Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hukum Pidana Khusus
Disusun oleh:
Lestari Aisyah
Novita Sapitri
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat karunianya
(KDRT)” dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Tak lupa pula kita panjatkan
shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi Muhammad saw yang telah
memebawa kita dari kehidupan yang gelap gulita ke kehidupan yang terang
mudah memahami materi yang telah kami buat dalam makalah ini.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................4
1. Kekerasan fisik...................................................................................5
2. Kekerasan psikologi/emosional..........................................................6
3. Kekerasan seksual...............................................................................6
4. Ekonomi..............................................................................................7
ii
D. Cara atau bentuk-bentuk penanggulangan KDRT..................................10
1. Kronolgis kasus..................................................................................17
2. Penyelesaian.......................................................................................18
BAB IV ANALISIS..........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan
dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang memimpin keluarga di
samping beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga terdiri dari ayah,
ibu, dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang memiliki hubungan yang
sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam
bahagia yang ditandai dengan tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan
kepuasan terhadap keadaan (fisik, mental, emosi, dan sosial) seluruh anggota
maupun konflik antara suami dan istri maupun orang tua dengan anak merupakan
hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada rumah
tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga bukanlah
tersebut.
1
Setiap keluarga memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya masing-
masing. Apabila masalah diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota
kepentingan pribadi, mencari akar permasalahan dan membuat solusi yang sama-
sama menguntungkan anggota keluarga melalui komunikasi yang baik dan lancar.
B. Rumusan Masalah
tindak pidana khusus, dan Apa saja bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah
tangga?
2
BAB II
PEMBAHASAN
menegaskan bahwa:
Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari
3
kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan
martabat kemanusiaan.
unsur yang berat dalam tindak pidana, dasar hukumnya adalah KUHP (kitab
undang-undang hukum pidana) pasal 356 yang secara garis besar isi pasal yang
berbunyi: “barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, istri
1. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat. Perilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain
sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan tampak seperti bilur-bilur, muka lebam,
4
2. Kekerasan psikologis/emosional
rasa tidak berdaya dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Perilaku
memaksakan kehendak.
3. Kekerasan seksual
berat, berupa:
atau menyakitkan.
5
Terjadinya hubungan seksual di mana pelaku memanfaatkan posisi
kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka, atau
cedera.
komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan atau secara non
verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun perbuatan lainnya yang
dan atau menghina korban. Melakukan repetisi kekerasan seksual ringan dapat
4. Factor ekonomi
padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau
orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri,
6
Kekerasan ekonomi ringan, berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang
menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau tidak
pengasuh anak. Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka
suami akan menyalah-kan istri sehingga terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
7
4. Wanita sebagai anak-anak
hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan
menjadi tertib.
dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi suami
Perlunya keimanan yang kuat dan akhlak yang baik dan berpegang teguh
pada agamanya sehingga kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan
di dalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak,
saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat saling
8
Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta
sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah
belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam
rumah tangga.
saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita
untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang
timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang
Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapa pun keuangan yang ada
9
BAB III
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dulu dianggap mitos dan
persoalan pribadi (private), kini menjadi fakta dan realitas dalam kehidupan
persoalan KDRT ini menjadi domain publik. Sebagian besar korban KDRT adalah
kaum perempuan dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban justru
Pelaku atau korban KDRT adalah orang yang mempunyai hubungan darah,
dengan struktur budaya, agama dan sistem hukum yang belum dipahami. Padahal
perlindungan oleh negara dan masyarakat bertujuan untuk memberi rasa aman
diakses oleh korban KDRT, yaitu pihak keluarga, advokat, lembaga sosial,
10
Peran pihak lainnya lebih bersifat individual. Peran itu diperlukan karena
luasnya ruang dan gerak tindak KDRT, sementara institusi dan lembaga resmi
yang menangani perlindungan korban KDRT sangatlah terbatas. Pihak lainnya itu
adalah setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya tindak
perlindungan baik langsung maupun melalui institusi dan lembaga resmi yang
ada. Dilihat dari hukum pidana, tindak KDRT ini adalah tindak kekerasan
Memang, tindak kekerasan yang diatur dalam PKDRT ini mempunyai sifat
khas/spesifik, misalnya peristiwa itu terjadi di dalam rumah tangga, korban dan
(causa) yang lebih kompleks dari tindak kekerasan pada umumnya. Itu sebabnya,
tindak kekerasan ini lebih merupakan persoalan sosial yang tidak hanya dilihat.
dengan melibatkan berbagai disiplin, lintas institusi dan lembaga. Yang lebih
penting lagi adalah bagaimana persoalan itu dipahami oleh masyarakat luas
sehingga cita-cita yang hendak dicapai oleh legislator yang terkandung dalam
11
Bentuk perlindungan korban KDRT atau bahkan lembaga pemberi
didapatkan dan bagaimana diberikan. Bagi korban yang status soseknya lebih
tinggi atau institusi dan lembaga yang tugas dan fungsinya selaku penegak
bukanlah masalah. Tetapi bagi institusi dan lembaga di luar itu, perlu
paling lama 7 (tujuh) hari, dan dalam waktu 1 x 24 jam sejak memberikan
dengan sistem dan mekanisme kerja sama program pelayanan yang mudah diakses
oleh korban. Pemerintah dan masyarakat perlu segera membangun rumah aman
(shelter) untuk menampung, melayani dan mengisolasi korban dari pelaku KDRT.
Sejalan dengan itu, kepolisian sesuai tugas dan kewenangannya dapat melakukan
12
terhadap pelanggaran perintah perlindungan, artinya surat penangkapan dan
melakukan mediasi dan negosiasi di antara pihak termasuk keluarga korban dan
penahanan terhadap pelaku KDRT selama 30 (tiga puluh) hari apabila pelaku
bahaya yang mungkin timbul terhadap korban. Pelayanan yang harus di lakukan:
13
Pelayanan pekerja sosial diberikan dalam bentuk konseling untuk
dan diakses oleh korban KDRT. Adalah tugas pemerintah untuk merumuskan
pemerintah dan semua pihak, maka akan sangat sulit dan mustahil dapat
mencegah apalagi menghapus tindak KDRT di muka bumi Indonesia ini, karena
Bahwa anggapan orang terjadinya KDRT merupakan akibat dari suatu sebab
14
perangai dan tabiat pelaku yang kasar, serta gagal dalam karier dan pekerjaan
ternyata tidaklah sepenuhnya benar, karena KDRT justru acapkali dilakukan oleh
mereka yang kondisi sosial ekonominya baik, sukses karier dan pekerjaannya,
Kasus Ibu Umi Retnowati ini tercatat dilaporkan pada posko bantuan hukum
masyarakat Desa Marga Agung Kecamatan Jati Mulyo Lampung Selatan pada
bulan Oktober 2009, dokumentasi kasus (melalui form p.2 dilakukan oleh Ibu
1. Kronologis kasus
Berdasarkan buku nikah, diketahui bahwa Ibu Umi dan suaminya (Bapak
Imam Wardiyono) menikah pada tanggal 24 Juli 1988. Dari pernikahan ini,
lahirlah 5 orang anak yang semuanya berjenis kelamin laki-laki dengan usia
masing-masing (20 tahun, 18 tahun, 14 tahun, 11 tahun, dan 4 tahun) selain anak-
anak tersebut, Ibu Umi dan suaminya memiliki seorang anak perempuan yang
bernama Siti Munawaroh (usia tidak diketahui). Pada tahun 2005, suami Ibu Umi
Sejak suaminya menikah lagi, Ibu Umi sering mengalami kekerasan fisik
Ibu Umi membiarkan saja perbuatan suaminya dan lebih memilih untuk
September 2009. Saat itu Ibu Umi dan anaknya mendatangi rumah istri muda
15
suaminya dengan maksud untuk menangkap basah suaminya bersama istri
barunya, sesampainya di sana suami Ibu Umi marah-marah dan mengusir Ibu Umi
dan anaknya.
motor yang dikendarai Ibu Umi bersama anaknya. Akibatnya, kaki kanan terluka
dan siku tangan kanan Ibu Umi terkilir. Sedangkan anaknya (Rauf Hanafi)
mengalami luka di bagian kaki kanan dan pinggang sebelah kanan. Setelah
suaminya.
2. Penyelesaian
Kalianda untuk mendaftarkan gugatan cerai. Namun dari pihak Pengadilan Agama
kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi. Pada jam 10 pada hari yang sama
(tanggal 28 September 2009), Ibu Umi melapor ke Polres Lampung Selatan. Dari
Setelah hampir sebulan, kasus KDRT yang dialami oleh Ibu Umi terkesan
tidak ditindak lanjuti dengan serius oleh pihak polres. Hal ini dapat terlihat dari
tidak ditahannya suami Ibu Umi oleh pihak polres tanpa alasan yang jelas.
16
suami Ibu Umi tidak ditahan karena terkait posisi suami Ibu Umi yang merupakan
masyarakat. Kondisi ini membuat Ibu Umi melaporkan kasusnya dan meminta.
17
BAB IV
ANALISIS
Seharusnya seorang suami dan istri harus banyak bertanya dan belajar,
seperti membaca buku yang memang isi bukunya itu bercerita tentang bagaimana
dalam sebuah rumah tangga butuh komunikasi yang baik antara suami dan istri,
agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah
rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan di antara kedua belah pihak,
itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.
Seharusnya seorang suami dan istri bisa mengimbangi kebutuhan psikis, di mana
bertentangan.
menghargai dan sebagainya. Begitu juga halnya dalam rumah tangga harus
dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka
mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka
yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang
18
Tidak sedikit seorang suami yang sifat seperti itu, terkadang suami juga
melarang istrinya untuk beraktivitas di luar rumah. Karena mungkin takut istrinya
diambil orang atau yang lainnya. Jika sudah begitu kegiatan seorang istri jadi
terbatas. Kurang bergaul dan berbaur dengan orang lain. Ini adalah dampak dari
sikap seorang suami yang memiliki sifat cemburu yang terlalu tinggi. Banyak
contoh yang kita lihat dilingkungan kita, kejadian seperti itu. Sifat rasa cemburu
Maka dari itu, di dalam sebuah rumah tangga kedua belah pihak harus sama-
sama menjaga agar tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan kekerasan. Tidak
hanya satu pihak yang bisa memicu konflik di dalam rumah tangga, bisa suami
maupun istri. Sebelum kita melihat kesalahan orang lain, marilah kita berkaca
pada diri kita sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita, sehingga
Demikian yang dapat kami jelaskan semoga bermanfaat bagi pembaca dan
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan, oleh karena itu
19
DAFTAR PUSTAKA
Suryandaru Utama.
Hartono, C.F.G. Sunaryati. 1991. Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum
Bandung: Alumni.
20