FARMAKOLOGI II
Dosen Pengampu:
Elly Wardani, M.Farm., Apt.
Disusun Oleh:
Farmasi A2 (Kelompok2)
S1 FARMASI
PRIMA INDONESIA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Cara menganastesi dan
mengorbankan hewan uji”. Maka ini kami susun untuk melengkapi tugas Pembuatan Laporan
Praktikum. Kami mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan laporan praktikum ini. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.2. Tujuan..............................................................................................................................2
4.2. Pembahasan.....................................................................................................................8
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan......................................................................................................................9
5.2. Saran................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Farmakologi sebagai ilmu yang berbeda dari ilmu lain secara umum pada keterkaitan
yang erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik sangat sulit mengerti farmakologi tanpa
pengetahuan tentang fisiologi tubuh, biokimia, dan ilmu kedokteran klinik. Jadi, farmakologi
adalah ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan menjembatani ilmu praklinik
dan klinik. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu cara membuat,
memformulasi, menyimpan, dan menyediakan obat.
Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara dan
diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk mempelajari dan
mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan
laboratorik. Animal model atau hewan model adalah objek hewan sebagai imitasi (peniruan)
Manusia (atau spesies lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau
patobiologis.
Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus dipilih mana
yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuan yang akan dicapai. Hewan sebagai
model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain
1
persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya,
disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi
biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Oleh karena itu, kita dapat dan lebih mudah
menggunakan hewan coba sebagai hewan percobaan.
Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak
puluhan tahun lalu. Agar mengetahui bagaimana cara kita sebagai mahasiswa maupun
sebagai seorang peneliti dalam hal ini mengetahui tentang kemampuan obat pada seluruh
aspeknya yang berhubungan dengan efek toksiknya maupun efek sampingnya tentunya kita
membutuhkan hewan uji atau hewan percobaan. Hewan coba adalah hewan yang khusus
diternakan untuk keperluan penelitian biologis. Hewan laboratorium tersebut digunakan
sebagai uji praktik untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia dalam
praktikum kali ini menggunakan mencit sebagai hewan percobaan. Mencit merupakan hewan
yang mudah ditangani dan bersifat penakut fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan
bersembunyi. Sehingga hewan tersebut sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium
farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan.
1.2. Tujuan
Dapat melakukan anastesi dan euthanasia pada hewan coba yang memenuhi syarat.
1.3.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hewan yang kami uji untuk percobaan pada praktikum ini dengan menggunakan
Tikus Mungil Alias Mencit (Musmusculus) merupakan hewan mamalia hasil domestikasi
dari mencit liar yang paling umum digunakan sebagai hewan percobaan pada laboratorium,
yaitu sekitar 40%-80%. Banyak keunggulan yang dimiliki oleh mencit sebagai hewan
percobaan, yaitu memiliki kesamaan fisiologis dengan manusia, siklus hidup yang relative
pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam
penanganan (Moriwaki et al., 1994). Menci tmerupakan hewan poliestrus, yaitu hewan yang
mengalami estrus lebih daripada dua kali dalam setahun. Seekor mencit betina akan
mengalami estrus setiap 4-5 hari sekali. Menurut Malole dan Pramono (1989) mencit betina
memiliki lima pasang kelenjar susu, yaitu tiga pasang di bagian dada dan dua pasang di
bagian inguinal. Petter (1961) menjelaskan bahwa mencit (M. musculus) dan tikus
(Rattusnorvegicus) merupakan omnivore alami, sehat, kuat, prolifik, kecil, danjinak. Mencit
laboratorium memiliki berat badan yang bervariasi antara 18-20 g pada umur empat minggu
dan 20-30 pada umur 6 minggu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Mencit memiliki bulu
yang pendek halus dan berwarna putih serta ekor berwarna kemerahan dengan ukuran lebih
panjang dari badan dan kepalanya. Arrington (1972) menyatakan taksonomi mencit
diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Animalia, Filum Chordata, Klas Mamalia, Ordo
Rodentia, Famili Muridae, Genus Mus, Spesies M. musculus. Cenderung berkumpul
bersama, penakut fotofobik, lebih aktif pada malam hari, aktifitas terhambat dengan
kehadiranmanusia, dan tidak menggigit. Mencit dan tikus digunakan sebagai hewan model
hidup dalam berbagai kegiatan penelitan terutama yang akan diterapkan pada manusia.
Hewan ini mudah didapat, mudah dikembangbiakkan dan harganya relatip murah, ukurannya
kecil sehingga mudah ditangani, jumlah anak perperanakannya banyak. Sebagaimana
makhluk hidup lainnya selama pertumbuhan dan perkembangannya mencit tidak dapat lepas
dari pengaruh berbagai faktor lingkungan hidupnya.
3
Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui.
Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan
oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya
akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan
menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi
orang yang memegangnya.
Relaksan otot rangka seperti Curariform atau beta blokerneuro muskuler (misalnya
suksinil kolin, decamethonium, curare, galamin, pancuronium) tidak digunakan untuk
anestesi dan tidak memiliki efek analgesik. Mereka hanya dapat digunakan bersama dengan
anestesi umum. Biasanya, diperlukan pernapasan buatan. Pemantauan fisiologis juga harus
digunakan untuk menilai kedalaman anestesi, dimana metode refleks normal tidak akan dapat
diandalkan.
Percobaan dengan hewan biasanya akan berakhir dengan mematikan hewan tersebut,
baik karena akan diambil organ in vitronya selama atau pada akhir percobaan (misalnya
pengamatan histology paru), untuk menilai bagaimana efek obat (misalnya efek toksik obat),
atau karena hewan tersebut mengalami penderitaan atau sakit dan cacat yang tidak mungkin
sembuh lagi.
Istilah mematikan hewan uji dikenal sebagai euthanasia, yaitu suatu proses dengan
cara bagaimana seekor hewan di bunuh dengan menggunakan teknis yang dapat diterima
4
secara manusiawi. Hal ini berarti hewan mati dengan mudah, cepat, tenang dengan rasa sakit
yang sedikit mungkin.
5
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
Alat
1. Kadang restrain
2. Penggaris
3. Timbangan berat badan
Bahan
1. Alkohol 70%
2. Eter
3. Etil karbamat
4. Haloten
5. Natrium fenobarbital
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal, berumur antara 6 – 8
minggu. Untuk percobaan euthanasia gunakan mencit yang memenuhi syarat untuk
dikorbankan yaitu jika suatu hewan telah kehilangan berat badan lebih dari 20%, penurunan
perilaku eksplorasi, keengganan untuk bergerak (penurunan penggerak / mobilitas), postur
membungkuk, piloereksi (rambut berdiri), dehidrasi sedang hingga berat (mata cekung, lesu),
nyeri tak henti-hentinya (misalnya distress vokalisasi). Untuk percobaan anastesi gunakan
hewan yang sehat
6
3.3. Prosedur Kerja
1. Cara Meng-Anastesi Mencit
Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk anesthesia adalah eter. Eter dapat
digunakan untuk anestesi waktu singkat. Eter diletakkan diatas kapas dan dimasukkan
dalam suatu wadah tertutup kedap, kemudian hewan ditempatkan dalam wadah tersebut
dan ditutup. Didalam menggunakan eter sebaiknya anda menggunakan masker untuk
mencegah anda menghirup uap eter tesebut. Saat hewan sudah kehilangan kesadaran,
hewan dikeluarkan dan siap dibedah. Penambahan selanjutnya untuk menjaga kedalam
anastesi dapat diberikan dengan bantuan kapas yang dibasahi dengan obat tersebut.
7
BAB IV
4.2. Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul "cara menganastesi dan mengorbankan hewan uji"
dilakukan cara penganastesian menggunakan klorofom, penganastesian di lakukan dengan
cara memasukan mencit kedalam toples yang sudah berisi kapas yang di tetesi klorofom.
Pada praktikum ini kami mendapatkan hasil bahwa menci tpingsan pada saat detik ke 13 dan
menjadi segar kembali pada saat sudah 4.37 menit, mencit yang kami anastesi kembali hidup
dan segar kembali.
8
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan berbeda-beda dan ditentukan
oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Cara pemberian sediaan uji
juga berbeda pada setiap hewan percobaan, dapat secara oral, subkutan, intravena,
intramuskular, intraperitoneal, dan intradermal. Untuk kelancaran percobaan uji efek
farmakologis suatu obat yang dilakukan pada hewan percobaan sebaiknya digunakan perlakuan
anestesi dengan senyawa eter, halotan, pentobarbital natrium, heksobarbital natrium, dan uretan
(etilkarabamat). Apabila pada hewan percobaan terjadi keadaan rasa sakit yang hebat atau lama
akibat suatu percobaan atau apabila mengalami kecelakaan, menderita sakit atau jumlahnya
terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan, maka perlu dilakukan pengorbanan hewan
dengan cara kimaat aupun cara fisik.
5.2. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
10