Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH PVBP - B

LAPORAN PRAKTIKUM TIKUS,BIO ASSAY KANDANG DAN KERENTANAN

Dosen Pengajar :
Wahyu Darmawan, SKM, MAP.
DisusunOleh : KELOMPOK 3
Adinda Riska Savitri (P21335119003)
Andilia Shafa Dhiya Ulhaq (P21335119007)
Anisah Salsabila (P21335119009)
Audrey Novthania Thirafi (P21335119012)
Dwi Tegar S (P21335119016)
Hari Dwi Prasetyo (P21335119024)
Mochamad Reihan Padilah (P21335119030)
Putri Fania Jaya Armelia (P21335119036)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KESEHATANLINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.4 No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
Laporan Praktikum tikus, bio assay kendang dan kerentanansebagai tugas mata kuliah
Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu (PVBP)-B.

Kami tentu menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini agar
dapat menjadi pelajaran dalam penulisan berikutnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
dan semoga Allah SWT melimpahkan karunia-Nya dalam setiap amal kebaikan kita dan
diberikan balasan. Amin.

Jakarta, 18 Oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I .......................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................................................. 1
1.3 Manfaat Praktikum ........................................................................................................... 1
BAB II ......................................................................................................................................... 2
2.1 Tikus ................................................................................................................................. 2
2.2 Bio Assay Kandang .......................................................................................................... 4
2.3 Kerentanan ....................................................................................................................... 6
BAB III ........................................................................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum adalah kegiatan dengan mendukung kegiatan dalam belajar mengajar
serta diharapkan dengan dapat memaksimalkan serta memberi pemahaman mengenai
tentang teori. Untuk manfaat nyata, praktikum membantu mahasiswa untuk mendapatkan
pemahaman lebih konkrit atas teori yang telah mereka pelajari.

Untuk mahasiswa dari sistem informasi, praktikum akan menjadi salah satu pilar
penting dari keseluruhan dalam perkuliahan. Karena dari sistem informasi nanti banyak
menggunakan praktik daripada teori dalam kehidupan pasca kuliah. Salah satu dari
praktikum penting di Mata kuliah Pengendalian Vektor Berbasis Penyakit - B. Praktikum
pertama dengan penyampaian materi atas beberapa materi. Kemudian teknik pelaksanaan
yang dilakukan adalah dengan pendekatan testing, yaitu mencoba teori yang telah
diterangkan. Pelaksanaan praktikum menonjolkan adanya kreativitas mahasiswa,
sehingga diharapkan mereka (mahasiswa) akan dapat lebih memahami program.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan pembuatan laporan praktikum ini untuk memenuhi tugas praktikum yang telah
dilaksanakan yaitu tikus, bioassay kendang dan kerentanan mengetahui serta memahami
pengertian, cara kerja, pengaplikasian, hasil dari tikus, bioassay kendang dan kerentanan

1.3 Manfaat Praktikum


a) Dapat menjadikan mahasiswa yang mandiri, dan mempunyai keterampilan
b) Menjadikan mahasiswa terampil didalam mengoprasikan sebuah alat laboratorium
c) Agar dapat mengembangkan pengalaman praktikum menjadi bahan tulis

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tikus
. Insect dan rodent, baik disadari atau tidak, kenyataanya telah menjadi saingan bagi
manusia. Lebih dari itu insect dan rodent, pada dasarnya dapat mempengaruhi bahkan
mengganggu kehidupan manusia dengan berbagai cara. Dalam hal jumlah kehidupan
yang terlibat dalm gangguan tersebut, erat kaitanya dengan kejadian/penularan
penyakit.hal demikian dapat dilihat dari pola penularan penyakit pest yang melibatkan
empat faktor kehidupan, yakni Manusia, pinjal, kuman dan tikus. Beranjak dari pola
tersebut, upaya untuk mempelajari kehidupan tikus menjadi sangat relefan. Salah satunya
adalah mengetahui jenis atau spesies tikus yang ada, melalui identifikasi maupun
deskripsi. Untuk keperluan ini dibutuhkan kunci identifikasi tikus atau tabel deskripsi
tikus, yang memuat ciri–ciri morfologi masing – masimg jenis tikus. Ciri–ciri morfologi
tikus yang lazim dipakai untuk keperluan tersebut di antaranya adalah : berat badan ( BB
), panjang kepala ditambah badan (H&B), ekor (T), cakar (HF), telinga (E), tengkorak
(SK) dan susunan susu (M). Disamping itu, lazim pula untuk diketahui bentuk moncong,
warna bulu, macam bulu ekor, kulit ekor, gigi dan lain-lain. Insect atau ektoparasit yang
menginfestasi tikus penting untuk diketahui, berkaitan dengan penentuan jenis vektor
yang berperan dalam penularan penyakit yang tergolong rat borne deseases.
BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
• Insectisida aerosol
• Chloroform
• Umpan tikus
• Tikus hidup
2. Alat
• Kunci Identifikasi tikus (genera rattus)
• Tabel deskripsi tikus (famili muridae)
• Spuit (suntikan)
• Rat Trap / Cage Trap (perangkap tikus hidup)
• Mistar 50 cm dan 30 cm

2
• Timbangan
• Kantong plastik volume 50 kg
• Sisir tikus/sikat sepatu
CARA KERJA
1. Pre Biting
• Pasanglah berbagai makanan ditempat-tempat yang akan dipasang perangkap
tikus (sesuai dengan kaidah sampling). Hindarkan kemungkinan termakan oleh
binatang.
• Biarkan selama sehari semalam, kemudian amati jenis makanan yang paling
banyak dimakan oleh tikus.
• Ulangi cara diatas, hingga diperoleh data yang cuckup meyakinkan.
• Interpretasi data diatas ialah : makanan yang paling banyak dimakan oleh tikus,
berarti paling disukai.
2. Trapping
• Semua perangkap yang akan dipakai, dicuci terlebih dahulu, dengan
memasukanya pada air panas, untuk menghilangkan lemak/bau khas tikus.
Gunakan perangkap tikus hidup (Cage Trap)
• Pasanglah perangkap dibeberapa tempat (sesuai dengan kaidah sampling), dengan
menggunakan umpan berdasarkan data dari Pre Biting. Waktu pemasangan
dilakukan sore hari.
• Pada pagi hari berikutnya, semua perangkap diambil. Pisahkan antara perangkap
yang kosong dan perangkap yang ada tikusnya.
• Perangkap yang ada tikusnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi
tikusnya dan ektoparasitnya
3. Identificating
• Perangkap yang ada tikusnya dimasukan pada kantong plastik, kemudian kantong
diikat rapat.
• Ambil chloroform dengan spuit, kemudian disuntikan kedalam kantong tersebut.
• Diamkan beberapa saat hingga tikus mati, kemudian kantong dibuka, dengan
mulut kantong tidak berhadapan dengan kita.

3
• Bila perlu, semprotkan insectisida aerosol kedalam kantong untuk membunuh
ektoparasit yang tidak mati oleh chloroform.

2.2 Bio Assay Kandang


Uji Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu insektisida terhadap
serangga uji dimana tujuannya untuk mengetahui daya bunuh insektisida. Terdapat 3
jenis bioassay,
yaitu :
1. Uji bioassay kontak langsung (residu)
2. Uji bioassay kontak tidak langsung (air bioassay)
3. Uji bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV)
Metode pengujian dilakukan dengan menghitung serangga uji yang mati setelah terpapar
insektisida dibandingkan dengan kelompok pembanding dengan interpretasi data :
1. < 5 % = angka kematian dapat digunakan
2. 5 - 20 % = angka kematian harus dikoreksi dengan rumus Abbot :

3. > 20 % = kematian harus di ulang


Bahan dan Alat
• Nyamuk Ae.
• aegypti dan Cx. quinquefasciatus,
• koloni laboratorium (umur 3-5 hari, kondisi kenyang cairan gula) dan
jentik instar III awal.
• Insektisida: LADEN 500EC (Malathion 500 g/l)
• Nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus, koloni laboratorium (umur
3-5 hari, kondisi kenyang cairan gula) dan jentik instar III awal.
Insektisida: LADEN 500EC (Malathion 500 g/l)
• perangkap nyamuk,
• kotak nyamuk,
• sangkar uji (12 x 12 x 12 cm),

4
• thermometer,
• hygrometer dan gelas plastik,
• pinset,
• timer,
• aspirator,
• kapas,
• karet gelang,
• handuk basah,
• gelas ukur,
• mesin pengasap Swing fog TF50
Cara Kerja
Nyamuk uji dimasukkan ke dalam kurungan (terbuat dari bahan kelambu dengan
rangka kawat). Tiap kurungan dimasukkan 25 ekor nyamuk betina kenyang cairan
gula, ditempatkan di dalam dan di luar rumah di lokasi pengujian. Dilakukan
pengasapan di dalam rumah, 1 menit setiap rumah. Pengasapan di luar rumah
dilakukan dengan kecepatan jalan operator 2 km/jam.Pengasapan tidak langsung
diarahkan kepada nyamuk sasaran, tetapi berjarak 2 meter. Selama satu jam
setelah perlakuan, dilakukan perhitungan jumlah nyamuk lumpuh/pingsan.
Nyamuk dipindahkan ke dalam gelas plastik yang bersih untuk pengamatan
kematian setelah dipelihara 24 jam. Suhu maksimum/ minimum dan kelembaban
udara nisbi dicatat selama pengamatan. Pada pengujian bioassay terlebih dahulu
dipersiapkan kurungan nyamuk ukuran 12x12x12 cm Cara Kerja 3 . Serangga uji
dimasukkan dalam sangkar dengan kerangka kawat sebanyak 25 ekor/sangkar.
Setiap lokasi ditempatkan 20 sangkar di dalam dan 20 sangkar di luar rumah
(digantung 160 cm dari tanah). Sangkar-sangkar yang telah diisi nyamuk uji
diletakkan pada tempat yang tersembunyi di dalam dan di luar rumah di daerah uji
coba. Sangkarsangkar lain sebanyak 10 buah (dipasang 5 sangkar di dalam dan 5
sangkar di luar rumah) sebagai kontrol. Setelah sangkarsangkar nyamuk dipasang
di rumahrumah yang dipilih untuk uji bioassay, kemudian dilakukan pengasapan
diseluruh lokasi uji dengan alat Swing fog TF50 Merk IGEBA (Nozzel 0,8 mm).
Selama satu jam setelah kontak pengasapan, dihitung jumlah nyamuk uji pingsan,

5
dipindahkan dari sangkar ke gelas plastik bersih/tidak terkontaminasi insektisida
untuk pengamatan setelah disimpan 24 jam dan dihitung jumlah nyamuk mati
dalam persen (%). Uji bioassay juga dilakukan terhadap jentik nyamuk yang
ditempatkan dalam mangkok plastik isi air 250 ml (25 ekor
jentik/spesies/mangkuk), ulangan 10 kali (di dalam dan di luar rumah).
Pengamatan dan perhitungan kelumpuhan/kematian dilakukan sama seperti
nyamuk uji. Suhu dan kelembaban nisbi udara selama periode pengujian diukur
dan dicatat. Jumlah nyamuk lumpuh/pingsan dihitung pada 5, 10, 15, 30, 45 dan
60 menit setelah aplikasi. Persen kematian ditentukan 24 jam setelah
pemeliharaan di laboratorium (Komisi Pestisida, 1995).

2.3 Kerentanan

Uceptibilityatau uji kerentanan untuk mengetahui tingkat kerentanan atau


kekebalan serangga, terhadap suatu racun/insektisida. Kekebalan seranggan terhadap
insektisida adalah kemampuan populasi serangga untuk bertahan terhadap pengaruh
insektisida yang biasanya mematikan. Proses seleksi peningkatan kekebalan terhadap
insektisida tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi berlangsung lama dalam singkat ada
banyak generasi yang diakibatkan oleh perlakuan inssektisida secara terus menerus.
Uji ini bertujuan untuk menyelidiki apakah ada kekebalan apa tidak dan kalua ada
kapan timbulnya oleh karena itu uji ini tidak cukup dilakukan sekali saja. Uji ini untuk
mengetahui kekebalan fisiologis bukan untuk mengetahui kekuatan racun/insektisida hal
demikian terjadi karena adanya indeks absorbs yang berlainan ada tidak adanya jaringan
tubuh yang dapat menyimpan racun missal (racun) organ ekskresi yang berlainan
kemmapuan regenerasi dan detoksikasi yang dimiliki dan perilaku yang berubah/ berbeda
missal (mampu menghidari racun)

Tujuan
Untuk mengukur daya insektisida yang digunakan dalam pengendalian nyamuk
yang berperan sebagai vector

6
Alat
1. Tabung uji
2. Tabung control
3. Aspiratot
4. Pengukurwaktu
Bahan
1. Insektisida malathion 5% yang telah diberi kertas saring ( insektisida impregnated
paper )
2. Nyamuk yang akandiuji
Prosedur kerja
1. Masukkan nyamuk yang akan diuji kedalam tabung penyimpanan (Holding Tube)
menggunakan aspirator dengan jumlah nyamuk pada tabung percobaan dan
tabung control sama
2. Pindahkan kedalam tabung percobaan (Expore Tube) yang ditandaitip merah yang
telah diberi kertas saring penuh insektisida dan control tip hijau
3. Biarkan nyamuk dalam tabung percobaan selama 60 menit
4. Lalu amati kematian pada nyamuk dan hitung kematian
5. Lalu interpratasikan data apabila kematian nyamuk yang akan diuji tersebut masih
rentan diatas 90%,dan apabila diantara 80% artinya nyamuk uji masih diragukan
(toleran) ,dan kurangdari 80% maka nyamuk tersebut resisten terhadap
insektisida

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat mengetahui jenis atau spesies tikus yang ada, melalui identifikasi maupun deskripsi.
Pada tikus jantan spesiesnya yaitu Rattus norvegicus (Berkenhout), sedangkan pada spesies
betina adalah Rattus tiomanicus.

Uji Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu insektisida terhadap
serangga uji dimana tujuannya untuk mengetahui daya bunuh insektisida. Metode pengujian
dilakukan dengan menghitung serangga uji yang mati setelah terpapar insektisida
dibandingkan dengan kelompok pembanding dengan interpretasi data.

Uceptibility atau uji kerentanan untuk mengetahui tingkat kerentanan atau


kekebalan serangga, terhadap suatu racun/insektisida. Kekebalan seranggan terhadap
insektisida adalah kemampuan populasi serangga untuk bertahan terhadap pengaruh
insektisida yang biasanya mematikan. Proses seleksi peningkatan kekebalan terhadap
insektisida tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi berlangsung lama dalam singkat ada
banyak generasi yang diakibatkan oleh perlakuan inssektisida secara terus menerus.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=karakteristik%20tikus%20rumah&source=web&cd=
8&ved=0CEsQFjAH&url=http%3A%2F%2Fagus34drajat.files.wordpress.com%2F2011%2F03
%2Fpelatihan-modul-tikus-
1.ppt&ei=CKPUTqTaNcHMrQfwrdWeDg&usg=AFQjCNGuyNhkLUipJmkxglSiXWLOOY_Z
Vg&cad=rja. Diakses tanggal 18 Oktober 2021

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/4692/4/Chapter2.doc.pdf

https://id.scribd.com/document/394611709/uji-kerentanan-nyamuk-docx

Anda mungkin juga menyukai