Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Islam Dan Gender

Dosen Pengampu: Dra. Rita Rahmawati, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Nurul Maghfiroh Natiq (1120001)


2. Aditya Saputra (1120012)
3. Anis Suhaila (1120026)

FAKULTAS SYARIAH
HUKUM KELUARGA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Baginda Nabi Agung Muhammad SAW beserta keluarganya dan para
sahabatnya.
Rasa terima kasih pula penulis sampaikan kepada dosen pengampu mata
kuliah Islam Dan Gender, Ibu Dra. Rita Rahmawati, M.Pd, yang senantiasa
membimbing, mengarahkan serta memberikan ilmunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Islam Dan Gender pada semester ini yang berjudul “Kekerasan Dalam Rumah
Tangga”. Penulisan berharap makalah ini dapat memeberikan suatu dampak positif
bagi kita semua.
Makalah ini ditulis berdasarkan dari hasil penyusunan data-data yang penulis
peroleh dari merefensi buku-buku, serta sumber lain yang membahas tentang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Penyusun berharap dengan membaca makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kita.
Makalah ini memang jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan arah yang lebih baik.

Pekalongan, 20 September 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan ...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 6
A. Definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga ........................................... 6
B. Faktor Pemicu Terjadinya KDRT.......................................................... 7
C. Bentuk-Bentuk KDRT ............................................................................. 9
D. Siapa Yang Paling Sering Jadi Korban KDRT ..................................... 10
E. Kekerasan Dalam Islam .......................................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 14
A. Kesimpulan ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah


Setiap keluarga memimpikan dapat membangun keluarga harmoni, bahagia
dan saling menintai, namun pada kenyataannya banyak keluarga yang merasa tidak
nyaman, terkekan dan sedih karena terjadi kekerasan dalam rumah tangga, baik
kekerasan yang bersifat fisik, psikologis, seksual, emosional, maupun pelantaran.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat disebabkan oleh faktor internal
dan eksternal, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, terlebih-lebih di
era terbuka dan informasi yang kadang kala budaya kekerasan yang muncul lewat
informasi tidak bisa terfilter pengaruh negatifnya terhadap kenyamanan hidup
1
dalam rumah tangga. Adanya kekerasan dalam lingkup keluarga, dapat
memberikan dampak yang cukup besar bagi kelangsungan hidup korban.
Adapun Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
beserta perubahannya. Pasal 28G ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun
1945 menentukan bahwa “setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman kekuatan untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”. Pasal 28H ayat (2) Undang-
Undang Dasar RI Tahun 1945 menentukan bahwa “setiap orang berhak mendapat
kemudahan dan perakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang
sama guna mencapai persamaan dan keadilan”. Perkembangan dewasa ini
menunjukkan bahwa tindak kekerasan secara fisik, psikis, seksual, dan pelantaran
rumah tangga pada kenyataannya terjadi sehigga dibuuhkan perangkat hukum yang
memadai untuk menghapus kekerasan dalam rumah tangga.
Meskipun sudah ada UU yang mengatur tindak kekerasan dalam rumah tangga,
namun nyatanya masih banyak kasus yang terjadi di masyarakat. Oleh karen itu,
diperlukan lagi wawasan yang luas tentang tindak kekerasan tersebut untuk
mencegah dan meminimalisir kasus dikemudian hari.
Dalam penulisan ini akan dibahas lebih mendetail mengenai permasalahan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) mengenai definisi Kekerasan Dalam

1
Edwin Manumpahi, dkk, Kajian Kekerasan dalam Rumah Tangga Terhadap Sikologi Anak di Desa Soakonora
Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat, Acta Diurna, Vol. V. No. 1, 2016, hal. 2.

4
Rumah Tangga (KDRT), faktor pemicu KDRT, bentuk-bentuk, korban KDRT, dan
kekerasan dalam islam.
B Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)?
2. Apa yang menjadi faktor pemicu terjadinya KDRT?
3. Apa saja bentuk-bentuk KDRT?
4. Siapa yang paling sering menjadi korban KDRT?
5. Bagaimana pandangan islam mengenai kekerasan?
C Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
2. Untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya KDRT
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari KDRT
4. Untuk mengetahui siapa saja yang paling sering menjadi korban KDRT
5. Untuk mengetahui kekerasan dalam perspektif islam

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)


Kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: perihal yang bersifat,
bercirikhas, perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cidera
atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain
serta paksaan. Sedangkan dalam kamus Oxford kata kekerasan dipahami tidak hanha
berkaitan dengan penggunaan fisik saja tetapi juga terkait dengan tekanan emosional
dan psikis. Melihat penjelasan tersebut dapat disimpilkan bahwa kekerasan disini
tidak hanya menggunakan fisik tetapi juga kekerasan dengan verbal.2
Definisi KDRT menurut UUPKDRT adalah perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga, meliputi: (a) suami, istri, dan
anak; (b) orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud huruf (a) karena hubungan darah, perkawinan, persusuan,
pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; dan /atau (c) orang
yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.
KDRT adalah kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga. Kekerasan ini
bukan hal yang biasa terjadi semacam ketegangan atau konflik sehari-hari seperti
beda pendapat, perdebatan, pertengkaran, saling mengejek atau memaki sesaat.
KDRT lebih buruk lagi. Lazimnya pelakunya mempunyai status dan kekuasaan yang
lebih besar, baik dari segi ekonomi kekuatan fisik maupun status sosial dalam
keluarga. Dengan kata lain KDRT adalah kekerasan yang biasa terjadi jika di dalam
rumah tangga dimana relasi antara pelaku dan korban tidak setara atau sekufu.
Dalam deklarasi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap permpuan,
ada tiga ranah kekerasan: 1) kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence) atau
KDRT; 2) kekerasan di masyarakat (public domain); dan 3) kekerasan yang
dilakukan oleh negara. Di semua ranah, kekerasan lebih berlangsung dan menimpa
siapa saja. Sepanjang sejarah, kekerasan berlangsung terus di tiga ranah tersebut dan
kerap menimpa kaum lemah, diantaranya perempuan dan anak-anak.

2
Kurnia Muhajarah, Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga: Perspektif Sosio-Budaya, Hukum,
dan Agama, SAWWA, Vol. 11. No. 2, 2016, hal. 129.

6
Secara umum diterima bahwa yang termasuk dalam tindak kekerasan dalam
rumah tagga adalah melakukan kontrol dan kekuasaan (personal power) dengan
kekusaan atas orang lain (power over other), kekerasan dan pemaksaan yag meliputi
tindak seksual, psikologis, dan ekonomi serta dilakukan oleh seorang individu
terhadap individu yang lain dalam hubungan rumah tangga atau hubungan yang
lain.3

B. Faktor Pemicu Terjadinya KDRT


Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Kekerasan Dalam
Rumah Tangga yaitu antara lain:
1. Faktor Ekonomi
Adanya ketergantungan finansial seorang istri kepada suami dapat
menjadi pemicu terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Ketergantugan
tersebut membuat istri akan cenderung menurut terhadap perkataan dan
perbuatan yang dilakukan oleh suami demi kelangsungan hidupnya dan
pendidikan anak-anaknya. Hal ini dapat menjadi kesempatan bagi suami
untuk berbuat sewenang-wenang.
Masalah perekonomian lain dapat muncul karena adanya tuntutan
kebutuhan finansial yang besar dari istri namun pendapatan suami tergolong
rendah. Terdapat gambaran kasus lain yaitu adanya celaan dari istri dalam
menghadapi masalah rumah tangga karena pendapatan istri lebih dominan
dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kekerasan Dalam Rumah
Tangga yang disebabkan oleh faktor ekonomi dapat terjadi pada masyarakat
berpenghasilan rendah maupun cukup.4
2. Faktor Perselingkuhan
Perselingkuhan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Adanya perselingkuhan dari satu
pihak yang dilakukan suami atau istri dapat menjadi pemicu terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga yang dapat berbentuk kekerasan fisik, psikis,
dan penelantaran rumah tangga. Kekerasan fisik dapat terjadi akibat luapan

3
Sofia Hardani dkk, Perempuan Dalam Lingkaran KDRT, (Pekanbaru: Pusat Studi Wanita Universitas Islam
Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim, 2010), hal. 10-11.
4
Cynthia Natania Setiawan, “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dan
Pelaporan Pada Pihak Kepolisian” Karya Tulis Ilmiah S – 1 Kedokteran, Universitas Diponegoro, 2017, hal. 24.

7
emosi yang terjadi setelah terjadinya pertengkaran mengenai masalah
perselingkuhan.
Kekerasan psikis terjadi pada saat suami/istri yang mengetahui
perselingkuhan pasangannya memilih untuk diam dan memendam
masalahnya. Pihak yang melakukan perselingkuhan juga cenderung lebih
sensitif dan tempramental sehingga sering meluapkan emosi pada
pasangannya. Penelantaran rumah tangga juga dapat menjadi salah satu
bentuk kekerasan dalam rumah tangga akibat perselingkuhan. Hal ini terjadi
apabila saat pihak yang melakukan perselingkuhan mulai mengurangi
pemberikan nafkah untuk keluarga dan sering meninggalkan rumah tanpa
sepengetahuan pasangannya.5
3. Faktor Sosial Budaya
Budaya patriarki masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat
Indoesia. Hal ini melatarbelakangi pola pikir bahwa kekerasan dalam rumah
tangga adalah hal yang wajar karena suami berhak mengatur apa saja tentang
istri dan anak-anaknya, sehingga jika suami tidak puas dengan apa yang
diinginkannya, maka tindakan kekerasan fisik dapat dilakukan.6
4. Faktor Frustasi
Kekerasan juga dapat terjadi akibat lelahnya psikis yang menimbulkan
frustasi diri dan kurangnya kemampuan coping stress suami. Frustasi timbul
akibat ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang dirasakan oleh
suami. Hal ini biasa terjadi oleh pasangan yang belum siap kawin, suami
belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang mencukupi kebutuhan
rumah tangga, dan masih serba terbatas dalam kebebasan. Dalam kasus ini
biasanya suami mencari pelarian kepada mabuk-mabukan dan perbuatan
negatif lain yang berujung pada pelampiasan berbentuk kekerasan terhadap
istrinya, baik secara fisik, seksual, psikis atau bahkan penelantaran keluarga.7
5. Adanya Hubungan Kekuasaan Yang Tidak Seimbang Antara Suami dan Istri
Anggapan bahwa suami lebih berkuasa dari pada istri telah tersusun
sedemikian rupa dalam keluarga dan kultur serta struktur masyarakat. Bahwa
istri adalah milik suami oleh karena harus melaksanakan segala yang
5
Ibid., hal. 25.
6
Ibid., hal. 25.
7
Rosma Alimi, Nunung Nurwati, Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap
Perempuan, Jurnal Pengabdian dan Penelitian Kepada Masyarakat (JPPM), Vol. 2.No. 1, 2021.

8
diinginkan oleh yang memiliki. Hal ini menyebabkan suami menjadi merasa
berkuasa dan akhirnya bersikap sewenang-wenang terhadap istrinya.
6. Kekerasan Sebagai Alat Untuk Menyelesaikan Konflik
Biasanya kekerasan dilakukan sebagai pelampiasan dari
ketersinggungan, ataupun kekecewaan karena tidak terpenuhinya keinginan,
kemudian dilakukan tindakan kekerasan dengan tujuan istri dapat memenuhi
keinginannya dan tidak melakukan perlawanan. Hal ini didasari oleh
anggapan bahwa jika perempuan rewel maka harus diperlakukan secara keras
agar ia menjadi penurut. Anggapan diatas membuktikan bahwa suami sering
menggunakan kelebihan fisiknya dalam menyelesaikan problem rumah
tangganya. 8

C. Bentuk-Bentuk KDRT
Menurut Mahoney dkk. Dalam bukunya yang berjudul Violence Against
Women mengelompokkan tipe kekerasan terhadap istri meliputi:
a. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik berupa tindakan penyerangan secara fisik, termasuk
perbuatan terhadap orang yang belum dewasa semisal menampar atau
indakan keras seperti penyerangan dengan mengunakan senjata mematikan.
Lebih jauh dijelaskan kekerasan fisik dapat berupa: pukulan, melukai tubuh
dengan senjata tumpul, senjata tajam atau benda-benda lain yang
berhubungan dengan teknologi (misal listrik) juga cara untuk melakukan
kekersan fisik. Penggunaan kekerasan dapat menimbulkan luka,
menghasilkan luka memar, luka tusuk, luka akibat senjata tajam, dan luka
goresan sampai dengan lukaluka yang dapat menimbulkan kematian.
Ancaman/ kekerasan dapat terrjadi secara langsung, me;a;ui ucapan, melalui
gerakan tubuh, maupun secara tidak langsung (surat, telepon, orang lain)
yang mengungkapkan maksud untuk menggunakan kekuatan fisik kepada
oang lain.9
b. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual berupa tindakan hubungan seksual bagi perempuan
yang dilakukan dengan paksaan, ancaman kekerasan, ataupun kekerasan.

8
Joko Sriwidodo, Pengantar Hukum Kekerasan Dalam Rumah Tangga, (Yogyakarta: Kepel Press, 2021), hal. 15.
9
Ibid., hal. 13.

9
Kekerasan seksual juga meliputi eksploitasi seksual yang disertai hubungan
seksual dengan yang lain tanpa keinginan peremuan. Abraham dalam
Mahoney mendefinisikan kekerasan seksual dengan hubungan seksual suami
istri yang dilakukan tanpa persetujuan, perkosaan, pencabulan, kontrol
seksual akan hak untuk menghasilkan keturunan, dan berbagai bentuk
perbuatan seksual yang dilakukan oleh pelaku dengan bermaksud untuk
menyebabkan penderitaan secara emosional, seksual, dan fisik kepada orang
lain.10
c. Kekerasan Psikologis
Dalam kekerasan psikis bentuk kekerasannya dapat berupa akibat/
dampak yang ditimbulkan dari adanya kekerasan yaitu ancaman kekerasan,
tindakan kekerasan itu sendiri termasuk kekerasan seksual. Dampak/akibat
dari bentuk-bentuk kekerasan ini akan berbeda-beda pada tiap orang. Kondisi
kesehatan korban memengaruhi respon pencarian pertolongan dan respon
pemahaman tentang hubungan, tergantung pada pola kekerasan yang mereka
pertahankan. Disimpulkan bahwa akibat dari kekerasan yang berbeda akan
tergantung pada pola tertentu dari adanya tindakan kekerasan.
D. Korban KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah kekerasan yang dilakukan
didalam rumah tangga baik berupa perilaku ancaman, pelecehan, dan kekerasan baik
secara fisik, psikologis, dan seksual antara dua orang yang terikat hubungan personal
ataupun kepada anggota keluarga lain. tindakan kekerasan seperti ini dapat terjadi
terhadap setiap individu tanpa memperdulikan latar belakang ras, etnik, atau
kelompok sosial dan ekonomi tertentu. Pelaku KDRT dengan bentuk kekerasan
seksual ternyata dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki yang berperan sebagai ayah
kandung atau tiri, paman, juga kakek. Bahkan dalam berbagai studi kasus, Pelaku
KDRT dapat pula mantan pasangan meskipun sudah berpisah.
Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan (istri) dan pelakunya
adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya atau orang-orang yang
tersubordinasi didalam rumah tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah orang
yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian,
dengan suami dan anak bahkan pembantu rumah tangga (PRT). Jika korbannya PRT,

10
Ibid., hal. 14.

10
biasanya pelaku adalah mereka yang disebut majikan seperti tuan, anak-anak
majikan, nyonya, dan orang-orang yang tinggal di dalam rumah.11
KDRT yang dialami oleh istri sarat dan kental denga dimensi gender karena
istri tidak memiliki akses informasi terhadap hak-haknya sebagai manusia.
Begitupun KDRT terhadap anak, mudah terjadi karena posisi anak yang berada
didalam kendali (tanggung jawab) orang tuanya. Sementara KDRT terhadap PRT
justru mengandung beberapa dimensi sekaligus, diantaranya gende, ekonomi, dan
kelas. Belum lagi bahwa pekerja PRT berada di sektor informal dimana hak-haknya
tidak terlindungi hukum selama pengelola jasa PRT tidak melaporkan PRT yang
dikelolanya.
Kembali kepada pengertian korban, dalam pengertian yang agak berbeda, laki-
laki sendiri juga dapat dikategorikan sebagai korban. Banyak kasus memperlihatkan
gejala gangguan jiwa bagi laki-laki pelaku kekerasan seperti merasa frustasi, rasa
bersalah, depresi dan lainnya.12 Disisi lain kekerasan juga dapat dialami oleh pria
yang berada dalam hubungan sesama jenis. Situasi ini juga bisa lebih sulit karena
mereka tidak ingin disebut lebih lemah dari pasangannya.
Kekerasan dalam rumah tangga tidak jarang terjadi pula pada para transgender,
biseksual, dan lesbian. Para pelaku kekerasan terhadap kelompok ini sering
meyakikan korbannya bahwa polisi tidak akan membantu seseorang yang menyukai
sesama jenis. Mereka juga dapat memberikan ancaman dengan menyebarkan
orientasi seksual korban kepada orang lain. Sehingga dalam tataran inilah korban
dari KDRT mencakup perempuan dan laki-laki yang memerlukan dampingan.13
E. Kekerasan Dalam Perspektif Islam
Islam tidak mengenal istilah atau definisi kekerasan dalam rumah tangga
secara khusus. Justru ajaran islam secara tegas melarang terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga. Hal ini dibuktikan dengan banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an maupun
hadist yang memerintahkan para suami untuk memperlakukan istrinya dengan
pergaulan yang baik. Sebagaimana firman Allah yang menyatakan: “Hai orang-
orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa
dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali

11
Eneng Daryanti & Lina Marlina, Kesehatan Perempuan Dan Perencanaan Keluarga, (Tasikmalaya, Langgam
Pustaka, 2021), hal. 41
12
Sofia Hardani dkk, Perempuan Dalam Lingkaran KDRT, (Pekanbaru: Pusat Studi Wanita Universitas Islam
Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim, 2010), hal.12
13
Eneng Daryanti. op.cit. hal. 41-42

11
sebaian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka
melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan meraka secara patut,
kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin
kamu menyukai sesuatu. Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak”.(QS. An-Nisa: 19). “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih sayang.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang berpikir”.(QS. Ar-Rum: 21).
Ayat diatas menjelaskan tentang perintah untuk memperlakukan istri dengan
baik. Disamping itu juga Rasulullah menekankan masalah kasih sayang dan
perlindungan dan bahwa kasih sayang adalah bagian dari perlindungan dan
perlindungan adalah bagian dari kasih sayang. Kasih sayang merupakan konsep
lebih luas yang dapat meliputi berbagai nilai manusia yang awalnya adalah
perlindungan. Sebagaimana hadist Rasulullah “Barangsiapa tidak memberikan kasih
sayang, tidak akan mendapatkan kasih sayang. Barangsiapa tidak memberikan maaf,
akan tidak mendapatkan maaf. Barangsiapa tidak bertobat, tidak akan mendapatkan
ampunan dan barangsiapa tidak melindungi dirinya, tidak akan mendpatkan
perlindungan”.
Namun bagaimana jika kekerasan itu dilakukan untuk mendidik/memberikan
pengjaran sebagaimana yang dibenarkan oleh ajaran islam dan dilindungi oleh
undang-undang, seperti suami diperbolehkan memukul istri mereka yang nusyuz
sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka, sebab
itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah
mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. Annisa: 34)
Disisi lain Nabi Muhammad saw telah memerintahkan kepada sahabat untuk
tidak melakukan kekerasan, penganiayaan bahkan pembunuhan terhadap anak-anak.
12
Banyak riwayat yang menuturkan tentang perbuatan dan perkataan lemah lembut
Rasulullah saw kepada anak-anak. Misalnya hadist yang meriwayatkan tentang
teguraan Rasulullah saw terhadap seorang perempuan yang menarik anaknya ketika
kencing di pangkuan Rasulullah saw. Hadist lainnya diantara lain menerangkan
bahwa Rasulullah saw tidak pernah memukul anak, tapi beliau menjelaskan aturan
memukul dan bahaya pemmukulan. Dari Aisyah ra berkata:
“Rasulullah tidak pernah sama sekali memukul sesuatu dengan tangannya,
baik terhadap istri maupun pelayannya, kecuali bila berjihad di jalan Allah”.(HR.
Bukhori dan Muslim).14 Rasulullah juga bersabda, “seseorang yang kuat bukanlah
orang yang dapat membanting orang lalin, tetapi orang yang kuat adalah yang
mampu mengendalikan dirinya saat sedang marah”.
Pemberian hukum sebagai alat untuk mendisiplinkan anak, harus dilakukan
secara hati-hati. Islam mengajarkan bahwa pemberian hukuman harus diawali
terlebih dahulu dengan memberikan pengertian pentingnya suatu perilaku serta
pembiasaan perilaku tersebut. Hal ini digambarkan dalam cara mendisiplinkan anak
untuk melakukan sholat. Islam adalah agama rahmatan lil’alamin yang menganut
prinsip kesetaraan partnership (kerjasama) dan keadilan. Tujuan perkawinan adalah
ercapainya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Oleh karena itu segala
perbuatan yang menimbulkan akibat mafsadat yang terdapat dalam kekerasan dalam
rumah tangga dapat dikategorikan kepada perbuatan melawan hukum.15

14
Shahih Muslim, No. 4296
15
Abdul Aziz, Islam Dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nurul Iman,
KORDINAT vol. XVI No.1, 2017, hal. 168-171

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
KDRT adalah kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga. Kekerasan ini
bukan hal yang biasa terjadi semacam ketegangan atau konflik sehari-hari seperti
beda pendapat, perdebatan, pertengkaran, saling mengejek atau memaki sesaat.
KDRT lebih buruk lagi. Lazimnya pelakunya mempunyai status dan kekuasaan
yang lebih besar, baik dari segi ekonomi kekuatan fisik maupun status sosial dalam
keluarga. Dengan kata lain KDRT adalah kekerasan yang biasa terjadi jika di
dalam rumah tangga dimana relasi antara pelaku dan korban tidak setara atau
sekufu.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Kekerasan Dalam
Rumah Tangga yaitu antara lain: Faktor ekonomi, faktor perselingkuhan, faktor
sosial -budaya, faktor frustasi, adanya hubungan kekerasan antara sumi dan istri,
dan kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik.
Menurut Mahoney dkk. Dalam bukunya yang berjudul Violence Against
Women mengelompokkan tipe kekerasan terhadap istri meliputi: Kekerasan fisik,
kekerasan seksual, dan kekerasan psikologis.
Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan (istri) dan pelakunya
adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya atau orang-orang yang
tersubordinasi didalam rumah tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah orang
yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian,
dengan suami dan anak bahkan pembantu rumah tangga (PRT). Jika korbannya PRT,
biasanya pelaku adalah mereka yang disebut majikan seperti tuan, anak-anak
majikan, nyonya, dan orang-orang yang tinggal di dalam rumah.
Islam tidak mengenal istilah atau definisi kekerasan dalam rumah tangga
secara khusus. Justru ajaran islam secara tegas melarang terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga. Hal ini dibuktikan dengan banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an maupun
hadist yang memerintahkan para suami untuk memperlakukan istrinya dengan
pergaulan yang baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alimi, Rosma dan Nunung Nurwati. 2021. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam
Rumah Tangga Terhadap Perempuan. Jurnal Pengabdian dan Penelitian
Kepada Masyarakat (JPPM). Vol. 2.No. 1.
Aziz, Abdul. 2017. Islam Dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI) Nurul Iman. KORDINAT vol. XVI No.1.
Eneng Daryanti dan Lina Marlina. 2021. Kesehatan Perempuan Dan Perencanaan
Keluarga. Tasikmalaya. Langgam Pustaka.
Hardani, Sofia dkk. 2010. Perempuan Dalam Lingkaran KDRT. Pekanbaru: Pusat Studi
Wanita Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim.
Manumpahi, Edwin dkk. 2016. Kajian Kekerasan dalam Rumah Tangga Terhadap
Sikologi Anak di Desa Soakonora Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera
Barat. Acta Diurna. Vol. V. No. 1.
Muhajarah, Kurnia. 2016. Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga:
Perspektif Sosio-Budaya, Hukum, dan Agama, SAWWA. Vol. 11. No. 2.
Setiawan, Cynthia Natania. 2017. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Kekerasan
Dalam Rumah Tangga Dan Pelaporan Pada Pihak Kepolisian. Karya Tulis
Ilmiah S – 1 Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Sriwidodo, Joko. 2021. Pengantar Hukum Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Yogyakarta:
Kepel Press.

15

Anda mungkin juga menyukai