Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“4 DOSA BESAR DALAM PERGURUAN TINGGI“

DISUSUN OLEH:
Ruly Joseph Kenedy

S1 MANAJEMEN

Dosen Pembimbing :
Istianah Setyaningsih, S.A.P., M.Si

STIE DHARMA AGUNG


Cikarang Kota, Kec. Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat 17530

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan hidayahnya dan memberi saya kesempatan untuk mengikuti kegiatan
seminar berjudul “Meningkatkan Kesadaran Terhadap Empat Dosa Besar dalam
Perguruan Tinggi” yang diadakan oleh BEM STIE Dharma Agung pada hari Sabtu,
22 Oktober 2022 sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Ibu Hj. Siti Masitoh S. Ag. S.H.
M.H. selaku pembicara dalam acara seminar kali ini yang telah membagikan
ilmunya yang sangat bermanfaat.

Semoga makalah yang saya rancang ini sekiranya dapat memberikan


manfaat pengembangan ilmu dan wawasan bagi semua pihak, khususnya kepada
saya sebagai penyusun dan juga bagi pembaca pada umumnya.

Cikarang, 1 November 2022


Penyusun,

Ruly Joseph Kenedy

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................1
KATA PENGANTAR ...................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................4
BAB II POKOK PERMASALAHAN
A. Rumusan Masalah..........................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak Asasi Manusia.............................................................................6
B. Batas Hak Asasi Manusia.....................................................................................7
C. Kewajiban Hak Asasi Manusia.............................................................................8
D. Faktor Penyebab Terjadinya 4 Dosa Besar di Perguruan Tinggi..........................8
E. Norma-Norma.......................................................................................................9
F. Korupsi..................................................................................................................10
G. Pelecehan Seksual...................................................................................................12
H. Intoleransi.............................................................................................................. 16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mendikburistek mengatakan, berdasarkan data, peningkatan kasus kekerasan terhadap


perempuan sepanjang Januari hingga Juli 2021 terdapat 2.500 kasus.  “Angka ini melampaui
catatan pada tahun 2020 yakni 2.400 kasus. Peningkatan kasus dipengaruhi oleh krisis pandemi
yang merupakan fenomena gunung es karena jumlah yang tidak dilaporkan berlipat ganda.
Dampak dari kekerasan seksual ini bisa sampai jangka panjang hingga permanen dan
mempengaruhi masa depan perempuan khususnya di kalangan pelajar dan mahasiswa,” ujarnya
saat memberikan sambutan dalam acara Nonton Bareng (Nobar) Virtual dan Webinar “16 Hari
Anti Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan atau 16 Days of Activism Against Gender
Violence.

Menteri Nadiem menegaskan, apapun jenis dan bentuk kekerasan terhadap siapa pun harus
dihapus dari lingkungan pendidikan. “Kemendikbudristek menyusun dan mengesahkan
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan
Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi sebagai salah satu solusi pemberantasan tiga dosa besar
pendidikan dan saat ini kampus-kampus di seluruh Indonesia mempersiapkan pembentukan
Satuan Petugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual,” katanya. Ia juga mengajak
seluruh lapisan masyarakat dan generasi muda untuk bergerak bersama dengan
Kemendikbudristek untuk menciptakan ruang aman bersama di kampus dalam rangka
mewujudkan kampus yang merdeka dari kekerasan seksual.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar


Makarim mengatakan, perempuan memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa dan
negara. Ia mencontohkan, negara Indonesia memiliki banyak tokoh perempuan pejuang
kemerdekaan, pejuang pendidikan, dan pejuang bagi keluarga. Namun, data menunjukkan
adanya kerentanan perempuan karena mengalami kekerasan, termasuk di lingkungan perguruan
tinggi. Diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan
Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi dan dibentuknya Satuan
Petugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual, diharapkan dapat menciptakan
lingkungan kampus yang aman dari kekerasan seksual terhadap perempuan.

4
BAB II

POKOK PERMASALAHAN

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakan masalah tersebut di atas, maka dapat dituliskan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa penyebab terjadinya 4 dosa besar ini?

2. Mengapa 4 dosa ini berhubungan dengan hak asasi manusia?

3. Menyadari arti kesadaran hukum

4. Bisa menghindari 4 dosa besar ini

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah hak dan kebebasan fundamental bagi semua orang, tanpa

memandang kebangsaan, jenis kelamin, asal kebangsaan atau etnis, ras, agama, bahasa atau

status lainnya.

Hak asasi manusia mencakup hak sipil dan politik, seperti hak untuk hidup, kebebasan

dan kebebasan berekspresi. Selain itu, ada juga hak sosial, budaya dan ekonomi, termasuk

hak untuk berpartisipasi dalam kebudayaan, hak atas pangan, hak untuk bekerja, dan hak

atas pendidikan. Hak asasi manusia dilindungi dan didukung oleh hukum dan perjanjian

internasional dan nasional.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) adalah dasar dari sistem internasional

untuk perlindungan hak asasi manusia. Deklarasi tersebut diadopsi oleh Sidang Umum PBB

pada 10 Desember 1948, untuk melarang kengerian Perang Dunia II agar tidak berlanjut. 30

pasal UDHR menetapkan hak sipil, politik, sosial, ekonomi, dan budaya semua orang. Ini

adalah visi martabat manusia yang melampaui batas dan otoritas politik dan membuat

pemerintah berkomitmen untuk menghormati hak-hak dasar setiap orang. UDHR adalah

pedoman di seluruh pekerjaan Amnesty International.

6
B. Batas Hak Asasi Manusia

Dalam pelaksanaan HAM diperbolehkan adanya pembatasan. Namun demikian, pembatasan

hak hanya boleh dilakukan dengan alasan tertentu dan memenuhi kaidah tertentu pula sebagaimana

terdapat dalam Pasal 29 DUHAM. Syarat-syarat pembatasan yang disebutkan itu kemudian dikenal

sebagai Klausul Pembatas Hak yang juga kemudian diatur dalam Kovenan Hak Sipil dan Politik.

Terdapat beberapa hak yang telah disepakati oleh masyarakat internasional tidak boleh

dikurangi dalam keadaan apapun, bahkan dalam keadaan darurat atau perang. Hak-hak itu

dikenal sebagai non derogable rights dan tertuang dalam Pasal 4 (2) Kovenan Hak Sipil dan

Politik yang meliputi hak hidup, hak untuk tidak disiksa, hak tidak diperbudak, hak untuk

tidak dipenjara karena semata-mata tidak dapat memenuhi kewajiban kontraknya, hak untuk

tidak dihukum berdasarkan hukum yang berlaku surut, hak untuk diakui sebagai pribadi di

depan hukum, hak atas bebas berpikir, berkeyakinan, beragamaa.

Dalam peraturan undang-undangan di Indonesia terdapat beberapa ketentuan mengatur

tentang hak-hak yang tidak dapat dikurangi (non-derogable rights). Hal tersebut terdapat

pada Pasal 28 I ayat (1) UUD1945, Pasal 37 TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998, Pasal 4

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

7
C. Kewajiban Hak Asasi Manusia

Menurut Pasal Bab 1 Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, kewajiban

asasi atau kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak

dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.

Prof. Dr. Notonegoro mendefinisikan kewajiban asasi manusia sebagai suatu beban

yang diembankan kepada seseorang dan bersifat mengikat, sebagai sesuatu yang harus

dilaksanakan, tanpa pengecualian.

Dapat disimpulkan bahwa kewajiban asasi manusia adalah sesuatu yang harus

dilaksanakan tanpa pengecualian, demi tegaknya hak asasi manusia.

D. Faktor Penyebab Terjadinya 4 Dosa Besar di Perguruan Tinggi

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang asalnya dari dalam diri seseorang atau individu

itu sendiri. Faktor ini biasanya berupa sikap juga sifat yang melekat pada diri seseorang.

Faktor internal yang menyebabkan terjadinya 4 dosa di perguruan tinggi adalah

sebagai berikut:

a. Sikap egois ingin menang sendiri. Bahkan di kampus yang isinya kaum-kaum

intelektual pun tidak bisa bersih dari 4 dosa ini jika mahasiswa-mahasiswanya

masih ada sifat ingin menang sendiri tanpa menghargai hak-hak orang lain.

b. Sikap tidak toleran. Tidak mau tahu dan tidak perduli terhadap orang lain.

c. Adanya rasa ingin balas dendam. Biasanya dendam ini dipengaruhi oleh masa

lalunya. Jika di masa lalu dia menjadi korban, maka di masa sekarang biasanya dia

cenderung ingin menjadi pelakunya.

8
d. Kurangnya rasa empati terhadap orang lain. Biasanya orang yang memiliki sifat ini

tidak tahu bahwa dirinya telah menyakiti orang lain dan cenderung terus

mengulanginya.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang asalnya dari luar diri seseorang atau indvidu.

Faktor ini meliputi lingkungan di sekitar termasuk orang-orang terdekat.

Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya 4 dosa di perguruan tinggi adalah

sebagai berikut:

a. Penyalahgunaan kekuasaan

Orang yang memiliki kekuasaan tinggi cenderung suka semena-mena terhadap

orang yang ada di bawahnya. Kekuatan posisi yang diterimanya membuatnya

berpikir bahwa dia bisa melakukan segala hal.

b. Sistem hukum yang tidak berjalan

Hukum di indonesia sudah jelas dan bagus tetapi sistem nya yang tidak

berjalan dapat menyebabkan terjadinya dosa-dosa ini.

c. Kesenjangan sosial

Masalah ekonomi juga menjadi salah satu faktor eksternal penyebab terjadinya

4 dosa-dosa ini. Era milenial yang menyebabkan manusia-manusia di Indonesia

hampir seluruhnya menggunakan teknologi meskipun sedikit ilmu yang didapatkan

E. Norma-Norma

Norma berkaitan dengan aturan yang berlaku pada masyarakat tertentu. Aturan ini

berkaitan dengan tingkah laku manusia, jika melanggar dapat terkena sanksi. Norma adalah

aturan atau kaidah untuk perilaku manusia yang berisi perintah, larangan, dan sanksi.

9
Perintah ini merupakan sesuatu yang harus dilakukan, sementara larangan yaitu sesuatu yang

tidak boleh dilakukan.

Contoh norma kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari norma yang melekat pada

masyarakat. Contohnya lingkungan yang menganut agama tertentu, hukum di daerah

tertentu, sekolah, dan rumah. Contoh norma di lingkungan sehari-hari yaitu:

1. Al Qur'an sebagai pedoman dan dibaca oleh umat muslim.

2. Injil kitab dan pedoman pemeluk agama Kristen.

3. Weda merupakan kitab dan pedoman bagi pemeluk agama Hindu.

4. Hukum adat menjadi pedoman pada suku tertentu.

5. Mengikuti aturan yang berlaku pada hukum agama tertentu.

6. Tertib berkendara lalu lintas seperti memakai helm dan menyalakan lampu motor.

7. Siswa tertib mengumpulkan PR rajin belajar, dan mendapatkan nilai bagus mendapat

pujian dan prestasi oleh pendidik.

8. Menghormati dan memakai bahasa sopan pada orang yang lebih tua.

F. Korupsi

Istilah korupsi tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Dibaca di media cetak,

ditonton di televisi atau didengar di radio, istilah korupsi seakan tak lepas dari kehidupan

kita dan ini tentu bukan hal yang patut dibanggakan. Tapi apakah kita betul-betul paham

pengertian korupsi. Karena bukan cuma menilap uang negara, ada hal-hal lain yang masuk

dalam kategori korupsi.

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki arti

beragam yakni tindakan merusak atau menghancurkan. Corruptio juga diartikan kebusukan,

10
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari

kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.

Kata corruptio masuk dalam bahasa Inggris menjadi kata corruption atau dalam bahasa

Belanda menjadi corruptie. Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke dalam

perbendaharaan Indonesia menjadi korupsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan,

organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Definisi lainnya dari korupsi disampaikan World Bank pada tahun 2000, yaitu “korupsi

adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi". Definisi World Bank

ini menjadi standar internasional dalam merumuskan korupsi.

Pengertian korupsi juga disampaikan oleh Asian Development Bank (ADB), yaitu

kegiatan yang melibatkan perilaku tidak pantas dan melawan hukum dari pegawai sektor

publik dan swasta untuk memperkaya diri sendiri dan orang-orang terdekat mereka. Orang-

orang ini, lanjut pengertian ADB, juga membujuk orang lain untuk melakukan hal-hal

tersebut dengan menyalahgunakan jabatan. Dari berbagai pengertian di atas, korupsi pada

dasarnya memiliki lima komponen, yaitu: 

1. Korupsi adalah suatu perilaku.

2. Ada penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. 

3. Dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.

4. Melanggar hukum atau menyimpang dari norma dan moral.

5. Terjadi atau dilakukan di lembaga pemerintah atau swasta.

11
Dua Jenis Korupsi

Menurut Zainal Abidin, terdapat dua jenis korupsi dilihat dari besaran uang yang dikorupsi

dan asal atau kelas para pelakunya, yaitu: 

1. Bureaucratic Corruption, yaitu korupsi yang terjadi di lingkungan birokrasi dan

pelakunya para birokrat atau pegawai rendahan. Bentuknya biasanya menerima atau

meminta suap dalam jumlah yang relatif kecil dari masyarakat. Jenis korupsi ini sering

disebut petty corruption.

2. Political Corruption, pelaku korupsi jenis ini adalah politisi di parlemen, pejabat tinggi

di pemerintahan, serta penegak hukum di dalam atau di luar pengadilan. Korupsi

melibatkan uang yang relatif besar dan orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di

masyarakat, dunia usaha, atau pemerintahan. Jenis korupsi ini disebut grand corruption.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001, korupsi dikategorikan menjadi 30 jenis yang diklasifikasikan lagi menjadi tujuh

jenis. Demikian pengertian dan jenis-jenis korupsi yang patut kita ketahui. Dengan

mengetahui istilah dan jenis-jenisnya, kita bisa mewaspadai atau mencegah tindak korupsi di

sekitar kita.

G. Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual adalah suatu tindak kejahatan yang bisa merugikan orang lain atau

bahkan menimbulkan trauma pada korban. Kasus pelecehan seksual kian marak terjadi,

meski demikian masih banyak orang yang tidak mengenali cirinya. Akibatnya, sangat sulit

untuk mencegah tindakan tersebut, baik yang dialami oleh diri sendiri maupun oleh orang

lain.

12
Mengetahui jenis-jenis pelecehan seksual kemudian dapat menjadi bentuk perlindungan

pada diri sendiri. Simak penjelasan lebih lengkapnya mengenai kekerasan dan pelecehan

seksual berikut ini.

1. Jenis-jenis Pelecehan Seksual

Menurut Komnas Perempuan, pelecehan seksual sesungguhnya merujuk kepada

tindakan bernuansa seksual yang kemudian disampaikan melalui kontak fisik atau

kontak non-fisik, yang menyasar kepada bagian tubuh seksual atau seksualitas

seseorang. Tindakan ini sendiri termasuk siulan, main mata, komentar ataupun ucapan

yang bernuansa seksual, mempertunjukkan materi-materi pornografi serta keinginan

seksual, colekan atau sentuhan pada bagian tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat

seksual, sehingga kemudian mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, atau

merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin hingga menyebabkan berbagai masalah

kesehatan dan keselamatan.

Pelecehan seksual sendiri bukan semata tentang seks. Inti dari masalah ini adalah

penyalahgunaan kekuasaan juga otoritas, meskipun pelaku mungkin mencoba

meyakinkan korban dan dirinya sendiri bahwa perilaku pelecehan yang ia lakukan

sesungguhnya adalah ketertarikan seksual dan keinginan romantis semata.

Namun, kebanyakan pelecehan seksual sendiri dilakukan oleh laki-laki terhadap

perempuan. Selain itu, ada juga kasus pelecehan perempuan kepada laki-laki, dan juga

dengan sesama jenis (baik itu pada sesama laki-laki maupun perempuan). Menurut

kategorinya, pelecehan seksual sendiri dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:

a. Pelecehan Gender; pernyataan serta perilaku seksis yang menghina ataupun

merendahkan wanita. Contohnya di antaranya termasuk komentar yang menghina,

13
gambar atau tulisan yang kemudian merendahkan wanita, lelucon cabul juga humor

tentang seks atau wanita pada umumnya.

b. Perilaku Menggoda; Perilaku seksual yang kemudian menyinggung, tidak pantas,

dan tidak diinginkan. Contohnya di antaranya termasuk mengulangi ajakan seksual

yang tidak diinginkan, memaksa lawan jenis untuk makan malam, minum, ataupun

berkencan, mengirimkan surat dan panggilan telepon yang tak henti-henti meski

telah ditolak, serta ajakan sejenisnya.

2. Penyuapan Seksual

Permintaan aktivitas seksual ataupun perilaku terkait seks lainnya dengan janji

imbalan. Rencana ini mungkin dilakukan secara terang-terangan atau secara halus. Hal

seperti itu juga termasuk ke dalam kategori pelecehan seksual.

3. Pemaksaan Seksual

Pemaksaan aktivitas seksual ataupun perilaku terkait seks lainnya dengan ancaman

hukuman. Contohnya seperti pada evaluasi kerja yang negatif, pencabutan promosi

kerja, hingga ancaman pembunuhan. Jika kamu melakukan menerima perlakuan seperti

itu segera laporkan ke orang-orang terdekat atau memberikan kepada pihak yang

berwajib.

4. Pelanggaran Seksual

Pelanggaran seksual berat (seperti di antaranya menyentuh, merasakan, atau meraih

secara paksa) atau penyerangan seksual, termasuk ke dalam kategori pelecehan seksual.

14
Jenis Pelecehan Seksual Berdasarkan Perilakunya

Menurut perilakunya, pelecehan seksual kemudian dibagi menjadi 10 jenis, yaitu:

1. Komentar seksual mengenai tubuh orang lain

2. Ajakan seksual

3. Isyarat seksual

4. Sentuhan seksual

5. Grafiti seksual

6. Lelucon kotor seksual

7. Menyebarkan rumor mengenai aktivitas seksual orang lain

8. Menyentuh diri sendiri secara seksual di depan orang lain

9. Berbicara mengenai kegiatan seksual sendiri di depan orang lain

10. Menampilkan gambar, cerita, ataupun berbagai benda seksual.

Ciri-Ciri Pelecehan Seksual

Berikut di bawah ini adalah beberapa ciri-ciri pelecehan seksual yang perlu kamu

ketahui agar kamu dapat bertindak tegas bila terjadi di sekitarmu, di antaranya:

1. Menyentuh tubuh dengan tujuan seksual tanpa seizinmu. Bukan hanya menyentuh

area sensitif, seseorang yang mencoba merangkul atau memegang tangan tanpa izin

terlebih dahulu sudah termasuk ke dalam ciri pelecehan seksual.

2. Sering melontarkan lelucon mengenai seks. Bercanda memang diperbolehkan, tetapi

ada batasnya. Jika sudah mulai membuat lelucon mengenai bentuk tubuh orang lain,

15
maka sudah termasuk ke dalam pelecehan seksual, lho!

3. Catcalling atau yang biasa dilakukan oleh seseorang yang tak dikenal dengan

mengajak seseorang berkencan, ingin berkenalan, dan motif lainnya.

4. Mengajak berhubungan intim secara langsung atau tersirat, apalagi hingga memaksa

dengan berbagai cara, hal ini sudah jelas termasuk ke dalam pelecehan seksual.

5. Seseorang yang menempelkan anggota tubuhnya secara sengaja. Ini sering terjadi

saat menaiki menaiki kendaraan umum yang sedang penuh. Jika ada seseorang yang

mencari kesempatan dengan menempelkan tubuhnya ke orang lain dengan dalih

situasi yang sesak. Ini juga termasuk ke adalah pelecehan seksual, sehingga kamu

perlu lebih sigap.

H. Intoleransi

Intoleransi adalah kata yang memiliki makna negatif dan merupakan lawan dari kata toleransi.
Berbanding terbalik dengan intoleransi, kata toleransi memiliki arti positif, yakni sikap atau
perilaku toleran, sebagaimana diterjemahkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Secara istilah, toleransi adalah sikap saling menghormati dan menghargai antarindividu atau
antarkelompok lingkungan masyarakat tertentu.

Sikap toleransi harus dikedepankan dalam kehidupan untuk menghadapi perbedaan.


Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa intoleransi adalah sikap yang tidak
seharusnya ada dalam diri.
Intoleransi adalah sikap abai atau rasa ketidakpedulian terhadap eksistensi orang lain,
sebagaimana dijelaskan dalam buku bertajuk Bagaimana Menghancurkan Pikiran-pikiran Negatif
dan Menjadi Pribadi Positif + Bahagia karya Danieda Fanun.
Sikap intoleransi seringkali tidak manusiawi sehingga memicu konflik dan kebencian atas
sebuah perbedaan.
Orang intoleransi akan dengan mudahnya tidak menghargai dan merendahkan orang lain.

Indonesia adalah negara yang kaya akan perbedaan. Rakyat Indonesia sendiri adalah rakyat
yang beraneka ragam. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya suku yang ada di Indonesia.
Setiap daerah memiliki agama hingga ras yang berbeda-beda. Hal ini tentunya harus menjadi
kebanggaan bagi rakyat Indonesia.

16
Rakyat Indonesia dapat hidup berdampingan dengan tenteram dan damai di atas perbedaan.
Akan tetapi masih ada oknum-oknum yang bersikap intoleran akan perbedaan di Indonesia.
Adapun beberapa contoh sikap dan perilaku intoleransi sebagai berikut:

1. Mengejek agama lain

2. Mengolok-olok teman yang memiliki perbedaan warna kulit

3. Hanya ingin berteman dengan orang yang seagama

4. Tidak menghormati dan menghargai orang lain karena perbedaan suku

5. Mengganggu orang yang sedang beribadah

17

Anda mungkin juga menyukai