Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENYELESAIKAN MASALAH PERKAWINAN


SESUAI HUKUM PERKAWINAN
Dosen Pengampu:
Dewi Murniati, S.H, M.H.

Di susun oleh:
Ayu Wulandari (202005030008)
Nur Khofifah (

Fakultas AgamaIslam
Prodi Hukum Keluarga Islam
Universitas Sunan Giri Surabaya
Tahun ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt


karena berkat taufiq hidayah dan inayah nya kepada kita semua, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Penyelesaikan Masalah Perkawinan
Sesuai Hukum Perkawinan” ini dengan baik. Dan tak lupa sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Yang
telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang
yakni addinul islam.
Tidak lupa kami ucapkan kepada Ibu Dewi Murniati,.S.H, M.H Selaku dosen
pembimbing pengampu mata kuliah. Hukum Perkawinan di Indonesia, yang selalu
membimbing kami dalam pengerjaan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah,dan
kami juga mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan
pertimbangan perbaikan masalah.
Dan Semoga kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih
menambah sumber-sumber pengetahuan. Dan dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya, sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
mahasiswa-mahasiswi maupun orang-orang yang membacanya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Sidoarjo, 15 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................2
C. TUJUAN..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. PENGERTIAN MASALAH PERKAWINAN.................................................................3
B. MASALAH PERKAWINAN YANG SERING TERJADI DI MASYARAKAT.............4
C. PENYELESAIAN MASALAH PERKAWINAN YANG SERING TERJADI DI
MASYARAKAT..............................................................................................................5
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................9
A. KESIMPULAN................................................................................................................9
B. SARAN............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada prinsipnya perkawinan adalah suatu akad, untuk menghalalkan hubungan
serta membatasi hak dan kewajiban, tolong menolong antara pria dengan wanita yang
antara keduanya bukan muhrim. Apabila di tinjau dari segi hukum, jelas bahwa
pernikahan adalah suatu akad yang suci dan luhur antara pria dengan wanita, yang
menjadi sebab sahnya status sebagai suami isteri dan dihalalkan hubungan seksual
dengan tujuan mencapai keluarga sakinah, mawadah serta saling menyantuni antara
keduanya.
Di kalangan masyarakat pernikahan atau perkawinan merupakan sesuatu yang
dianggap sakral dan hanya ingin dilakukan seumur hidup. Tuhan menciptakan laki-
laki dan perempuan berpasang-pasangan untuk melanjutkan keturunannya. Menurut
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1 tentang perkawinan dijelaskan bahwa
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Anggota keluarga terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang memiliki hubungan satu sama lain yang tidak dapat terpisahkan.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran
terhadap perkembangan sosial dan perkembagan kepribadian setiap anggota keluarga.
Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan tidak adanya konflik, kekecewan,
ketegangan, dan ketidakpuasaan terhadap keadaan (emosi, fisik, mental, dan sosial).
Rumah tangga yang harmonis didukung oleh beberapa faktor yaitu kenyamanan,
kecocokan, adanya tujuan, dan kepercayaan. Sedangkan rumah tangga yang tidak
harmonis terjadi karena beberapa faktor diantaranya yaitu tidak adanya kecocokan dan
sering terjadinya konflik.
Ketegangan dan konflik didalam rumah tangga memang tidak dapat untuk
dihindari. Tidak ada rumah tangga yang dapat menghindari dari konflik, hanya saja
yang menjadi perbedaan adalah cara dalam menghadapi konflik yang terjadi.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisna makalah ini penyusunan membagi rumusan masalah menjadi
beberapa pertanyaan :
1. Apa pengertian dari masalah perkawinan ?
2. Apa saja masalah perkawinan yang sering terjadi di masyarakat ?
3. Bagaimana penyelesaian masalah perkawinan yang sering terjadi di masyarakat ?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumus masalah diatas, tujuan makalah perkawinan ini antara lain:
1. Untuk mngetahui pengertian dari masalah perkawinan
2. Untuk mengetahui masalah yang sering terjadi di masyarakat
3. Untuk mengetahui penyelesaian masalah perkawinan yang sering terjadi di
masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MASALAH PERKAWINAN


Sadarjoen (dalam Rachmadani, 2013) menyatakan bahwa konflik perkawinan
adalah konflik yang melibatkan pasangan suami istri dimana konflik tersebut
memberikan efek atau pengaruh yang signifikan terhadap relasi kedua pasangan.
Lebih lanjut Sadarjoen (2012) menyatakan bahwa konflik tersebut muncul karena
adanya persepsi-persepsi, harapan-harapan yang berbeda serta ditunjang oleh
keberadaan latar belakang, kebutuhan- kebutuhan dan nilai-nilai yang mereka anut
sebelum memutuskan untuk menjalin ikatan perkawinan.
Menurut Subiyanto (2011) konflik perkawinan di dalam rumah tangga muncul
akibat berbagai macam masalah yang terjadi diantara suami istri. Masalah-masalah di
dalam rumah tangga yang bisa memicu konflik biasanya terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan di dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang sifatnya
urgent. Dan apabila kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi, seringnya penyikapan salah
satu pasangan akan berujung negatif, sehingga akan menciptakan sebuah konflik di
dalam rumah tangganya.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa gambaran konflik
perkawinan dalam penelitian ini adalah perselisihan yang terjadi antara suami dan istri
karena pandangan dan kepribadian yang berbeda. Konflik yang terjadi dalam sebuah
perkawinan antara suami dan istri yang akan berpengaruh terhadap hubungan suami
istri selanjutnya. Adanya konflik menunjukkan adanya ketidakcocokan dan adanya
perbedaan. Konflik akan menimbulkan akibat yang positif atau negatif bergantung
pada sikap saling pengertian antara suami dan istri. Jika keduanya mampu mensikapi
sebuah konflik yang muncul dalam perkawinan dengan baik maka akan konflik yang
lebih besar tidak akan pernah terjadi.
B. MASALAH PERKAWINAN YANG SERING TERJADI DI MASYARAKAT
1. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
a. Pengertian
Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-
undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga, memiliki arti setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Masalah kekerasan dalam rumah tangga telah mendapatkan perlindungan
hukum dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 yang antara lain
menegaskan bahwa:
a. Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebes dari
segala bentuk  kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-
undang Republik Indonesia tahun 1945.
b. Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama Kekerasan dalam rumah tangga
merupakan pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan terhadap
martabat kemanusiaan serta bentuk deskriminasi yang harus dihapus.
c. Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah
perempuan, hal itu harus mendapatkan perlindungan dari Negara dan/atau
masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman
kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan
martabat kemanusiaan.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf d perlu dibentuk Undang-undang tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.
Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap isteri sebenarnya
merupakan unsur yang berat dalam tindak pidana, dasar hukumnya adalah
KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) pasal 356 yang secara garis besar
isi pasal yang berbunyi:
“Barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, isteri atau
anak diancam hukuman pidana”
b. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap
istri dalam  rumah tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam :
1) Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit atau luka berat.
2) Kekerasan psikologis / emosional
Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan
psikis berat pada seseorang..
3) Kekerasan seksual
Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari
kebutuhan batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa
selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.
Kekerasan seksual berat, berupa:
a) Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh
organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbuatan lain
yang menimbulkan rasa muak/jijik, terteror, terhina dan merasa
dikendalikan.
b) Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau pada saat
korban tidak menghendaki.
c) Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan
dan atau menyakitkan.
d) Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan
pelacuran dan atau tujuan tertentu.
e) Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi
ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi.
f) Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan
alat yang menimbulkan sakit, luka,atau cedera.
Kekerasan Seksual Ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal
seperti komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan
atau secara non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun
perbuatan lainnya yang meminta perhatian seksual yang tidak dikehendaki
korban bersifat melecehkan dan atau menghina korban. Melakukan repitisi
kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan
seksual berat.
4) Kekerasan ekonomi
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan
atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis ini
adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri.
Kekerasan Ekonomi Berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi dan
pengendalian lewat sarana ekonomi berupa:
a) Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif termasuk pelacuran.
b) Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya.
c) Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban,
merampas dan atau memanipulasi harta benda korban.
Kekerasan Ekonomi Ringan, berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang
menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau tidak
terpenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Poligami
Menurut istilah, poligami merupakan ikatan perkawinan dalam hal mana
suami mengawini lebih dari satu istri dalam waktu yang sama. Laki-laki yang
melakukan bentuk perkawinan seperti itu dikatakan bersifat poligami. Dengan
singkat poligami adalah beristri lebih dari satu.
Walaupun dalam pengertian tersebut ditemukan kalimat “salah satu pihak,”
akan tetapi karena istilah perempuan yang mempunyai banyak suami dikenal
dengan poliandri, maka yang dimaksud dengan poligami di sini adalah ikatan
perkawinan, dengan seorang suami punya beberapa orang istri (poligini) sebagai
pasangan hidupnya dalam waktu yang bersamaan. Dalam pengertian itu tidak
dicantumkan jumlah istri dalam berpoligami, tetapi Islam membatasinya sampai
empat orang. Kalau ada keinginan suami menambah lagi, maka salah satu dari
yang empat itu harus diceraikan, sehingga jumlahnya tetap sebanyak empat orang
istri.
3. Masalah keuangan
Dari mulai biaya pernikahan hingga biaya hidup sehari-hari, uang bisa jadi
masalah besar bagi sebuah rumah tangga. Membeli rumah atau apartemen,
renovasi, mobil, pengeluaran sehari-hari, hingga biaya membesarkan anak
tentunya membutuhkan jumlah uang yang tidak sedikit. Jika pasangan tidak bisa
mengatur keuangan dengan baik, maka pertengkaran tidak dapat dihindari.
4. Ketidaksetiaan dan perselingkuhan
Faktor paling kuat yang dapat menyebabkan keretakan rumah tangga adalah
ketidaksetiaan dan perselingkuhan.Biasanya, hal ini terjadi sebagai hasil hubungan
yang telah lama tida sehat. Pasangan yang merasa percaya diri dengan hubungan
mereka tidak akan mencari orang lain untuk bahagia.
C. PENYELESAIAN MASALAH PERKAWINAN YANG SERING TERJADI DI
MASYARAKAT
a. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
Untuk menghindari terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga, diperlukan
cara-cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga, antara lain:
a. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh
pada agamanya sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan
dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran.
b. Harus  tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena
didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak,
saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat saling
mengahargai setiap pendapat yang ada.
c. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta
sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah
tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu
juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.
d. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya
antar anggota keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi dengan rasa saling
percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk
melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul
adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga
berlebih-lebihan.
e. Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada
dalam keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi
pendapatan yang minim, sehingga kekurangan ekonomi dalam keluarga dapat
diatasi dengan baik.
b. Poligami
Islam adalah kata akhir Allah yang dengannya ia menutup risalah-risalah
sebelumnya. Karena itulah, ia juga membawa syariat yang universal dan abadi,
untuk seluruh penjuru dunia untuk semua zaman dan untuk semua umat manusia.
Ia tidak membuat syariat untuk orang kota dengan melalaikan orang desa,
tidak untuk masayarakat daerah beriklim dingin dengan merupakan masyarakat
beriklim tropis dan tidak pula suatu abad dengan melupakan abad dan generasi
lain.
Ia telah mengukur kebutuhan individu, kebutuhan masyarakat, sekaligus kadar
kepentingan semua pihak. Ada diantara mereka yang memiliki semangat besar
untuk memiliki keturunan, akan tetapi diberi rezeki dengan istri yang tidak
beranak karena mandul, berpenyakit, atau sebab lainnya. Ada satu diantara tiga
pilihan bagi perempuan yang jumlahnya berlebih dibanding dengan jumlah laki-
laki:
a. Menghabiskan seluruh masa hidupnya dengan menelan kenyataan pahit tidak
mendapatkan jodoh.
b. Melepaskan kendali, menjadi pemuas nafsu bagi laki-laki hidung belang yang
diharamkan.
c. Atau menikah dengan seorang laki-laki beristri yang mampu memberi nafkah
dan berlaku baik.
Tidak diragukan lagi, cara terakhir adalah alternatif yang adil, dan merupakan
solusi terbaik terhadap permasalahan yang akan dihadapinya. Dan itulah
keputusan hukum islam.
c. Masalah keuangan
Demi mengatasi problematika satu ini, ada baiknya kamu untuk melakukan
beberapa cara menghadapi masalah keuangan dalam rumah tangga berikut ini.
a. Saling Terbuka dan Berkomunikasi dengan Pasangan
Hal pertama yang bisa kamu lakukan ketika menghadapi masalah keuangan
dalam rumah tangga adalah dengan mulai saling terbuka dan berkomunikasi
dengan pasangan. Dengan saling terbuka dan komunikasi, kamu bisa
menghindari miskomunikasi dengan pasangan. Pasangan jadi tahu apa yang
kamu inginkan dan jalani, begitu juga sebaliknya.
b. Membuat Rencana Keuangan
Cara menghadapi masalah keuangan dalam rumah tangga yang kedua adalah
kamu dan pasangan disarankan untuk membuat rencana keuangan bersama.
Dengan membuat rencana keuangan bersama, kamu juga menjadi tahu
bagaimana caranya mengatur budgeting yang pas untuk rumah tangga kalian
bersama.
d. Ketidaksetiaan dan perselingkuhan
a. Selediki kebenarannya
Ketika mendengar kabar miring tentang suami/istri bahwa dirinya selingkuh,
tentunya seperti bak mendengar petir di siang bolong. Pasti langsung emosi.
Sebaiknya hilangkan dahulu emosi yang menggebu-gebu tersebut. Lalu bisa
selidiki lebih lanjut, jangan sampai kabar yang didengar hanya sebuah fitnah
belaka dari seseorang untuk menghancurkan rumah tangga kita.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menenangkan diri dan
menggunakan prinsip praduga tak bersalah, karena bisa jadi kecurigaan salah
besar. Ada baiknya mengumpulkan bukti-bukti dan berpikir sejenak untuk
memikirkan langkah terbaik.
b. Mendiskusikannya dengan suami
Sebagian besar perselingkuhan seseorang sebenarnya hanya untuk tujuan
bersenang-senang, meski ada juga yang berselingkuh untuk meninggalkan
istri/suaminya. Apabila memang sudah tidak ingin melanjutkan hubungan
rumah tangga lagi, maka tawarkan berbagai solusi. Jadi bicarakanlah kepada
pasangan secara baik-baik untuk mengevaluasi kembali hubungan
kedepannya.
c. Instropeksi diri
Setelah tahu pasangan berselingkuh, banyak yang langsung memberikan
ultimatum untuk pasangannya. Padahal yang harus dilakukan adalah
mengetahui bagaimana pasangan berselingkuh dan apa yang menjadi
alasannya melakukan hal tersebut. Sebab apapun yang terjadi pasti ada
alasannya. Bisa jadi karena masalah komunikasi, kejenuhan atau
kesalahapahaman. Oleh karena itu saatnya untuk mengevaluasi masalah yang
sesungguhnya dari hubungan rumah tangga. Saatnya kedua belah pihak
saling instropeksi diri demi kebaikan bersama.
d. Pertimbangkan dengan matang sebelum membuat keputusan
Jangan main-main dalam memutuskan sesuatu, apalagi di saat keduanya
masih terbawa emosi. Tindakan yang diambil tentunya ada masa depan yang
dipertaruhkan, terutama jika sudah punya anak. Ada berbagai pertimbangan
yang perlu diperhatikan ketika salah satu pasangan ingin mengambil
keputusan. Pikirkan semuanya dengan matang sebelum menyesal. Jika
memang salah satu pihak tak sanggup bertahan, berpisah adalah jalan terbaik.
Sebaliknya, salah satu pihak yang di selingkuhi bisa berlapang dada
memaafkan dan menerimanya kembali. Yang penting adalah bagaimana
berkomitmen dan saling memaafkan untuk memperbaiki hubungan.
e. Berkonsultasilah dengan ahlinya
Banyak salah satu pihak yang bingung hingga frustasi ketika menghadapi
perselingkuhan dari pasangannya. Saat mengetahui pasangan mengkhianati
dirinya, tentu rasanya sangat sakit. Terlebih ketika diberikan kesempatan
untuk berhadapan langsung dengan pihak ketiga. Maka segeralah
mendapatkan solusi, yakni mengkonsultasikan masalah dalam rumah tangga
dengan terapis atau konselor pernikahan. Di mana perselingkuhan tidak
berarti harus berakhir dengan perpisahan. Pastinya seorang konselor
pernikahan bisa memberikan beberapa solusi baik dalam membantu pasangan
untuk membangun kembali kepercayaan dalam hubungan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konflik perkawinan dalam penelitian ini adalah perselisihan yang terjadi
antara suami dan istri karena pandangan dan kepribadian yang berbeda. Konflik yang
terjadi dalam sebuah perkawinan antara suami dan istri yang akan berpengaruh
terhadap hubungan suami istri selanjutnya. Adanya konflik menunjukkan adanya
ketidakcocokan dan adanya perbedaan. Konflik akan menimbulkan akibat yang positif
atau negatif bergantung pada sikap saling pengertian antara suami dan istri.
Adapun masalah perkawinan yang ditimbulkan dan yang sering terjadi di
masyarakat adalah KDRT, Pologami, masalah keuangan dan ketidaksetiaan atau
perselingkuhan
Dari masalah – masalah tersebut ada penyelesaian nya masing-masing yang
harus dilakukan agar masalah-masalah yang sering terjadi di masyarakat tersebut tidak
terulang.
B. SARAN
1. Diharapkan makalah ini dapat memberikan sumbangan dalam keilmuan Islam dan
dapat menjadi pandangan apabila mengalami dalam rumah tangga sehingga tahu
bagaimana yang harus dilakukan.
2. Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan untuk lebih
melengkapi makalah ini maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-
saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Anshary M, Hukum Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 2012

Undang-undang tentang Penghapusan KDRT No. 23 tahun 2004, Kenapa Laki-Laki


Melakukan Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)?
http://www.erwinmiradi.com/kenapa-laki-l... #erwinmiradi.com

Kekerasan pada Istri dalam rumah tangga


http://maureenlicious.wordpress.com/2011/04/28/kekerasan-pada-istri-
dalam-rumah-tangga/

5 solusi bijak untuk menghadapi masalah suami selingkuh


https://www.popmama.com/life/relationship/bella-lesmana/cara-bijak-
mengatasi-suami-selingkuh?page=all
http://digilib.uinsby.ac.id/13031/5/Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai