Anda di halaman 1dari 16

STRATIFIAKSI KELUARGA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASAYRAKAT

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Matakuliah Sosiologi Keluarga

DOSEN PENGAMPU : Faiz Isfahani, M.H.I

DISUSUN OLEH:

Kelompok – 7

Paet Hasibuan 0201191021

Ahmad Zakaria Hasibuan 0201191005

Aisyah Putri Syam 0201191024

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

HUKUM KELUARGA

MEDAN

T.A2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur khadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dengan karunia-Nya kita masih diberikan nikmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami yang berjudul " Stritifikasi Keluarga dalam
Kehidupan Sosial Masyarakat" selesai dengan tepat waktu.

Penulis juga mengungkapkan terimakasih kepada semua pihak, khususnya Kepada


Ibu Faiz Isfahani, M.H.I. selaku Dosen mata kuliah Sosiologi Keluarga yang telah
memberikan arahan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Tanpa bimbingan dari
beliau mungkin kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini sesuai kepenulisan yang benar.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi kedepannya. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberi manfaat
untuk pembaca, terimakasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 28 Oktober 2022

Kelompok -7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumus Masalah.......................................................................................................1

C. Tujuan .....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

A. Kedudukan Kelas Dan Faktor Keluarga..................................................................2

B. Stabilitas Kelompok Keluarga.................................................................................3

C. Keseimbangan hak dan kewajiban suami dan isteri................................................4

D. Stratifikasi Keluarga dalam Kehidupan Bermasyarakat..........................................6

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

A. Kesimpulan..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menurut tipenya terbagi atas
dua yaitu keluarga batih yang merupakan satuan keluarga yang terkecil yang terdiri atas ayah,
ibu, serta anak (nuclear family) dan keluarga luas (extended family) Dalam sosiologi
keluarga biasanya dikenal adanya pembedaan antara keluarga bersistem konsanguinal yang
menekankan pada pentingnya ikatan darah seperti hubungan antara seseorang dengan orang
tuanya cenderung dianggap lebih penting daripada ikatannya dengan suami atau istrinya dan
keluarga dengan sistem conjugal menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (antara
suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri cenderung dianggap lebih penting daripada
ikatan dengan orang tua.

Keluarga didefenisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui


prilaku-prilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga, berupa ikatan emosi,
pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Defenisi ini memfokuskan pada
bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.Sedangkan fungsi keluarga mencakup
mengenai, fungsi biologis, edukatif, religious, protektif (perlindungan), sosialisasi
mempersiapkan seorang anak menjadi anggota masyarakat mampu memegang norma-norma
kehidupan dalam sebuah keluarga dan masyarakat, rekreatif, ekonomi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa kedudukan kelas dan keluarga?
2. Apa itu Stabilitas Klompok Kluarga ?
3. Bagaimana Keseimbangan Hak suami dan istri ?
4. Bagaimana agar keseimbangan keluarga tetap terjaga ?
5. Bagaimana stratifikasi keluarga dalam masyarakat?
6. Sifat Strafikasi social?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kedudukan keluarga
2. Mengetahui apa stabilitas dalam kluarga
3. Dapat menegtahui bagaimana keseimbangan dalam keluarga
4. Agar dapat mengetahui cara agar keseimangan tetap terjaga
5. Mengetahui apa itu strifikasi kluarga

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Kelas Dan Faktor Keluarga

Masyarakat sejatinya terbagi dalam kelas-kelas yang bersifat hirarkis. Konsep ini disebut
sebagai statifikasi sosial. Stratifikasi sosial umumnya di bagi melalui indikator ekonomi,
namun bagi weber, statifikasi tidak hanya terkait dengan indikator material seperti ekonomi.
Statifikasi sosial juga erat kaitannya dengan indikator-indikator yang bersifat non-material,
seperti status kehormatan dan berhubungan sosial.1 Pada umumnya, statifikasi membagi
masyarakat menjadi tiga bagian, yaitu kelas atas, menengah, dan bawah. Kelas memiliki
dampak terhadap pemaknaan keluarga mengenai bagaimana gender berperan. Bagi keluarga
kelas bawah yang berjuang melawan tekanan ekonomi, konsepsi peran gender yang kaku
menjadi tidak relevan.2
Ibnu Hamza memberikan gambaran terkait kedudukan kelas dan faktor keluarga itu
dalam beberapa hubungan. Yaitu:
1. Di negara-negara barat batas umur laki-laki yang menikah naik sesuai dengan
kedudukan kelas.
2. Tetapi, umumnya kaum bangsawan negara-negara barat menikah pada usia yang lebih
muda dari pada kelas-kelas lainnya.
3. Di negara-negara barat, dan barang kali secara umum dimanapun , tidak ada yang
tersedia tanah bebas, para petani menikah pada umur yang lebih tua dari pada
kelompok-kelompok lainnya.
4. Ke arah strata sosial yang lebih tinggi, kaum muda dibatasi soal memilih jodoh.
5. Jika terjadi perkawinan antar kelas, lebih banyak kemungkinan wanita yang menikah
dengan kelas yang lebih tinggi.
6. Dimana ada sistem maskawin, pertukaran ekonomi antara keluarga pengantin wanita
dan pria lebih banyak kesamaannya pada strata atas dari pada starata bawah.
7. Jika dilakukan poligami, maka laki-laki berkedudukan sosial atau ekonomi tinggilah
yang lebih banyak kemungkinan mempunyai lebih dari satu istri.
8. Angka perceraian lebih tinggi pada jenjang sosial rendah.
9. Di amerika serikat, ibu-ibu lebih menekankan kehendak pada anak-anak mereka
dengan kekuasaan di bandingkan ibu-ibu elas menengah, yang lebih mengandalkan
pada aturan moral umum atau peraturan yang berasal dari luar lingkungan keluarga itu
sendiri.
10. Di amerika serikat, keluarga-keluarga kelas menengah membesarkan anak-anak
mereka dengan lebih banyak kebebasan dari pada keluarga-keluarga kelas rendah,
tetapi menurut hasil yang lebi tinggi dalam bidang keahlian, pengetahuan, dan
prakarsa.3

1
M Cholil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1977), hlm. 23
2
https://sgrcui.wordpress.com/2015/04/12/peran-gender-dalam-keluarga-melalui-presfektif-kelas-relevan-
atau-tidak/
3
http://medasbedugul.blogspot.com/2017/04/sosiologi-keluarga.html

2
Status keluarga merupakan kedudukan seseorang dalam kelompok yang dibedakan
dengan derajat atau kedudukan seseorang dengan individu lainnya. Posisi ekonomi keluarga
juga akan menentukan posisi atau kedudukan keluarga di dalam masyarakat tempat keluarga
itu tinggal. Status sosial ekonomi keluarga memberikan corak tersendiri pada kehidupan
sosialnya, misalnya pada anak dapat dilihat dengan pilihan sekolah, pilihan peralatan dan
cita-citanya. Contoh lain dari hubungan kedudukan kelas dengan faktor keluarga adalah
bahwa siswa yang berasal dari keluarga yang miskin berkecendrungan banyak melakukan
prilaku menimpang dari pada siswa yang datang dari keluarga berkecukupan.4

B. Stabilitas Kelompok Keluarga

Secara historis keluarga terbentuk dari satuan yang merupakan organisasi terbatas dan
mempunyai ukuran yang minimum, terutama pada pihak-pihak yang awalnya mengadakan
suatu ikatan. Ia merupakan bagian dari masyarakat yang berintegrasi dan mempunyai peran
dalam suatu proses organisasi kemasyarakatan.

Keluarga menurut Murdock adalah suatu grup sosial (kelompok sosial) yang dicirikan
oleh tempat tinggal bersama, kerja sama dari dua jenis kelamin, paling kurang dua darinya
atas dasar pernikahan dan satu atau lebih anak yang tinggal bersama mereka melakukan
sosialisasi.5

Keseimbangan hidup merupakan kondisi saat seseorang mampu membagi waktu dan


tenaga untuk Kehidupan pribadi dan pekerjaannya. Keluarga merupakan kelompok sosial
pertama dalam kehidupan sosial. Manusia pertama kali memperhatikan keinginan orang lain.
Belajar, bekerja sama dan belajar membantu orang lain dalam keluarga. Pengalaman
berinteraksi dalam keluarga akan menentukan tingkah laku dalam kehidupan sosial di luar
keluarga.

Menurut Ahmadi, keluarga merupakan suatu sistem kesatuan yang terdiri dari
anggota-anggota yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain.6 Pendapat ini
sejalan dengan ungkapan Suparlan yang mengatakan bahwa hubungan antara anggota dijiwai
oleh suasana kasih sayang dan rasa tanggung jawab.7 Pengertian lain tentang keluarga

4
Samsudin, sosiologi keluarga: studi perubahan fungsi keluarga, ( Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2017), hlm. 35
5
M, Idrus Abustam, M. Idrus. Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengalokasian Waktu dalam Rumah Tangga
Petani Menurut Situasi Sosial Ekonomi di Daerah Pedesaan Sulawesi Selatan³Laporan Penelitian¥, (Ujung
Pandang: FPIPS-IKIP, 1992), h. 30
6
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 60
7
Suparlan, P. Keharmonisan Keluarga, (Jakarta: Pustaka Antara, 1993), h. 200.

3
dikemukakan pula oleh Kartono yaitu kelompok sosial paling intim, yang diikat oleh relasi
seks, cinta, kesetiaan dan pernikahan; di mana perempuan berfungsi sebagai isteri dan laki-
laki berfungsi sebagai suami.8 Selanjutnya Elliot dan Merril mengatakan bahwa keluarga
adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih bertempat tingggal sarma yang
mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi.9

C. Keseimbangan hak dan kewajiban suami dan isteri

Memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban suami dan isteri dalam
menyelenggarakan rumah tangga adalah kunci dari stabilitas keluarga.

Penting diingat bahwa untuk mengetahui baik tidaknya kehidupan rumah tangga
adalah dengan melihat baik tidaknya hubungan suami dan isteri itu sendiri. Suami dan isteri
inilah pelaku atau peran utama di dalam rumah tangga. Seharusnya untuk membangun sebuah
keluarga sakinah mawaddah dan rahmah, tidak boleh ada tingkatan antara posisi suami dan
isteri. Misal, suami sebagai raja dalam rumah tangga isteri menjadi wakil kepala rumah
tangga. Sehingga apapun yang diinginkan oleh suami kewajiban bagi isteri untuk
melayaninya.

Seharusnya suami lebih memberikan penghargaan kepada isteri karena telah mau
memelihara anak keturunannya dengan baik. Sehingga pola hubungan antara keduanya saling
melengkapi seperti halnya seorang patner bukan sebagai atasan dan bawahan bukan sebagai
raja dan suruhannya.10

Beberapa kegiatan untuk menajaga Keseimbangan Keluarga antara lain:

a) Lakukan Quality time bersama keluarga

Meski melakukan pekerjaan kita juga perlu melakukan Quality Time bersama kelurga ini
berguna untuk menjaga hubungan antara anggota keluarga tetap erat. Quality Time bisa dilakukan
dengan berbagai cara seperti berolahraga bersama keluarga atau traveling bersama keluarga.

b) Tetap terhubung dengan keluarga meski sedang bekerja


8
Kartono, K. Psikologi Wanita: Mengenal Wanita Sebagai Ibu dan Nenek, (Bandung: Mandar Maju, 1992), h.
107
9
Elliot, Mabel.A. dan Merrill. Francis.A.. Social Disorganization. (New York: Harpers dan Bruthers Publishers,
1961), h. 35
10
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia; Studi Kritis Perkembangan
Hukum Islam Dari Fikih, UU No 1 Tahun 1974 Sampi KHI, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006),
hlm. 183-185. Bandingkan dengan Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, (Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya, 1989), hlm. 7-46.

4
Supaya anak anak di rumah tetap merasa diperhatikan oleh orang tua, mempertahankan
hubungan dengan mereka meski sedang melakukan aktivitas lain. Berkomunikasi dengan anak
anak dapat dilakukan melalui telepon atau video call. Setidaknya satu kali dalam sehari saat jam
istirahat bekerja.

c) Terapkan Pola Hidup Sehat

Ketidak seimbangan antara pekerjaan dan keluarga juga bisa berdampak pada kesehatan
maka beresiko untuk lebih mudah sakit. Hal ini dapat membuat urusan pekerjaa dan keluarga
terbengkalai, jadi untuk menghindarinya selalu tetap menerapkan dan menjalani pola hidup sehat
sehari hari bersama keluarga agar keeseimbangan keluarga terjaga dengan baik jangan pernah ragu
untuk meminta bantuan suami dan dalam urusan rumah. Melibatkan suami dalam mengurus
keluarga agar lebih mudah menjalani kedua peran secara bersamaan. Dengan saling menyayangi
dan menghormati sesama keluarga akan terjadi sebuah keseimbangan dalam kerukunan

Keseimbangan menurut Imam al-Nawawi adalah hak dan kewajiban suami istri dalam
rumah tangga, tidak harus sama persis. Melainkan yang dimaksud dengan keseimbangan di
sini bukanlah kesamaan wujud sesuatu dan karakternya. Tetapi yang dimaksud adalah bahwa
antara suami dan istri bisa saling memahami dan melengkapi.

Adil bermakna menempatkan sesuatu sesuai posisi serta proporsinya. Ketika ada
ketidakadilan, maka ada keguncangan. Tentang pembagian posisi peran dan fungsi anggota
keluarga yang tepat, kita mesti banyak belajar. Agar masing-masing memahami diri dan
memahami orang lain, tanpa menghilangkan ruh ta’awun. Agar masing-masing kewajiban
tertunaikan dan hak-hak terpenuhi. Agar tidak ada ledakan-ledakan akibat tersumbatnya
katup-katup curahan rasa yang lama terpendam.

Tugas utama mencari nafkah memanglah suami. Namun hari ini kita banyak dapati
tak jarang istri yang juga ikut bekerja membantu memenuhi kebutuhan biaya hidup rumah
tangga. Maka seorang suami juga diharapkan tidak enggan dalam membantu pekerjaan rumah
tangga yang tidak sedikit jumlahnya. Dan yang lebih penting adalah bagaimana suami istri
tetap komitmen dalam memberikan waktu terbaiknya kepada buah hati. Agar tumbuh
kembang mereka tetap mendapat perhatian dan kedekatan antara orang tua dan anak dapat
senantiasa terjaga.

Saat tak lagi sendiri, ada waktu untuk berbagi. Ada waktu untuk saling menguatkan.
Ada waktu untuk memberi semangat. Ada waktu untuk memotivasi. Ada waktu untuk

5
meneguhkan pasangan. Begitu banyak tantangan, dan satu-satunya pilihan adalah
menyikapinya dengan kebaikan. Maka bersabarlah karena harus ada pengorbanan, bantuan,
dukungan, dan kekuatan. Maka bersyukurlah karena akan ada pertolongan, bantuan,
penguatan, dan kekuatan.

”Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan
jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka Karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisa: 19)

Perintah sabar yang disiratkan dalam ayat tersebut, menambah lahan bagi kita untuk
mengisi hidup rumah tangga dengan akhlak mulia. Ujian terkadang sama, yang berbeda
adalah bagaimana hati kita menyikapinya, sehingga berat dan ringannya terasa berbeda.

Suami adalah pakaian bagi istri, dan istri adalah pakaian bagi suami. Pakaian yang
menjaga, menutup kekurangan dan melindungi. Qonaah, simpanan yang tak akan pernah
lenyap..11

D. Stratifikasi Keluarga dalam Kehidupan Bermasyarakat

Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, adalah sebuah sunnatullah munculnya


golongan berekonomi kuat dan golongan yang berekonomi lemah. Hal ini muncul dan terjadi
di tengah-tengah kehidupan masyarakat baik yang disengaja (dikondisikan) maupun yang
lahir begitu saja. Walaupun ditengah perbedaan tersebut, setiap orang pasti saling
berhubungan dan melakukan interaksi sosial karena manusia merupakan makhluk sosial yang
saling membutuhkan satu sama lain.

Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri dari


berbagai latar belakang yang berbeda tentu akan membentuk masyarakat yang heterogen
yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Dengan adanya atau terjadinya kelompok sosial
ini maka akan terbentuklah masyarakat yang berstrata, yang dikenal dengan istilah stratifikasi
sosial.

Stratifikasi sosial tidak dapat dipisahkan dengan pola kehidupan perkembangan


masyarakat, dimana antara satu faktor dengan faktor lainnya mempunyai kaitan seiring

11
http//:Suara muslim.net/agar-peran-keluarga-berjalan-seibang

6
perkembangannya. Adanya stratifikasi sosial yang disebabkan faktor ekonomi mempunyai
dampak terhadap faktor-faktor lainnya seperti kebudayaan, pendidikan dan lain sebagainya.

a) Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti sistem berlapis-lapis
dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari stratum (jamaknya : strata) yang berarti
lapisan; stratifikasi sosial adalah pengklasifikasian penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Selama dalam masyarakat itu ada sesuatu yang
dihargai, dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai, maka hal itu akan
menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem yang berlapis-lapis dalam masyarakat
tersebut. Suatu hal yang dihargai itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai
ekonomis, mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan atau mungkin keturunan dari
orang terhormat.12Ada juga yang mengartikan stratifikasi sosial sebagai jenjang status dan
peranan yang relatif permanen yang terdapat di dalam sistem sosial (dari kelompok kecil
sampai ke masyarakat) dalam hal pembedaan hak, pengaruh dan kekuasaan.13

Dari uraian di atas, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa stratifikasi sosial itu
merupakan lapisan masyarakat yang dilihat dari tingkat ukuran kekayaan, kekuasaan,
kehormatan dan ilmu pengetahuan. Jauh sebelum kita ini, sejak manusia mulai mengenal
kehidupan bersama dan organisasi sosial, lapisan-lapisan itu telah ada dan telah tercipta
sedemikian rupa. Biasanya hubungan ini terlihat dalam kehidupan masyarakat didasarkan
kepada kelasnya yaitu berdasarkan kelas ekonomi maupun kekuasaan yang terjadi dalam
masyarakat secara universal.

b. Sistem dan Dimensi Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial berpokok pada keterkaitan masyarakat. Sehingga stratifikasi sosial


memiliki arti khusus terkait masyarakat-masyarakat yang jadi obyek penelitian.14Istilah
startifikasi berasal dari strata dan stratum yang berarti Lapisan. Sehingga stratifikasi sosial
diartikan sebagai pelapisan masyarakat. Stratifikasi Sosial adalah sistem pembedaan individu
atau kelompok dalam masyarakat yang menempatkan pada kelas-kelas sosial yang berbeda-
beda secara hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda antara individu
pada suatu lapisan dengan lapisan yang lain.15
12
Kamanto, pengantar sosiologi ( edisi ketiga). Jakarta 2004.
13
Ahmadi, Abu. 2000. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
14
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada)
15
Indianto Muin, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga) 2004

7
Berbagai macam stratitifikasi sosial terjadi berdasarkan suatu kriteria dan dengan
berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka dapat dibentuk-bentuk strata sosial antara lain
sebagai berikut: pertama, criteria biologis yaitu criteria menurut jenis kelaminnya yaitu Laki-
laki dan perempuan dan kriteria menurut umurnya yaitu golongan anak-anak, Dewasa dan
golongan tua. Selanjutnya criteria geografis yakni kriteria masyarakat desa dan masyarakat
kota. Pada masyarakat kota terbagi atas masyarakat kota kecil madya dan Kota besar.
Implikasi negatif dari stratifikasi sosial yang sering kali adalah nilai keadilan dan
kemanusiaan diletakkan pada proporsinya. (Sanapiah Faisal, Sosiologi pendidikan) Suatu
konfigurasi hirarkhis dari para keluarga yang mempunyai akses pada titik tertentu dan
mengenai waktu hal itu disebabkan bukan karena variabel bio-psikologis, melainkan Variabel
sosial. 16

Dalam analisis fungsional, masyarakat terbagi kedalam beberapa kelompok sosial


yang masing-masing dibedakan pada karakteristik dan motifnya. John, L. Gillin membagi
Kelompok atas dasar fungsionalnya yaitu kelompok persamaan darah (blood group) Misalnya
keluarga, kasta, sama jenis seksnya, sama umur, sama rasnya, selanjutnya Kelompok
proximitas, kelompok territorial dan kelompok berdasarkan interest cultural Yakni ekonomi,
agama, intelektual, Pendidikan, politik, rekreasi.17

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stratifikasi Sosial

Kriteria yang dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan social yakni sebagi
berikut: pertama ukuran kekayaan (materi, kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan
keanggotaan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, jika Seseorang memiliki
kekayaan yang banyak ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, dan
juga sebaliknya jika tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan dalam lapisan rendah.
Kekayaan itu dapat dilihat dari tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara
berpakaian maupun kebiasaan dalam berbelanja.

Selanjutnya ukuran kekuasaan dan wewenangnya seseorang mempunyai kekuasaan


atau wewenang paling besar akan menenmpatkan lapisan teratas dalam sistem pelapisan
sosial dalam masyarakat yang terkait. Selanjutnya ukuran kehormatan, ukuran Kehormatan
dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang dihormati
akan menempati lapisan atas dari sistem lapisan sosial masyarakat. Terkait Ukuran

16
D.W Rosides, The American Class System, 1976
17
Gillin and Gillin, An Introduction to sociology, 1948

8
kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya orang-orang Ini
menghormati pada masyarakat yang banyak jasanya, pada orang tua ataupun orangorang
yang berperilaku dan berbudi luhur. 18

d. Sifat-sifat Stratifikasi Sosial

Berikut ini adalah beberapa jenis stratifikasi sosial yang dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya

a. Stratifikasi Sosial Terbuka

Jenis stratifikasi sosial yang pertama ini memiliki sifat dimana setiap anggota
masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk dapat naik ke dalam lapisan status sosial
masyarakat yang lebih tinggi oleh karena kemampuan dan kecakapannya sendiri. Demikian
sebaliknya, bahwa setiap masyarakat juga bisa untuk turun ke lapisan yang lebih rendah
dikarenakan kemampuan yang menurun dibandingkan dengan sebelumnya. Contoh sederhana
nya seperti di dalam sebuah dunia bisnis, seorang pengusaha bisa saja menaikkan levelnya
dengan cara mendapatkan lebih banyak customer sehingga dapat lebih menguntungkan dan
membuat usahanya semakin maju dan berkembang.

b. Stratifikasi Sosial Tertutup

Jenis stratifikasi sosial yang kedua yaitu stratifikasi sosial yang tertutup. Stratifikasi
sosial ini bisa dikatakan sebagai ciri-ciri struktur sosial yang bersifat statis. Sesuai dengan
namanya, jenis stratifikasi sosial ini tidak memungkinkan untuk setiap anggota nya naik atau
turun ke lapisan sosial di bawahnya atau di atasnya. Hal ini dapat terjadi karena satu-satunya
faktor penentu untuk merubah pengelompokan dalam stratifikasi sosial tertutup ini hanyalah
sebuah kelahiran. Pelapisan sosial jenis ini dapat kita temukan pada beberapa masyarakat
yang masih menjunjung adat istiadat yang begitu kental, dimana untuk menentukan sebuah
tingkatan sosial anggotanya digunakan lah sejumlah pembeda ras dan lain sebagainya.

c. Sosial Campuran

18
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, 2000

9
Stratifikasi sosial campuran adalah kombinasi dari kedua jenis stratifikasi sosial di
atas yaitu campuran stratifikasi sosial terbuka dan stratifikasi sosial tertutup. Sebagai contoh
sederhana adalah bahwa setiap orang di Bali memiliki strata sosial masing-masing di sana.
Ada yang berada dalam lapisan sosial yang berkedudukan tinggi dan ada yang berada di
lapisan paling bawah. Tapi hal ini bisa berubah ketika orang tersebut berpindah ke lain
daerah. Karena di lain daerah, sebuah lapisan sosial masyarakat ditentukan oleh usaha dan
kemampuan setiap anggota nya masing-masing, hal ini bisa saja terjadi di beberapa kota
besar seperti Jakarta. Hal ini juga merupakan suatu contoh dari bentuk-bentuk perubahan
sosial.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masyarakat sejatinya terbagi dalam kelas-kelas yang bersifat hirarkis. Konsep ini disebut
sebagai statifikasi sosial. Stratifikasi sosial umumnya di bagi melalui indikator ekonomi,
namun bagi weber, statifikasi tidak hanya terkait dengan indikator material seperti ekonomi.
Statifikasi sosial juga erat kaitannya dengan indikator-indikator yang bersifat non-material,
seperti status kehormatan dan berhubungan social. Pada umumnya, statifikasi membagi
masyarakat menjadi tiga bagian, yaitu kelas atas, menengah, dan bawah. Kelas memiliki
dampak terhadap pemaknaan keluarga mengenai bagaimana gender berperan. Bagi keluarga
kelas bawah yang berjuang melawan tekanan ekonomi, konsepsi peran gender yang kaku
menjadi tidak relevan.

Keluarga menurut Murdock adalah suatu grup sosial (kelompok sosial) yang dicirikan
oleh tempat tinggal bersama, kerja sama dari dua jenis kelamin, paling kurang dua darinya
atas dasar pernikahan dan satu atau lebih anak yang tinggal bersama mereka melakukan
sosialisasi.

Secara historis keluarga terbentuk dari satuan yang merupakan organisasi terbatas dan
mempunyai ukuran yang minimum, terutama pada pihak-pihak yang awalnya mengadakan
suatu ikatan. Ia merupakan bagian dari masyarakat yang berintegrasi dan mempunyai peran
dalam suatu proses organisasi kemasyarakatan.

Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti sistem berlapis-
lapis dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari stratum (jamaknya : strata) yang
berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pengklasifikasian penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis).

Sifat sifat stitifikasi Sosial

1. Stitifikasi bersifat terbuka

2. Strifikasi bersifat Tertutup

3. Stritifikasi bersifat campuran

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Khaeruddin, H., Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nurcahya, 2002.

Mansyur, Cholil. M., Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, Surabaya: Usaha Nasional, 1977.

Su’dah Sosiologi Keluarga. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005.

Suparlan, P., Keharmonisan Keluarga, Jakarta: Pustaka Antara, 1993.

Kamanto,Pengantar sosiologi (edusi ketiga). Jakarta 2004.

Ahmadi, Abu 200. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar ( Jakarta: PT. RajaGrafindi Persada)

Indianto Muin, Sosiologi, (Jakarta : Erlangga)2004

D.W Rosides, The American Class System, 1976

Gillian and Gillin, An Introduction to Sociology, 1948

Made Pidarta, Landasan Kependidikan, 2000

13

Anda mungkin juga menyukai