Anda di halaman 1dari 6

KOMUNIKASI KLINIK/TERAPEUTIK

PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial, yang dalam kehidupan se-hari2 selalu berhubungan dari individu yang
lainnya.
Dalam melakukan hubungan antar sesama, perlu dilakukan komunikasi antar individu tersebut, jadi komunikasi merupakan
bagian terpenting dari semua aktivitas, agar tugas masing-masing bisa selesai dengan baik.
DEFINISI KOMUNIKASI
Asal kata : “Communication” (Bhs Inggris), “Communicatio” (Bhs Latin) dari kata “Communis” (= sama makna)
Communication is the interchange of information, ideas, attitudes, thoughts and/or opinions yang artinya : pertukaran
informasi, ide, sikap, pikiran dan/atau pendapat , arti yang lain : pemberitahuan dan/ atau pertukaran ide, dimana pembicara
mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.
Definisi lain :
Komunikasi, sebagai suatu proses tukar-menukar perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat. (McCubbin dan Dahl, 1985)
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan & meneruskan makna/arti. (Taylor, dkk,
1993)
Komunikasi, proses penyampaian informasi, makna dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
(Burgerss, 1988)
Definisi lain :
A transactional process involving a cognitive sorting, selecting and sending, of symbols in such a way as to help a listener
elicit from his own mind a meaning or response similar to that intended by commu nicator. (Ross, 1974)
- Communication is the process by which message are transferred from a source to receiver. The source transfer the
ideas with an intent to modify behavior of communication is to effects on the of the receiver. (Rogers)
- Komunikasi : kegiatan mengajukan pengertian yang diinginkan pengirim informasi kepada penerima informasi dan
menimbulkan tingkah laku yang diinginkan dari penerima informasi. (Yuwono, 1985)
2. Komponen dalam komunikasi
Menurut Potter dan Perry (1993) ada 6 komponen :
1.Komunikator, adalah yang menyampaikan informasi/sumber informasi.
2.Komunikan, adalah penerima informasi atau memberi respons terhadap stimulus yang disampaikan oleh komunikator.
3.Pesan, adalah gagasan atau pendapat, fakta, informasi atau sti mulus yang disampaikan.
4.Media komunikasi, adalah saluran yang dipakai untuk menyam paikan pesan.
5.Kegiatan “Encoding”, adalah perumusan pesan oleh komuni kator sebelum disampaikan pada komunikan.
6.Kegiatan “Decoding”, adalah penafsiran pesan oleh komunikan pada saat menerima pesan.

TINGKAT HUBUNGAN KOMUNIKASI


ada 3 tingkatan :
1.Komunikasi intrapersonal, Komunikasi ini terjadi dalam individu itu sendiri, komunikasi ini akan membantu agar seseorang
atau individu tetap sadar akan kejadian disekitarnya.
contoh : Bila anda melamun, maka anda sedang melakukan komunikasi intrapersonal.
2.Komunikasi interpersonal (KIP), adalah interaksi antara dua orang atau kelompok kecil. Komunikasi ini merupakan inti dari
praktek profesi apoteker karena dapat terjadi antara apoteker dengan pasien, dokter, perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
3.Komunikasi massa, adalah interaksi yang terjadi dalam kelompok yang besar.
contoh : Ceramah yg diberikan pada mahasiswa, kampanye, merupakan cth kegiatan ini.
KOMUNIKASI INTER PERSONAL (KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI)
Komunikasi Inter Personal (KIP) memiliki ciri-ciri, antara lain :
Menurut Rogers :
a. Arus pesan dua arah;
b. Komunikasi dua arah;
c. Tingkat umpan balik, tinggi;
d. Kemampuan mengatasi selektivitas tinggi;
e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak, relatif lambat.
f. Efek yang terjadi perubahan sikap.

Menurut Barnlund :
a. Bersifat spontan;
b. Tidak berstruktur;
c. Kebetulan;
d. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan;
e. Identitas keanggotaan tidak jelas dan terjadinya sambil lalu.

De Vito mengemukakan ciri-ciri KIP yg efektif :


A. Opennes (Keterbukaan), ada 2 aspek :
Kita harus terbuka pada orang lain yang berinteraksi dengan kita, dan adanya kemauan untuk membuka diri pada masalah2
yang umum;
Keterbukaan menunjukkan ada kemauan untuk memberi tanggapan terhadap orang lain, secara jujur & terus terang
terhadap yang dikatakannya.
b.Positiveness (Positif), memeiliki perilaku positif, baik terhadap diri sendiri, mau- pun orang lain.
c.Equality (Kesamaan), yaitu kesamaan2 yang dimiliki para pelakunya.
Seperti : nilai, sikap, watak, perilaku, kebiasaan, pengalaman dsb.
d.Empathy (Empati), kemampuan seseorang untuk menempatkan diri pada posisi atau peranan orang lain, artinya
seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dialami dan dirasakan orang lain.
e.Supportiveness (Dukungan), KIP akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku supportif, sehingga satu dan lainnya
saling memberi dukungan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Faktor yang mempengaruhi komunikasi :
a. Perkembangan pasien,
Usia, Cara komunikasi.
b. Persepsi, terbentuk oleh :
Harapan DAN Pengalaman
contoh : “Virus” punya persepsi yang berbeda bagi dokter dan ahli komputer.
c. Nilai, standar yang mempengaruhi perilaku.
contoh : “Abortus” dinilai oleh seorang pasien, bukan dosa, tetapi apoteker menilai dosa, sehingga
berpotensi jadi konf lik.
d. Latar belakang sosial budaya, budaya akan mempengaruhi bahasa dan gaya komunikasi.
e. Emosi, merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Apoteker harus mengkaji emosi pasien terlebih
dahulu, sebelum mela kukan kegiatan asuhan kefarmasian, agar dapat dilakukan dengan tepat.
f. Jenis kelamin, gaya komunikasi untuk pasien yang beda jenis kelaminnya harus berbeda.
g. Pengetahuan, tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap cara dan gaya komunikasi yang digunakan, sehingga
dalam memberi asuhan kefarmasian seorang apoteker harus mengetahui latar belakang pengetahuan si pasien.
h. Peran dan hubungan, komunikasi antara apoteker dengan sesame apoteker atau tenaga kesehatan lain, tentunya
berbeda komunikasi dengan pasien.
i. Lingkungan, komunikasi yang efektif akan dipengaruhi oleh lingkungan interaksi, sehingga dalam melakukan asuhan
kefarmasian perlu lingkungan yang nyaman.
j. Jarak, jarak tertentu bisa memberi rasa nyaman dan aman untuk seorang pasien.

BENTUK KOMUNIKASI
1. Komunikasi Verbal,
a. Jelas dan ringkas,
b. Perbendaharaan kata mudah dimengerti,
c. Mempunyai arti denotatif dan konotatif,
d. Intonasi mampu mempengaruhi isi pesan,
e. Kecepatan bicara dgn tempo & jeda yang tepat,
f. Ada unsur humornya.
2. Komunikasi Non Verbal,
a. Penampilan fisik,
b. Sikap tubuh dan cara berjalan,
c. Ekspresi wajah,
d. Sentuhan.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Pengertian

Terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan, sehingga komunikasi terapeutik dapat diartikan
komunikasi yang direncanakan untuk membantu penyembuhan pasien.
2. Tujuan
a. Membantu pasien untuk memperjelas & mengurangi beban perasaan & pikiran.
b. Mengurangi keraguan, membantu untuk mengambil tindakan efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik & diri sendiri.

3. Manfaat
a. Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara apoteker & pasien.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan
oleh apoteker.
4. Syarat-syarat
a. Harus ditujukan untuk menjaga harga diri, pemberi maupun penerima pesan.
b. Menciptakan saling pengertian dulu, sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan lain.
5. Beda Komunikasi Terapeutik & Komunikasi Sosial
1. Komunikasi Terapeutik
a. Terjadi antara apoteker dan pasien atau nakes lainnya.
b. Karena punya tujuan, & terfokus pada pasien maka lebih akrab.
c. Apoteker secara aktif, mendengar dan memberi respons pada pasien, menunjukan sikap ,au menerima dan
memahami kondisi pasien, sehingga mendorong pasien untuk bicara terbuka.
2. Komunikasi Sosial
a. Terjadi tiap hari, orang-perorang, baik dalam pergaulan maupun lingkungan kerja.
b. Tidak punya tujuan.
c. Banyak terjadi dalam pekerjaan, aktivitas sosial, dlsb.
d. Pembicara tidak fokus, lebih mengarah kebersamaan dan rasa senang.
e. Direncanakan ataupun tidak direncanakan.
6. Prinsip-prinsip

A. Apoteker harus mengenal diri sendiri, berarti menghayati, me mahami diri sendiri serta nilai yang dianut.
B. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.
C. Apoteker harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental.
D. Apoteker harus dapat menciptakan suasana,agar pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
E. Ciptakan suasana, agar pasien bisa memiliki motivasi untuk dapat merubah diri, baik sikap, tingkah laku sehingga bisa
tumbuh semakin matang & dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
F. Mampu menguasai perasaan sendirisecara bertahap untuk mengetahui dan dan mengatasi rasa gembira, sedih, marah,
keberhasilan, kegagalan dan frustasi.
G. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mem- pertahankan konsistensinya.
H. Paham betul arti empati sebagai tindakan terapeutik, sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.
I. Komunikasi terbuka dan kejujuran sebagai dasar dari komunikasi klinik atau terapeutik.
J. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain, tentang arti kesehatan, oleh
karena itu apoteker perlu mempertahankan keadaan sehat fisik-mental, spiritual dan gaya hidupnya.
K. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan, bila dianggap mengganggu.
L. Dorongan untuk mendapat kepuasan, bila dapat menolong orang lain secara manusiawi.
M. Berpegang pada etika, berusaha sedapat mungkin mengambil
N. keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
O. Bertanggung jawab dalam dua dimensi, tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakannya, dan tanggung jawab
terhadap orang lain.
Vii Sikap dalam berkomunikasi
A. Berhadapan, artinya saya siap untuk membantu anda.
B. Pertahankan kontak mata, kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan ingin untuk
tetap berkomunikasi.
C. Badan condong kearah klien, menunjukkan keiginan untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu.
D. Perlihatkan sikap terbuka, dengan tidak melipat kaki atau tangan menunjukan terbuka dalam komunikasi dan siap
untuk membantu.
E. Tetap rileks, dapat mengendalikan keseimbangan antara ke tegangan dan relaksasi dalam memberi respons kepada
klien atau pasien, meski dalam situasi yang kurang menyenangkan.
Viii Tehnik berkomunikasi

1. Mendengar dengan penuh perhatian


berusaha untuk mengerti klien, dengan cara mendengarkan seksama apa yang disampaikan pasien.
a. Mendengar pasif, kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal, seperti, kontak mata, menganggukan kepala
atau ikut secara verbal, seperti komentar “Oh hoooh” atau “mmm” atau “saya dengar kamu”, dan lain sebagainya.
b. Mendengar aktif , siapkan pengetahuan bahwa kita tahu perasaan klien dan mengerti mengapa terjadi hal itu.
2. Menunjukkan penerimaan Menerima tidak selalu berarti setuju, menerima berarti men dengarkan orang lain
tanpa sikap ragu dan ras tidak setuju.
c. Tanya hal terkait Pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang spesifik, jadi sebaiknya yang terkait dengan proses
penyembuhannya.
d. Pertanyaan terbuka (Open-Ended Question) Pertanyan perlu jawaban luas, sehingga pasien bisa menyampaikan
masalahnya dengan bahasanya sendiri. Contoh : “Coba ibu ceritakan bagaimana caranya minum obat yang ibu terima
?”
e. Mengulang ucapan klien, Dengan mengulangi ucapan klien, kita memberi kesan bahwa kita mengerti apa yang
disampaikannya, sehingga komunikasi dapat berlanjut. Contoh :
Klien :”Saya tadi malam sulit tidur”Apoteker : “Oh, ibu mengalami kesulitan untuk tidur….”
f. Klarifikasi Klarifikasi bertujuan untuk memperjelas apa yang dimaksud oleh klien serta untuk menyamakan persepsi.
g. Fokus, Bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan jadi lebih fokus, spesifik dan
dimengerti.
h. Menyatakan hasil observasi.. Apoteker harus memberikan umpan balik kepada pasien dengan menyampaikan hasil
pengamatan sehingga pesannya diterima dengan benar atau tidak. Contoh : Apoteker :”Anda tampaknya tegang,
mungkin……”
i. Menawarkan informasi Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan pasien,
informasi bukan nasehat, karena tujuannya untuk memfasilitasi pasien mengambil keputusan.
j. Diam (Memeliharan ketenangan) Diam memberikan kesempatan pada apoteker dan pasien untuk
mengkonsentrasikan pikiran, metode ini perlu ketrampi lan dan ketepatan waktu. Contoh : Pasien: “Saya sangat
marah !!!” Apoteker : (Diam) Pasien : “Istri saya tidak perhatian lagi, tidak mau menyiapkan obat saya”
k. Meringkas Meringkas adalah pengulangan pembahasan utama yang telah dikomunikasikan secara singkat, metode
ini akan membantu pasien mengingat topik yang sudah dibahas, sebelum meneruskan pembicaraan. Contoh :
Apoteker :”Selama 15 menit ini, kita telah membahas…….”
l. Beri penghargaan Penghargaan jangan sampai jadi beban bagi pasien, selain itu tehnik ini tidak bermaksud,
menyatakan A baik dan B tidak baik.
m. Menawarkan diri Apoteker menyediakan diri tanpa respons bersyarat atau respon yang diharapkan, Contoh : Apoteker
:”Saya akan menemani bapak selama…..menit”
n. Beri kesempatan, Pasien beri kesempatan untuk mulai pembicaraan dan memilih topik pembicaraan. Contoh :
Apoteker : “Apakah ada sesuatu yang bapak ingin sampaikan?”
o. Menganjurkan untuk melanjutkan pembicaraan. Tehnik ini memberi kesempatan pasien untuk mengarahkan seluruh
pembicaraan serta mengindikasikan apoteker untuk jadi pendengar yang baik, dan berusaha untuk menafsirkan
daripada mengarahkan pembicaraan. Contoh : Apoteker :”..terus…” atau “Coba ceritakan tentang hal tersebut,
p. Urutkan kejadian Urutkan kejadian secara teratur akan membantu proses pera watan dan pasien melihat dalam suatu
perspektif,kelanjutan dari satu kejadian akan menuntun apoteker dan pasien untuk melihat kejadian berikutnya yang
merupakan akibat kejadian sebelum nya.
Contoh : Apoteker : “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian tersebut?”
Tehnik ini bernilai klinik, apabila apoteker dapat mengeksplorasi pasien dan memahaminya.
q. Beri kesempatan pasien untuk mengeluarkan ekspresi
Apabila kita ingin mengerti tentang pasien, harus melihat segala sesuatunya dari perspektif pasien. Contoh : Apoteker :
“Coba ceritakan, bagaimana perasaan ibu ketika tahu akan mendapatkan kemoterapi?”
r. Refleksi
Refleksi ini memberi kesempatan pada pasien untuk menge mukakan ide dan perasaan sebagai bagian dirinya
sendiri,dengan demikian bahwa pendapat pasien adalah penting, pasien punya hak untuk menyampaikan pendapat,
membuat keputusan serta memikirkan dirinya sendiri.
Contoh : Pasien :”Apakah menurut anda, saya harus mengatakan pada dokter dan anda?”
Apoteker :”Apa menurut ibu, sebaiknya harus mengatakan?”
s. Assertive, adalah kemampuan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri
dengan tetap menghargai orang lain, berbicara jelas, mampu menghadapi manipulasi pihak lain, tanpa menyakiti
hatinya (berani mengatakan tidak, tanpa me rasa bersalah), melindungi diri dari kritik.
t. Humor. Dugan (1989) menyebutkan, bahwa humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi verbal, karena
tertawa mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stres, serta dapat meningkatkan keberhasilan proses
penyembuhan pasien. Sementara Sullivan- Deane (1988) menyatakan bahwa humor merangsang produksi
katekolamin,sehingga seseorang merasa sehat, dan hal ini akan meningkatkan toleransi rasa nyeri, mengurangi
kecemasan serta memfasilitasi relaksasi dan meningkatkan metabolism.

Hubunganterapeutik
1. Pengertian
Varcarolis menyebutkan bahwa Relationship adalah proses interpersonal antara dua orang atau lebih, dalam kehidupan se-
hari hari sering ditemukan dalam lingkungan apapun.
2. Bentuk hubungan
Secara umum dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Hubungan sosial
Tujuannya untuk bersahabat, sosial, kesenangan atau me- nyelesaikan tugas, kebutuhan bersama dipenuhi selama ada
hubungan sosial, seperti berbagi ide, perasaan dan pengala- man. Ketrampilan komunikasi meliputi pemberian nasehat, dan
kadang-kadang memenuhi kebutuhan dasar, seperti pin jam uang, membantu cari pekerjaan, dan lain-lain.
2. Hubungan intim
Hubungan ini terjadi antara dua orang yang mempunyai komitmen emosional antara satu terhadap yang lainnya. Dalam
hubungan ini, seringkali mereka peduli kebutuhan untuk pertumbuhan dan kepuasan. Kebutuhan bersama di penuhi,
keinginan keintiman serta fantasi dibagi.

3. Hubungan terapeutik
Hubungan ini berbeda dengan 2 sebelumnya, apoteker sebagai tenaga kesehatan harus memaksimalkan kemampuan
berkomunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan pertumbuhan pasien.
Apoteker dan pasien, bersama mengidentifikasi area yang perlu eksplorasi pengobatan yang diterima pasien dan evaluasi
secara periodik tingkat perubahan pasien. Fokus hubungan pada ide, pengalaman dan perasaan pasien. Peran tidak boleh
berubah, tetap konsisten pada masalah pasien.
Kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi, serta pengetahuan apoteker, menjadi alat yang sangat penting dalam hubungan
ini. Varcarolis (1990) menggambarkan, hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar bagi tenaga kesehatan dan pasien.
1. Dia mengidentifikasi 4 tindakan yang harus dilakukan :
2. Diawali oleh tenaga kesehatan,
3. Respons reaksi dari pasien,
4. Interaksi kedua belah pihak, mengkaji kebutuhan dan tujuan pasien,
5. Transaksi hubungan timbal balik, dibangun untuk mencapai tujuan hubungan ini.
Tujuan hubungan terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen, hubungan terapeutik bertujuan untuk pertumbuhan pasien, yang meliputi :
1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
2. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
3. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan dalam mencapai tujuan personal yang realistis.
Pentahapan

Dalam membina hubungan terapeutik, tenaga kesehatan punya 4 tahapan :


Fase Prainteraksi, merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dengan pasien, kita harus mengevaluasi diri tentang
kemampuan yang dimiliki.
Evaluasi diri
Coba jawab pertanyaan berikut :
a. Sejauh mana pengetahuan saya tentang asuhan ke- farmasian ?
b. Kira-kira apa yang harus saya ucapkan saat ketemu dengan pasien ?
c. Lalu bagaimana respons pasien, diam, senyum?
d. Adakah pengalaman buruk, saat interaksi dengan pasien?
B. Penetapan tahapan
Tentukan pentahapan berikutnya :
a. Apa dan kapan pertemuan pertama ?
b. Apakah perlu pertemuan lanjutan ?
c. Apa tujuan pertemuan dan tindakan yang perlu dilakukan.
C. Rencana interaksi
Siapkan secara tertulis, apa yang akan dibicarakan, tehnik ko munikasi apa yang akan diterapkan,kaitkan dengan tujuan
hubungan dengan pasien.
Tehnik observasi apa yang dilakukan selama berhubungan?
Fase Orientasi
a. Fase Perkenalan Perkenalan adalah kegiatan awal, saat pertama kali ketemu pasien. Hal-hal yang perlu dilakukan :
1. Memberi salam Assalammualaikum/selamat pagi disertai jabat tangan.
2. Perkenalkan diri “Nama saya……, saya apoteker di …….”
3. Tanya nama pasien “Siapa nama bapak/ibu, kalau boleh tahu, apa panggilan ke sayangannya?”
4. Menyepakati hubungan Contoh komunikasi : “Saya apoteker di….., bagaimana kalau kita bercakap-cakap?” “Boleh
saya duduk? Supaya ngobrolnya enak”
5. Menghadapi kontrak Contoh komunikasi : “Saya apoteker di….., yang akan mendampingi Ana, tentang pengobatan
selama di RS……..” “Kita bersama-sama membahas pengobatan Ana”
6. Percakapan awal
Contoh komunikasi : “Apa yang terjadi dirumah, sampai Ana harus dirawat dan mendapat pengobatan disini?”
“Apa yang ana rasakan saat ini?” Jika si pasien, diam dan tidak menjawab.
“Saya tidak bisa membantu Ana, jika Ana tidak mau cerita apa-apa”
7. Menyepakati masalah pasien Setelah pengkajian, akhir wawancara sepakati masalah yang dihadapi pasien tentang
pengobatan.
Contoh komunikasi : “Dari percakapan kita tadi, Ana tidak minum obat, karena perut kosong, sehingga nyeri lambungnya”
Fase orientasi
Fase ini selalu dilakukan pada awal pertemuan, kedua dan seterusnya, dengan tujuan untuk memvalidasi kekurangan data,
rencana yang telah dibuat dengan keadan pasien saat ini serta mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.
1. Beri salam Sama dengan yang lalu.
2. Validasi keadaan pasien ”Bagaimana perasaan Ana hari ini? Bisa diceritakan”
3. Mengingat kontrak
Setiap berinteraksi dengan pasien, kaitkan dengan pembicaraan sebelumnya.
“Ana masih ingat, jam berapa kita ketemu kemarin?”
“Sesuai dengan janji kita, sekarang saya akan jelaskan cara minum obat yang benar dan tepat”
fase Kerja
Fase ini merupakan inti dari hubungan perawatan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan pengobatan
yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan tindakannya :
Tujuan kognitif, meningkatkan pengertian & pengenalan pasien akan dirinya, perilakunya, perasaan dan pikirannya. Contoh :
“Apa yang menyebabkan Ana cemas dan gejala apa yang dirasakan saat itu ?”
Tujuan afektif & psikomotor, mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pasien secara mandiri untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Contoh : “Apa yang Ana lakukan saat cemas atau saat jantung berdebar?”
Melaksanakan teknikal kefarmasian Contoh : “Bagaimana rasanya setelah minum obat cemas tadi?”
Melaksanakan pendidikan kesehatan
Contoh : “Sesuai janji saya pada bapak, saya akan jelaskan caranya minum obat yang benar dan tepat” gunakan alat bantu.
Melaksanakan kolaborasi
Contoh : “Pak, sekarang sudah jam 12.00 siang, waktunya makan siang, baru minum obat”
Melaksanakan observasi dan monitoring
Contoh : “Pak, karena suhu badannya masih tinggi, sebaiknya bapak minum obat penurun panas, sambil dimonitor suhu
badan nya oleh perawat”
Fase Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan, terminasi dapat dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
a. Terminasi sementara
Pada terminasi ini, apoteker akan bertemu dengan pasien pada waktu yang telah dijanjikan, misalnya 1 atau 2 hari lagi.

Anda mungkin juga menyukai