Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERNIKAHAN DINI

Disusun Oleh :

Nama : Muhamad Dwi Pasla


NIM : 21.04.01.0016
Prodi : Hukum
Mata Kuliah : Sosiologi Hukum
Dosen Pengampu : Agustinus Samosir, SE., M.H

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BINA INSAN
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam
selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah
membawa manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti sekarang
ini.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
memajukan ilmu pengetahuan.

Lubuklinggau, Januari 2022

Penyusun

ii
DATAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaar Penulisan.................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
2.1 Pengertian Pernikahan dan Pernikahan Usia Muda.................. 3
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Pernikhan Dini .......................... 4
2.3 Dampak Positif dan Negatif Pernikahan Dini.......................... 7
2.4 Kasus Pernikahan Dini di Lahat dan Pagaralam...................... 10
BAB III PENUTUP................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan............................................................................... 13
3.2 Saran......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan
jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan
sesuai dengan apa yang ingin diinginkannya. Perkawinan sebagai jalan
untuk bisa mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan
bahwa perkawinan itu hendaknya berlangsung seumur hidup dan tidak
boleh berakhir begitu saja.
Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan
tidak memandang pada profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya,
tinggal di desa atau di kota.
Usia perkawinan yang terlalu muda mengakibatkan meningkatnya
kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab
dalam kehidupan berumah tangga bagi suami-istri.Meskipun batas umur
perkawinan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No. I tahun 74,
yaitu perkawian hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudak mencapai umur 16 tahun. Namun dalam
prakteknya masih banyak kita jumpai perkawinan pada usia muda atau di
bawah umur, padahal perkawianan yang sukses membutuhkan kedewasaan
tanggung jawab secara fisik maupun mental untuk bisa mewujudkan
garapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga.
Peranan orang tua sangat besar artinya bagi psikologis anak-
anaknya. Mengingat keluarga adalah tempat pertama bagi tumbuh
perkembangan anak sejak lahir hingga dengan dewasa maka pola asuh
anak dalam perlu disebar luaskan pada setiap keluarga.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pernikahan dini ?
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya pernikahan dini ?
3. Apa saja dampak dari pernikahan dini ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pernikahan dini
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya pernikahan dini
3. Untuk mengetahui dampak dari pernikahan dini

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pernikahan dan pernikahan usia muda


Pernikahan adalah lambang disepakatinya suatu perjanjian (akad)
antara seorang laki-laki dan perempuan (dalam masyarakat tradisional hal
itu juga merupakan perjanjian antar keluarga) atas dasar hak dan
kewajiban yang setara antara kedua belah pihak.Penyerahan diri total
seorang perempuan kepada laki-laki.Peristiwa saat seorang ayah secara
resmi menyerahkan anak perempuannya kepada laki-laki untuk “dipakai”
sesuka hati laki-laki itu.
Tujuan Pernikahan adalah untuk secara hukum mengesahkan
hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. untuk secara hukum
mengatur hak dan kewajiban masing-masing termasuk di dalamnya
pelarangan atau penghambatan terjadinya poligami. Untuk pendataan dan
kepentingan demografi.
Kriteria keberhasilan suatu pernikahan, kebahagiaan suami isteri,
hubungan yang baik antara orang tua dan anak, penyesuaian yang baik
antara anak-anak, kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan
pendapat, kebersamaan, penyesuaian yang baik dalam masalah
keuangan, penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan.
Pernikahan adalah hubungan (akad) antara laki-laki dan perempuan
dengan maksud agar masing-masing dapat menikmati yang lain (istimtaa’)
dan untuk membentuk keluarga yang sakinah dan membangun masyarakat
yang bersih (Utsaimin, 2009).
Pernikahan Usia Muda (Dini) adalah Pernikahan yang dilakukan
oleh remaja di bawah umur (antara 13-18 tahun) yang masih belum cukup
matang baik fisik maupun psikologis, karena berbagai faktor antara lain
faktor ekonomi, sosial, budaya, penafsiran agama yang salah, pendidikan,
dan akibat pergaulan bebas. Individu yang menikah pada usia muda akan
cenderung bergantung pada orangtua secara finansial maupun emosional.

3
Pernikahan dini yaitu merupakan intitusi agung untuk mengikat dua
insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga (Lutfiati,
2008).
Pernikahan dini adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya
belum siap untuk melaksanakan pernikahan (Nukman, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pernikahan dini adalah sebuah
bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia di
bawah 18 tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah
atas. Jadi sebuah pernikahan di sebut pernikahan dini, jika kedua atau
salah satu pasangan masuk berusia di bawah 18 tahun (masih berusia
remaja). Masa remaja, boleh di bilang baru berhenti pada usia 18 tahun.
Dan pada usia 20 - 24 tahun dalam psikologi, dikatakan sebagai usia
dewasa muda. Pada masa ini, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak
remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka, kalau pernikahan
dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin
bertualang menemukan jati dirinya.

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini


Ada dua faktor penyebab terjadinya pernikahan dini pada kalangan
remaja, yaitu sebab dari anak dan dari luar anak.
1. Sebab dari Anak
a. Faktor Pendidikan.
Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran
yang besar. Jika seorang anak putus sekolah pada usia wajib
sekolah, kemudian mengisi waktu dengan bekerja. Saat ini
anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga merasa
mampu untuk menghidupi diri sendiri.
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut
menganggur. Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan
membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang tidak
produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan

4
lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di
luar nikah.
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis.
Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-
anak telah melakukan hubungan biologis layaknya suami istri.
Dengan kondisi seperti ini, orang tua anak perempuan
cenderung segera menikahkan anaknya, karena menurut orang
tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan
hal ini menjadi aib.
Tanpa mengenyampingkan perasaan dan kegalauan orang
tua, hal ini sebuah solusi yang kemungkinan di kemudian hari
akan menyesatkan anak-anak. Ibarat anak sudah melakukan
suatu kesalahan yang besar, bukan memperbaiki kesalahan
tersebut, tetapi orang tua justru membawa anak pada suatu
kondisi yang rentan terhadap masalah. Karena sangat besar di
kemudian hari perkawinan anak-anak tersebut akan dipenuhi
konflik.
c. Hamil sebelum menikah
Jika kondisi anak perempuan itu telah dalam keadaan
hamil, maka orang tua cenderung menikahkan anak-anak
tersebut. Bahkan ada beberapa kasus, walau pada dasarnya
orang tua anak gadis ini tidak setuju dengan calon menantunya,
tapi karena kondisi kehamilan si gadis, maka dengan terpaksa
orang tua menikahkan anak gadis tersebut.
Bahkan ada kasus, justru anak gadis tersebut pada
dasarnya tidak mencintai calon suaminya, tapi karena terlanjur
hamil, maka dengan sangat terpaksa mengajukan permohonan
dispensasi kawin.
Ini semua tentu menjadi hal yang sangat dilematis. Baik
bagi anak gadis, orang tua bahkan hakim yang menyidangkan.
Karena dengan kondisi seperti ini, jelas-jelas perkawinan yang
akan dilaksanakan bukan lagi sebagaimana perkawinan

5
sebagaimana yang diamanatkan UU bahkan agama. Karena
sudah terbayang di hadapan mata, kelak rona perkawinan anak
gadis ini kelak. Perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan
rasa cinta saja kemungkinan di kemudian hari bisa goyah,
apalagi jika perkawinan tersebut didasarkan keterpaksaan.

2. Sebab dari luar Anak


a. Faktor Pemahaman Agama.
Ada sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa
jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi
pelanggaran agama. Dan sebagai orang tua wajib melindungi
dan mencegahnya dengan segera menikahkan anak-anak
tersebut.
Ada satu kasus, dimana orang tua anak menyatakan bahwa
jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis merupakan
satu: “perzinahan”. Oleh karena itu sebagai orang tua harus
mencegah hal tersebut dengan segera menikahkan. Saat mejelis
hakim menanyakan anak wanita yang belum berusia 16 tahun
tersebut, anak tersebut pada dasarnya tidak keberatan jika
menunggu dampai usia 16 tahun yang tinggal beberapa bulan
lagi. Tapi orang tua yang tetap bersikukuh bahwa pernikahan
harus segera dilaksanaka. Bahwa perbuatan anak yang saling
suka sama suka dengan anak laki-laki adalah merupakan
“zinah”. Dan sebagai orang tua sangat takut dengan azab
membiarkan anak tetap berzinah.
b. Faktor ekonomi.
Kita masih banyak menemui kasus-kasus dimana orang
tua terlilit hutang yang sudah tidak mampu dibayarkan. Dan
jika si orang tua yang terlilit hutang tadi mempunyai anak
gadis, maka anak gadis tersebut akan diserahkan sebagai “alat
pembayaran” kepada si piutang. Dan setelah anak tersebut

6
dikawini, maka lunaslah hutang-hutang yang melilit orang tua
si anak.
c. Faktor adat dan budaya.
Di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat
beberapa pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak
gadisnya sejak kecil telah dijodohkan orang tuanya. Dan akan
segera dinikahkan sesaat setelah anak tersebut mengalami
masa menstruasi. Padahal umumnya anak-anak perempuan
mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak
tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah
batas usia minimum sebuah pernikahan yang diamanatkan UU.
(Ahmad, 2009).

2.3 Dampak Positif dan Negatif dari Pernikahan Dini


2.3.1 Dampak Positif
Berbagai dampak positif pernikahan dini atau perkawinan
dibawah umur dapat dikemukakan sebagai berikut.:
a. Dukungan emosional: Dengan dukungan emosional maka dapat
melatih kecerdasan emosional dan spiritual dalam diri setiap
pasangan (ESQ).
b. Dukungan keuangan: Dengan menikah di usia dini dapat
meringankan beban ekonomi menjadi lebih menghemat.
c. Kebebasan yang lebih: Dengan berada jauh dari rumah maka
menjadikan mereka bebas melakukan hal sesuai keputusannya
untuk menjalani hidup mereka secara finansial dan emosional.
d. Belajar memikul tanggung jawab di usia dini: Banyak pemuda
yang waktu masa sebelum nikah tanggung jawabnya masih kecil
dikarenakan ada orang tua mereka, disini mereka harus dapat
mengatur urusan mereka tanpa bergantung pada orang tua.
e. Terbebas dari perbuatan maksiat seperti zina dan lain-lain.

7
2.3.2 Dampak Negative
Berbagai dampak positif pernikahan dini atau perkawinan
dibawah umur dapat dikemukakan sebagai berikut.:
a. Dampak biologis  
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam
proses menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan
hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil
kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma,
perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ
reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak. Patut
dipertanyakan apakah hubungan seks yang demikian atas dasar
kesetaraan dalam hak reproduksi antara isteri dan suami atau
adanya kekerasan seksual dan pemaksaan (penggagahan) terhadap
seorang anak.
b. Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang
hubungan seks, sehingga akan menimbulkan trauma psikis
berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak
akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada
perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan
hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak
anak untuk memperoleh pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain
dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang
melekat dalam diri anak.
c. Dampak sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya
dalam masyarakat patriarki, yang menempatkan perempuan pada
posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki
saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun
termasuk agama Islam (Rahmatan lil Alamin) yang sangat
menghormati perempuan. Kondisi ini hanya akan melestarikan

8
budaya patriarki yang akan melahirkan kekerasan terhadap
perempuan.
d. Dampak perilaku seksual menyimpang
Adanya prilaku seksual yang menyimpang yaitu prilaku yang
gemar berhubungan seks dengan anak-anak yang dikenal dengan
istilah pedofilia. Perbuatan ini jelas merupakan tindakan ilegal
(menggunakan seks anak), namun dikemas dengan perkawinan
seakan-akan menjadi legal. Hal ini bertentangan dengan
UU.No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak khususnya
pasal 81, ancamannya pidana penjara maksimum 15 tahun,
minimum 3 tahun dan pidana denda maksimum 300 juta dan
minimum 60 juta rupiah. Apabila tidak diambil tindakan hukum
terhadap orang yang menggunakan seksualitas anak secara ilegal
akan menyebabkan tidak ada efek jera dari pelaku bahkan akan
menjadi contoh bagi yang lain.
e. Dampak terhadap suami
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan suami istri yang
telah melangsungkan perkawinan di usia muda tidak bisa
memnuhi atau tidak mengetahui hak dan kewajibannya sebagai
suami istri. Hal tersebut timbul dikarenakan belum matangnya
fisik maupun mental mereka yang cenderung keduanya memiliki
sifat keegoisan yang tinggi.
f. Dampak terhadap anak-anaknya
Masyarakat yang telah melangsungkan perkawinan pada usia
muda atau di bawah umur akan membawa dampak. Selain
berdampak pada pasangan yang melangsungkan perkawinan pada
usia muda, perkawinan usia muda juga berdampak pada anak-
anaknya. Karena bagi wanita yang melangsungkan perkawinan di
bawah umur 20 tahun, bila hamil akan mengalami gangguan pada
kandungannya dan banyak juga dari mereka yang melahirkan
anak yang prematur.
g. Dampak terhadap masing-masing keluarga

9
Selain berdampak pada pasagan suami-istri dan anak-
anaknya perkawinan di usia muda juga akan membawa dampak
terhadap masing-masing keluarganya. Apabila perkawinan di
antarta anak-anak mereka lancar, sudah barang tentu akan
menguntungkan orang tuanya masing-masing. Namun apabila
sebaliknya keadaan rumah tangga mereka tidak bahagia dan
akhirnya akan terjadi perceraian. Hal ini akan mengkibatkan
bertambahnya biaya hidup mereka dan yang palinng parah lagi
akan memutuskan tali kekeluargaan diantara kedua belah pihak.

2.4 Kasus pernikahan dini di Lahat dan Muara Enim


2.4.1 Kasus pernikahan dini di Lahat
Pada tahun ini, Perkawinan pada usia anak meningkat menjadi 38
kasus, dengan meningkatnya angka perkawinan pada usia anak ini
Pemkab Lahat langsung mengadakan kegiatan sosialisasi percepatan
pencegahan perkawinan pada usia dini serta penandatanganan nota
kesepahaman antara Pemerintah Kabupaten Lahat dengan pengadilan
agama Lahat kelas IB tahun 2021, bertempat di gedung pertemuan
Pemda Lahat, Senin (27/09).
Hj, Nurlela Kepala PP dan PA Lahat selaku ketua pelaksana
menyampaikan bahwa dasar kegiatan ini ialah undang-undang
perlindungan anak dan Undang-undang perkawinan. Disampaikannya,
tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai tindak lanjut lima arahan Presiden
kepada Kepala Kementerian PP dan PA, salah satunya ialah menurunkan
angka kekerasan terhadap anak dan pencegahan perkawinan pada usia
anak.
“Meminimalisir perkawinan anak di Kabupaten Lahat dan
pencapaian KLA di Kabupaten Lahat,” lanjutnya.
Nurlela menyebut bahwa data dari pengadilan agama Kabupaten
Lahat bahwa perkawinan pada usia anak meningkat dimana pada tahun
2019 sebanyak 25 kasus, tahun 2020 meningkat menjadi 30 anak dan
tahun 2021 meningkat 38 kasus pernikahan usia anak.

10
Dalam arahannya, Bupati Lahat Cik Ujang, SH menyampaikan
bahwa dalam masa pandemi ini, tentunya berdampak pada ekonomi
keluarga sehingga mereka memutuskan untuk menikah pada usia anak.
“Perkawinan hanya diizinkan jika calon pengantin sudah
mencapai usia 19 tahun, jika adanya pernikahan pada usia dini tentunya
berdampak pada pengembangan anak serta kekerasan terhadap anak,
sehingga pernikahan pada usia dini ini adalah masalah serius dan harus
ditangani secara bersama,” jelasnya.
Cik Ujang juga mengajak agar menyatukan komitmen dalam
menangani permasalahan pernikahan pada usia anak dini, terutama di
Kabupaten Lahat serta mengajak agar memberikan hak anak sepenuhnya.
“Saya memberikan apresiasi setinggi tingginya kepada Pengadilan
Agama dalam percepatan pencegahan pernikahan pada usia anak. Sekali
lagi saya mengajak kepada seluruh orang tua agar memberikan hak anak
untuk menjadikan anak generasi Penerus Bangsa yang berakhlak dan
berilmu,” sampainya

2.4.2 Kasus Pernikahan Dini di Pagaralam


Kantor Pengadilan Agama Klas II Pagaralam di tahun 2020,
cukup banyak mengeluarkan dispensasi nikah, untuk pernikahan di
bawah umur atau sering juga disebut pernikahan dini.
“Dispensasi nikah di tahun 2020 meningkat, dari semua perkara
permohonan yang masuk para volunter (perkara), sekira 80% itu
didominasi dispensasi nikah, baru kemudian isbat nikah,” terang Kepala
Pengadilan Agama Klas II Pagaralam Febrizal Lubis SAg SH.
Febrizal mengaku, bahwa perkara atau volunter di Pengadilan
Agama Klas II Pagaralam, sudah ada 100 lebih perkara yang masuk,
sedangkan untuk dispensasi nikah itu ada sekira 70 perkara.
“Sepertinya, ini ada hubungannya antara terbitnya Undang-
undang Perkawinan yang baru, tentang batas usia perkawinan dengan
kesadaran masyarakat, yang masih rendah dan juga masih menganggap
perkawinan itu sah, asalkan sudah memenuhi syarat, padahal Undang-

11
undang Perkawinan sekarang ini, untuk usia perkawinan baik laki-laki
dan perempuan itu ialah 19 tahun,” ungkapnya.
Lebih jauh Febrizal menambahkan, bahwa syarat untuk
mendapatkan dispensasi nikah ini, yakni harus ada surat penolakan dari
Kantor Urusan Agama (KUA), setidaknya harus ada akte kelahiran atau
ijazah, yang menerangkan batas usia yang bersangkutan, sebab bila untuk
Kartu Tanda Penduduk (KTP) kembali yang bersangkutan pasti belum
punya, kemudian buku nikah kedua orangtua yang bersangkutan.
“Karena yang mengajukan dispensasi nikah ini, adalah kedua
orangtua yang anaknya ingin nikah tapi masih di bawah umur.
Kebanyakan faktor yang tercantum dalam formulir gugat itu, mereka
yang mengajukan dispensasi nikah. Umumnya, mereka sudah cinta dan
tidak bisa lagi di pisahkan, kemudian terlanjur dan tidak ingin berbuat
dosa,” terangnya.
Selain itu juga kata Febrizal, alasan lain mereka yang ingin
mendapatkan dispensasi nikah, yakni sudah memiliki pekerjaan dan
mampu menghidupi keluarga. “Kalau kita semata-mata berpedoman
kepada ketentuan yang kaku, kita terpaksa harus menolak, sampai yang
bersangkutan genap berusia 19 tahun, tapi kita kan mengambil
kemaslahatan kedepan,” imbuh Febrizal.
Lebih jauh Febrizal menyebut, sebab untuk hak anak harus
dilindungi, karena bila Ia tidak diselamatkan dari pernikahan ayahnya,
dia akan menjadi cacat secara hukum, kesulitan untuk mendapatkan akta
kelahiran, bila si anak tidak memiliki akta kelahiran, maka Ia pun akan
bernasab kepada ibunya, bukan kepada ayahnya.
“Inilah efek atau dampak dari pernikahan melalui dispensasi
nikah, anak bisa menjadi korban. Kalau bisa untuk pernikahan ini, dapat
merujuk pada aturan yang ada, cukup usia dan kematangan berpikir, kita
berharap masyarakat bisa mematuhi hukum, karena hukum kita sudah
disahkan oleh Negara, bahwa usia perkawinan itu, hanya boleh
dilangsungkan oleh masyarakat, yang memang sudah berusia 19 tahun
baik itu laki-laki dan perempuan,” harapnya. (ald)

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Ada berbagai penyebab pernikahan dini contohnya adalah karena hamil
diluar nikah (kecelakaan), ingin menghindari dosa (seks bebas), dan ada
juga paksaan dari orangtua. Pernikahan dini diperbolehkan dalam
agama hal itu karena apabila si remaja tidak bisa menahan nafsu, jadi
lebih baik dia menikah.
2. Ada berbagai dampak yang disebabkan oleh pernikahan dini. Dampak
biologis, Dampak psikologis, Dampak sosial, Dampak perilaku seksual
menyimpang, Dampak terhadap suami, Dampak terhadap anak-
anaknya, Dampak terhadap masing-masing keluarga.
3. Pada dasarnya, Rumah tangga dibangun oleh komitmen bersama dan
merupakan pertemuan dua pribadi berbeda namun hal ini sulit
dilakukan pada usia remaja. Hal tersebut memacu konflik yang bias
berakibat pisah rumah atau perceraian itu semua karena emosi remaja
masih labil terkadang masalah-masalah rumah tangga juga bisa
menyebabkan neoritis depresi sehingga remaja mengalami kebingungan
dalam memikirkan kehidupan keluarga. Remaja tidak bisa membagi
waktu antara sekolah dan keluarga, sehingga menjadi depresi berat.

3.2 Saran
Pernikahan dini bisa menyebabkan kanker leher Rahim. Untuk itu
perempuan yang aktif secara seksual di anjurkan untuk melakukan tes pap
smear dua sampai tiga tahun sekali.
Sebelum melakukan pernikahan dini, hendaknya kita dapat
memikirkan resiko yang akan terjadi. Dan juga melakukan persiapan yang
akan dibutuhkan dalam pernikahan tersebut.
Apabila ada masalah dalam keluarga pernikahan dini, hendaknya
diselesaikan baik-baik atau minta tolong dan saran pada orang yang lebih
tau dan berpengalaman.

13
DAFTAR PUSTAKA

Erik Arianto.2008.Konsep Diri. Http://erikarianto.wordpress.com.5 Halaman.8


November 2013
Dian Luthfiyati.2008. Pernikahan Dini Pada Kalangan Remaja (15-19 Tahun).
Http://ninael-firdaus.blogspot.com.13 Halaman.5 November 2013
Haryanto, S.Pd.2011. Kenakalan Remaja.http://belajarpsikologi.com/kenakalan-
remaja.6 Halaman.9 November 2013
https://daerah.sindonews.com/read/489714/720/sssthamil-di-luar-nikah-ratusan-
remaja-di-musi-rawas-ajukan-dispensasi-nikah-1626941265

14

Anda mungkin juga menyukai