendidikan agama Islam kelas 12

22

Anda mungkin juga menyukai