Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERNIKAHAN DALAM AGAMA ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Muamalah Hukum

Dosen Pengampu : KHAIRIL AZMI NASUTION M.A

Disusun Oleh :

REVAN DIO PRATAMA DAMANIK


2006200365

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang
berjudul “Pernikahan Dalam Agama Islam”. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Hukum Muamalah . Pada kesempatan ini, kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk


pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan , 26 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………..………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………..……………….ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….……………..……1

1.3 Tujuan Pembahasan………………………………………….………………………2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pernikahan ………………………………………………………………3

2.2 Tujuan Pernikahan….……………………………………………..…………………3

2.3 Manfaat Pernikahan………………………………………………………………….5

2.4 Syarat-syarat pernikahan……………………………………………………………..6

2.5 Hukum Pernikahan………………………………………………….………………..7

2.6 Mahar……………………………………………………………..…………………..8

BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan …………………………………………………….……………………10

3.2 Saran………………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………...……………………11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam


dirinya. Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang
manusia. Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya
yang akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-
aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih
tata cara yang lain.

Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan, tetapi yang
membedakan Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan
pernikahan. Allah S.W.T menganjurkan Manusia untuk menikah agar dapat
mempertahankan keberadaannya dan mengendalikan perkembangbiakan dengan
cara yang sesuai dan menurut kaiadah norma Agama, Laki-laki dan perempuan
memiliki fitrah yang saling membutuhkan satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah

Pokok-pokok permasalahan itu dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan


sebagaimana berikut:

1. Apa saja hukum nikah dalam islam?


2. Bagaimana rukun nikah dalam islam?
3. Apa saja syarat syarat nikah itu?
4. Terdiri dari apa saja tujuan pernikahan dalam islam ?
5. Manfaat pernikahan itu apa saja dalam islam ?
1
1.3Tujuan Pembahasan

2. Menambah wawasan bagi pembaca terutama yang mendekati jenjang


pernikahan.
3. Untuk proses pembelajaran terutama bagi mahasiswa/i.

2
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Pernikahan

Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut


istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan
perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang
ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan
oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang
dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t.
menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan
mengharamkan zina.

Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan untuk membangun rumah


tangga dan melanjutkan keturunan. Pernikahan juga dipandang sebagai jalan untuk
meningkatkan ukhuwah islamiyah dan memperluas serta memperkuat tali
silaturahmi diantara manusia. Secara etimologi bahasa Indonesia pernikahan
berasal dari kata nikah, yang kemudian diberi imbuhan awalan “per” dan akhiran
“an”.

Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai


perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan
dalam islam juga berkaitan dengan pengertian mahram (baca muhrim dalam
islam) dan wanita yang haram dinikahi.

2.2 Tujuan Pernikahan

 Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi


3
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan
ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara
yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan
berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang
telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

 Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan


Pandangan

Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah


untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat
merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang
pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara
pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

 Investasi di Akhirat

Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua
orangtua di akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan
memberikan peluang bagi kedua orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat
nanti. Berbekal segala ilmu dalam beragama yang diperoleh selama di dunia, bekal
doa dari anak merupakan hal yang dapat diharapkan kelak.

 Melaksanakan Sunah Rasul

Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari perbuatan maksiat.
Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang dicontohkan dan diajarkan oleh
Rasulullah. Dan pernikahan merupakan salah satu sunnah dari Rasulullah.

4
2.3 Manfaat Pernikahan

 Mendatangkan keberkahan

pernikahan akan mendorong seseorang terutama suami untuk sungguh-sungguh


untuk mencari nafkah yang banyak dan halal untuk anak dan istrinya, sehingga
dengan kerja kerasnya akan menimbulkan kemakmuran, kebahagiaan dan
keberkahan dalam hidup berumah tangga.

 Memperluas persaudaraan

pernikahan dalam arti luasa tidak hanya menyatukan dan memperluas kekerabatan
diantara dua keluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan keluarga perempuan.
terlebih lagi jika terjadi pernikahan di luar suku, daerah maka kekerabatan akan
semakin luas, karena menyatukan kedua suku yang berbeda tradisi dan
kebudayaan.

 Meningkatkan kesungguhan mencari nafkah

Nikah dapat mendorong seseorang terutama laki-laki untuk bersungguh-sungguh


dalam mencari rezeki yang banyak dan halal, sebab laki-laki lah yang harus
bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya, baik yang berkaitan dengan
jasmani maupun rohani mereka.

 Menciptakan keturunan yang baik

Nikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan keturunan yang baik dan mulia
sekaligus merupakan upaya menjaga kelangsungan hidup sesuai dengan ajaran
agama.

 Penyempurna Agama
5
Melaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari agama
sehingga melengkapi takwa kita yang juga diimbangi dengan melakukan separuh
ibadah lainnya.

Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang menikah maka berarti dia telah
menyempurnakan separuh agamanya. Maka bertaqwalah pada paruh yang lain”.
Hal senada telah diriwayatkan dari Anas ra, beliau berkata: “Apabila seorang
hamba menikah, maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada
Allah SWT untuk separuh sisanya“.

2.4 Syarat – Syarat Pernikahan

 Beragama Islam bagi mempelai Laki-laki dan Perempuan

Pernikahan yang didasarkan pada syariat Islam, maka haruslah mempelai laki-laki
dan perempuan beragama Islam. Nggak akan sah pernikahan tersebut jika seorang
muslim menikahi non muslim dengan menggunakan tata cara ijab dan qabul secara
Islam.

 Bukan Laki-laki mahram bagi calon Istri

pernikahan merupakan bersatunya sepasang laki-laki dan perempuan yang nggak


mempunyai ikatan darah. Diharamkan bagi pernikahan jika mempelai perempuan
merupakan mahrom mempelai laki-laki dari pihak ayah. Mengetahui Wali akad
nikah

Penentuan wali juga penting untuk dilakukan sebelum menikah. Bagi seorang laki-
laki, mengetahui asal usul seorang perempuan juga diperlukan. Apabila ayah dari
mempelai perempuan sudah meninggal bisa diwakilkan oleh kakeknya. Pada

6
syariat Islam, terdapat wali hakim yang bisa menjadi wali dalam sebuah
pernikahan.

 Tidak sedang melaksanakan Haji

Ibadah haji merupakan ibadah yang segala sesuatunya dilipat gandakan. Akan
tetapi saat seseorang melakukan ibadah haji nggak diperkenankan untuk
melakukan pernikahan.

 Tidak Karena paksaan

Saat pernikahan terjadi, nggak ada paksaan dari pihak manapun. Oleh karena itu
pernikahan harus didasarkan pada inisiatif dan keikhlasan kedua mempelai untuk
hidup bersama. Jika dahulu pernikahan terjadi karena dorongan pihak perempuan,
sekarang pernikahan merupakan pilihan dari kedua mempelai untuk memulai hidup
bersama.

2.5 Hukum Pernikahan

1. Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah

Sebagaimana sabda Rasullullah SAW : Wahai para pemuda, jika diantara kalian
sudah memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaklah dia menikah, karena
pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih dapat memelihara kelamin
(kehormatan); dan barang siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa,
karena puasa itu menjadi penjaga baginya.” (HR. Bukhari Muslim)

2. Pernikahan Yang Dihukumi Wajib

7
Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani,

rohani, maupun mental dan ia khawatir apabila ia tidak segera menikah ia khawatir
akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuk segera menikah.

3. Pernikahan Yang Dihukumi Makruh

Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak.

4. Pernikahan Yang Dihukumi Haram

Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam pernikahan
tersebut, baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti secara materiil.

2.6 Mahar

Mahar atau maskawin adalah suatu pemberian dari pihak laki-laki kepada
pihak perempuan yang merupakan salah satu syarat sah dalam sebuah pernikahan
atau perkawinan. hukum memberikan mahar adalah wajib bagi laki-laki, walaupun
mahar bukan termasuk syarat atau rukun nikah. Mahar dalam sebuah pernikahan
dianggap penting karena selain diwajibkan oleh agama mahar juga merupakan
tanda kesungguhan dan penghargaan dari pihak laki-laki sebagai calon suami
kepada calon istrinya.

8
Allah Swt berfirman dalam surat An-Nisa ayat 24:

ً‫يضة‬ َ ‫فَ َما ا ْستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِ ِه ِم ْنه َُّن فَآتُوه َُّن ُأج‬
َ ‫ُوره َُّن فَ ِر‬

Artinya: “Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka,
berikanlah maskawinnya kepada mereka sebagai suatu kewajiban.” (QS. An-
Nisa :24)

Pemberian mahar yang utama harus didasarkan kepada nilai dan manfaat
yang terkandung didalamnya. Karena islam menyerahkan masalah ini masing-
masing sesuai dengan kemampuan dan adat yang berlaku di dalam masyarakat,
dengan syarat tidak berbentuk sesuatu yang mendatangkan mudharat,
membahayakan atau berasal dari usaha yang haram.

9
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Jadi dalam sebuah pernikahan itu kita harus memperhatikan bagaimana itu
proses nya kemudian harus di penuhi syarat dan rukun nya. Tidak bisa seseorang
menikah berdua tanpa ada saksi tanpa ada wali. Maka pernikahan dapat di katakan
tidak sah. Semestinya sebagaimana seorang muslim harus bisa mempelajari
terlebih dahulu bab pernikahan. Tidak heran di pesantren yang ada di Indonesia
ketika santri nya akan menikah, pihak pesantren tidak melepas nya begitu saja.
Tetapi di beri arahan, di beri ilmu sebagaimana yang di pelajari dalam kitab bab
pernikahan.

3.2 Saran

Saran nya di harapkan kepada siapa saja yang membaca ini dapat di terapkan
sebagaimana mestinya. Karena pada dasarnya untuk mempraktekkan segala
sesuatu kita perlu pegangan nya. Ketika kita sudah dapat ilmu nya maka kita perlu
untuk mengamalkan nya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A. (2016). Pengantar Studi Al-Quran.

Hamid, A. (2017). Globalisasi dan Tantangan Dakwah. Kordinat: Jurnal


Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam, 16(1)

Hamid, A. (2016). Dakwah dalam Perspektif Paradigma Tradisionalisme dan


Reformisme. Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam,
15(1).

Hamid, A. (2017). SYIAH ANTARA PARADIGMA DAN PROBLEMATIKA


MASYARAKAT MADANI. Al-Risalah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran
Islam, 8(2).

11

Anda mungkin juga menyukai