(KDRT)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VII
1. Hastitha M N Arief
2. Shofiyah Nailah
3. Nova Noor Rahmawati
4. Esra Castilo
5. Muh Fadhil Al Fitrah
i
KATA PENGANTAR
Team Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ..................................................... 6
B. SARAN ................................................................. 6
iii
PENDAHULUAN
Hal 2 dari 10
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor-faktor ekonomi, budaya dan psikologis yang
mempengaruhi terjadinya KDRT
2. Bagaimana kesenjangan ekonomi gender dan kontrol
finansial berperan dalam dinamika kekerasan dalam
rumah tangga
3. Apa dampak jangka panjang KDRT terhadap
kesejahteraan ekonomi korban dan anak-anak mereka
C. Tujuan
1. Mengidentifikasi factor ekonomi yang mempengaruhi
akses korban terhadap layanan dan dukungan
2. Faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi keputusan
korban untuk tetap dalam situasi KDRT
3. Mengetahui pengaturan lembaga social dalam
memberikan perlindungan terhadap korban KDRT
D.Manfaat
1. Perlindungan individu : Mengakui dan mengatasi KDRT
memberikan perlindungan bagi korban dari bahaya fisik
dan psikologis yang dapat merugikan kesejahteraan
mereka.
2. Kesejahteraan Psikologis : Korban KDRT sering
mengalami dampak psokologis yang srius. Menyadari
masalah ini dan mencari bantuan dapat membantu
memulihkan kesejahteraan mental dan emosional mereka.
Hal 3 dari 10
3. Keamanan dan Keselamatan: Mengatasi KDRT
bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan
bebas dari ancaman bagi semua anggota keluarga.
BAB II
KAJIAN TEORI
Hal 4 dari 10
saja dilakukan oleh orang-orang terdekat korban, seperti
suami atau orang tua, sedangkan korban adalah anggota
keluarga yang berstatus lebih lemah atau biasa dianggap
sebagai kaum yang lemah seperti isteri (perempuan) atau
anak.
Dari beberapa pernyataan diatas, maka yang di
maksud dengan tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT) yakni mencakup perbuatan dan perkataan kasar
dengan ancaman, kekerasan fisik, seksual, emosional, dan
ekonomi sehingga menimbulkan penderitaan atau
kesengsaraan baik secara fisik dan materi atau non fisik atau
psikologis.
Hal 5 dari 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya perlindungan hukum terhadap perempuan yang
menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga di negara ini,
diatur dalam Undang- Undang No. 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Aparat
penegak hukum, yakni Kepolisian Negara Republik
Indonesia, telah berusaha meminimalisir tindak pidana
kekerasan dalam rumah tangga melalui Peraturan KAPOLRI
No. 10 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja.
Bentuk upaya polisi untuk menanggulangi KDRT dan
melindungi korban KDRT dengan membentuk unit yang
bertugas untuk memberikan pelayanan dan perlindungan
kepada perempuan dan anak, yang dinamakan Unit PPA
(Pelayanan Perempuan dan Anak). Dalam menangani kasus
KDRT di kota Salatiga, Unit PPA Polres Salatiga
menerapkan teori keadilan restoratif, dengan cara
mempertemukan korban dan pelaku, guna penyelesaian
bersama supaya hak-hak dan rasa keadilan korban KDRT
terpenuhi.
Hal 6 dari 10
B. Saran
Dengan adanya Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
serta dibentuknya Unit Pelayanan Perempuan dan Anak
(P.P.A) sebagaimana diatur dalam Peraturan Kapolri No. 10
Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja, untuk masa
mendatang seharusnya Unit PPA Polres Salatiga meminta
surat penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.
Sementara dalam mediasi antara korban dengan pelaku, Unit
PPA Polres Salatiga diharapkan lebih memposisikan diri
sebagai pelindung korban, supaya hak-hak korban lebih
terpenuhi.
Supaya perlindungan hukum terhadap perempuan dari
KDRT dapat terjamin, maka aparat penegak hukum beserta
setiap warga negara, diharuskan memiliki kesadaran dan
pemahaman yang tinggi, serta lebih responsif terhadap
permasalahan kekerasan dalam rumah tangga.
Perempuan yang menjadi korban KDRT harus lebih
berani dan terbuka 4/4 dalam melaporkan perbuatan KDRT,
karena kinerja dari Unit PPA Polres Salatiga dapat terbantu.
Memberikan perlindungan kepada korban,
berkoordinasi dengan pihak lain seperti relawan sosial,
tenaga kesehatan, pekerja sosial maupun pembimbing
rohani.
Hal 7 dari 10
Menyampaikan kepada korban tentang identitas
petugas, kekerasan dalam rumah tangga adalah kejahatan
terhadap martabat kemanusiaan, dan kewajiban kepolisian
untuk melindungi korban.
Mendapatkan haknya dengan koordinasi antara Unit PPA
Polres Salatiga dan Bapermas.
DAFTAR PUSTAKA
Hal 8 dari 10
Dewi Novirianti, Peri Umar Farouk, Bambang Soetono:
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Badan Pembinaan
Hukum Nasional & Justice for the Poor Program. The
World Bank - Social Development Office, Jakarta.
Hal 9 dari 10
usiaan: Pegangan untuk Membangun Gerakan Hak Asasi
Manusia: Insist Press, Yogyakarta, 2003.
Hal 10 dari 10