Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN
“ETNIK, GENDER DAN TIPE KELUARGA”
Dosen Pengampuh : Harni, SST.,M.Tr.Keb.

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
AJENG A

EVI HANDAYANI (PBD.22023)


FITRA AULIA (PBD.22025)
FITRIANI (PBD.22026)
FITRIANI EFENDI (PBD.22027)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU KENDARI


JURUSAN S1/ ALIH JENJANG KEBIDANAN
TAHUN AJARAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Etnik, Gender Dan Tipe Keluarga ” tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Asuhan Kebidanan. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca.
D engan adanya tugas ini dapat menambah p e n g e t a h u a n d a n
wawasan kami terkait bidang yang ditekuni. Kami juga
m e n g u c a p k a n terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

   Kendari, 30 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Penegertian Etnik :.............................................................................5
a) Pengertian Etnis Menurut Para Ahli...........................................6
b) Jenis-Jenis Etnis..........................................................................7
c) Contoh Etnis...............................................................................8
d) Identitas Etnis.............................................................................9
e) Model-Model Perubahan Identitas Etnis..................................10
f) Konsep Etnik Atau Kesukubangsaan.......................................11
B. Gender Dan Tipe Keluarga
a) Pengertian gender.....................................................................12
b) Pengertian Keluarga, Jenis Keluarga,Tugas Keluarga, Peran
Keluarga,dan Fungsi Keluarga.................................................16
c) Bentuk-Bentuk Keluarga.........................................................17
d) Peran Gender Dalam Keluarga.................................................18
e) Kesetaraan Gender Dalam Keluarga........................................20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................25
B. Saran................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan

syarat kesatuan antar etnik harus dapat terus dijaga karena keberagaman

masyarakat itu sangat memungkinkan terjadinya benturan antar etnik. Hal ini

disebabkan berbedanya kebudayaan dari masing-masing etnik yang ada,

sehingga terjadinya perilaku yang berbeda pula. Terdapat sebuah paham

mengenai etnik yang pertama kali diperkenalkan oleh seseorang tokoh Sumner

yaitu etnosentrisme (ethnocentrism). Etnosentrisme merupakan sikap

emosional sekelompok golongan, etnik atau agama yang merasa etniknya

lebih superior dari etnik lain.

Etnis mengacu pada pola karakter yang dimiliki oleh suku bangsa ras

tertentu. Oleh karena itu etnisitas seringkali dianggap sebagai budaya oleh

Phninney. Dengan kata lain, jika kita membicarakan etnisitas maka kita tidak

bias melepaskan diri dari pembicaraan mengenai budaya etnis yang

bersangkutan.

Asumsi yang paling umum dipakai adalah bahwa norma-norma, nilai-

nilai, sikap-sikap, dan prilaku yang ditampilkan oleh individu kelompok etnis

tertentu merepukan tripikal etnis yang bersangkutan di mana individu itu

berasal. Prilaku tripikal tersebut berakar pada budaya yang sudah diturunkan

dari satu generasi ke generasi berikutnya.


Dalam menjalankan kehidupan bersama, berbagai etnik yang berbeda latar

belakang kebudayaan tersebut akan terlibat dalam suatu hubungan timbal balik

yang disebut interaksi sosial yang pada gilirannya akan berkembang kepada

interalasi sosial. Interaksi sosial merupakan syarat mutlak bagi terjadinya

aktifitas sosial. Dalam aktifitas sosial akan terjadi hubungan sosial timbal

balik (social interrelationship) yang dinamika antara orang dengan orang,

orang dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Soekanto,

menyatakan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mewujudkan segi

dinamiknya, disebabkan karena warganya mengalami hubungan satu dengan

lainnya, baik dalam bentuk perseorangan maupun kelompok sosial. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa terjadi proses sosial yaitu cara-cara

berhubungan yang dilihat apabila orang perorang dan kelompok-kelompok

sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentukbentuk hubungan

tersebut.

Keluarga adalah institusi terkecil dari suatu masyarakat yang memiliki

struktur sosial dan sistem tersendiri dan yang merupakan sekumpulan orang

yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan

kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain

sebagainya (Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, 2013 : 8).

Keluarga dapat dilihat dalam arti sempit sebagai keluarga inti yang

merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk

berdasarkan pernikahan dan terdiri dari seorang suami (ayah), istri (ibu) dan

anak-anak mereka. Keluarga besar atau biasa disebut dengan somah adalah

2
yaitu tugas dan tanggungjawab dipikul secara bersamasama oleh keluarga

besar. Masalah anak tidak harus diurus oleh ibunya , tetapi oleh seluruh

anggita keluarga yang ramairamai tinggal di sebuah rumah. Sedangkan

keluarga nukleur atau inti hanya terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak yang

mempunyai peran dan tanggungjawab masing-masing (J. Dwi narwoko dan

Bagong Suyanto, 2007: 227).

Nampaknya, masalah keluarga pada saat ini maupun di masa mendatang

akan semakin kompleks karena banyak perubahan dalam masyarakat yang

berlangsung sangat cepat. Selain itu, tantangan yang dihadapi keluarga juga

semakin beragam. Dalam realitanya, telah terjadi perubahan sosial yang pesat

sehingga menimbulkan adanya keresahan karena nilai-nilai lama yang

diandalkan oleh komunitas kurang dapat dimanfaatkan lagi. Kondisi tersebut

sangat berpengaruh terhadap perubahan peran yang dimainkan oleh suami

istri, yang berdampak pada relasi antara suami istri dalam keluarga.

(Mohammad Muslih, 2007: 4).

Konsep keluarga konvensional, memiliki struktur atau pola relasi dimana

suami sebagai pemberi nafkah dan pelindung keluarganya (publik), sedangkan

istri sebagai ibu rumah tangga yang mengurus urusah rumah tangga

(domestik), yaitu mencuci, memasak, mengasuh anak dan lain-lain (Ratna

Megawangi, 1999: 99). Konsep pola relasi tersebut mengalami pergeseran

sesuai dengan perubahan kondisi sosial masyarakat. Perkembangan ini untuk

sebagian besar terkait dengan adanya tuntutan persamaan hak dan peran

perempuan yang dipelopori oleh kaum feminis. Konstruksi pola relasi

3
keluarga yang ideal pada saat ini adalah pola relasi keluarga yang berbasis

pada kesetaraan dan keadilan gender (Siti Musdah Mulia, 2011: 114).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Etnik?


2. Apakah Pengertian Etnis Menurut Para Ahli?
3. Apakah Jenis-Jenis, Contoh Etnis,Identitas Etnis?
4. Bagaimanakah Model-Model Perubahan Identitas Etnis?
5. Bagaimanakah Konsep Etnik Atau Kesukubangsaan?
6. Apakah Pengertian Gender?
7. Apakah Pengertian Keluarga dan Fungsi Keluarga?
8. Bagaimana Jenis Keluarga, Peran Keluarga, Dan Yugas Keluarga?
9. Bagaimanakah Peran Gender Dalam Keluarga?
10. Bagaimanakah Kesetaraan Gender Dalam Keluarga?
11. Bagaimanakah Bentuk-bentuk Keluarga?
C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui tentang apa-apa saja dan
etnik, gender dan tipe keluarga dan bagaimana gender dan tipe keluarga.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etnik
Mengutip Kemdikbud RI, etnik atau etnis disebut juga suku bangsa.
Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa adalah sekelompok manusia yang
mempunyai kesatuan budaya dan terikat oleh kesadaran budaya tersebut
sehingga menjadi identitas. Kesadaran dan identitas biasanya dikuatkan oleh
kesatuan bahasa.
Etnis sendiri juga dikenal dengan suku bangsa yang mana merupakan
suatu kesatuan sosial yang bisa dibedakan dari kesatuan yang berlainan
berdasarkan unsur kebudayaan yang mengakar kuat, terlebih dengan bahasa
yang merupakan salah satu aspek terpenting dari suatu budaya. Adapun
perspektif lain yang memandang etnis sebagai suatu perkumpulan manusia
yang terikat oleh kesadaran dan juga identitas kolektif yang dipertegas dengan
pemahaman akan kesatuan bangsa. Dalam hal itu, keberadaan etnis ditentukan
oleh pentingnya kesadaran kelompok, pemahaman yang luas terkait kesatuan
kebudayaan dan juga persamaan asal-usul yang sudah melekat erat.
Etnis adalah sistem sosial penggolongan manusia yang didasarkan pada
sistem kepercayaan yang sudah diyakini, pengimplementasian nilai-nilai yang
ada di masyarakat, pemahaman akan keberagaman budaya, penguatan adat
istiadat yang dikonstruksikan, penegasan norma-norma, penggunaan bahasa,
penjelasan latar belakang sejarah manusia, wilayah geografis, dan juga
hubungan kekerabatan yang tidak terpisahkan. Kemudian definisi menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah etnis ataupun etnik
mempunyai makna sebagai sebuah kelompok sosial masyarakat yang berada
di dalam sebuah sistem sosial atau kebudayaan yang menjadi pedoman.
Kelompok sosial tersebut mempunyai peran dan juga kedudukan tertentu yang
berdasar pada faktor genetik, adat, atau tradisi, agama, sistem bahasa, dan
lainnya.

5
a) Pengertian Etnis Menurut Para Ahli
Etnis merupakan suatu rangkaian persamaan asal-usul yang mana
merupakan salah satu faktor yang bisa mendorong keterkaitan di dalam suatu
ikatan. Sehingga jenis etnis yang tersebar di seluruh dunia antara lain sebagai
berikut: Suku Bangsa Maya, Suku Bangsa Persia, Suku Bangsa Amazon, Suku
Bangsa Aborigin, Suku Bangsa Han, Suku Gypsy, Suku Bangsa Yunani.
Berikut ini adalah beberapa pengertian etnis menurut pandangan para ahli,
antara lain:
a. Pengertian Etnis Menurut Fredrik Brath
Etnis adalah suatu himpunan manusia yang menyatu karena adanya
faktor kesamaan arti ras, asal-usul bangsa, agama, dan kombinasi dari
kategori tersebut yang bersumber dari sistem budaya dengan nilai-nilai
sosial yang dijunjung tinggi.
b. Pengertian Etnis Menurut Hassan Shadily MA
Etnis merupakan rumpun masyarakat yang dipandang mempunyai
keterkaitan biologis yang relatif mendominasi. Selain itu, etnis juga
mengandung makna sebagai himpunan sosial yang berbaur dan menjadi
karakteristik yang membedakan golongan masyarakat berdasarkan asal-
usul wilayah.
c. Pengertian Etnis Menurut Anthony Smith
Etnis merupakan himpunan manusia yang berbaur dan saling
berinteraksi, yang mana diklasifikasikan berdasarkan kepercayaan dan
juga agama yang dianut, persamaan ras, tradisi atau adat, bahasa,
persamaan latar belakang sejarah, dan juga asal-usul keturunan nenek
moyang yang sama. Sehingga himpunan masyarakat tersebut bisa
menciptakan sebuah sistem budaya yang melekat dan mengatur kelompok
masyarakat yang termasuk di dalamnya dengan nilai serta norma sosial
yang mereka anut.

6
b) Jenis-Jenis Etnis
Berikut ini adalah jenis-jenis etnis yang dibedakan menjadi 7, diantaranya
yaitu:
1. Suku Bangsa Maya
Suku Bangsa Maya adalah golongan suku yang menempati wilayah
semenajung Yucatan, Amerika Tengah yang berbatasan dengan Samudera
Pasifik di sebelah barat dan juga Laut Karibia yang ada di sebelah timur.
Dimana Suku Maya dengan segala perkembangannya dapat menghasilkan
karya dan juga peradaban yang unik seperti bangunan berupa Chichen Itza.
Kemudian di bidang pertanian mereka menciptakan kanal drainase, lalu
tanaman jagung dan latex, dan juga bangunan sumur yang disebut dengan
cenotes.
2. Suku Bangsa Persia
Suku Persiap adalah salah satu suku yang masuk ke dalam
golongan Bangsa Iran, dimana dalam komunikasi sehari-harinya
menggunakan Bahasa Persia. Bangsa tersebut mayoritas menempati
wilayah Iran dan juga sebagian lainnya menempati wilayah yang ada di
beberapa negara lain seperti Tajikistan, Afganistan, Uzbekistan, Kuwait,
Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Irak, dan beberapa negara yang ada di
Timur Tengah.
3. Suku Bangsa Amazon
Suku Amazon adalah salah satu suku bangsa yang secara
keseluruhan penduduknya berjenis kelami perempuan. Bermula pada saat
Era Klasik dalam mitologi Yunani, menurut Herodotos, Suku Amazon
menempati wilayah yang ada di perbatasan Skithia di Sarmatia, Ukraina.
Para sejarawan lain juga berpendapat bahwa Suku Amazon juga
menempati wilayah Asia Minor, India, dan Libya.
4. Suku Bangsa Aborigin
Etnik aborigin adalah sekumpulan orang yang bermukim di Benua
Australia. Dimana mereka muncul pada abad ke-18 atau sering dikenal
sebagai abad-abad kedatangan bangsa kulit putih. Populasinya sendiri

7
mencapai 300.00 orang. Mereka bermukim di wilayah pantai-pantai utara
dan timur dan juga lembar sungai Murray serta sebagai lain berada di
Tasmania. Suku Aborigin ini bertahan hidup dengan cara berburu dan
meramu.
5. Suku Bangsa Han
Suku Han bermukim di wilayah Tiongkok dengan populasi
penduduknya mencapai 91,59 persen dari penduduk yang ada di seluruh
wilayah Tiongkok. Tak hanya menjadi suku terbesar di Tiongkok, Suku
Han juga merupakan suku dengan populasi penduduk terbesar di dunia.
Dimana suku yang satu ini mempunyai kurang lebih 4.000 tahun catatan
sejarah. Suku Han tersebar di seluruh wilayah Tiongkok. Mereka biasanya
menggunakan Hanyu Bahasa Han dalam berkomunikasi sehari-hari.
6. Suku Yunani
adalah nama suku bangsa yang bermukim di wilayah Yunani sejak
abad ke-17 SM sampai sekarang. Populasi Suku Yunani ini ditemukan di
semenajung Yunani di bagian tenggara Eropa, Siprus, dan Kepulauan
Yunani.
c) Contoh Etnis
Berikut ini adalah beberapa contoh yang menunjukkan sebuah
etnis, antara lain:
1. Garis Keturunan
Keanggotaan yang ada pada suku bangsa tertentu, secara mendasar
ditentukan oleh garis keturunan. Misalnya, suku Batak dengan garis
keturunan dari ayah atau sering disebut dengan patrilineal. Hal itu
berbeda dengan Suku Minang dengan garis keturunan Ibu yang
biasanya disebut dengan istilah matrilineal. Selain itu, penggolongan
etnis juga bisa berdasar pada agamanya. Misalnya saja ada istilah Etnis
Melayu yang berada di Malaysia untuk orang-orang bumiputera yang
mayoritas beragama Muslim. Sementara Etnis Serani yang beragama
Nasrani dengan karakteristik peranakan Portugis seperti orang Tugu.

8
2. Suku Bangsa Campuran
Yang menunjukkan adanya keberagaman etnis adalah keberadaan
suku bangsa dengan berdasar pada campuran ras. Misalnya saja orang
peranakan yang merupakan perpaduan Etnis Melayu dan Tionghoa,
Etnis Metis yang merupakan istilah untuk perpaduan antara Hispanik
dengan bumiputera. Kemudian Etnis Mulato yang merupakan
perpaduan antara Ras Negroid dengan Ras Kaukasoid, dan lainnya.
d) Identitas Etnis
Identitas etnis merupakan individu-individu yang memiliki banyak
identitas yang berhubungan dengan peranan khusus. Salah satu identitas
tersebut berkaitan dengan latar belakang etnik mereka yang dianggap
sebagai inti dari diri mereka sendiri. Sehingga, identitas etnik merupakan
suatu ciri khas yang dimiliki oleh sekelompok orang yang dianggap
sebagai inti dari diri mereka sendiri.
Identitas etnis ini sebenarnya merupakan bentuk spesifik dari
identitas budaya. Dimana identitas etnis dapat dilihat sebagai sebuah
sekumpulan ide mengenai satu kepemilikan keanggotaan kelompok etnis.
Hal tersebut menyangkut beberapa dimensi, antara lain:
1) Pendekatan Objektif (Psikologi atau Struktural)
 Asumsi dasar ilmu alam: Terdapat keturunan yang ada di dalam
realitas sosial dalam perilaku manusia. Mencari hukum umum
dengan cara menjelaskan variabel mana yang menyebabkan atau
berkorelasi dengan variabel lainnya.
 Pendekatan tersebut cenderung etnosentrik.
 Kaum objektivitas mengklaim bahwa tanda-tanda budaya seperti ras
secara dekat berhubungan, meskipun tidak terpisahkan dengan
etnik.
2) Pendekatan Subjektif (Fenomenologi)
 Kaum subjektif akan memandang bahwa identitas etnik
mengemuka melalui tanda-tanda budaya, mereka menekankan diri,

9
dan perasaan identitas yang berhubungan dengan kelompok dan
pengakuannya oleh orang lain.
 Identitas etnik sebagai dinamik, situasional, dan cair.
 Pendekatan deterministik ini sudah pernah dikritik karena terlalu
simplistik, sebab proses perubahan identitas etnik pada kelompok
etnik, sebenarnya sirkuler, interaksional, dan juga dinamik, yakni
melibatkan konflik yang ada di dalam kelompok etnis.
e) Model-Model Perubahan Identitas Etnis
Pada dasarnya, identitas etnik akan muncul jika dua atau lebih
kelompok etnik saling berhubungan. Di masa lalu, ada berbagai model
mengenai tabiat dan juga proses transformasi identitas etnik, terutama
pada model akulturasi dan juga model asimilasi yang terkadang
dipertukarkan. Asimilasi cenderung sejajar dengan hilangnya etnisitas,
sedangkan pluralisme budaya akan cenderung menonjolkan
kesinambungan etnisitas.
Umumnya, asimilasi akan merujuk pada sejauh mana suatu
kelompok yang awalnya khas sudah kehilangan identitas subjektifnya dan
sudah terserap ke dalam struktur sosial kelompok lain. Memang, akulturasi
merupakan suatu prasyarat atau sekurang-kurangnya seiring dengan
asimilasi karena bagaimana bisa seseorang kehilangan perasaan khasnya
dan sepenuhnya diterima di kelompok lain, kecuali jika mereka lancar
dalam bahasa serta budaya kelompok penerima.
Konsep akulturasi dan juga konsep asimilasi berawal dari dan
berkembang di Amerika Serikat. Perbedaan antara dua proses tersebut
yaitu bahwa akulturasi adalah proses dua arah, sementara asimilasi adalah
proses satu arah. Sejak definisi yang otoritatif muncul, banyak ahli yang
mengemukakan definisi dari akulturasi. Banyak definisi yang mengandung
interpretasi serupa, yakni bahwa akulturasi merupakan suatu bentuk
perubahan budaya yang disebabkan oleh kontak kelompok budaya, yang
menekankan penerimaan pola-pola dan juga budaya baru serta ciri-ciri
masyarakat pribumi oleh kelompok minoritas.

10
f) Konsep Etnik Atau Kesukubangsaan
Dalam mempelajari hubungan antar etnik bisa dilakukan dengan
cara melihat kasus-kasus yang terjadi. Terlebih untuk etnik yang jarang
mengalami konflik dan tetap bertahan terhadap gesekan yang terjadi.
Tujuannya sendiri yaitu untuk mengidentifikasi bagaimana cara mereka
menghadapi setiap gesekan yang terjadi tanpa adanya konflik. Menurut
Barth, kelompok etnik bisa disebut sebagai suatu unit kebudayaan karena
kelompok etnik sendiri memiliki ciri utama yang penting, yakni
kemampuan untuk berbagi sifat budaya yang sama. Ia juga berasumsi
bahwa setiap kelompok etnik memiliki ciri budayanya sendiri.
Terdapat dua hal pokok yang bisa kita bahas dalam mengamati
kelompok-kelompok etnik dengan ciri-ciri unit budayanya yang khusus
tersebut, yakni terbentuknya unit budaya dan juga faktor yang
mempengaruhi terbentuknya unit budaya tersebut. Ada pula beberapa
implikasi saat melihat kelompok etnik sebagai unit kebudayaan, antara
lain:
 Klasifikasi individu atau kelompok tertentu dinyatakan sebagai
anggota suatu kelompok etnik tertentu bergantung pada
kemampuannya untuk memperlihatkan sifat budaya kelompok etnik
tersebut.
 Bentuk-bentuk budaya yang terlihat akan menunjukkan adanya
pengaruh ekologi, namun bukan berarti hal tersebut menunjukkan
bahwa semua itu hanya bentuk penyesuaian diri terhadap lingkungan
semata.

Akan tetapi, lebih tepat dikatakan bahwa bentuk budaya tersebut


merupakan hasil dari penyesuaian para anggota kelompok etnik saat berhadapan
dengan berbagai macam faktor luar. Seperti misalnya saat sebuah kelompok
lingkungan ekologi bervariasi, akan menunjukkan perilaku yang berbeda sesuai
dengan daerah tempat tinggalnya, namun tidak mencerminkan orientasi nilai
budaya yang berbeda.

11
B. Pengertian Gender
Gender adalah suatu konsep yang merunjuk pada sistem peranan dan
hubungannya antar perempuan dan lelaki yang tidak  ditentukan oleh
perbedaan biologi, akan tetapi ditentukan oleh lingkungan sosial, politik, dan
ekonomi (Vitalaya S Hubies, 2010) . Gender adalah seperangkat peran,
perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan
perempuan, yang dikonstruksikan secara sosial dalam suatu masyarakat
(WHO, 2012) .
Kata gender dalam istilah bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa
inggris. Yaitu ‘gender’ istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert
Stoller untuk memisahkan pencirian manusia  yang didasarkan pada
pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal
ciri fisik biologis. Dalam ilmu sosial orang yang juga sangat berjasa dalam
mengembangkan istilah dan pengertian gender ini adalah Ann Oakley.
Sebagaimana Stoller. Oakley mengartikan gender sebagai konstruksi sosial
atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan
manusia (Dr. Riant Nugroho, 2011). Analisis gender adalah suatu metode
atau alat untuk mendeteksi kesenjangan atau disparitas gender melalui
penyediaan data dan fakta serta informasi tentang gender yaitu data yang
terpilah antara laki-laki dan perempuan dalam aspek akses, peran, kontrol dan
manfaat. Dengan demikian analisis gender adalah proses menganalisis
data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan
untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi.
Syarat utama terlaksananya analisis gender adalah tersedianya data
terpilah berdasarkan jenis kelamin. Data terpilah adalah nilai dari
variabel variabel yang sudah terpilah antara laki-laki dan perempuan
berdasarkan topik bahasan/hal-hal yang menjadi perhatian. Data terdiri
atas data kuantitatif (nilai variabel yang terukur, biasanya berupa

12
numerik) dan data kualitatif (nilai variable yang tidak terukur dan sering
disebut atribut, biasanya berupa informasi).
a) Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau
lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Berdasar Undang-
Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami, istri dan
anaknya; atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda).
b)  Jenis Keluarga
Ada beberapa jenis keluarga, yakni:
 Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
  Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan
anak mereka yang terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau
dua pihak orang tua.
 Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga
aslinya.Keluarga luas meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga
kakek, dan keluarga nenek.
c) Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

13
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di
samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
d) Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
e) Peran Gender Dalam Keluarga
Peran gender adalah dimana peran laki-laki dan perempuan yang
dirumuskan oleh masyarakat berdasarkan tipe seksual maskulin dan
feminitasnya. Misal peran laki-laki ditempatkan sebagai pemimpin dan
pencari nafkah karena dikaitkan dengan anggapan bahwa laki-laki adalah
makhluk yang lebih kuat, dan identik dengan sifat-sifatnya yang super

14
dibandingkan dengan perempuan. Didalam undang-undang perkawinan
ditetapkan bahwa peran suami adalah sebagai kepala keluarga dan istri sebagai
ibu rumah tangga. suami wajib melindungi istri, dan memberikan segala
sesuatu sesuai dengan keperluannya, sedangkan kewajiban istri adalah
mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya. dengan pembagian
peran tersebut, berarti peran perempuan yang resmi diakui yaitu peran
mengatur urusan rumah tangga seperti membersihkan rumah, mencuci baju,
memasak, merawat anak.
Pembedaan peran antara laki-laki dan perempuan berdasarkan gender
dapat dibagi menjadi 4:
1. Pembedaan peran dalam hal pekerjaan, misalnya laki-laki dianggap
pekerja yang produktif yakni jenis pekerjaan yang menghasilkan uang
(dibayar), sedangkan perempuan disebut sebagai pekerja reproduktif yakni
kerja yang menjamin pengelolaan seperti mengurusi pekerjaan rumah
tangga dan biasanya tidak menghasilkan uang.
2. Pembedaan wilayah kerja, laki-laki berada diwilayah publik atau luar
rumah dan perempuan hanya berada didalam rumah atau ruang pribadi.
3. Pembedaan status, laki-laki disini berperan sebagai aktor utama dan
perempuan hanya sebagai pemain pelengkap.
4. Pembedaan sifat, perempuan dilekati dengan sifat dan atribut feminin
seperti halus, sopan, penakut, "cantik" memakai perhiasan dan cocoknya
memakai rok. dan laki-laki dilekati dengan sifat maskulinnya, keras, kuat,
berani, dan memakai pakaian yang praktis.
Namun pada kenyataan saat ini sudah tidak adanya pembedaan peran gender
seperti yang telah disebutkan. saat ini peran antara laki dan perempuan hampirlah
sama, tidak ada pembedaan siapa yang harus memberi nafkah siapa yang harus
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. karena pada faktanya banyak perempuan
yang dapat menafkahi keluarganya sendiri, dan atau antara suami dan istri sama-
sama mencari nafkah.

15
f) Kesetaraan Gender Dalam Keluarga

Kesetaraan gender dalam keluarga menjadi tuntutan yang tidak bisa


ditawar-tawar di saat sekarang. Bukan hanya terkait dengan kesetaraan
kedudukan suami istri yang menjadikan suami istri memiliki peran yang setara
dalam pengambilan keputusan atau perencanaan keluarga ke depan, tetapi juga
dalam berbagi peran suami isteri dalam mengurus rumah tangga, menambah
penghasilan, maupun mengasuh dan mendidik anak. Seiring dengan
peringatan Hari Kartini, 211 April 2021, tentu saja membahas kesetaraan
gender dalam keluarga menjadi sangat relevan.

Kesetaraan gender dalam keluarga setidaknya akan membawa tiga manfaat: 

1. Membantu finansial keluarga. Adanya dukungan istri yang bekerja untuk


menambah penghasilan keluarga, sudah barang tentu akan menguatkan
ekonomi keluarga sehingga lebih mandiri. Selama ini persoalan ekonomi
seringkali menjadi pemicu dan pemacu pertengkaran dalam keluarga yang
berujung pada perceraian. Dengan demikian, kesetaraan gender membawa
makna positif dalam mewujudkan keluarga mandiri secara ekonomi.
2. Anak tumbuh lebih sehat. Adanya pembagian peran antara suami istri
dalam mengasuh dan mendidik anak akan berpengaruh positif pada anak.
Anak lebih terperhatikan kebutuhannya baik fisik (makan, minum, olah
raga) tetapi juga psikisnya sehingga tumbuh rasa aman, nyaman dan
tenteram yang menyebabkan anak secara keseluruhan tumbuh lebih sehat.
3. Menumbuhkan keharmonisan. Penerapan kesetaraan gender dalam
keluarga dengan berbagi peran dan menghargai satu sama lain tentu akan
membuat keluarga lebih harmonis dan bahagia. Hal ini tentu tidak akan
didapatkan manakala kesetaraan gender tidak diterapkan dalam keluarga,
di mana salah satu pasangan merasa tertekan, mendapat beban terlalu
banyak dan mendapat perlakuan kasar yang menyebabkan tidak nyaman.

Penulis (Drs. Mardiya) yang pernah mendapat apresiasi sebagai Gender


Champion atas perannya dalam sosialisasi Program Kependudukan, Keluarga

16
Berencana dan Kesetaraan Gender melalui karya seni lagu campur sari pada
tahun 2019, setidaknya telah menciptakan 4 lagu terkait kesetaraan gender ini.
Lagu yang dimaksud adalah:

 Lagu Andum Gawe yang dibuat pada tahun 2014 dan visualisasinya telah
diunggah di YouTube, 18 April 2020. Lagu ini telah 552 kali ditonton,
mendapat like 42 dan 30 komentar dari nitizen.
  Lagu Ayem Tentrem yang dibuat pada tahun 2014 dan visualisasinya telah
diunggah di YouTube 5 Juni 2020. Lagu ini telah 950 kali ditonton,
mendapat like 24 dan 12 komentar dari nitizen.
 Lagu Urip Rukun yang dibuat pada tahun 2014 dan visualisasinya telah
diunggah di YouTube, 23 April 2020. Lagu ini telah 601 kali ditonton,
mendapat like 39 dan 15 Komentar dari nitizen.
 Lagu Urip Mulyo yang dibuat pada tahun 2014 dan visualisasinya di
unggah di YouTube 15 September 2020. Lagu ini telah 460 kali ditonton,
mendapat like 28 dan 10 komentar dari nitizen.

Penulis berharap lagu-lagu tersebut sering didengar oleh keluarga baik


ayah, ibu maupun anak, dengan maksud agar pesan-pesannya dapat diresapi oleh
seluruh anggota keluarga. Dengan sering mendengar pesan-pesan yang positif
terkait penguatan kesetaraan gender dalam keluarga, dipastikan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih baik. Menguatnya advokasi kesetaraan
gender dalam keluarga baik melalui lagu maupun media lainnya tentu bermakna
positif terhadap  upaya membangun keluarga berkualitas yang selama ini selalu
didengung-dengungkan pemerintah.        

g) Bentuk-Bentuk Keluarga

Frederic Le Play dalam bukunya L’organization De La Famillie yang


kemudian di kutip oleh Peter Burke membedakan tiga bentuk keluarga,
pertama, tipe patriakal yang juga sering disebut sebagai keluarga patungan
yaitu laki-laki yang telah menikah tetap tinggal serumah dengan orang tua;
kedua, bentuk tidak stabil yang sering disebut keluarga inti atau konjugal,

17
yaitu semua anak yang telah menikah pindah dari rumah; ketiga, keluarga akar
(Famille Sonche) yaitu hanya satu anak-laki-laki yang menikah saja yang
masih tinggal bersama orang tua.

Bentuk keluarga ini sangatlah dipahami, namun menurut Burke bahwa


bentuk Le Play bisa dipahami dalam urutan kronologis perubahan sosial dan
menampilkan sejarah keluarga besar Eropa yang semakin lama semakin mengecil,
mulai dari “klan” (dalam arti kelompok keluarga besar) pada abad pertengahan,
lalu menjadi keluarga akar pada permulaan zaman modern, dan akhirnya menuju
pada keluarga inti dimana hal ini merupakan karakteristik masyarakat industri.
Pandangan umum yang berkembang di sebagian besar masyarakat
modern, setidaknya ada dua bentuk keluarga yakni; keluarga inti atau batih
(nuclear family) yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Bentuk kelurga
seperti ini biasanya mandiri dan mampu mengurus diri sendiri; keluarga besar
(extended family) yang terdiri dari suami, istri, anak-anak, paman bibi serta kakek
nenek. Memahami berbagai pola dan latar belakang budaya di berbagai belahan
dunia, Goldenberg dan Goldenberg merumuskan sembilan bentuk-betuk keluarga
yakni;

1) Keluarga inti (nuclear family), yaitu terdiri atas suamu, istri serta anakanak
kandung.
2) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga yang disamping terdiri
atas suami, istri, dan anak-anak kandung, juga sanak saudara lainya, baik
menurut garis vertical (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit),
maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar), yang berasal dari
pihak suami atau piha istri.
3) Keluarga campuran (blended family), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, istri, anak-anak kandung, serta anak-anak tiri.
4) Keluarga menurut hukum umum (common low family), yaitu keluarga
yang terdiri atas pria dan wanita yang tidak terikat dalam pernikahan yang
sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.

18
5) Keluarga orang tua tunggal (single parent family), yaitu keluarga yang
terdiri atas pria dan wanita, mungkin kaena bercerai, berpisah, ditinggal
mati atau mungkin tidak perah menikah, serta anak-anak mereka tinggal
bersama.
6) Keluarga hidup bersama (Comune family), yatu keluarga yang terdiri atas
pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak, dan
tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.
7) Keluarga serial (serial family), yaitu keluarga yang terdiri atas pria dan
wanita yang telah menikah dan mungkin telah mempunyai anak, namun
kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-
anak dengan pasangan masing-masing tetapi semuanya menganggap
sebagai satu keluarga.
8) Keluarga gabungan atau komposit (composite family) yaitu keluarga yang
terdiri atas suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya atau istri dengan
beberapa suami suami dengan anak-anaknya yang hidup bersama-sama.
9) Keluarga tinggal bersama (cohabitation family), yaitu keluarga yang terdiri
atas pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan pernikahan yang
sah”
Dari bentuk-bentuk keluarga di atas secara langsung membantu
setiap pembaca memahami konsep keluarga sesuai dengan pola, konteks
budaya dimasing-masing komunitas sosial, walaupun tidak semuanya
mewakili contoh dalam masyakat Nias, salah satu bentuk keluarga adalah,
seorang istri atau suami yang telah menjanda atau menduda dan tidak
memilik seorang anak kandung atau anak angkat/adopsi, sementara dia
hidup sendiri atau menumpang di rumah orang lain.
h) Fungsi Keluarga
Sebuah ungkapan yang sangat menarik berkaitan dengan fungsi keluarga
“Keluarga adalah sel vital yang paling kecil dari masyarakat tempat citacita,
toleransi, prasangka, serta kebencian di tularkan, keluargalah yang mempunyai
pengaruh yang paling kuat pada tingkah laku dan memberikan model-model
(contoh) yang paling baik”.16 Ungkapan ini mengungkapkan tentang fungsi

19
yang sangat penting dalam pembentukan karakter setiap pribadi. Bekaitan
dengan itu, maka Martono menjelaskan tentang fungsi keluarga, yakni;
1. Fungsi reproduksi dan pemenuhan kebutuhan biologis (seksual) yang

diatur dalam nilai-nilai sosial (budaya) di mana mereka hidup)—guna

kelangsungan generasi setiap masyarakat artinya melalui keluarga terlahir

generasi generasi baru sebagai pewaris dan penerus “ekonomi,” budaya,

nilai dan status sosial dari sebuah keluarga.

2. Fungsi psikologi. Keluarga sebagai wadaha untuk memperoleh dan

mengapresiasikan kasih sayang, menyalurkan perhatian—sejak lahir

manusia membutuhkan kasih sayang dari orang tua dan anggota keluarga

yang lain. Melalui keluarga, setiap manusia keluarga menjadi sebuah

wadah untuk menuangkan setiap perasan yang sedang dialami; suka-duka,

masalah, bahkan cita-cita—melalui keluarga manusia merasa aman dan

nyaman.

3. Fungsi sosial; melalui keluarga, orang-orang dewasa mensosialisasikan

dan meneruskan nilai-nilai, tadisi-tradisi dan budaya terhadap generasi

muda, selanjutnya generasi-generasi muda akan mengamati, mempelajari

dan menerima peran-peran sosial sebagaimana tertuang dalam sebuah

tradisi dalam sebuah masyarakat. Masih dalam fungsi sosial, keluarga juga

berungsi memobilitas sosial antar generasi.

4. Fungsi ekonomi; pada masyarakat tradisional atau pertanian keluarga

menjaadi unit produksi, karena itu setiap anggota keluarga dilibatkan

sebagai alat untuk memenuhi atau mencari kebutuhan, misalnya dalam

sebuah keluarga petani karet--setiap orang dalam sebuah keluarga

20
diwajibkan untuk menyadap karet. Karena itu filosofi “banyak anak

banyak rezeki dalam sebuah masyarakat sangat pegang erat atau diyakini.

Mereka yakin bahwa dengan jumlah anak yang banyak, maka kekayaan

akan melimpah (karena semakin banyaknya unit alat (pribadi) yang

bekerja)

5. Fungsi pendidikan; keluarga sebagai lembaga pertama dan membutuhkan

waktu yang lama untuk melatih, menyalurkan pengetahuan dan

ketrampilan yang digunakan oleh anak disaat dia sudah mulai bisa bekerja.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi atau makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Etnis adalah sistem sosial penggolongan manusia yang didasarkan pada
sistem kepercayaan yang sudah diyakini, pengimplementasian nilai-nilai
yang ada di masyarakat, pemahaman akan keberagaman budaya,
penguatan adat istiadat yang dikonstruksikan, penegasan norma-norma,
penggunaan bahasa, penjelasan latar belakang sejarah manusia, wilayah
geografis, dan juga hubungan kekerabatan yang tidak terpisahkan.
b. Gender adalah suatu konsep yang merunjuk pada sistem peranan dan
hubungannya antar perempuan dan lelaki yang tidak  ditentukan oleh
perbedaan biologi, akan tetapi ditentukan oleh lingkungan sosial, politik,
dan ekonomi (Vitalaya S Hubies, 2010) . Gender adalah seperangkat
peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki
dan perempuan, yang dikonstruksikan secara sosial dalam suatu
masyarakat (WHO, 2012) .
c. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
B. Saran
Adanya kritikan dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
menuju perbaikan ke arah kemajuan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan
makalah selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2014-2-2-69201-281411133-bab1-
30052015035009.pdf

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13355/2/
T2_752016014_BAB%20II.pdf

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-etnis/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/19/160000569/keragaman-
etnik-dan-budaya-indonesia?page=all

23

Anda mungkin juga menyukai