Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan Agama Islam
Di Susun Oleh :
Kelompok 12
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya yang berjudul “Konsep Perencanaan dan Pembinaan
Rumah Tangga” sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju
zaman islamiyah seperti yang kita rasakan saat ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih dari kata sempurna. Kami sangat berharap
makalah ini dapat bermanfaat. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Tim penyusun
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan Sebagai Awal Rumah Tangga yang dimana Suatu rumah
tangga baru tidak akan terjadi tanpa adanya pernikahan. Rumah tangga
sendiri diartikan sebagai suatu tempat dimana seseorang menjalin
hubungan dengan pasangan yang dinikahinya dan bersama-sama
membangun suatu keluarga. Rumah tangga yang islami didasari oleh
pernikahan yang sesuai dengan ajaran agama islam dan memenuhi segala
syarat pernikahan dan rukun nikah yang berlaku.
Terlepas dari itu semua, agar nantinya rumah tangga bisa berjalan
dengan baik maka sebelum menikah, memilih pasangan adalah suatu hal
yang harus dilakukan. Memilih calon istri atau calon suami yang baik
adalah kewajiban bagi setiap muslim.
Rumah tangga dalam islam adalah menyempurnakan sebagian iman
karena Allah ta’la, oleh sebab itu, menikah berarti melakukan ibadah atas
nama Allah. Untuk itu, Allah menyuruh hambanya untuk mencari
pasangan dengan cara memilih calon pendamping sesuai syariat agama,
dan sesuai ketetapan agama yaitu ta’aruf. Sebab pacaran dalam islam di
larang, dan untuk menghindari zina agar tidak melakukan perbuatan yang
di larang oleh agama. Secara umum, Islam sebenarnya telah mengaku dan
memiliki petunjuk dalam upaya Membina sebuah rumah tangga yang
harmonis yang di berkahi juga di ridhoi Allah SWT. Tuntunan agama
dapat menghindarkan sebuah rumah tangga dari perceraian. Mengingat,
tingkat perceraian masih tinggi di kalangan masyarakat.
4
B. Rumusan Masalah
1. Definisi pernikahan dan rumah tangga
2. Bagaimana konsep rukun dan syarat sahnya rumah tangga
3. Bagaimana konsep talak dan ruju,’ ila, li’an khulu dan fasakh dalam rumah
tangga
4. Tuntunan pembinaan rumah tangga dalam Islam
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui makna dari berumah tangga itu
2. Untuk memahami konsep rukun dan syarat sahnya rumah tangga
3. Mengetahui konsep talak dan ruju,’ ila, li’an khulu dan fasakh dalam rumah
tangga
4. Mengetahui tuntunan pembinaan rumah tangga
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Keturunan inilah yang selalu didambakan oleh setiap orang yang sudah menikah
karena keturunan merupakan generasi bagi orang tuanya.
rumah tangga adalah ikatan pernikahan yang sah dan dilandasi oleh nilai-
nilai atau syariat islam. Jika sesuai ajaran agama dan syariat Islam, maka akan
membawa kemudahan dan keberkahan dalam mewujudkan suatu
keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah. Kehidupan rumah tangga juga
bisa menjadi sebagai sarana dakwah. Artinya, setiap pasangan memerlukan
kesadaran bahwa mereka memiliki kewajiban untuk saling memberi nasihat,
mengajak kebaikan, dan mencegah dari berbagai setiap kemungkaran.
Membangun rumah tangga yang harmonis adalah impian setiap manusia
terutama bagi pasangan yang baru menikah. Pernikahan adalah jalan menuju
suatu rumah tangga dan pernikahan yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran agama
islam tentunya akan membawa kemudahan dan berkah dalam mewujudkan suatu
keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah. Allah SWT dan Rasulnya
senantiasa memerintahkan umatnya untuk menikah dan membangun rumah
tangga untuk memenuhi separuh iman dan mengharapkan ridha Allah SWT.
Rukun Yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan
itu, separti membasuh untuk wudhu dan takbiratul. ihram untuk shalat.atau
adanya calon pengantin laki-laki/perempuan dalam perkawinan.
Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah),tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian
pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk shalat. Atau menurut Islam , calon
pengantin laki-laki/perempuan itu harus beragama Islam .
Sah yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat.
b. Rukun Perkawinan
Jumhur ulama sepakat bawa rukun perkawinan itu tediri atas.
a) Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan
b) Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.
Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya
yang akan menikahkannya. Berdasarkan sabda Nabi SAW:
ت بِ َغي ِْر ِإ ْذ ِن َولِيِّهَا فَنِ َكا ُحهَا بَا ِط ٌل
ْ يُّ َما ا ْم َرَأ ٍة نَ َك َح
7
Artinya: perempuan mana saja yang menikah tanpa seizin walinya
Pelaksananya akad nikah akan sah apabila dua orang saksi yang
menyaksikan akad nikah tersebut, berdasarkan sabda Nabi SAW :
Artinya: Tidak ada nikah melainkan dengan wali dan dua saksi yang adil.
d. Sighat akad nikah, sighat akad adalah ijab dan qabul. Keduanya menjadi
rukun akad, ijab diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak wanita, dan
qabul dijawab oleh calon pengantin laki-laki. Akad adalah gabungan ijab
salah satu dari dua pembicara serta penerimaan yang lain. Seperti ucapan
seorang laki-laki: ”Aku nikahkan engkau dengan putriku” adalah ijab,
sedangkan yang lain berkata: “Aku terima” adalah qabul.24
Tentang jumlah rukun nikah ini, para ulama berbeda pendapat: mazhab
mailikyyah berpendapat bahwa rukun nikah ini ada lima macam yaitu:
Sighat
Calon Suami
Calon Istri
Wali
Mahar
Imam Syafi‟i berkata bahwa rukun itu ada lima macam:
c. Wali
8
b) Calon pengantin laki-laki
Rukun Perkawinan:
9
Secara rinci, Masing-masing syarat sahnya perkawinan akan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Syarat-syarat kedua mempelai
a) Syarat-syarat pengantin pria.
Syari‟at Islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi
oleh calon suami berdasarkan ijtihad para ulama, yaitu:
1) Calon suami beragama Islam
2) Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki
3) Orangnya diketahui dan tertentu
4) Calon mempelai laki-laki jelas halal kawin dengan calon istri.
5) Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu
betul calon istrinya halal baginya
6) Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan perkawinan
itu.
7) Tidak sedang melakukan ihram
8) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon
istri
9) Tidak sedang mempunyai istri empat.
b) Syarat-syarat calon pengantin perempuan:
1) Beragama Islam atau ahli kitab
2) Terang bahwa ia wanita, bukan khuntsa (banci)
3) Wanita itu tentu orangnya
4) Halal bagi calon suami
5) Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak dalam
iddah
6) Tidak dipaksa/ikhtiyar
7) Tidak dalam keadaan ihram haji dan umroh.
10
D. Pengertian Talak dalam Islam
Talak atau dalam bahasa Arab disebut Thalaq adalah memutuskam
hubungan antara suami istri dari ikatan pernikahan yang sah menurut syariat
agama. Menurut bahasa talak berarti melepaskan ikatan. Menurut istilah talak
ialah lepasnya ikatan pernikahan dengan lafal talak.
11
F. Macam-macam Talak
Macam-macam talak dibagi menjadi dua yaitu, talak Raj’i dan talak Bain.
Macam-macam talak ini ada berdasarkan masa iddah istri.
Berikut macam-macam talak:
Talak Raj’i
Talak Raj’i, yaitu talak ketika suami boleh rujuk tanpa harus dengan
akad nikah lagi. Talak raj’i ini dijatuhkan suami kepada istrinya untuk
pertama kalinya atau kedua kalinya dan suami boleh rujuk kepada istri yang
telah ditalaknya selama masih dalam masa Iddah.
Talak Raj’i juga disebut talak satu dan talak dua. Menurut Kompilasi
Hukum Islam (KHI), Talak raj’i adalah talak kesatu atau kedua dalam talak ini
suami berhak rujuk selama isteri dalam masa iddah. Talak ini sesuai dengan
firman Allah Swt di surat al-Baqarah ayat 229 yang berbunyi:
"Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang ma´ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi
kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada
mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak
dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah
hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang
Yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang
zalim.”
Talak Bain
Talak Bain adalah talak yang dijatuhkan suami pada istrinya yang
telah habis masa iddahnya. Talak bain dibagi menjadi dua macam yaitu talak
bain sughra dan talak bain kubra.
Talak bain sughra
Talak bain sughra yaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum
dicampuri dan talak khuluk (karena permintaan istri). Suami istri boleh rujuk
dengan cara akad nikah lagi, baik masih dalam masa Iddah maupun sudah
habis masa Iddahnya.
12
Talak bain kubro
Talak bain kubro yaitu talak yang dijatuhkan suami sebanyak tiga kali
(talak tiga) dalam waktu yang berbeda. Dalam talak ini suami tidak boleh
rujuk atau menikah dengan bekas istri kecuali dengan syarat :
- Bekas istri telah menikah lagi dengan laki-laki lain;
- Bekas istri telah dicampuri oleh suami yang baru;
- Bekas istri telah dicerai oleh suami yang baru.
- Bekas istri telah selesai masa Iddahnya setelah dicerai suami yang baru.
melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim".
Ila’
Ila’ yaitu sumpah seorang suami bahwa ia tidak akan mencampuri istrinya.
Ila’ merupakan adat Arab jahiliyah. Masa tunggunya adalah empat bulan.
Jika sebelum empat bulan sudah kembali maka suami harus menbayar
denda sumpah. Bila sampai empat bulan/lebih hakim berhak memutuskan
untuk memilih membayar sumpah atau mentalaknya.
Ila’ yaitu sumpah seorang suami bahwa ia tidak akan mencampuri istrinya.
Ila’ merupakan adat Arab jahiliyah. Masa tunggunya adalah empat bulan.
Jika sebelum empat bulan sudah kembali maka suami harus menbayar
denda sumpah. Bila sampai empat bulan/lebih hakim berhak memutuskan
untuk memilih membayar sumpah atau mentalaknya.
Lian
Lian yaitu sumpah seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina.
Sumpah itu diucapkan empat kali dan yang kelima dinyatakan dengan kata-
kata : ”Laknat Allah Swt. atas diriku jika tuduhanku itu dusta”. Istri juga
dapat menolak dengan sumpah empat kali dan yang kelima dengan kata-
kata: ”Murka Allah Swt. atas diriku bila tuduhan itu benar”.
13
Khulu’ (talak tebus)
Khulu’ yaitu talak yang diucapkan oleh suami dengan cara istri membayar
kepada suami. Talak tebus biasanya atas kemauan istri. Penyebab talak
antara lain:
Fasakh
Rumah tangga yang dibangun sesuai sunnah adalah rumah tangga yang
bahagia. Memiliki rumah tangga yang sehat, tenang dan bahagia adalah impian
semua orang yang telah berumah tangga. Kehidupan berumah tangga yang seperti
itu bisa terwujud jika setiap orang yang telah menikah, dalam menjalani
kehidupan rumah tangga mereka, dibangun atas dasar takwa kepada Allah dan
mengikuti sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab ia hakikatnya
14
adalah ibadah. Atas dasar ketakwaan itu, akan muncul kehidupan yang sakinah,
mawaddah (rasa cinta) dan rahmah (rasa kasih sayang) dalam rumah tangga itu.
Agama kita tidak hanya mengatur hubungan antara hamba dengan Allah
Azza wa Jalla, melainkan juga mengatur hubungan antara sesama manusia,
termasuk hubungan dalam berumah tangga. Rumah tangga yang sehat menurut
Islam harus memenuhi tiga unsur:
a. Sakinah
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Kehidupan yang sakinah dapat terwujud jika sepasang suami istri yang
mengarungi kehidupan rumah tangga bisa saling percaya satu sama lain dan
tidak saling mencurigai. Olehnya, sikap jujur harus selalu diperlihatkan, serta
tidak saling mengintai untuk mencari-cari kesalahan, baik oleh suami ataupun
istri.
Kehidupan yang sakinah juga akan terwujud jika sepasang suami istri
selalu mengedepankan sikap saling memaafkan, saling memahami, selalu
berupaya mengingat kebaikan satu sama lain, serta tidak gegabah untuk
cepat-cepat mengakhiri hubungan pernikahan ketika terjadi masalah. Sebab,
boleh jadi suatu saat perasaan marah akan hilang dan berganti dengan
kerinduan yang mendalam.
“Dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu
saling melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
melihat segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 237)
15
Seorang ahli hikmah berkata, “Jangan terlalu kuat menutup pintu
hingga engkau merusaknya, karena boleh jadi suatu saat engkau hendak
membukanya namun pintu itu tidak dapat dibuka lagi.”
“Janganlah sekali-kali salah seorang diantara kalian kencing pada air yang
tergenang yang tidak mengalir, lalu dia mandi di dalamnya.” (HR. Bukhari)
Hadits ini mengajarkan kepada kita untuk berfikir secara matang dan
tidak gegabah. Karena boleh jadi sesuatu yang kita cela sebagai keburukan,
pada akhirnya kita yang mengambil manfaat dari apa yang telah kita cela itu.
Na’udzu billah.
b. Mawaddah
Namun dalam perjalanan rumah tangga itu, rasa cinta antara suami istri
bisa saja menipis bahkan hilang jika tidak dijaga. Oleh karena itu islam
dengan al-Qur’an dan sunnah-sunnahnya membuat rambu-rambu dan
mensyariatkan beberapa amalan yang bisa menjaga cinta agar tetap tumbuh
subur dalam rumah tangga.
16
Seorang wanita harus meminta izin kepada suaminya jika ingin keluar
rumah agar menumbuhkan rasa saling menghargai dan rasa cinta.
c. Rahmah
Laki-laki dan wanita diciptakan agar bisa saling melengkapi dan saling
menutupi kekurangan. Karena semua makhluk tidak ada yang sempurna. oleh
karena itu Allah Azza wa Jalla berfirman:
17
“Mereka adalah pakaian untuk kalian dan kalian adalah pakaian untuk
mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187)
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Suatu pernikahan mempunyai tujuan yaitu ingin membangun keluarga
yang sakinah mawaddah warohmah serta ingin mendapatkan keturunan
yang solihah. rumah tangga adalah ikatan pernikahan yang sah dan
dilandasi oleh nilai-nilai atau syariat islam. Membangun rumah tangga
yang harmonis adalah impian setiap manusia terutama bagi pasangan
yang baru menikah.
2. Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya
yang akan menikahkannya. maka pernikahanya batal. Keduanya
menjadi rukun akad, ijab diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak
wanita, dan qabul dijawab oleh calon pengantin laki-laki. Akad adalah
gabungan ijab salah satu dari dua pembicara serta penerimaan yang
lain. Menurut mazhab Hanbaliy rukun nikah hanya tiga, yaitu: Suami,
isteri dan Sighat . Bahkan bagi mazhab hanafi, rukun nikah ini hanya
ijab dan qabul saja (yaitu akad yang dilakukan oleh pihak wali
perempuan dan calon pengantin laki-laki). Sedangkan menurut
segolongan yang lain rukun nikah itu ada empat, yaitu:. Dilakukan
dengan sighat tertentu.
3. Rumah tangga yang dibangun sesuai sunnah adalah rumah tangga yang
bahagia. Agama kita tidak hanya mengatur hubungan antara hamba
dengan Allah Azza wa Jalla, melainkan juga mengatur hubungan antara
sesama manusia, termasuk hubungan dalam berumah tangga.
Kehidupan yang sakinah dapat terwujud jika sepasang suami istri yang
mengarungi kehidupan rumah tangga bisa saling percaya satu sama lain
dan tidak saling mencurigai. Kehidupan yang sakinah juga akan
terwujud jika sepasang suami istri selalu mengedepankan sikap saling
memaafkan, saling memahami, selalu berupaya mengingat kebaikan
satu sama lain, serta tidak gegabah untuk cepat-cepat mengakhiri
hubungan pernikahan ketika terjadi masalah.
19
B. Saran
Dari beberapa Uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta
kekeliruan, baik disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan
sarannya untuk memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab
manusia adalah tempatnya salah dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
20
[2] Ahmad Rafi Baihaqi, Membangun Syurga Rumah Tangga, (surabayah:gita
mediah press, 2006) hal. 8
[3] Syaikh Kamil Muhammad ‘uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta:pustaka al-
kautsar, 1998) hal. 378
[4] Ahmad Rafi Baihaqi, Membangun Syurga Rumah Tangga, (surabayah:gita
mediah press, 2006) hal. 10-12
[5] Muhammad At-tihami, Merawat Cintah Kasih Menurut Syriat Islam,
(surabayh : Ampel Mulia, 2004) hal. 18
[6] Ahmad Rafi Baihaqi, Membangun Syurga Rumah Tangga, (surabayah:gita
mediah press, 2006) hal. 44
[7] http://cbdotnet.blogspot.com/2009/02/pandangan-kaluarga-menurut-
islam.html
[8] http://blog.re.or.id/keluarga-dalam-pandangan-islam.htm
[9] http://blog.re.or.id/konsep-keluarga-sakinah-dalam-pandangan-islam.htm
[10] DEPAG RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Al-Hikmah, Dipenogoro, Bandung,
2008
21