PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial, yang dalam kehidupan se-hari2 selalu berhubungan dari individu yang
lainnya.
Dalam melakukan hubungan antar sesama, perlu dilakukan komunikasi antar individu tersebut, jadi komunikasi merupakan
bagian terpenting dari semua aktivitas, agar tugas masing-masing bisa selesai dengan baik.
DEFINISI KOMUNIKASI
Asal kata : “Communication” (Bhs Inggris), “Communicatio” (Bhs Latin) dari kata “Communis” (= sama makna)
Communication is the interchange of information, ideas, attitudes, thoughts and/or opinions yang artinya : pertukaran
informasi, ide, sikap, pikiran dan/atau pendapat , arti yang lain : pemberitahuan dan/ atau pertukaran ide, dimana pembicara
mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.
Definisi lain :
Komunikasi, sebagai suatu proses tukar-menukar perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat. (McCubbin dan Dahl, 1985)
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan & meneruskan makna/arti. (Taylor, dkk,
1993)
Komunikasi, proses penyampaian informasi, makna dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
(Burgerss, 1988)
Definisi lain :
A transactional process involving a cognitive sorting, selecting and sending, of symbols in such a way as to help a listener
elicit from his own mind a meaning or response similar to that intended by commu nicator. (Ross, 1974)
- Communication is the process by which message are transferred from a source to receiver. The source transfer the
ideas with an intent to modify behavior of communication is to effects on the of the receiver. (Rogers)
- Komunikasi : kegiatan mengajukan pengertian yang diinginkan pengirim informasi kepada penerima informasi dan
menimbulkan tingkah laku yang diinginkan dari penerima informasi. (Yuwono, 1985)
2. Komponen dalam komunikasi
Menurut Potter dan Perry (1993) ada 6 komponen :
1.Komunikator, adalah yang menyampaikan informasi/sumber informasi.
2.Komunikan, adalah penerima informasi atau memberi respons terhadap stimulus yang disampaikan oleh komunikator.
3.Pesan, adalah gagasan atau pendapat, fakta, informasi atau sti mulus yang disampaikan.
4.Media komunikasi, adalah saluran yang dipakai untuk menyam paikan pesan.
5.Kegiatan “Encoding”, adalah perumusan pesan oleh komuni kator sebelum disampaikan pada komunikan.
6.Kegiatan “Decoding”, adalah penafsiran pesan oleh komunikan pada saat menerima pesan.
Menurut Barnlund :
a. Bersifat spontan;
b. Tidak berstruktur;
c. Kebetulan;
d. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan;
e. Identitas keanggotaan tidak jelas dan terjadinya sambil lalu.
BENTUK KOMUNIKASI
1. Komunikasi Verbal,
a. Jelas dan ringkas,
b. Perbendaharaan kata mudah dimengerti,
c. Mempunyai arti denotatif dan konotatif,
d. Intonasi mampu mempengaruhi isi pesan,
e. Kecepatan bicara dgn tempo & jeda yang tepat,
f. Ada unsur humornya.
2. Komunikasi Non Verbal,
a. Penampilan fisik,
b. Sikap tubuh dan cara berjalan,
c. Ekspresi wajah,
d. Sentuhan.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Pengertian
Terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan, sehingga komunikasi terapeutik dapat diartikan
komunikasi yang direncanakan untuk membantu penyembuhan pasien.
2. Tujuan
a. Membantu pasien untuk memperjelas & mengurangi beban perasaan & pikiran.
b. Mengurangi keraguan, membantu untuk mengambil tindakan efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik & diri sendiri.
3. Manfaat
a. Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara apoteker & pasien.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan
oleh apoteker.
4. Syarat-syarat
a. Harus ditujukan untuk menjaga harga diri, pemberi maupun penerima pesan.
b. Menciptakan saling pengertian dulu, sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan lain.
5. Beda Komunikasi Terapeutik & Komunikasi Sosial
1. Komunikasi Terapeutik
a. Terjadi antara apoteker dan pasien atau nakes lainnya.
b. Karena punya tujuan, & terfokus pada pasien maka lebih akrab.
c. Apoteker secara aktif, mendengar dan memberi respons pada pasien, menunjukan sikap ,au menerima dan
memahami kondisi pasien, sehingga mendorong pasien untuk bicara terbuka.
2. Komunikasi Sosial
a. Terjadi tiap hari, orang-perorang, baik dalam pergaulan maupun lingkungan kerja.
b. Tidak punya tujuan.
c. Banyak terjadi dalam pekerjaan, aktivitas sosial, dlsb.
d. Pembicara tidak fokus, lebih mengarah kebersamaan dan rasa senang.
e. Direncanakan ataupun tidak direncanakan.
6. Prinsip-prinsip
A. Apoteker harus mengenal diri sendiri, berarti menghayati, me mahami diri sendiri serta nilai yang dianut.
B. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.
C. Apoteker harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental.
D. Apoteker harus dapat menciptakan suasana,agar pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
E. Ciptakan suasana, agar pasien bisa memiliki motivasi untuk dapat merubah diri, baik sikap, tingkah laku sehingga bisa
tumbuh semakin matang & dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
F. Mampu menguasai perasaan sendirisecara bertahap untuk mengetahui dan dan mengatasi rasa gembira, sedih, marah,
keberhasilan, kegagalan dan frustasi.
G. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mem- pertahankan konsistensinya.
H. Paham betul arti empati sebagai tindakan terapeutik, sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.
I. Komunikasi terbuka dan kejujuran sebagai dasar dari komunikasi klinik atau terapeutik.
J. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain, tentang arti kesehatan, oleh
karena itu apoteker perlu mempertahankan keadaan sehat fisik-mental, spiritual dan gaya hidupnya.
K. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan, bila dianggap mengganggu.
L. Dorongan untuk mendapat kepuasan, bila dapat menolong orang lain secara manusiawi.
M. Berpegang pada etika, berusaha sedapat mungkin mengambil
N. keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
O. Bertanggung jawab dalam dua dimensi, tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakannya, dan tanggung jawab
terhadap orang lain.
Vii Sikap dalam berkomunikasi
A. Berhadapan, artinya saya siap untuk membantu anda.
B. Pertahankan kontak mata, kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan ingin untuk
tetap berkomunikasi.
C. Badan condong kearah klien, menunjukkan keiginan untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu.
D. Perlihatkan sikap terbuka, dengan tidak melipat kaki atau tangan menunjukan terbuka dalam komunikasi dan siap
untuk membantu.
E. Tetap rileks, dapat mengendalikan keseimbangan antara ke tegangan dan relaksasi dalam memberi respons kepada
klien atau pasien, meski dalam situasi yang kurang menyenangkan.
Viii Tehnik berkomunikasi
Hubunganterapeutik
1. Pengertian
Varcarolis menyebutkan bahwa Relationship adalah proses interpersonal antara dua orang atau lebih, dalam kehidupan se-
hari hari sering ditemukan dalam lingkungan apapun.
2. Bentuk hubungan
Secara umum dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Hubungan sosial
Tujuannya untuk bersahabat, sosial, kesenangan atau me- nyelesaikan tugas, kebutuhan bersama dipenuhi selama ada
hubungan sosial, seperti berbagi ide, perasaan dan pengala- man. Ketrampilan komunikasi meliputi pemberian nasehat, dan
kadang-kadang memenuhi kebutuhan dasar, seperti pin jam uang, membantu cari pekerjaan, dan lain-lain.
2. Hubungan intim
Hubungan ini terjadi antara dua orang yang mempunyai komitmen emosional antara satu terhadap yang lainnya. Dalam
hubungan ini, seringkali mereka peduli kebutuhan untuk pertumbuhan dan kepuasan. Kebutuhan bersama di penuhi,
keinginan keintiman serta fantasi dibagi.
3. Hubungan terapeutik
Hubungan ini berbeda dengan 2 sebelumnya, apoteker sebagai tenaga kesehatan harus memaksimalkan kemampuan
berkomunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan pertumbuhan pasien.
Apoteker dan pasien, bersama mengidentifikasi area yang perlu eksplorasi pengobatan yang diterima pasien dan evaluasi
secara periodik tingkat perubahan pasien. Fokus hubungan pada ide, pengalaman dan perasaan pasien. Peran tidak boleh
berubah, tetap konsisten pada masalah pasien.
Kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi, serta pengetahuan apoteker, menjadi alat yang sangat penting dalam hubungan
ini. Varcarolis (1990) menggambarkan, hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar bagi tenaga kesehatan dan pasien.
1. Dia mengidentifikasi 4 tindakan yang harus dilakukan :
2. Diawali oleh tenaga kesehatan,
3. Respons reaksi dari pasien,
4. Interaksi kedua belah pihak, mengkaji kebutuhan dan tujuan pasien,
5. Transaksi hubungan timbal balik, dibangun untuk mencapai tujuan hubungan ini.
Tujuan hubungan terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen, hubungan terapeutik bertujuan untuk pertumbuhan pasien, yang meliputi :
1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
2. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
3. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan dalam mencapai tujuan personal yang realistis.
Pentahapan