Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH HAK ASASI MANUSIA


“PENELANTARAN EKONOMI”
Dosen : Dwi Purwanti, S.Kp.,SST.Bdn.,M.Kes.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. Yuyun Lailiwati (20)
2. Zhakina Hayuun (21)
3. Oktaviana Risma (22)
4. Fitria Hindayana (23)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SURABAYA
TAHUN AKADEMIK
2023 / 2024
KATA PENGANTAR

II
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Hak
Asasi Manusia dan Perempuan.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surabaya, 09 Agustus 2023

Penulis

III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI .......................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Tujuan ................................................................................................................3

BAB II TINJAUN PUSTAKA


A. Penelantaran Ekonomi........................................................................................4
B. Pengertian Penelantaran Ekonomi......................................................................4
C. Faktor-Faktor Penyebab Penelantaran Ekonomi................................................8

BAB III TINJAUAN KASUS


Analisa Kasus Pelanggaran HAM anak di Lingkungan Keluarga.....................8

BAB IV PEMBAHASAN
Upaya Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM anak di Lingkungan Keluarga. 8

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................25
B. Saran ................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

IV
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku atau tindak kekerasan dalam rumah tangga sebagai fakta sosial
bukanlah perkara baru di masyarakat Indonesia. Kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) merupakan fakta sosial yang bersifat universal karena dapat
terjadi dalam sebuah rumah tangga tanpa pembedaan budaya, agama, suku
bangsa, dan umur pelaku maupun korbannya, karena dapat terjadi dalam
rumah tangga baik dalam keluarga sederhana, miskin dan terbelakang maupun
rumah tangga keluarga kaya, terdidik, terkenal, dan terpandang. Tindak
kekerasan dapat dilakukan oleh suami atau istri terhadap pasangan masing-
masing, atau terhadap anak-anak, anggota keluarga yang lain, dan terhadap
pembantu mereka secara berlainan maupun bersamaan.
Perempuan merupakan komunitas yang rentan dan potensial untuk
berposisi sebagai korban dari kesalahan pencitraan tentang dirinya. Yakni
kekerasan yang disebabkan oleh bias gender, yang dalam literatur feminisme
lazim disebut dengan gender-related violence.
Kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT) merupakan bentuk kekerasan
terhadap perempuan yang insidennya paling tinggi, dan dapat berbentuk fisik,
psikis maupun ekonomi (UU PKKDRT No. 23/2004).
Salah satu bentuk penindasan yang sering terjadi dalam keluarga adalah
kekerasan ekonomi. Dan secara umum, korban dari kekerasan ini adalah
perempuan dan anak-anak. Sistem perekonomian kita mempersulit perempuan
untuk mengakses bidang-bidang produksi yang strategis, dengan alasan fungsi
reproduksi. Bahkan banyak suami yang melarang perempuan untuk bekerja di
luar rumah, padahal pelarangan seseorang untuk mengakses ekonomi
merupakan kekerasan/kejahatan dalam presfektif undang-undang tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.
Disamping itu, sering pula terjadi suami tidak memberi nafkah terhadap istri
dan anak. Penelantaran dalam keluarga sebelum undang undang KDRT lahir
tidak bisa dilaporkan oleh korban sebagai tindak pidana. Dalam hukum

1
perkawinan perbuatan suamai yang tidak memberi nafkah hanya merupakan
salah satu alasan yang bisa digunakan oleh istri untuk melakukan gugatan
cerai ke pengadilan.

B. Tujuan

Untuk mengetahui sanksi Tindak Pidana Penelantaran Rumah Tangga


Terhadap Istri menurut pasal 49 No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
kekerasan Dalam Rumah Tangga

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penelantaran Ekonomi


Penelantaran perempuan dari segi ekonomi, kesehatan, kebutuhan-
kebutuhan. Pengertian menelantarkan adalah kelalaian dalam memberikan
kebutuhan hidup pada seseorang yang memiliki keberuntungan kepada
pihak lain, khususnya dalam lingkungan rumah tangga kurang
menyediakan sarana perawatan kesehatan, pemberian makanan, pakaian
dan perumahan yang sesuai merupakan faktor utama dalam menentukan
adanya penelantaran. Namun, harus hati-hati untuk membedakan antara
“ketidakmampuan ekonomi” dengan “penelantaran yang disengaja”.
Bentuk kekerasan jenis ini menonjol khususnya terhadap anak
karena anak belum mampu mengurus dirinya sendiri. Kekerasan Ekonomi
Berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi dan pengendalian lewat
sarana ekonomi berupa: Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif
termasuk pelacuran, Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya,
Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban, merampas
dan atau memanipulasi harta benda korban. Kekerasan Ekonomi Ringan,
berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang mennjadikan korban
tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau tidak terpenuhi
kebutuhan dasarnya.
Menurut pasal 9 UU No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT). Penelantaran Ekonomi yaitu
Perbuatan seseorang yang menurut hukum atau karena persetujuan atau
perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau
pemeliharaan kepada orang tersebut mengakibatkan ketergantungan
ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang
layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah
kendali orang tersebut merasa hina, kecil, lemah, jelek, tidak berguna dan
tidak berdaya.

3
2.2 Kasus Pelanggaran Penelantaran Ekonomi
2.3 Analisa Kasus Pelanggaran HAM Penelantaran Ekonomi
2.4 Dampak Penelantaran Ekonomi
Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya berdampak pada sang Ibu
sendiri namun berdampak buruk bagi anak. Pada anak-anak, dampak ini akan
rumit karena melibatkan trauma yang kemungkinan bisa dibawanya hingga
usia menginjak dewasa. Anak bisa mengalami trauma emosi dan psikologis
sebagai dampak akan perasaan takut kemudian situasi tidak mengenakkan
selama berada di rumah saat itu.
Dari sisi mental bisa saja anak jadi depresi, bahkan jika sampai depresi
tidak teratasi bisa muncul keinginan untuk bunuh diri. Kondisi anak secara
mental dan fisik pun belum siap akan mengalami rasa sakit. Rasa sakit secara
fisik mungkin dapat disembuhkan namun proses penyembuhan akan rasa takut
dan kuatir bisa menyita waktu yang lama.

2.5 Upaya Mencegah Kekerasan Pada Anak


Untuk menghindari terjadinya Kekerasan dan penelantaraan dalam rumah
Tangga, diperlukan cara-cara penanggulangan, antara lain:

a. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh
pada agamanya sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan
dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran.
b. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga,
karena didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu,
bapak, saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat
saling mengahargai setiap pendapat yang ada.
c. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta
sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah
rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah
pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah
tangga.
d. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya
antar anggota keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi dengan rasa

4
saling percaya. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah
sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga
berlebih-lebihan.
e. Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada
dalam keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi
pendapatan yang minim, sehingga kekurangan ekonomi dalam keluarga
dapat diatasi dengan baik.

5
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kondisi sosial ekonomi di dalam rumah tangga sangat berpengaruh
akan terjadinya tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Suami
mempunyai kewajiban untuk memenuhi tuntutan ekonomi
keluarga. Untuk membentuk sebuah keluarga yang ideal, penuh
kebahagiaan dan kesejahteraan haruslah ditopang dengan
terpenuhinya kebutuhan masing- masing pihak dalam sebuah
keluarga tersebut. Penelantaran ekonomi merupakan salah satu
bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang pernah terjadi
walaupun dalam intensitas yang kecil. Penelantaran rumah tangga
merupakan salah satu larangan yang termasuk lingkup dari
kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana yang terdapat dalam
Pasal 5 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (UUPKDRT). Berdasarkan Pasal 49 huruf a UU PKDRT,
orang yang melakukan penelantaran rumah tangga dapat dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
.

1.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yakni jika terjadi
permasalahan terutama jika telah terjadi kekerasan baik fisik, psikis,
seksual maupun penelantaran dalam ranah privat (keluarga) hendaknya
korban segera melaporkan ke kepolisian yang berwenang.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkan,.Membongkar Praktik Kekerasan Menggagas Kultur


Nir- Kekerasan. Yogyakarta: Sinergi Press, 2002.

Achie Sudiarti Luhulima,.Pemahaman Bentuk-Bentuk Tindak Kekerasan


Terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahannya. Jakarta,
P.T.Alumni, 2000.

Elli N. Hasbianto, Kekerasan dalam Rumah Tangga Sebagai Kejahatan


yang Tersembunyi. Mizan, Bandung, 1999.

Fathul Djanah, Kekerasan Terhadap Istri, Yogyakarta, Lkis, 2003.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga No. 23
tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Kompilasi Hukum
Islam

Anda mungkin juga menyukai