Anda di halaman 1dari 26

PERNIKAHAN

Makalah Ditujukan untuk Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Penilaian Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Tahun Ajaran 2014/2015

Oleh Chamidah Alfa Syauqi (4103131021)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MULTIMEDIA DAN BROADCASTING DEPARTEMEN MULTIMEDIA KREATIF

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA


2014

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya bagi kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Bab Pernikahan ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Imamul Arifin, selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini. 2. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh Karena itu kami sangat berterima kasih apabila ada kritik atau saran yang membangun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan nantinya dapat bermanfaat bagi penyusun serta kalangan pembaca pada umumnya.

Surabaya, 6 Maret 2014

Penyusun

Daftar Isi
Halaman judul Kata Pengantar....................................................................................... 2 Daftar Isi ................................................................................................. 3

Bab I Pendahuluan 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang Masalah ..................................................... 4 Rumusan Masalah.............................................................. 5 Tujuan ................................................................................ 5

Bab II Pembahasan 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 Etika pergaulan................................................................... 6 Pengertian pernikahan ....................................................... 9 Hakikat dan tujuan pernikahan ........................................... 10 Prinsip memilih jodoh & UU perkawinan ............................. 14 Keluarga bahagia menurut Islam ........................................ 22

Bab III Penutup 3.1 3.2 Kesimpulan ......................................................................... 25 Saran .................................................................................. 25

Daftar Pustaka ........................................................................................ 26

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah Apabila kita berbicara tentang pernikahan maka dapatlah kita memandangnya dari dua buah sisi. Dimana pernikahan

merupakan sebuah perintah agama. Sedangkan di sisi lain adalah satu-satunya jalan penyaluran sexs yang disah kan oleh

agama.dari sudut pandang ini, maka pada saat orang melakukan pernikahan pada saat yang bersamaan dia bukan saja memiliki keinginan untuk melakukan perintah agama, namun juga memiliki keinginan memenuhi kebutuhan biologis nya yang secara kodrat memang harus disalurkan. Sebagaimana kebutuhan lain nya dalam kehidupan ini, kebutuhan biologis sebenar nya juga harus dipenuhi. Agama islam juga telah menetapkan bahwa satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia adalah hanya dengan pernikahn, pernikahan merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih mencermati kandungan makna tentang masalah pernikahan ini. Di dalam al-Quran telah dijelaskan bahwa pernikahan ternyata juga dapat membawa kedamaian dalam hidup seseorang (litaskunu ilaiha). Ini berarti pernikahan sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai sarana penyaluran kebutuhan sex namun lebih dari itu pernikahan juga menjanjikan perdamaian hidup bagi manusia dimana setiap manusia dapat membangun surge dunia di dalam nya. Smua hal itu akan terjadi apabila pernikahan tersebut benarbenar di jalani dengan cara yang sesuai dengan jalur yang sudah ditetapkan islam.

1.2

Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas timbul permasalahan yang perlu di dibahas sedikit tentang: 1. Etika pergaulan 2. Pengertian pernikahan 3. Hakikat dan tujuan pernikahan 4. Prinsip memilih jodoh & UU perkawinan 5. Keluarga bahagia menurut Islam

1.3

Tujuan 1. Untuk mengetahui makna dari pernikahan itu. 2. Untuk memahami hikmah, hukum-hukum, dan tujuan pernikahan. 3. Agar bisa memilih pasangan hidup dengan tepat menurut pandangan islam.

Bab II Pembahasan
2.1 Etika Pergaulan Satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan. Islam sangat memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di hari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia ini. Kita bisa memahami hakikat pergaulan dalam Islam dengan melihat Al Quran : Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya jalan (QS.17:32). Dan, kita bisa memahami rambu-rambu Ilahiah seperti berikut ini : 1. Rambu hati, didasarkan hadits shahih Bukhari : Zina itu banyak cabangnya, yaitu zina hati, mata, dan telinga, dan alat kelaminlah yang akan membuktikan apakah berzina atau tidak. 2. Rambu mata, didasarkan pada hadits shahih Bukhari Apabila seseorang memalingkan pandangannya pada wanita (lawan jenis;pen) yang bukan muhrimnya karena takut kepada Allah, maka Allah akan membuat dia merasakan manisnya iman. Dalam An-Nur/24:30-31 ada larangan untuk mengumbar pandangan, dan hadits lewat Imam Ali : Hai Ali, hanya dijadikan halal bagimu pandangan yang pertama(Bukhari). 3. Rambu telinga, adanya larangan untuk mendengar perkataanperkataan yang tidak senonoh dan jorok.

4. Rambu tangan, wujudnya dengan martubasi dan bersalaman atau menyentuh lawan jenis yang bukan muhrimnya.

Didasarkan pada hadits : Lebih baik seseorang menggenggam bara api (babi, di lain riwayat) atau ditombak dari duburnya hingga menembus kepala daripada menyentuh wanita yang bukan muhrimnya.

Rasullullah selama hidupnya tidak pernah menyentuh wanita yang bukan muhrimnya, hanya mengucapkan salam. 5. Rambu kaki, larangan untuk melangkahkan kaki ke tempattempat maksiat atau tempat dimana terjadi pembauran laki-laki wanita yang tidak dikehendaki dalam Islam. Khusus wanita dilarang menghentakkan kaki dengan maksud memperlihatkan perhiasan (An-Nur/24:31). 6. Rambu suara, dasarnya surat Al-Ahzab/33:32 : Hai isteri-isteri Nabi, tiadalah kamu seperti salah seorang dari perempuan-perempuan itu jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lembut dalam berbicara sehingga tertariklah orang yang di hatinya ada penyakit (keinginan), dan ucapkanlah perkataan yang baik. Ayat ini tentu tidak hanya ditujukan buat isteri Rasul semata. Untuk itu kita perlu berhati-hati terhadap suara yang mendayu, mendesah, merayu seperti sering dieksploitasi media massa. 7. Rambu Hai seluruh tubuh, dasarnya kepada An-Nur/24:1, 31, Al-

Ahzab/33:59). nabi, katakanlah isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan perempuan-perempuan mukmin, Hendaklah mereka itu memakai jilbab atas dirinya. Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal, maka mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampunlagi Maha Penyayang. Ayat di atas mewajibkan kita untuk menutup seluruh tubuh kecuali

muka dan telapak tangan, kecuali muhrimnya. Sementara untuk pria auratnya adalan antara pusar dengan lutut. Islam juga telah mengatur etika pergaulan laki-laki dan perempuan. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh kita umat islam. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah : 1. Wajib atas pria dan wanita untuk menundukkan pandangannya, kecuali empat hal : a. Bertujuan meminang b. Belajar-mengajar c. Pengobatan d. Proses pengadilan (At-Tarbiyah Al-Aulad Fil Islam, Abdullah Nashih Ulwan) 2. Menutup aurat secara sempurna, tidak sekadar tutup tapi masih kelihatan lekuk tubuh dan bentuknya. 3. Larangan bepergian buat wanita tanpa muhrim sejauh perjalan sehari semalam (pendapat lain, seukuran jamak sholat). 4. Bagi yang sudah berkeluarga, seorang isteri dilarang pergi tanpa ijin suami. 5. Larangan bertabarruj bagi wanita (bersolek/berdandan untuk memperlihatkan perhiasan dan kecantikan kepada orang lain) kecuali untuk suami. 6. Larangan berkhalwat (berdua-dua antara pria dan wanita di temapat sepi) 7. Perintah untuk menjauhi tempat-tempat yang subhat, menjurus maksiat. 8. Anjuran untuk menjauhi ikhtilat antara kelompok pria dan kelompok wanita. 9. Hubungan taawun (tolong menolong) pria dan wanita dilakukan dalam bentuk umum, seperti muamalah.

10. Anjuran segera menikah, bila tidak mampu suruhan berpuasa dilaksanakan. 11. Anjuran bertawakkal, menyerahkan segala permasalahan pada Allah. 12. Islam menyuruh pria dan wanita untuk bertakwa kepada Allah sebagai kendali internal jiwa seseorang terhadap perbuatan dosa dan maksiat.

2.2

Pengertian Pernikahan Perkawinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan bercampur. Menurut istilah syarak pula ialah ijab dan qabul (aqad) yang menghalalkan persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang diucapkan oleh kata-kata yang menunjukkan nikah, menurut peraturan yang ditentukan oleh Islam. Perkataan zawaj digunakan di dalam al-Quran bermaksud pasangan dalam penggunaannya perkataan ini bermaksud perkahwinan Allah s.w.t. menjadikan manusia itu berpasang-pasangan, menghalalkan perkahwinan dan mengharamkan zina. Adapun nikah menurut syariat nikah juga berarti akad. Sedangkan pengertian hubungan badan itu hanya metafora saja. Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan. Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam. Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak. Dari mulai bagaimana mencari kriteria calon calon pendamping hidup, hingga bagaimana memperlakukannya kala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam menuntunnya. Begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan

tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, begitu pula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Melalui makalah yang singkat ini insyaallah kami akan membahas perkawinan menurut hukum islam. Pernikahan adalah sunnah karuniah yang apabila

dilaksanakan akan mendapat pahala tetapi apabila tidak dilakukan tidak mendapatkan dosa tetapi dimakruhkan karna tidak mengikuti sunnah rosul. Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insan dengan jenis berbeda yaitu laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan perjanjian atau akad. Suatu pernikahan mempunyai tujuan yaitu ingin membangun keluarga yang sakinah mawaddah warohmah serta ingin

mendapatkan keturunan yang solihah. Keturunan inilah yang selalu didambakan oleh setiap orang yang sudah menikah karena keturunan merupakan generasi bagi orang tuanya.

2.3

Hakikat dan Tujuan Pernikahan Hakikat Pernikahan Allah SWT berfirman : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Arruum, 21) Pernikahan menjadikan proses keberlangsungan hidup manusia didunia ini berlanjut, darigenerasi ke generasi. Selain juga menjadi penyalur nafsu birahi, melalui hubungan suami istri serta menghindari godaan syetan yang menjerumuskan. Pernikahan juga

10

berfungsi untuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan berdasarkan pada asas saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan penghormatan muslimah berkewajiban untuk

mengerjakan tugas didalam rumah tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak, dan menciptakan suasana yang

menyenangkan. Supaya suami dapat mengerjakan kewajibannya dengan baik untuk kepentingan dunia dan akhirat. Adapun hikmah yang lain dalam pernikahannya itu yaitu : a. Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan berketurunan. b. Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan. c. Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan bencrengkramah dengan pacarannya. d. Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan yang diciptakan. Tujuan Pernikahan Dan tujuan dari pernikahan adalah sebagai berikut: 1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi Perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam. 2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur Sasaran utama dari disyariatkannya perkawinan d alam Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia

11

dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam

memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Artinya : Wahai para pemuda! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya. 3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami Dalam Al-Quran disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya Thalaq (perceraian), jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut : Artinya : Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukumhukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.

Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dhalim. Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syariat Allah. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah lanjutan ayat di atas :

12

Artinya : Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dikawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk kawin kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui . Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syariat Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syariat Islam adalah wajib. 4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amalamal shalih yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun termasuk ibadah (sedekah). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Artinya : Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah!. Mendengar sabda Rasulullah para shahabat keheranan dan bertanya : Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala? Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami)

bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa? Jawab para shahabat: Ya, benar. Beliau bersabda lagi : Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala!. 5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih

13

Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, Allah berfirman : Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anakanak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?. Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar.

2.4

Prinsip Memilih Jodoh dan UU Perkawinan Prinsip Memilih Jodoh Menurut Islam Setiap orang yang berumah tangga tentu mengharapkan keluarganya akan menjdi keluarga yang sakinah mawadah warakhmah. Kehidupan rumah tangganya dapat menjadi surga didunia dapat menjadi diri dan keluarganya. Apalagi pada saat ini banyak sekali kasus peceraian keluarga dijumpai ditengah-tengah masyakat yang semakin berkembang ini. Alasan dalam peceraian itu bermacam-macam, dari alas an pendapatan istri lebih besar dari pada suami, selingkuh dengan adanya orang ke tiga, kekerasan dalam rumah tanggah, dan lain-lain. Maka dari itu dalam membanggun mahligai surga rumah tangga persiapan awal harus dilakukan pada saat memilih jodoh. Islam menganjurkan kepada umatnya ketika mencari jodoh itu harus berhati-hati baik laki-laki maupun perempuan, hal ini dikarenakan masa depan kehidupan rumah tangga itu

14

berhubungan sangat erat dengan cara memilih suami maupun istri. Untuk itu kita sebagai umat muslim harus memperhatikan kriteria dalam memilih pasangan hidup yang baik. Dasar firman Allah SWT yang berbunyi : Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurniaNya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui. (An-Nisa, 31) Dan dari sabda Rasullah yang artinya : Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabdah : sesunguhnya seorang wanita itu dinikahi atas empat perkara, yaitu : harta, nasab, kecantikan, dan agamanya, maka perolehlah yang mempunyai agama maka akan berdeburlah tanganmu. Dalam memilih istri hendaknya menjaga sifat-sifat wajib. Syeh jalaluddin Al-qosimi Addimasyai dalam kitab Al-mauidotul Mukminin menyebutkan ada kriteria bagi laki-laki dalam memilih jodoh : a. Baik agamanya : hendaknya ketika memilih istri itu harus memperhatikan agama dari sisi istri tersebut. b. Luhur budi pekertinya : seorang istri yang luhur budi pekertinya selalu sabar dan tabah menghadapi ujian apapun yang akan dihadapi dalam perjalanan hidupnya. c. Cantik wajahnya : setiap orang laki-laki cenderung menyukai kecantikan begitu pula sebaliknya. Kecantikan wajah yang disertai kesolehahhan prilaku membuat pasangan tentram dan cenderung melipahkan kasih sayangnya kepadanya, untuk sebelum menikah kita disunahkan untuk melihat pasangan kita masing-masing.

15

d. Ringan maharnya : Rasullullah bersabda : salah satu tanda keberkahan perempuan adalah cepat kawinnya, cepat

melahirkannya, dan murah maharnya. e. Subur : artinya cepat memperoleh keturunan dan wanita itu tidak berpenyakitan. f. Masih perawan : jodoh yang terbaik bagi seorang laki-laki perjaka adalah seorang gadis. Rasullullah pernah mengikatkan Jabbir RA yang akan menikahi seorang janda : alangkah baiknya kalau istrimu itu seorang gadis, engkau dapat bermainmain dengannya dan ia dapat bermain-main denganmu. g. Keturunan keluarga baik-baik : dengan sebuah hadist Rasullallah besabda : jauhilah dan hindarkan olehmu rumput mudah tumbuh ditahi kerbau. Maksudnya : seorang yang can tik dari keturunan orang-orang jahat. h. Bukan termasuk muhrim : kedekatan hubungan darah membuat sebuah pernikahan menjadi hambar, disamping itu menurut ahli kesehatan hubungan darah yang sangat dekat dapat

menimbulkan problem genetika bagi keturunannya. Dalam memilih calon suami bagi anak perempuan hendaknya memilih orang yang memiliki akhlak, kehormatan dan nama baik. Dengan demikian jika ia menggauli istrinya maka istrinya maka ia menggaulinya dengan baik, jika menceraikan maka ia menceraikan dengan baik. Rasullah bersabda: Barang siapa mengawinkan anak

perempuannya denga orang yang fasik makasungguh dia telah memutuskan hubungan persaudaraan. Seorang laki-laki berkata kepada hasan bin ali, Sesungguhnya saya memiliki seorang anak perempuan maka siapakah menurutmu orang cocok agar saya dapat menikahkan untuknya? hasan menjawab: Nikahkanlah dia dengan seorang yang beriman kepada

16

Allah SWT, jika ia mencintainya maka dia akan memuliahkannya dan jika dia membencinya maka dia tidak mendzoliminya. Undang-undang Pernikahan Di Indonesia masalah perkawinan diatur dalam UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, yang mulai diundangkan pada tanggal 2 januari 1974. Undang-undang tersebut dibuat dengan mempertimbangkan bahwa falsafah Negara Republik Indonesia adalah Pancasila, maka perlu dibuat undang-undang perkawinan yang berlaku bagi semua warga negara . Bagi umat islam di Indonesia, undang-undang tersebut meskipun tidak sama persis dengan hukum pernikahaan di dalam fikih islam, namun dalam pembuatannya telah di cermati secara mendalam sehingga tidak bertentangan dengan hokum islam. Dalam islam sendiri, pernikahan memliki rukun dan syarat yang harus kita ketahiu, yaitu sebagai berikut: a. Rukun Nikah Pengantin laki-laki Pengantin perempuan Wali Dua orang saksi laki-laki Mahar Ijab dan kabul (akad nikah)

b. Syarat Calon Suami Islam Laki-laki yang tertentu Bukan lelaki muhrim dengan calon istri Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut Bukan dalam ihram haji atau umroh Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu

17

Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri

c. Syarat Bakal Istri Islam Perempuan yang tertentu Bukan perempuan muhrim dengan calon suami Bukan seorang banci Akil Baligh Bukan dalam ihram haji atau umroh Tidak dalam iddah Bukan istri orang Syarat wali[sunting | sunting sumber] Islam, bukan kafir dan murtad Lelaki dan bukannya perempuan Telah pubertas Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan Bukan dalam ihram haji atau umroh Tidak fasik Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya Merdeka Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Jika syarat-syarat wali terpenuhi seperti di atas maka sahlah sebuah pernikahan itu.Sebagai seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal yag wajib seperti ini.Jika tidak, kita hanya akan dianggap hidup dalam berzinahan selamanya.

18

d. Jenis-jenis Wali Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang mempunyai hak mewalikan cucu pernikahan anak dengan

perempuannya

atau

perempuannya

persetujuannya (sebaiknya perlu mendapatkan kerelaan calon istri yang hendak dinikahkan) Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan berhak menjadi wali Wali abad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi wali, jikalau wali aqrab berkenaan tidak ada. Wali abad ini akan digantikan oleh wali abad lain dan begitulah seterusnya mengikut susunan tersebut jika tidak ada yang terdekat lagi. Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah atau pihak berkuasa pada negeri tersebut oleh orang yang telah dilantik menjalankan tugas ini dengan sebab-sebab tertentu e. Syarat-syarat Saksi Sekurang-kurangya dua orang Islam Berakal Telah pubertas Laki-laki Memahami isi lafal ijab dan qobul Dapat mendengar, melihat dan berbicara Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak melakukan dosa-dosa kecil) Merdeka

f. Syarat Ijab Pernikahan nikah ini hendaklah tepat

19

Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran Diucapkan oleh wali atau wakilnya Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak atau pernikahan (ikatan suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)

Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan) Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada calon suami:"Aku nikahkan Anda dengan Diana Binti Daniel dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai".

g. Syarat Qobul Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab Tidak ada perkataan sindiran Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu) Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak) Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan) Menyebut nama calon istri Tidak ditambahkan dengan perkataan lain Contoh sebutan qabul(akan dilafazkan oleh bakal

suami):"Aku terima nikahnya dengan Diana Binti Daniel dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai" ATAU "Aku terima Diana Binti Daniel sebagai istriku". Setelah qobul dilafalkan Wali/wakil Wali akan mendapatkan kesaksian dari para hadirin khususnya dari dua orang saksi pernikahan dengan cara meminta saksi mengatakan lafal

20

"SAH" atau perkataan lain yang sama maksudya dengan perkataan itu. Selanjutnya Wali/wakil Wali akan membaca doa selamat agar pernikahan suami istri itu kekal dan bahagia sepanjang kehidupan mereka serta doa itu akan diAminkan oleh para hadirin Bersamaan itu pula, mas kawin/mahar akan diserahkan kepada pihak istri dan selanjutnya berupa cincin akan dipakaikan kepada jari cincin istri oleh suami sebagai tanda dimulainya ikatan kekeluargaan atau simbol pertalian kebahagian suami istri.Aktivitas ini diteruskan dengan suami mencium istri.Aktivitas ini disebut sebagai "Pembatalan Wudhu".Ini karena sebelum akad nikah dijalankan suami dan isteri itu diminta untuk berwudhu terlebih dahulu. Suami istri juga diminta untuk salat sunat nikah sebagai tanda syukur setelah pernikahan berlangsung. Pernikahan Islam yang memang amat mudah karena ia tidak perlu mengambil masa yang lama dan memerlukan banyak asetaset pernikahan disamping mas kawin,hantaran atau majelis umum (walimatul urus)yang tidak perlu dibebankan atau dibuang. h. Wakil Wali/ Qadi Wakil wali/Qadi adalah orang yang dipertanggungjawabkan oleh institusi Masjid atau jabatan/pusat Islam untuk menerima tuntutan para Wali untuk menikahkan/mengahwinkan bakal istri dengan bakal suami.Segala urusan pernikahan, penyediaan aset pernikahan seperti mas kawin, barangan hantaran (hadiah), penyedian tempat pernikahan,jamuan makan kepada para hadirin dan lainnya adalah tanggungjawab pihak suami istri itu. Qadi hanya perlu memastikan aset-aset itu telah disediakan supaya urusan pernikahan berjalan lancar. Disamping

21

tanggungjawabnya

menikahi

suami

istri

berjalan

dengan

sempurna, Qadi perlu menyempurnakan dokumen-dokumen berkaitan pernikahan seperti sertifikat pernikahan dan

pengesahan suami istri di pihak tertinggi seperti mentri agama dan administratif negara.Untuk memastikan status resmi suami isteri itu sentiasa sulit dan terpelihara.Qadi selalunya dilantik dari kalangan orang-orang alim (yang mempunyai pengetahuan dalam agama Islam dengan luas) seperti Ustaz, Muallim, Mufti, Sheikh ulIslam dan sebagainya.Qadi juga mesti merupakan seorang laki-laki Islam yang sudah merdeka dan telah pubertas.

2.5

Keluarga bahagia menurut Islam Pembentukan kehidupan rumah tangga yang Islami dan selaras dengan nilai-nilai Islam yamg terdapat dalam Al-Qur'an Dan Sunnah (Al-Hadits) memang sudah selayaknya dan seharusnya kita lakukan sebagai umat islam. Landasan kita dalam beragama adalah dua petunjuk tersebut yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadist. Bila kita berpijak pada keduanya, maka tidak akan tersesat kehidupan kita baik kehidupan dunia maupun akherat kita. Berikut beberapa hal yang bisa menjadikan tips membina keluarga sakinah mawaddah warahmah dalam keluarga yaitu diantaranya: a. Memahami Makna Tujuan Pernikahan. Seperti yang diutarakan diatas mengenai dalil sebuah tujuan menikah yang tercantum dalam Al-Qur'an surat Ar Rum ayat ke 21. Kita tanamkan niatan yang benar bahwa pembentukan keluarga dalam bentuk pernikahan yang syah dan benar baik dalam agama maupun sah di dalam aturan negara dalam rangka pembentukan sebuah keluarga sakinah ialah rumah tangga yang dibina atas landasan taqwa, berpandukan AlQuran dan Sunnah dan bukannya atas dasar cinta sematamata. Walaupun memang cinta kepada lawan jenis adalah

22

kodrat alami manusia, akan tetapi agama mengatur hal tersebut dengan aturan yang indah dan bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akheratnya. b. Membentuk Rumah Tangga Untuk Menciptakan Kasih Sayang (Mawaddah Warahmah). Ini adalah merupakan cara membina keluarga bahagia dan sakinah selanjutnya. Tanpa adanya 'al-mawaddah' serta 'alRahmah', maka sebuah kehidupan masyarakat tidak akan dapat hidup dengan tenang dan aman terutamanya dalam lingkup kecil sebuah keluarga. Dua hal tersebut adalah merupakan pilar penting yang diperlukan karena sifat kasih sayang yang wujud dalam sebuah rumah tangga dapat melahirkan menghormati, sebuah saling

masyarakat

yang

bahagia,

saling

mempercayai dan saling tolong-menolong dalam kebaikan. Tanpa kasih sayang, sebuah perkawinan akan hancur,

kebahagiaan hanya akan menjadi impian semua saja. Dan ini adalah termasuk ciri kriteria keluarga bahagia sakinah

mawaddah. c. Menjalankan Kewajiban Hak Sebagai Suami Dan Istri Dengan Baik. Dalam Islam telah banyak diajarkan bagaimana hak seorang istri, kewajiban seorang istri. Apa saja yang menjadi bagian dari sebuah kewajiban seorang suami, apa hak-hak suami dalam rumah tangga. Bila kesemuanya bisa dijalankan dengan baik maka hal ini bisa menjadi jalan untuk menciptakan keluarga harmonis dalam sebuah lingkungan masyarakat. Sumber perpecahan dalam sebuah keluarga pada umumnya hanya menuntut akan hak-haknya sebagaia seorang istri atau suami, akan tetapi kewajiban sebagai suami atau istri tidak dijalankan dengan baik. Jadi harus ada keseimbangan dalam hal ini.

23

d. Memahami Kelebihan Kekurangan Pasangan Hidup. Ketika kita belum menikah, maka dalam pandangan mata kita calon pasangan kita adalah seseorang yang baik dan penuh dengan kelebihan, akan tetapi dengan berjalannya usia pernikahan dan perkawinan kita lambat laun akan melihat akan kekurangan pada diri pasangan hidup kita. Sadarilah manusia tidak ada yang sempurna. Kesempurnaan adalah Milik Allah semata. Dengan kita memahami akan kelebihan kekurangan pasangan kita, maka kita akan bisa saling mengisi dan menutupi kekurangan masing-masing dengan cara yang bijaksana.

24

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insane dengan jenis berbeda yaitu laki-laki dan perempuan yang menjalin

suatu ikatan dengan perjanjian atau akad. Hikmah dalam pernikahannya itu yaitu : a. Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan berketurunan. b. Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan. c. Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan bencrengkramah dengan pacarannya. d. Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan yang diciptakan. Tujuan pernikahan : a. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi b. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur c. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami d. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah e. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih

3.2

Saran Dari beberapa Uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan, baik disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

25

Daftar Pustaka

Rafi Baihaqi, Ahmad, Membangun Surga Rumah Tangga, (surabayah:gita mediah press, 2006) At-tihami, Muhammad, Merawat Cintah Kasih Menurut Syriat Islam, (surabayh : Ampel Mulia, 2004) Muhammad uwaidah, Syaikh Kamil, Fiqih Wanita, (Jakarta:pustaka al kautsar, 1998) Andre. (2013). Etika Pergaulan Remaja Dalam Pandangan Islam [online]. http://andretkj2.blogspot.com/2013/04/etika-pergaulan-remaja-dalampandangan.html [13 Maret 2014] Nasir, Fatkhun. (2013). Pengertian, Hikmah, Tujuan dan Hukum Nikah [online]. http://islammakalah.blogspot.com/p/blog-page_27.html [13 Maret 2014] Wikipedia. (2013). Pernikahan dalam Islam [online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam [13 Maret 2014] (2012). Undang-Undang Hukum Perkawinan di Indonesia [online]. http://piyyah99myblog.wordpress.com/2012/10/07/undang-undang-hukumperkawinan-di-indonesia/ [13 Maret 2014]

26

Anda mungkin juga menyukai