Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN PENGAMPU : Solehan muchlas, S,Pd., M.Pd

KONSEP PERNIKAHAN DALAM ISLAM

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 10 :

Aries Apriyadi

Anafathur Agim

Taufik Rahman

Ricky johan Saputra

Muhammad Dafid

Achmad Dwi Santoso

Heri Warsito

JURUSAN TEHNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Alhamdullillahhirobil alamin, segalah


puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya tercurahkan kepada
kita yang tak terhingga ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ikatan kimia ini tepat
pada waktunya.

Sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW
dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin ya robal alamin.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan mengenai konsep
pernikahan dalam islam.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis
sangat mengaharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 1
1.2 RUMUS MASALAH.......................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 2
2.1 PERNIKAHAN................................................................................................................................... 2
2.2 PEMINANGAN (khitbah) .................................................................................................................. 2
2.3 TUJUAN PERNIKAHAN .................................................................................................................. 3
2.4 MANFAAT PERNIKAHAN .............................................................................................................. 3
2.5 SYARAT-SYARAT PERNIKAHAN ................................................................................................ 4
2.6 HUKUM PERNIKAHAN .................................................................................................................. 5
2.7 MAHAR.............................................................................................................................................. 6
2.8 THALAK (Perceraian)........................................................................................................................ 6
2.9 MASA ID‟DAH .................................................................................................................................. 8
2.10 HIKMAH ID‟DAH ........................................................................................................................... 8
BAB III ......................................................................................................................................................... 9
PENUTUP .................................................................................................................................................... 9
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahanmerupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya
Islam telahmemberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan,
lengkap dengantata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli
ibadah, tidak akanmemilih tata cara yang lain. Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak
dan memiliki keturunan, tetapi yang membedakanManusia dengan makhluk – makhluk lainnya
adalah ikatan pernikahan. Allah S.W.T menganjurkanManusia untuk menikah agar dapat
mempertahankan keberadaannya dan mengendalikan perkembangbiakan dengan cara yang sesuai
dan menurut kaiadah norma Agama, Laki-laki dan perempuan memiliki fitrah yang saling
membutuhkan satu sama lain.

1.2 RUMUS MASALAH

 Mengetahui tujuan menikah dalam islam


 Mempelajari tetang sunah menikah

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERNIKAHAN

Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga
dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia
yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan
yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang
dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan
manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.
Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan untuk membangun rumah tangga
dan melanjutkanketurunan. Pernikahan juga dipandang sebagai jalan untuk meningkatkan
ukhuwah islamiyah danmemperluas serta memperkuat tali silaturahmi diantara manusia. Secara
etimologi bahasa Indonesia pernikahan berasal dari kata nikah, yang kemudian diberi imbuhan
awalan “per” dan akhiran “an”.
Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian antara
laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam islam juga
berkaitandengan pengertian mahram (baca muhrim dalam islam) dan wanita yang haram dinikahi.

2.2 PEMINANGAN (khitbah)

Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan untuk
melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua pihak. Meminang
merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga
merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah harus dan hendaknya bukan dari
istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang. Pemberian seperti
cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan pertunangan. Apabila terjadi
ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika
disebabkan oleh wanita, maka hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat
semasa peminangan dilakukan. Melihatcalon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau
penyesalan terjadi setelah berumah tangga.Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat untuk
seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja. Hadist Rasullullah mengenai kebenaran
untuk melihat tunangan dan meminang:

“Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak
menikahdengan seorang perempuan: “Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya
tidak(kata lelaki itu kepada Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan
kamu terjamin kekekalan.” (Hadis RiwayatTarmizi dan Nasai)

Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah bertunangan:


“Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: “Kamu tidak boleh
meminangtunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan
untukmemutuskannya”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan)

2
3

2.3 TUJUAN PERNIKAHAN

 Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi, Pernikahan adalah fitrah
manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalahdengan „aqad nikah
(melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan,seperti
cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi,
homo,dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
 Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan Sasaran
utama dari disyari‟atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah
untukmembentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat
merendahkan dan merusakmartabat manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan
dan pembentukan keluarga sebagai saranaefektif untuk me-melihara pemuda dan pemudi
dari kerusakan, dan melindungi masyarakat darikekacauan.
 Investasi di Akhirat Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai
investasi kedua orangtua di akhirat.Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan
memberikan peluang bagi kedua orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat nanti.
Berbekal segala ilmu dalam beragama yang diperoleh selama didunia, bekal doa dari anak
merupakan hal yang dapat diharapkan kelak.
 Melaksanakan Sunah RasulTentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan
dari perbuatan maksiat. Namun sebagaiseorang muslim tentu saja kita memiliki panutan
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang
dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah. Dan pernikahanmerupakan salah satu sunnah
dari Rasulullah.

2.4 MANFAAT PERNIKAHAN

 Mendatangkan keberkahan
pernikahan akan mendorong seseorang terutama suami untuk sungguh-sungguh untuk
mencari nafkah yang banyak dan halal untuk anak dan istrinya, sehingga dengan kerja
kerasnya akan menimbulkan kemakmuran, kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup
berumah tangga.
 Memperluas persaudaraan
pernikahan dalam arti luas tidak hanya menyatukan dan memperluas kekerabatan diantara
duakeluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. terlebih lagi jika
terjadi pernikahan diluar suku, daerah maka kekerabatan akan semakin luas, karena
menyatukan kedua suku yang berbedatradisi dan kebudayaan.
 Meningkatkan kesungguhan mencari nafkah
4

Nikah dapat mendorong seseorang terutama laki-laki untuk bersungguh-sungguh dalam


mencarirezeki yang banyak dan halal, sebab laki-laki lah yang harus bertanggung jawab
terhadap istri dananak-anaknya, baik yang berkaitan dengan jasmani maupun rohani
mereka.
 Menciptakan keturunan yang baik
Nikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan keturunan yang baik dan mulia
sekaligusmerupakan upaya menjaga kelangsungan hidup sesuai dengan ajaran agama.
 Penyempurna Agama
Melaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari agama
sehinggamelengkapi takwa kita yang juga diimbangi dengan melakukan separuh ibadah
lainnya.Rasulullah SAW bersabda:

“Jika seseorang menikah maka berarti dia telah menyempurnakan separuh


agamanya. Maka bertaqwalah pada paruh yang lain”.

Hal senada telah diriwayatkan dariAnas ra, beliau berkata:

“Apabila seorang hamba menikah, maka telah sempurna separuh agamanya,maka


takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya“.

2.5 SYARAT-SYARAT PERNIKAHAN

 Beragama Islam bagi mempelai Laki-laki dan Perempuan


Pernikahan yang didasarkan pada syariat Islam, maka haruslah mempelai laki-laki dan
perempuan beragama Islam. Nggak akan sah pernikahan tersebut jika seorang muslim
menikahi non muslimdengan menggunakan tata cara ijab dan qabul secara Islam.
 Bukan Laki-laki mahram
bagi calon Istri pernikahan merupakan bersatunya sepasang laki-laki dan perempuan yang
nggak mempunyaiikatan darah. Diharamkan bagi pernikahan jika mempelai perempuan
merupakan mahrom mempelailaki-laki dari pihak ayah. Oleh karena itu mengecek riwayat
keluarga juga diperlukan sebelumterjadinya pernikahan.
 Mengetahui Wali akad nikah
Penentuan wali juga penting untuk dilakukan sebelum menikah. Bagi seorang laki-laki,
mengetahuiasal usul seorang perempuan juga diperlukan. Apabila ayah dari mempelai
perempuan sudahmeninggal bisa diwakilkan oleh kakeknya. Pada syariat Islam, terdapat
wali hakim yang bisa menjadiwali dalam sebuah pernikahan.
 Tidak sedang melaksanakan Haji
Ibadah haji merupakan ibadah yang segala sesuatunya dilipat gandakan. Akan tetapi saat
seseorangmelakukan ibadah haji nggak diperkenankan untuk melakukan pernikahan.
 Tidak Karena paksaan
5

Saat pernikahan terjadi, nggak ada paksaan dari pihak manapun. Oleh karena itu
pernikahan harusdidasarkan pada inisiatif dan keikhlasan kedua mempelai untuk hidup
bersama. Jika dahulu pernikahan terjadi karena dorongan pihak perempuan, sekarang
pernikahan merupakan pilihan dari keduamempelai untuk memulai hidup bersama.

2.6 HUKUM PERNIKAHAN

Menurut sebagian besar Ulama, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya boleh
dikerjakandan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak
dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena Nabiullah
Muhammad SAW melakukannya,itu dapat diartikan juga bahwa pernikahan itu sunnah
berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan oleh beliau.Akan tetapi hukum pernikahan dapat
berubah menjadi sunnah,wajib, makruh bahkan haram,tergantung kondisi orang yang akan
menikah tersebut.

Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah


Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan mampu
menahan perbuatan zina walaupun dia tidak segera menikah. Sebagaimana sabda RasullullahSAW
:
Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk menikah,
makahendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan
lebih dapatmemelihara kelamin (kehormatan); dan barang siapa tidak mampu menikah,
hendaklah ia berpuasa,karena puasa itu menjadi penjaga baginya.”
(HR. Bukhari Muslim).

Pernikahan Yang Dihukumi Wajib


Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin melakukan
pernikahantersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, maupun
mental dan iakhawatir apabila ia tidak segera menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib
baginya untuksegera menikah.

Pernikahan Yang Dihukumi Makruh


Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin melakukan
pernikahantersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani, rohani, mental maupun meteriil
dalam menafkahikeluarganya kelak.

Pernikahan Yang Dihukumi Haram


6

Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin melakukan
pernikahantersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam pernikahan tersebut, baik
menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti secara materiil.

2.7 MAHAR

Mahar atau maskawin adalah suatu pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan
yang merupakan salah satu syarat sah dalam sebuah pernikahan atau perkawinan. hukum
memberikanmahar adalah wajib bagi laki-laki, walaupun mahar bukan termasuk syarat atau rukun
nikah. Mahardalam sebuah pernikahan dianggap penting karena selain diwajibkan oleh agama
mahar jugamerupakan tanda kesungguhan dan penghargaan dari pihak laki-laki sebagai calon
suami kepada calonistrinya. namun pemberian mahar ini tidak berarti bahwa calon suami telah
membeli calon istrinya dariorang tuanya. karena sebesar apapun mahar yang diberikan oleh calon
suami tidak dapat disetarakan dengan harkat dan martabat seseorang.Allah Swt berfirman dalam
surat An-Nisa ayat 24:

Artinya: “Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah
maskawinnya kepada mereka sebagai suatu kewajiban.” (QS. An-Nisa :24)

Pemberian mahar yang utama harus didasarkan kepada nilai dan manfaat yang terkandung
didalamnya.Karena islam menyerahkan masalah ini masing-masing sesuai dengan kemampuan
dan adat yang berlaku di dalam masyarakat, dengan syarat tidak berbentuk sesuatu yang
mendatangkan mudharat,membahayakan atau berasal dari usaha yang haram

2.8 THALAK (Perceraian)

Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam tetapi
dibolehkan denganalasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa bermaksud melepaskan
ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa maksud melepaskan ikatan perkahwinan dengan
lafaz talak dan seumpamaanya. Talak merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir sekiranya
suami dan isteri tidak dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari kebahagian
berumahtangga. Talak merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi dibenarkan.

Hukum Thalak :
7

 Thalak yanghukumnya Wajib


1. Talak bisa menjadi wajib apabila ditemui beberapa kondisi berikut :
2. Jika suami isteri memiliki kemungkinan damai yang amat kecil atau sulit untuk
3. didamaikan melalui proses mediasi.
4. Sebelum perceraian terjadi biasanya ada dua orang wakil dari pihak suami atau
isteri yang akanmembantu proses mediasi. Namun apabila mediasi ini gagal maka cerai bisa
menjadi wajibhukumnya.
5. Jika pengadilan menjatuhkan pendapat sekiranya talak lebih baik dijatuhkan
daripada meneruskan pernikahan. Jika suami tidak dapat mengucapkan talak sementara
talak wajib hukumnya makasuami akan berdosa.
6. Talak juga wajib hukumnya bagi suami yang meng-ila‟ istrinya yakni suami
bersumpah untuk tidak menggauli istrinya. Masa ila ini ditangguhkn hingga empat bulan
dan apabila setelah empat bulan berlalu suami enggan kembali kepada istrinya maka hakim
berhak untuk memaksa suami mengikrarkan talak.
 Thalak Sunnah
Talak hukumnya sunnah apabila dijatuhkan kepada suami dengan ikhlas demi kebaikan
istrinya danuntuk mencegah kemudharatan apabila istrinya tetap tinggal bersamanya. Biasanya
hal ini terjadi apabila sebenarnya suami masih mencintai istrinya sementara sang istri sudah
tidak bisa mencintai suaminya sehingga berakibat istri tidak dapat melakukan tugasnya dengan
baik. Talak yang dijatuhkan suami demi kemaslahatan istrinya hukumnya sunnah. Ada
beberapa kondisi dimana talak hukumnya sunnah :
1. Suami tidak mampu menanggung nafkah istri baik secara lahir maupun secara
batin dan tidak mampu memenuhi kewajiban suami terhadap istri.
2. Isteri tidak dapat menjaga kehormatan serta harkat dan martabat dirinya atau
terdapat ciri-ciri istriyang durhaka dalam dirinya. Istri yang seperti ini sebenarnya bisa
dihindari dengan mengetahui ciri wanita yang baik untuk dinikahi.
 Thalak yanghukumnya Makruh
Talak hukumnya makruh jika suami menjatuhkan perkataan talak terhadap istrinya tanpa sebab
yang jelas dan keadaan rumah tangga yang baik-baik saja. Selain itu talak juga hukumnya
makruh apabila istri yang diceraikan memilki sifat yang baik dan taat kepada suaminya serta
memiliki ciri-ciri istri shalehah.
 Thalak yanghukumnya Mubah
Talak yang hukumnya mubah adalah talak dimana suami memiliki keinginan untuk
menceraikan istrinya dikarenakan sudah tidak mencintai istrinya atau jika sang istri tidak dapat
mematuhi suami serta berperangai buruk. Jika suami tidak dapat menahan dan bersikap sabar
maka talaq hukumnya mubah atau boleh dilakukan. Hal ini juga bisa terjadi pabila suami
lemah nafsunya atau istri yang tidak lagi subur ( belum datang masa haid atau telah selesai
masa haid)
 Thalak yanghukumnya Haram
8

Talak bisa menjadi haram apabila talak yang dijatuhkan suami tidak sesuai dengan petunjuk
syariatislam. Hal ini berarti, talak yang dijatuhkan pada kondisi dimana talak tersebut dilarang
untukdiucapkan. Kondisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Suami menceraikan istri saat istri masih dalam masa haid.
2. Suami menjatuhkan talak pada istri setelah ia disetubuhi tanpa diketahui hamil
atau tidak.
3. Suami yang sedang sakit dan cerainya bertujuan supaya istri tidak mendapatkan
hak atas hartanya.
4. Suami mentalak istri dengan tiga talak sekaligus. Hal ini tidak sah meskipun jika
talak satudiucapkan tiga kali atau lebih.

2.9 MASA ID’DAH

Masa yang ditetapkan syari‟at terhadap perempuan sesudah terjadinya perceraian, agar
menahan diri untuk menikah kembali sampai selesainya masa iddah tersebut, ini pengertian iddah
menurut istilah. Pengertian iddah adalah ketika putusnya pernikahan pria dan wanita, maka
diwajibkan bagi perempuan untuk menunggu atau menahan diri untuk tidak menikah sampai
dengan masa yang telah ditentukan oleh syari‟at. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
seorang perempuan yang telah diceraikan itu dalam keadaan hamil atau tidak serta untuk
mengetahui kebersihan rahimnya dari perkawinannya

2.10 HIKMAH ID’DAH

Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa „iddah, diantaranya:
1. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak.
2. Syariat Islam telah mensyariatkan masa „iddah untuk menghindari ketidakjelasan
garisketurunan yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah.
3. Masa „iddah disyari‟atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah
akad pernikahan.
4. Masa „iddah disyari‟atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak
memutuskantali kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian.
5. Masa „iddah disyari‟atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila
wanitayang dicerai sedang hamil.
Dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita dari
Aslam bernama Subai‟ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu Sanâbil
bin Ba‟ka melamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata, “Demi Allâh,
dia tidak boleh menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling panjang dari dua
masa iddah. Setelah sepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam dan
Nabi Shallallahu „alaihiwa sallam bersabda, “Menikahlah!” [HR al-Bukhâri no. 4906].
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sehingga dapat di simpulkan bahwa Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting
bagi manusia untuk berkembang biak, memiliki keturunan, mempertahankan keberadaannya
dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh Agama Islam sehingga kita bisa berkembang
biak dengan baik dan benar menurut Islam. Tanpa Pernikahan dan aturan-
aturan Islam, maka manusia kemungkinan akan berzina, berganti-ganti pasangan, melakukan
seks bebas sehingga mereka akan mirip seperti binatang yang selalu berganti-ganti pasangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.popbela.com/relationship/married/rosita-meinita/rukun-dan-syarat-sah-nikah/full
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan
http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/makalah-pernikahan-dalam-agama-islam.html
https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-talak-dalam-pernikahan
https://almanhaj.or.id/3668-masa-iddah-dalam-islam.html
https://www.muslimpintar.com/pengertian-mahar-dan-macam-macam-mahar-pernikahan/11

10

Anda mungkin juga menyukai