Anda di halaman 1dari 16

Tugas Psikologi Keluarga

Makalah
“KEKUATAN DALAM PERNIKAHAN”
Dosen Pengampu : Fikrie, S.Psi, M.Si

UlN
UNIVEWSITAS ISLA^M MEiâER・

ANTASARI
B AN JARM AS I N

Disusun oleh :
KELOMPOK 5

Safwan Aliyani 190102010265


Melinda Novasari 190102010292
Muhammad Syarifiıddin Adnan 190102010299
Hilda 190102010322

JURUSAN HUKUM KEUUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji serta Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang beijudul ’’Kekuatan
dalam Pernikahan” yang insya allah bermanfaat bagi kita semua.
Pada kesempatan yang baik ini, kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada
Dosen Mata Kuliah Psikologi Keluarga yang telah mempercayai kami untuk membikin makalah ini.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi yang membaca dan khususnya bagi
kami yang menulis. Walaupun saya tahu bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membacanya yang bersifat membangun
dalam perbaikan makalah ini. Semoga keberhasilan selalu berpihak kepada kita semua.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih banyak.

Banjarmasin, 2 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB 1........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................2
A. Kekuatan Pernikahan...............................................................................................2
B. Membangun Kekuatan dalam Pernikahan..............................................................2
C. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan dalam Pernikahan........................6
BAB III....................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................12
A. Kesimpulan............................................................................................................12
B. Saran .....................................................................................................................12
DAFTAR PUSAKA................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah pernikahan
seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosiologis, biologis maupun
psikologis.

Manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki. Kebutuhan untuk memiliki
tersebut diwujudkan melalui kehidupan pernikahan, kebutuhan dasar untuk saling memiliki dalam
pernikahan terwujud dalam hubungan dekat, saling mendukung, dan hubungan stabil antara suami
dan istri, pernikahan adalah jembatan antara pria dan wanita untuk menyatukan visi dan misi hidup
mereka dengan bekeij asama, saling bahu membahu untuk mencapai tujuan yang sama yaitu
kebahagiaan dalam rumah tangga. Dengan kebahagiaan tersebut maka rumah tangga mereka akan
kuat dalam menjalaninya. Arti Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang menjadi tujuan dan
diharapkan dari sebuah pernikahan. Dalam mencapai suatu kebahagiaan pernikahan bukanlah suatu
hal yang mudah karena kebahagiaan pernikahan akan tercapai apabila pasangan suami istri memiliki
kualitas interaksi pernikahan yang tinggi.

Maka dari itu dengan latar belakang di atas kami selaku panelis akan membahas makalah yang
beijudul “Kekuatan Dalam Pernikahan”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kekuatan Pernikahan.. ?
2. Bagaimana cara Membangun Kekuatan dalam Pernikahan.. ?
3. Apa saja Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan dalam Pernikahan.. ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui tentang Kekuatan Pernikahan.
2. Untuk Mengetahui cara Membangun Kekuatan dalam Pernikahan.
3. Untuk Mengetahui Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan dalam Pernikahan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kekuatan Pernikahan

Pernikahan adalah suatu ikatan janji setia antara pihak suami (seorang laki-laki) dan pihak istri
(seorang perempuan) yang didalamnya terdapat suatu bentuk tanggung jawab dari kedua belah
pihak.

Nikah menurut istilah adalah suatu akad atau pernyataan kesepakatan antara sepasang pria dan
wanita dengan syarat dan rukun tertentu untuk hidup bersama dalam membangun rumah tangga.
Pernikahan sama artinya dengan mempersatukan dua orang bahkan dua keluarga dengan latar
belakang yang berbeda. Maka dari itu dalam setiap pernikahan akan selalu teijadi perubahan dan
masalah akan sering muncul. Hal yang paling penting untuk menghadapinya adalah persiapan yang
matangseperti saling memahami motivasi, visi dan misi menikah, saling memahami latar belakang
sosial, ekonomi, adat istiadat serta budaya masing-masing pasangan. 1

Kekuatan Perkawinan yaitu kelekatan suami istri terhadap perkawinan yang dijalani, pengaruh
suami terhadap istri atau sebaliknya, adanya rasa ketertarikan dan ekspresi suami istri. 2 Di dalam
pernikahan pasti ada yang namanya masalah yang dijalani, tetapi bagaimana caranya resolusi yang
dihadapi agar pernikahan dan berkeluarga itu tetap kuat. Tentunya mereka harus saling kasih
mengasihi, memahami dan saling mengerti satu sama lain agar kekuatan didalamnya tetap teij aga.
Dan kekuatan pernikahan itu melahirkan sebuah kedamaian, kesejukan, ketentraman dan pada titik
yang didambakan semua pasangan yaitu kebahagiaan.

Kekuasaan perkawinan itu rumit dan memiliki beberapa komponen. Pertama, kekuatan
perkawinan melibatkan pengambilan keputusan: Siapa yang berhak membuat keputusan tentang
segala hal mulai dari tempat tinggal pasangan hingga bagaimana mereka akan menghabiskan waktu
luang mereka?. Kedua, kekuatan perkawinan melibatkan pembagian keija: Siapa menghasilkan
uang? Siapa yang bekeija di sekitar rumah?

Arena kekuasaan perkawinan yang ketiga adalah alokasi uang diperoleh oleh salah satu atau
kedua mitra. Siapa yang mengontrol pengeluaran untuk rumah tangga? Siapa yang memiliki s ke
pribadi menghabiskan uang? Akhirnya, kekuatan perkawinan melibatkan rasa pemberdayaan
pasangan, mampu mempengaruhi pasangan dan merasa bebas untuk mengajukan keluhan kepada
pasangan tentang hubungan.3
1 Bimo Walgito, Bimbingan dan konseling perkawinan (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 22.
2 http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/350/l/BAB%20ll.pdf, diakses (2 April 2021 pukul 20:01 WITA)
3Mary Ann Lamanna and Agnes Riedmann, Marriages, Families, and Relationships :Making Choices in a Diverse
Society, Eleventh Edition, (Wadsworth, Cengage Learning, 2012, 2009), page. 340.

2
Dasar Kekuatan Perkawinan dari kekuatan perkawinan dan pengambilan keputusan, yaitu
melihat interaksi dari tiga dasar kekuatan sosial: kekuatan sumber daya, kekuatan teman sah, dan
kekuatan informasional.

Kekuatan sumber daya secara tradisional diberikan kepada suami penyedia kekuatan terbesar
dalam pengambilan keputusan perkawinan, termasuk kapasitas untuk menj aga masalah dan
keputusan. Kekuatan teman sah dianggap lebih memiliki otoritas kepada laki-laki bahkan dalam
situasi di mana mereka kekurangan sumber daya kekuasaan. Akhirnya, kekuasaan yang sah berasal
dari kemampuan individu yang dominan untuk mengklaim otoritas, atau hak untuk meminta
kepatuhan. Kekuasaan yang sah dalam pernikahan tradisional melibatkan penerimaan peran suami
sebagai kepala keluarga oleh kedua pasangan. Wanita terkadang bisa mendapatkan keuntungan
kekuatan dari pengetahuan mereka yang lebih besar tentang rumah tangga. Mereka dapat
menggunakan kekuatan informasional ini untuk membentuk keputusan tentang pembelian dan
pengaturan rumah. Kekuatan informasi adalah berdasarkan konten persuasif. Seorang suami dapat
dibujuk untuk berhenti merokok dengan informasi dari istrinya tentang bahaya merokok bagi
kesehatan.4

B. Membangun Kekuatan dalam Pernikahan

Hubungan pasangan merupakan fondasi dari sebuah keluarga yang kuat, oleh karena itu
pasangan tersebut perlu mengembangkan hubungan yang kuat dan sehat. Seperti yang telah kita
lihat sebelumnya dalam buku teks ini, pernikahan yang kuat memiliki dampak positif pada
kesehatan emosi dan fisik individu.

Ada berbagai hal khusus yang dapat dilakukan pasangan untuk membangun hubungan yang
lebih kuat. Ada 10 saran yang dianggap penting dalam berbagai penelitian. Ini termasuk
memberikan pujian, menemukan waktu untuk berdialog, mengadakan kencan mingguan, bersikap
tegas, mendengarkan dengan hati-hati, menyelesaikan masalah sebelum menjadi serius, dan mencari
bantuan jika anda memiliki masalah yang tidak dapat anda selesaikan. Karena pernikahan berubah
seiring waktu, penting untuk terus berupaya meningkatkan hubungan. Salah satu caranya adalah
dengan mencari kesempatan untuk mengikuti program pengayaan pasangan dengan pasangan lain.

Hubungan, seperti halnya anak-anak, perlu dipupuk dan dilindungi agar bisa tumbuh dan tetap
sehat. Salah satu konsekuensi alami dari hubungan jangka panjang adalah pasangan menjadi berpuas
diri satu sama lain dan tentang kekuatan yang menjadi dasar hubungan mereka dibangun. Sepuluh

4Mary Ann Lamanna and Agnes Riedmann, page 340-341

3
saran yang tercantum di sini dapat membantu pasangan menjaga hubungan tetap vital dan sehat. 5

Cara membangun kekuatan dalam pernikahan:

1. Berikan satu atau dua pujian kepada pasangan anda setiap hari.
2. Cari waktu untuk berdialog selama 5 menit setiap hari hubunganmu.
3. Adakan pertemuan mingguan selama kurang lebih 15 menit dengan pasangan anda dan
diskusikan satu atau dua masalah dan satu atau dua kekuatan hubungan anda.
4. Suatu malam dalam seminggu, berkencan dengan satu sama lain, seperti yang anda lakukan
sebelum menikah.
5. Bersikaplah tegas tanyakan apa yang Anda inginkan agar pasangan anda tidak perlu menebak-
nebak.
6. Berbagi perasaan satu sama lain dan ingat untuk mendengarkan, mendengarkan, dan
mendengarkan.
7. Selesaikan masalah secepat mungkin.
8. Jika masalah berlanjut selama 2 sampai 3 bulan, gunakan enam bulan langkah-langkah untuk
menyelesaikan konflik pasangan (lihat Bab 5 tentang resolusi konflik).
9. Jika Anda tidak dapat menyelesaikan konflik Anda, carilah profes- konseling sional dari terapis
perkawinan.
10. Setidaknya setahun sekali, cobalah menghadiri lokakarya untuk memperkaya pernikahanmu. 6

Selain itu, ada juga beberapa cara menurut The Asia Parent Indonesia dalam memperkokoh
kekuatan dalam pernikahan:

> Terima kelebihan dan kekurangan pasangan, Yang namanya manusia, tentu tidak lepas dari
kekurangan. Begitupun dengan pasangan yang kita miliki. Pasti setelah menjalin hubungan
beberapa lama, kita akan mulai melihat sifat atau karakter pribadinya yang tidak sesuai dengan
keinginan kita dan menganggap itu sebagai kekurangan. Berhenti membandingkan pasangan
dengan orang lain.
> Jalin komunikasi, Kunci utama menjaga kekuatan suatu hubungan pernikahan ada pada
komunikasi antarpasangan. Menurut Mei ani e, seorang pakar psikologi sekaligus penulis dan
pembicara, umumnya pasangan yang ingin berkonsultasi dengannya membawa masalah yang
sama, yaitu komunikasi. Komunikasi mereka umumnya terputus atau pasangan teijebak dalam
siklus konflik alih-alih berusaha menyelesaikannya dengan jalan komunikasi bersama. Dengan

5David H. Olson, John DeFrain, Linda Skogrand, Marriages & Families, :Intimacy, Diversity, and Strengths,
Seventh Edition, (New York: Me Graw Hill, 2011, 2008), page. 497-498.
6David H. Olson, John DeFrain, Linda Skogrand, Marriages & Families, .'Intimacy, Diversity, and Strengths,
Seventh Edition, (New York: Me Graw Hill, 2011, 2008), page. 149.

4
komunikasi yang tepat, pasangan tak akan melihat Anda sebagai ancaman. Pastikan Anda
menyampaikan kebutuhan Anda dengan komunikasi yang baik agar didengar dan direspons
baik oleh pasangan.
> Meminta maaf terlebih dahulu, Minta maaf memang tak hanya dilakukan di hari-hari spesial.
Meminta maaf kepada pasangan bisa kita lakukan segera setelah kita melakukan kesalahan.
Tak hanya minta maaf di mulut saja, sebaiknya ucapan maaf juga diimbangi dengan keinginan
untuk berubah dan berusaha tidak melakukan kesalahan yang sama.
> Hindari berburuh sangka, Pikiran negative atau berburuk sangka biasanya teijadi karena ada
rasa cemas, khawatir, dan juga insecurity alias perasaan tidak aman. Dalam pernikahan, pikiran
negatif terhadap pasangan bisa merusak hubungan percintaan tersebut. Apalagi, bila Anda
memercayai pikiran negatif, lama kelamaan pikiran ini bisa membuat Anda merasa tidak
percaya dengan pasangan.
> Memperbaiki diri, Sebelum menuntut mendapatkan yang terbaik, jadilah pasangan yang baik.
Caranya dengan terus memperbaiki kualitas diri sendiri untuk menjadi orang yang lebih baik
lagi.
> Jangan menutup diri, Hubungan yang sukses dan sehat membutuhkan keterbukaan dari satu
sama lain.
> Utamakan kebahagiaan anak.
> Berdoa.
> Sering berkomunikasi dan jujur, Pertama yang harus dibangun adalah komunikasi yang kuat.
Pasangan sebaiknya mengetahui pola komunikasi masing-masing, sehingga tahu cara
berkomunikasi yang disukai dan tak disukai oleh pasangan. Selain itu, pasangan juga harus
terbuka mengenai hal-hal yang tidak disukainya. Tak ada topik yang disembunyikan, pasangan
harus bisa membicarakan semua hal dan masalah. Belajarlah untuk mendengarkan dan
mengerti, bukannya bertengkar. Selain membicarakan masalah, pasangan juga harus sering
mengungkap rasa bersyukur, terima kasih, serta memuji pasangannya.
> Bekerja sama sebagai tim, Setelah menikah, tak ada lagi aku atau kamu, yang ada adalah kita.
Ketika menghadapi masalah, j angan mencari kambing hitam dan saling menyalahkan, lebih
fokuslah pada penyelesaian masalah. Bekeija sama lah sebagai tim dan cari jalan keluar yang
menguntungkan bagi Anda dan pasangan. Bentuklah hubungan saling percaya, menghargai,
tanggung jawab, serta dilandaskan oleh cinta yang membuat Anda menjadi tim yang hebat.
> Saling terhubung, Ketika pasangan telah saling terhubung dan menyatu satu sama lain, maka
pernikahan akan menjadi kokoh. Saling terhubung dilandaskan pada pengertian, kasih sayang,
kepercayaan, atau seks yang hebat. Tak ada yang bisa membuat pernikahan berdiri kokoh

5
selain rasa saling terhubung antar pasangan melalui kesetiaan, kasih sayang, dan kepercayaan.
> Humor, Hubungan yang bahagia dan kokoh adalah hubungan yang membuat anda bisa tertawa.
Jangan selalu bersikap serius ketika bersama pasangan, Anda juga harus memberikan waktu
untuk bercanda atau bersikap gila-gilaan. Perlakukan pasangan tak hanya sebagai suami/istri
tetapi juga sebagai teman dan sahabat terbaik Anda. Ini akan membuat hubungan pernikahan
semakin kokoh.7

C. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan dalam Pernikahan.

Dasar Kekuatan Perkawinan dari kekuatan perkawinan dan pengambilan keputusan, yaitu
melihat interaksi dari tiga dasar kekuatan sosial: kekuatan sumber daya, kekuatan teman sah, dan
kekuatan informasional.

Kekuatan sumber daya secara tradisional diberikan kepada suami penyedia kekuatan terbesar
dalam pengambilan keputusan perkawinan, termasuk kapasitas untuk menjaga masalah dan
keputusan. Kekuatan teman sah dianggap lebih memiliki otoritas kepada laki-laki bahkan dalam
situasi di mana mereka kekurangan sumber daya kekuasaan. Akhirnya, kekuasaan yang sah berasal
dari kemampuan individu yang dominan untuk mengklaim otoritas, atau hak untuk meminta
kepatuhan. Kekuasaan yang sah dalam pernikahan tradisional melibatkan penerimaan peran suami
sebagai kepala keluarga oleh kedua pasangan. Wanita terkadang bisa mendapatkan keuntungan
kekuatan dari pengetahuan mereka yang lebih besar tentang rumah tangga. Mereka dapat
menggunakan kekuatan informasional ini untuk membentuk keputusan tentang pembelian dan
pengaturan rumah. Kekuatan informasi adalah berdasarkan konten persuasif. Seorang suami dapat
dibujuk untuk berhenti merokok dengan informasi dari istrinya tentang bahaya merokok bagi
kesehatan.8

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan pernikahan :


• Kekuatan Agama

Harus ada kekuatan agama dalam rumah tangga, karena hanya agamalah yang akan
mempertemukan kita dengan keluarga kita di akhirat nanti. Kuncinya apa agar seluruh keluarga kita
berkumpul di surga nanti? hanya satu, yaitu soleh. (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke
dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri- isterinya dan
anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; - QS.
Ar-Ra’du : 23

7 TheAsiaParentlndonesia. cara mewujudkan keluarga harmonis dan menyelamatkan pernikahan kritis


8 Mary Ann Lam anna and Agnes Riedmann, Marriages, Families, and Relationships : Making Choices in
a Diverse Society, Eleventh Edition, (Wadsworth, Cengage Learning, 2012, 2009), page. 340-341.

6
• Kekuatan Cinta

Dalam hadist riwayat Al-Bazaar dengan sanad hasan dari Abdullah bin Amr, ia berkata:
Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Siapa yang mencintai seseorang karena Allah, kemudian seseorang yang dicintainya itu
berkata, “Aku juga mencintaimu karena Allah. ” Maka keduanya akan masuk surga. Orang yang
lebih besar cintanya akan lebih tinggi derajatnya daripada yang lainnya. Ia akan digabungkan
dengan orang-orang yang mencintai karena Allah. ”

Mencintai pasangan atas dasar cinta pada Allah adalah yang paling benar, nyaman dan aman
menurut saya. Sehingga buah cinta kita akan berujung pada Allah.

• Kekuatan Do’a

Do/a adalah senjata orang muslim. Bingkailah rumah tangga kita dengan do’a agar bisa sampai
ke surga.

• Kekuatan Kata-kata

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesej ahteraan) mereka. Oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar. - QS. An-nisa : 9

Jangan rusak rumah tangga kita dengan kata-kata yang melukai hati pasangan. Jagalah lisan
kita agar tidak menyakiti perasaan suami/istri/anak-anak kita. Tahanlah lidah kita jika hendak marah
dan latihkan bibir untuk lebih sering mengucapkan kata-kata yang baik dan positif.

Bila ingin menegur pasangan, pujilah dulu kebaikan-kebaikannya, baru berikan saran dengan
cara yang baik. Misalnya saat istri memasak namun rasanya kurang enak, tidak perlu memberi
komentar, “Ini masakah apa? tidak enak! saya sampai mau muntah.” Cobalah katakan ini, “Bu,
terimakasih ya sudah masakin buat Bapak. Ini sayur apa Bu? sayur asem tapi rasanya kok manis
ya.” Dengan begini mungkin sang istri akan sadar kalau tadi asemnya lupa dimasukkan, hihi.

• Kekuatan Ilmu

Baik suami, istri maupun anak, perlu sama-sama belajar. Terus belajar dan belajar. Ingat
kembali, rumah tangga adalah sekolah paling lama.

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-1 apanglah dalam majlis”,
maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:

7
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu keijakan. - QS. Mujadilah : 11

Setelah menikah, saya masih membaca buku-buku tentang pernikahan, baik tentang psikologi
suami istri maupun hak dan kewajiban suami-i stri dalam Islam. Ketika mengasuh anak, saya
membekali diri dengan berbagai literatur baik untuk urusan tumbuh kembang maupun psikologi
anak. Kini di tahun ke-5 pernikahan kami, saya masih berupaya mencerna sebuah buku beijudul
“How To Turn Your Mate Into Soulmate”. Saya merasa, dengan banyak membaca jadi lebih tahu
dan terbantu memahami berbagai hal. Juga melalui sharing dan menghadiri majelis ilmu jika bisa.

• Kekuatan Sejarah

(Ibrahim berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam
golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orangorang (yang
datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh
kenikmatan, - QS. Asy-Syu’ara’ : 83-85

Pak Aam memilih ayat terakhir ini untuk mengambil hikmah dari Nabi Ibrahim as. Dan beliau
mengajak kita untuk menjadi sejarah indah bagi pasangan kita. Beliau bilang, “Tanyakan pada diri
sendiri, saat kita wafat nanti, akankah kita menjadi sejarah indah bagi pasangan kita?” Jika ingin
menjadi sejarah indah, maka kita pun perlu berhati-hati dan melakukan upaya-upaya agar banyak
hal baik teijadi dalam rumah tangga kita.9

2. Adapun Faktor - faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam kekuatan pernikahan

Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan


pernikahan. Menurut Duvall dan Miller (2002), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
perkawinan adalah sebagai berikut:

a) Adanya Kebijaksanaan Merupakan suatu kepandaian dalam menggunakan akal budinya dalam
menghadapi setiap permasalahan yang muncul yaitu selalu memakai pengalaman, pengetahuan
dan selalu berhati-hati serta teliti.
b) Saling Pengertian Suami istri berusaha untuk saling memahami keadaan kedua belah pihak baik
secara fisik maupun psikologis sehingga setiap ada permasalahan yang muncul dapat diatasi
dengan baik.
c) Keij asam a Yang Baik, dapat dilakukan melalui sikap tolong menolong antar suami istri

9 Ekowati, Sundarie., Kekuatan yang bakal bikin rumah tangga kita menjadi perahu ke surga,
(wordpress: 2018).
8
sehingga segala permasalahan yang ada dapat di atas bersama sehingga kemungkinan
tercapainya kepuasan perkawinan akan lebih besar.
d) Kemampuan Komunikasi - Komunikasi merupakan kunci untuk saling mengerti keadaan
masing-masing pribadi, sehingga apabila komunikasinya lancar maka dalam menghadapi
semua permasalahan akan beijalan dengan lancar juga.
e) Kesamaan Latar Belakang (baik dalam pendidikan, sosial ekonomi dan suku bangsa Semakin
samalatar belakang yang dimiliki suami istri maka maka dalam membina kehidupan
perkawinan akan lebih mudah karena sudah mempunyai pandangan yang sama.

f) Kemampuan Menyesuaikan Diri Dengan adanya kemampuan menyesuaikan diri yang baik
antar suami istri akan mempengaruhi terciptanya kepuasan dalam perkawinan.
g) Tekad yang Sama dalam PerkawinanSuami istri yang sudah memiliki tekat sama dalam
perkawinan maka dalam mencapai kepuasan perkawinan akan lebih mudah karena sudah
mempunyai arah atau keinginan arah yang sama.

Menurut Hendrick & Hendrick (1992), ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
pernikahan, yaitu:

a. Premarital Factors
1. ) Latar Belakang Ekonomi, dimana status ekonomi yang dirasakan tidak sesuai dengan
harapan dapat menimbulkan bahaya dalam hubungan pernikahan.
2. ) Pendidikan, dimana pasangan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dapat
merasakan kepuasan yang lebih rendah karena lebih banyak menghadapi stressor seperti
pengangguran atau tingkat penghasilan rendah.
3. ) Hubungan dengan orangtua yang akan mempengaruhi sikap anak terhadap
romantisme, pernikahan dan perceraian.
b. Postmarital Factors:
1. ) Kehadiran Anak, sangat berpengaruh terhadap menurunnya kepuasan pernikahan
terutama pada wanita (Bee & Mitchell, 1984). Penelitian menunjukkan bahwa
bertambahnya anak bisa menambah stress pasangan, dan mengurangi waktu bersama
pasangan (Hendrick & Hendrick, 1992). Kehadiran anak dapat mempengaruhi kepuasan
pernikahan suami istri berkaitan dengan harapan akan keberadaan anak tersebut.
2. ) Lama Pernikahan, dimana dikemukakan oleh Duvall bahwa tingkat kepuasan
pernikahan tinggi di awal pernikahan, kemudian menurun setelah kehadiran anak dan
kemudian meningkat kembali setelah anak mandiri. Holahan dan Levenson (dalam
Lemme, 1995) menyatakan bahwa pria lebih puas dengan pernikahannya daripada wanita.

9
Pada umumnya wanita lebih sensitif daripada pria dalam menghadapi masalah dalam
hubungan pernikahannya.

Menurut Hurlock (2012) faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan dalam
penyesuaian terhadap pasangan, yaitu:

a. Konsep Pasangan Yang Ideal Dalam memilih pasangan, baik pria maupun wanita sampai sejauh
tertentu dibimbing oleh konsep pasanagan ideal yang dibentuk selama masa dewasa. Semakin
orang tidak terlatih menyesuaikan diri terhadap realitas semakin sulit penyesuaian dilakukan
terhadap pasangan.
b. Pemenuhan Kebutuhan Apabila penyesuaian yang baik dilakukan, pasangan harus memenuhi
kebutuhan yang berasal dari pengalaman awal. Apabila orang dewasa perlu pengenalan,
pertimbangan prestasi dan status sosial agar bahagia, pasangan harus membantu pasanagan
lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
c. Kesamaan Latar Belakang Semakin sama latar belakang suami dan istri, semakin mudah untuk
saling menyesuaikan diri. Bagaimana juga apabila latar belakang mereka sama, setiap orang
dewasa mencari pandangan unuk tentang kehidupan. Semakin berbeda pandangan hidup ini,
makin sulit penyesuaian diri dilakukan.
d. Minat dan Kepentingan Bersama Kepentingan yang saling bersamaan tentang suatu hal yang
dapat dilakukan pasangan cenderung membawa penyesuaian yang baik dari kepentingan
bersama yang sulit dilakukan dan dibagi bersama.
e. Keserupaan Nilai Pasangan yang menyesuaikan diri dengan baik mempunyai nilai yang lebih
serupa daripada mereka yang penyesuaian dirinya buruk. Barangkali latar belakang yang sama
menghasilkan nilai yang sama pula.
f. Konsep Peran Setiap lawan pasangan mempunyai konsep yang pasti mengenai bagaimana
seharusnya peranan seorang suami dan istri, atau setiap orang mengharapkan pasangannya
memainkan perannya. Jika harapan terhadap peran tidak terpenuhi, akan mengakibatkan
konflik dan penyesuaian yang buruk.
g. Perubahan dalam Pola Hidup Penyesuaian terhadap pasanagannya berarti mengorganisasikan
pola kehidupan, mengubah persahabatan dan kegiatan-kegiatan sosial, serta mengubah
persyaratan pekeijaan, terutama bagi seorang istri.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


kepuasan pernikahan menurut Duvall dan Miller (2002), yaitu adanya kebijaksanaan, saling
pengertian, keijasama yang baik, kemampuan komunikasi, kesamaan latar belakang (baik dalam
pendidikan, sosial ekonomi dan suku bangsa), kemampuan menyesuaikan diri, tekad yang sama

1
0
dalam perkawinan.Terdapat juga faktor lain premarital factors: latar belakang ekonomi, pendidikan,
hubungan dengan orangtua, dan postmarital factors: kehadiran anak, dan lama pernikahan.
Penelitian yang akan dilaksanakan ini akan menggunakan salah satu faktor dari Duvall & Miller
yaitu komunikasi, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukanoleh Defrain dan Olson
menyimpulkan bahwa 90% pasangan suami istri merasa bahagia dalam hubungannya dengan
berkomunikasi satu dengan lainnya sehingga mereka dapat merasakan dan mengerti keinginan dan
perasaan pasangan, dan apabila terdapat suatu perbedaan atau masalah dapat diselesaikan dengan
saling berkomunikasi (dalam Pratiwi, 2006). Dari penelitian tersebut komunikasi menjadi salah satu
faktor yang dapat meningkatkan kepuasan pernikahan pada pasangan suami-istri. 10

10 Lestari, Sri., Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Konflik dalam Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada
Group, 2012), h. 33.

1
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kekuatan Perkawinan yaitu kelekatan suami istri terhadap perkawinan yang dijalani, pengaruh
suami terhadap istri atau sebaliknya, adanya rasa ketertarikan dan ekspresi suami istri. Di
dalam pernikahan pasti ada yang namanya masalah yang dijalani, tetapi bagaimana caranya
resolusi yang dihadapi agar pernikahan dan berkeluarga itu tetap kuat. Tentunya mereka harus
saling kasih mengasihi, memahami dan saling mengerti satu sama lain agar kekuatan
didalamnya tetap teijaga. Dan kekuatan pernikahan itu melahirkan sebuah kedamaian,
kesejukan, ketentraman dan pada titik yang didambakan semua pasangan yaitu kebahagiaan.
2. Ada berbagai hal khusus yang dapat dilakukan pasangan untuk membangun hubungan yang
lebih kuat. Ada 10 saran yang dianggap penting dalam berbagai penelitian. Ini termasuk
memberikan pujian, menemukan waktu untuk berdialog, mengadakan kencan mingguan,
bersikap tegas, mendengarkan dengan hati-hati, menyelesaikan masalah sebelum menjadi
serius, dan mencari bantuan jika anda memiliki masalah yang tidak dapat anda selesaikan.
3. faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan yaitu adanya kebijaksanaan, saling
pengertian, keijasama yang baik, kemampuan komunikasi, kesamaan latar belakang (baik
dalam pendidikan, sosial ekonomi dan suku bangsa), kemampuan menyesuaikan diri, tekad
yang sama dalam perkawinan.Terdapat juga faktor lain premarital factors: latar belakang
ekonomi, pendidikan, hubungan dengan orangtua, dan postmarital factors: kehadiran anak, dan
lama pernikahan.

B. Saran

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan -
kesempatan berikutnya. Semoga Makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.

1
2
DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito, 2010. Bimbingan dan konseling perkawinan (Yogyakarta: Andi Offset). David H.
Olson, John DeFrain, Linda Skogrand., 2011, 2008. Marriages & Families, :Intimacy, Diversity,
and Strengths, Seventh Edition, (New York: Me Graw Hill). Ekowati, Sundarie., 2018. Kekuatan
yang bakal bikin rumah tangga kita menjadi perahu ke surga, (wordpress).

Lestari, Sri., 2012. Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Konflik dalam Keluarga, (Jakarta:
Kencana Prenada Group).

Mary Ann Lamanna and Agnes Riedmann., 2012, 2009. Marriages, Families, and Relationships
:Making Choices in a Diverse Society, Eleventh Edition, (Wadsworth, Cengage Learning).

TheAsiaParentlndonesia. cara mewujudkan keluarga harmonis dan menyelamatkan pernikahan


kritis

1
3

Anda mungkin juga menyukai