Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEWARGANEGARAAN KASUS PELANGGARAN HAK

ASASI MANUSIA PADA ANAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


Kewarganegaraan pada Semester II
Dosen: Zulkifli Lubis M.A

Nama : Adinda Riska Savitri


NIM : P21335119003

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan nikmat-Nyalah
kelompok kami dapat mnyelesaikan sebuah tugas makalah Kewarganegaraan ini, yang
diberikan oleh Bapak Zulkifli Lubs M.A selaku dosen Kewarganegaraan.

Pembuatan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
pada Semester II. Makalah ini berjudul “Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pada Anak”.

Adapun sumber-sember dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa buku yang
membahas tentang materi yang berkaitan. kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima
kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya.

Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan kami yang
masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak sekali
kekurangan-kekurang yang ditemukan, oleh karena itu saya mengucapkan mohon maaf yang
sebesar-besarnya. kami mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bekasi Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I

DAFTAR ISI..........................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Maksud Dan Tujuan........................................................................................2

1.4 Konsep Teori...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN DAN ANALISA...........................................................5

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia pada anak......................................................5

2.2 Undang- Undang Hak Asasi Manusia.............................................................6

2.3 Peran pemerintah terhadap perlindungan anak...............................................8

2.4 Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran HAM............................................9

2.5 Upaya Pencegahan Pelanggaran HAM di Indonesia.................................... 10

2.6 Contoh Kasus Pelanggran HAM pada Anak................................................ 10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................12

3.1 Kesimpulan................................................................................................... 12

3.2 Saran............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa Depan bangsa ada pada kesejahteraan anak-anak saat ini.Begitu yang terdengar bila
membicarakan anak . Sayangnya hal itu tidak begitu berbanding lurus dengan realitas yang
ada. Masih banyak anak-anak yang kurang beruntung dalam pemenuhan hak asasi manusia
pada anak.

Mengingat saat ini banyak sekali terjadi pelanggaran terhadap hak-hak anak, bahwa kasus-
kasus pelanggaran ham terutama pada anak yang menjadi sorotan dan menyita publik.Banyak
anak yang ditelantarkan, menjadi anak jalanan, buruh upah. Jika kita melihat hal ini sangat
menyedihkan, anak yang seharusnya mendapatkan perhatian, kasih sayang malah
mendapatkan perlakuan yang seharusnya tidak seperti itu.

Dalam penjelasan pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 menyatakan


bahwa pelanggaran ham adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk
aparat Negara, baik sengaja maupun tidak sengaja atau kelalaian yang secara melawan
hukum, mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak mendapatkan atau
khawatiran tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.

Sedangkan ham itu sendiri menurut Tilaar menyebutkan bahwa ham adalah hak-hak yang
melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai
manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya didalam
kehidupan masyarakat. HAM bersifat umum(universal) karena diyakini bahwa beberapa hak
dimilki tanpa perbedaan antas bangsa, ras, atau jenis kelamin. HAM juga bersifat supralegal,
artinya tidak tergantung pada adanya suatu Negara atau undang-undang dasar, kekuasaan
pemerintah, bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi karena berasal dari sumber yang lebih
tinggi (Tuhan).

Menurut Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2002 anak adalah seseorang yang belum berusia
18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Bahwa anak adalah amanah dan karunia
Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia
seutuhnya. Maka ia perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan

1
berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun social, dan berakhlak mulia, Perlu
dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan
memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa
diskriminasi.

Dengan adanya hal ini pertanggung jawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan
Negara merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi terlindungnya hak
asasi manusia kususnya pada anak. Kegiatan tersebut di maksudkan untuk mewujudkan
kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial,
tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai ahlak yang mulia, serta berkemauan keras
menjaga kesatuan bangsa dan Negara.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Pelanggaran Hak
Asasi Manusia pada Anak”

1.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa permasalahan dalam pelanggaran hak asasi manusia pada anak diantaranya
yaitu :

1. Bagaimana pelanggaran hak asasi manusia pada anak bisa terjadi?


2. Bagaimana peran pemerintah terhadap pencegahan pelanggaran hak asasi manusia
pada anak?
3. Bagaimana dampak psikologis pada anak yang menjadi korban pelanggaran HAM?

1.3 Maksud Dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini yaitu :

1. Membatu mengurangi pelanggaran hak asasi manusia pada anak.


2. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pelanggaran hak asasi manusia pada
anak.
3. Mengetahui upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah untuk menangani terjadinya
pelanggaran HAM anak di Indonesia.
4. Mengetahui contoh pelanggaran HAM anak di Indonesia

1.4 Konsep Teori


Dampak terhadap anak mempunyai contohnya efek tindakan dari korban penganiayaan fisik
dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Ada anak yang menjadi negatif dan agresif
serta mudah frustasi; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang tidak mempunyai

2
kepibadian sendiri; ada yang sulit menjalin relasi dengan individu lain dan ada pula yang timbul
rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu Moore juga menemukan adanya
kerusakan fisik, seperti perkembangan tubuh kurang normal juga rusaknya sistem syaraf.

Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan menampilkan
perilaku menyimpang di kemudian hari. Bahkan, Komnas PA (dalam Nataliani, 2004)
mencatat, seorang anak yang berumur 9 tahun yang menjadi korban kekerasan, memiliki
keinginan untuk membunuh ibunya.

Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak (child abuse) ,
antara lain:

Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan
menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-
anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-anak yang agresif, yang pada gilirannya akan
menjadi orang dewasa yang menjadi agresif. Lawson (dalam Sitohang, 2004) menggambarkan
bahwa semua jenis gangguan mental ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima
manusia ketika dia masih kecil. Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang dalam
jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka
secara fisik hingga menyebabkan korban meninggal dunia.

Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi orang
tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping
mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola
makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan
bunuh diri. Menurut Nadia (1991), kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa
karena tidak meninggalkan bekas yang nyata seperti penyiksaan fisik.

Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang termanifestasikan dalam
beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan,
perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun
kecenderungan bunuh diri.

Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara korban yang
masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan trauma akibat
eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah menikah. Bahkan
eksploitasi seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak ditengarai sebagai penyebab
keterlibatan dalam prostitusi. Jika kekerasan seksual terjadi pada anak yang masih kecil
3
pengaruh buruk yang ditimbulkan antara lain dari yang biasanya tidak mengompol jadi
mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau
bahkan simtom fisik seperti sakit perut atau adanya masalah kulit, dll (dalam Nadia, 1991).

Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini adalah
kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak, Hurlock (1990) mengatakan
jika anak kurang kasih sayang dari orang tua menyebabkan berkembangnya perasaan tidak
aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan mengalami masalah
penyesuaian diri pada masa yang akan datang.

Dampak kekerasan terhadap anak lainnya (dalam Sitohang, 2004) adalah kelalaian dalam
mendapatkan pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak dengan baik.
Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi
dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk
keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.

Pencegahan dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan orang tua yang mempunyai faktor
resiko yang tinggi untuk melakukan penyiksaan terhadap anaknya. Dengan
mengidentifikasikan orang tua yang mempunyai faktor resiko tinggi untuk melakukan
penyiksaan terhadap anak, kita dapat berusaha untuk membantu agar tidak sampai melakukan
penyiksaan terhadap anaknya. Pencegahan lain dapat dilakukan dengan cara membina
kedekatan anak dengan orangtua sejak lahir.

Selain itu, menempati suatu lingkungan yang kondusif dan menyenangkan juga dapat
mempengaruhi perkembangan serta sosialisasi yang terjadi dalam kehidupan anak. Karena
yang dapat melakukan penyiksaan terhadap anak bukan hanya orangtua atau pengasuhnya
saja, maka sebaiknya hal ini dilakukan sebagai suatu tindakan preventif.

4
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISA

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia pada anak


Menurut kamus besar bahasa indonesia menyebutkan bahwa: hak adalah (1) yang benar;
(2) milik, kepunyaan; (3) kewenangan; (4) kekuasaan yang berbuat sesuatu; (5) kekuasaan
yang benar atas sesuatu atau menuntut sesuatu; (6) derajat atau martabat.Dimana semua orang
berhak untuk melakukan apa pun.

Sedangkan ham itu sendiri menurut Tilaar ham adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia,
dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh
bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya didalam kehidupan masyarakat.(2001).HAM
juga bersifat umum(universal) karena diyakini bahwa beberapa hak dimilki tanpa perbedaan antas
bangsa, ras, atau jenis kelamin. HAM juga bersifat supralegal, artinya tidak tergantung pada
adanya suatu Negara atau undang-undang dasar, kekuasaan pemerintah, bahkan memiliki
kewenangan lebih tinggi karena berasal dari sumber yang lebih tinggi (Tuhan).

Dalam undang-uandang pasal 1 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2002 menyebutkan bahwa: anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan..
Dengan demikian dimana segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh berkemang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta dapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Konvensi Hak Anak menyebutkan, ada 4 hak pokok yang dimiliki seorang anak yaitu hak
untuk hidup (survival) , hak berkembang (development) , hak mendapat perlindungan
(protection) , dan hak berpartisipasi (participation).

Dari uraian di atas bahwa hak asasi manusia pada anak adalah hak anak untuk mendapatkan
hidup yang layak dan tidak mendapatkan diskriminasi.

5
2.2 Undang- Undang Hak Asasi Manusia
Adapun undang-undang yang berkaitan dengan hak asasi manusia:

 Pasal 28A: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya. **)”
 Pasal 28B: “
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah. **)
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup , tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. **)”
 Pasal 28C:
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya,berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. **)”
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memper juangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. **)”
 Pasal 28D:
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. **)
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja. **)
3) Setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan. **)
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. **)”
 Pasal 28E:
1) Setiap orang bebas memeluk agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
diwilayah Negara dan meninggalkannya, serta serta berhak kembali. **)
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. **)
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat. **)”

6
 Pasal 28F:

“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk


mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
jenis saluran yang tersedia.**)”

 Pasal 28G:
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang dibawahkekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. **)
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari Negara lain. **)”
 Pasal 28H:
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memeperoleh pelayanan kesehatan. *)
2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapau persamaan
dan keadilan. **)
3) Setiap orang berhak atas jaminan social yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. **)
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. **)”
 Pasal 28I:
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surat adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apa pun. **)
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan
yang bersifat diskriminatif itu. **)

7
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan perdaban. **)
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab Negara, terutama pemerintah. **)
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsif
Negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur, dan dituang dalam peraturan perundang-undangan. **)”
 Pasal 28J:
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. **)
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib untuk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum suatu masyarakat
demokratis. **)”

2.3 Peran pemerintah terhadap perlindungan anak


Adapun peran pemerintah sebagai berikut :

1. Pemerintah membuat undang undang baik undang-undang tentang HAM maupun


tentang Perlindungan Anak.
2. Pemerintah membentuk badan komnas HAM, dan Komisi Nasional Perlindungan
Anak (KNPA) . Adapun tugas dari KNPA adalah :
- Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan perlindungan anak.
- Mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat,
melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak.
- Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden
dalam rangka perlindungan anak. Misalnya untuk tugas memberikan masukan
kepada Presiden/pemerintah KPAI meminta pemerintah segera membuat
undang– undang larangan merokok bagi anak atau setidak-tidaknya
memasukan pasal larangan merokok bagi anak dalam UU.

8
2.4 Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran HAM
Faktor – faktor penyebabnya antara lain:

1. Masih belum adanya kesepahaman pada tataran konsep hak asasi manusia antara
paham yang memandang HAM bersifat universal (universalisme) dan paham yang
memandang setiap bangsa memiliki paham HAM tersendiri berbeda dengan bangsa
yang lain terutama dalam pelaksanaannya (partikularisme);
2. Adanya pandangan HAM bersifat individulistik yang akan mengancam kepentingan
umum (dikhotomi antara individualisme dan kolektivisme);
3. kurang berfungsinya lembaga – lembaga penegak hukum (polisi, jaksa dan pengadilan);
4. pemahaman belum merata tentang HAM baik dikalangan sipil maupun militer.

Disamping faktor-faktor penyebab pelanggaran hak asasi manusia tersebut di atas, menurut
Effendy salah seorang pakar hukum, ada faktor lain yang esensial yaitu “kurang dan tipisnya
rasa tanggung jawab”. Kurang dan tipisnya rasa tanggungjawab ini melanda dalam berbagai
lapisan masyarakat, nasional maupun internasional untuk mengikuti “hati sendiri”, enak
sendiri, malah juga kaya sendiri, dan lain – lain. Akibatnya orang dengan begitu mudah
menyalahgunakan kekuasaannya, meremehkan tugas, dan tidak mau memperhatikan hak
orang lain. Selain itu ada faktor Eksternal dan Internalnya, yaitu :

A. Faktor Internal :

Keadaan psikologis para pelaku, sifat egois, tidak toleran pada orang lain, dan tingkat
kesadaran para pelaku pelanggaran HAM.

B. Eksternal :
1. Perangkat hukum yang tidak tegas dan tidak jelas sehingga menimbulkan
ketidakpastian hukum.
2. Struktur sosial dan politik yang memungkinkan terjadinya pelanggaran hukum dan
HAM.
3. Struktur ekonomi yang menimbulkan kesenjangan ekonomi dan kemiskinan
memungkinkan seseorang melakukan pelanggaran hukum dan HAM.
4. Teknologi yang digunakan secara salah dapat menimbulkan kejahatan.

9
2.5 Upaya Pencegahan Pelanggaran HAM di Indonesia
1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM
di seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons terhadap
pelanggaran HAM internasional hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden
atas beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-akhir ini contoh; Irak,
Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia juga memaksa PBB untuk bertindak tegas
kepada Israel yang telah menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil,
wanita dan anak-anak.
2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM, antara lain telah
ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-2004 (Propenas) dengan
pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah
dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan kepres nomor 50 tahun 1993, serta
pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap perempuan.
3. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia ,
Undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM, serta masih banyak
UU yang lain yang belum tersebutkan menyangkut penegakan hak asasi manusia.

2.6 Contoh Kasus Pelanggran HAM pada Anak


1. Perdagangan anak.

Beberapa waktu lalu, marak terjadi penculikan pada anak – anak yang kemudian dijual.
Namun, tidak jarang ada orang tua yang menjual anaknya karena keadaan ekonomi mereka.

2. Banyak anak jalanan yang terlantar.

Anak – anak jalanan yang meminta – minta atau menjual koran di lampu merah, padahal mereka
seharusnya bisa menikmati kasih sayang dalam keluarga dan bisa menikmati pendidikan.

3. Penyiksaan dan perlakuan buruk

Hal ini biasanya dilakukan oleh orang tua. Terkadang hanya karena anak melakukan tindakan
yang tidak sesuai, anak kemudian dihukum dengan menggunakan kekerasan.

4. Tindakan asusila pada anak.

Misalnya tindakan sodomi dan pemerkosaan terhadap anak di bawah umur. Bahkan yang
terjadi pelakunya adalah orang tua mereka sendiri.

10
5. Minimnya pendidikan.

Banyak sekali anak – anak yang tidak bisa menikmati pendidikan karena kesulitan
perekonomian, selain itu juga minimnya sarana dan prasarana pendidikan yang membuat
anak-anak tersebut terpaksa tidak sekolah.

6. Penganiayaan anak dan mempekerjakan anak di bawah umur.

Survey terhadap pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi Doli (Surabaya) ditemukan bahwa
25% dari mereka pertama kali bekerja berumur kurang dari 18 tahun (Ruth Rosenberg, 2003).

7. Pernikahan dini

Hal ini banyak terjadi di pedesaan, menurut hasil survei disebutkan bahwa 46,5% perempuan
menikah sebelum mencapai 18 tahun dan 21,5% menikah sebelum mencapai 16 tahun. Kasus
yang cukup menghebohkan adalah pernikahan yang dialami oleh Lutfiana Ulfa dengan Syekh
Puji.

8. Pembuangan bayi.

Berdasarkan catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), kasus pembuangan
bayi di Indonesia yang umumnya dilakukan kalangan orang tua jumlahnya cenderung
meningkat. Kebanyakan bayi yang dibuang adalah hasil hubungan gelap atau ada juga yang
dikarenakan keadaan ekonomi yang memaksa orang tua untuk membuang bayinya.

9. Gizi buruk (marasmus kwasiokor)

Berdasarkan dari UNICEF sebagai badan PBB untuk perlindungan anak, jumlahnya mencapai
10 juta jiwa di Indonesia. Dalam data Komnas Perlindungan Anak, salah satu wilayah yang
paling terjadi kasus gizi buruk itu adalah Sumatera Barat. Indonesia sebagai negara yang kaya
akan kekayaan alam sangat tragis jika sampai banyak sekali anak – anak yang mengalami gizi
buruk.

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih
dalam kandungan.

Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu
manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan
kelahirannya atau kehadirannya didalam kehidupan masyarakat.(2001).

Konvensi Hak Anak menyebutkan, ada 4 hak pokok yang dimiliki seorang anak yaitu hak
untuk hidup (survival) , hak berkembang (development) , hak mendapat perlindungan
(protection) , dan hak berpartisipasi (participation).

Pelanggaran ham adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat
Negara, baik sengaja maupun tidak sengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum,
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi seseorang

Pemerintah Indonesia telah melakukan banyak upaya untuk mengantisipasi banyaknya


tindakan yang melanggar HAM anak, dengan menyusun peraturan perundang – undangan
yang mengatur tentang perlindungan HAM dan membuat Komisi Nasional Perlindungan
Anak (KNPA). Namun, walau demikian tetap masih banyak terjadi pelanggaran HAM anak,
misalnya perdagangan anak, penerlantaran anak, kurang gizi, minimnya pendidikan,
pernikahan dini dan masih banyak kasus lainnya.

3.2 Saran
Setiap manusia harus menyadari bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak yang tidak dapat
diganggu gugat oleh siapa pun. Kita bisa memulai dari diri kita sendiri, kita harus bisa
menghargai hak asasi orang lain. Misalnya, dengan tidak mengganggu hak orang lain,
terutama anak – anak.

Kami juga menghimbau bagi para orang tua, untuk tidak terlalu mengekang dan mengatur
anak secara berlebihan karena hal tersebut merupakan tindakan merampas hak anak.
Hendaknya setiap anak diberi kebebasan untuk menentukan apa yang dia mau, selama hal
tersebut tidak menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA
Meijer, M. (2007). Jangkauan Impunitas Di Indonesia. Jakarta: Jaringan Mitra Impunitas .

Mulyadi. (2007). Hak Asasi Manusia - Hakekat, Konsep, Dan Implikasinya Dalam Prespektif
Hukum Dan Masyarakat. Bandung: PT. Refika Aditma.

Rosyada, D. (2005). Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani . Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai