Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOLOGI II

PENGENALAN HEWAN UJI COBA

DISUSUN OLEH :

NAMA : NURSALIM

NIM : O1A121282

KELAS : F

KELOMPOK :

ASISTEN :
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyawang
penulis panjatkan puja dan puji syukur aas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Farmakologi II dengan judul Pengenalan Hewan Uji Coba.

Adapun makalah Farmakologi II ini telah penulis usahakan semaksimal


mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak , sehingga dapat
memperlancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis tidak lupa
menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu penulis dalam
pembuatan makalah Farmakologi II. Namun tidak lepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun dar segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapangan dada dan tangan terbuka
penulis membuka selebar – lebarna bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada penulis sehingga penulis dapat memperbaiki makalah Farmakologi II.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari makalah Farmakologi II kita


dapat mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberi pengetahuan
terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................................

BAB I...................................................................................................................................

PENDAHULUAN...............................................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................
D. Manfaat...................................................................................................................

BAB II.................................................................................................................................

PEMBAHASAN.................................................................................................................

1.1 Pengertian Hewan Coba Mencit Dan Tikus...................................................................

1.2 klasifikasi, morfologi dan karakteristik dari masing-masing hewan coba mencit dan
tikus..............................................................................................................................

1.3 Alasan penggunaan hewan coba....................................................................................


1.4 Cara memegang dan penanganan hewan coba mencit dan tikus....................................
1.5 pemberian obat pada hewan coba mencit dan tikus
1.6 cara pemeliharaan hewan coba

BAB III................................................................................................................................

PENUTUP...........................................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu meracik obat-obatan, yang nantinya akan diberikan kepada
seorang pasien dengan tujuan untuk penyembuhan. Dalam perkembangannya,
seseorang yang bergelut dalam bidang farmasi harus melakukan beberapa jenis
pengujian untuk memproduksi obat, seperti pengujian klinis dan praklinis. Pengujian
klinis diberikan pada seorang manusia setelah pengujjian pada hewan coba yang
meliputi beberapa fase uji klinik, sedangkan pengujian praklinis diberikan pada
hewan yang berpotensi dalam pengujian sebelum diujikan pada manusia yang
meliputi berbagai aspek farmakologi.

Uji farmakologi merupakan salah satu persyaratan uji untuk di produksikannya


sebuah obat baru. Dari hasil uji tersebut maka akan diperoleh beberapa informasi
tentang efek farmakologi dan farmakokinetik yang meliputi absorpsi, distribusi,
metabolisme dan eliminasi obat. Untuk mengujikan obat tersebut maka digunakan
hewan coba yang memiliki potensi dan mirip dengan genetik manusia. Hewan yang
baku digunakan dalam percobaan adalah mencit, tikus putih, kelinci, marmut,
hamster ataupun anjung. Setelah obat tersebut dijujikan dan diamati, hasilnya akan
menentukan apakah obat tersebut dapat diteruskan untuk diujikan pada manusia atau
tidak. Apabila hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan, maka pengujian
selanjutnya akan dilakukan pada manusia, namun apabila tidak berhasil maka obat
tersebut harus dihentikan atau dilakukan riset kembali agar dapat sesuai dengan apa
yang diharapkan.

Banyak alasan mengapa hewan yang digunakan. Hewan-hewan tersebut


merupakan hewan yang kecil, mudah dirawat dan diberi tempat tinggal, mudah
beradaptasi dan mudah untuk bereproduksi. Alasan lain yaitu karena hewan-hewan
tersebut memiliki gen yang secara biologis dan karakteristiknya sama dan mirip
dengan gen manusia, sehingga sangat mudah bagi peneliti untuk membuat obat
apabila terdapat penyakit yang sama ataupun mengujikan obat tersebut kepada
hewanhewan tersebut dan dapat diperoleh efek yang sesuai. Harapan dilakukannya
percobaan pengujian adalah agar mahasiswi dapat memiliki pengetahuan yang lebih
bagaimana cara penanganan yang baik terhadap hewan coba tersebut, megetahui
seberapa kadar dosis yang dibutuhksn dan mengetahui efek farmakokinetik maupun
farmakodinamik.

Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus dipilih
mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuaun yang akan dicapai.
Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan –
persyaratn tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang
memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidak diperoleh,
serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.

B. Rumusan Masalah

1.1 Apakah definisi dari masing-masing hewan coba mencit dan tikus ?

1.2 Apakah klasifikasi, morfologi dan karakteristik dari masing-masing hewan coba
mencit dan tikus?

1.3 Alasan penggunaan hewan coba?

1.4 Bagaimana cara memegang dan penanganan hewan coba mencit dan tikus?

1.5 Bagaimana cara pemberian obat pada hewan coba mencit dan tikus?

1.6 Bagaimana cara pemeliharaan hewan coba ?


C. Tujuan

2.1 Untuk mengetahui definisi dari masing-masing hewan coba mencit dan tikus

2.2 Untuk mengetahui klasifikasi, morfologi dan karakteristik dari masing-masing


hewan coba mencit dan tikus

2.3 Untuk mengetahui alasan penggunaan hewan coba?

2.4 Untuk mengetahui cara memegang dan penanganan hewan coba mencit dan tikus

2.5 Untuk mengetahui cara pemberian obat pada hewan coba mencit dan tikus

2.6 Untuk mengetahui cara pemeliharaan hewan coba

D. Manfaat

Sebagai mahasiswa farmasi, kita memiliki gambaran dan pegetahuan


tentang Pengenalan Hewan Uji Coba dengan dibuatnya makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Hewan Coba

a. Mencit (Mus Musculus)

Mencit (Mus musculus) adalah salah satu anggota kelompok kerajaan hewan
animalia. Hewan ini ditandai dengan ciri sebagai berikut: jinak, takut cahaya, aktif
pada malam hari, mudah berkembangbiak, siklus hidup yang pendek, dan tergolong
poliestrus (Fransius, 2008). Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang paling
umum digunakan pada penelitian laboratorium sebagai hewan percobaan, yaitu
sekitar 40-80% (Aditya, 2006). Mencit memiliki banyak keunggulan sebagai hewan
percobaan yaitu siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak,
variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganannya (Fransius, 2008). Berat
badan mencit yang digunakan 17-25 gram.

b. Tikus (Rattus norvegiens)

Tikus termasuk dalam Familia Muridae dari kelas mamalia. Ahli zoologi
sepakat untuk menggolongkannya ke dalam ordo Rodensia, Subordo Myomorpha,
Familia Muridae dan Sub – Familia Murinae. Tikus berukuran lebih besar daripada
mencit dan lebih cerdas. Umumnya tikus putih ini tenang dan demikian mudah
digarap. Tidak begitu bersifat fotofobik dan tidak begitu cenderung berkumpul
sesamanya seperti mencit. Aktifitasnya tidak begitu terganggu oleh kehadiran
manusia disekitarnya. Bila diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi makanan,
tikus akan menjadi galak dan sering dapat menyerang si pemegang. Berat badan tikus
putih yang digunakan 150-200 gram.
1.2 Klasifikasi, Morfologi dan Karakteristik Hewan Coba

a. Mencit (Mus musculus)

Klasifikasi mencit adalah sebagai berikut:

 Kingdom : Animalia
 Filum : Chordata
 Sub filum : Mamalia
 Ordo : Rodentia
 Genus : Mus
 Spesies : Mus musculus

Mencit mempunyai ciriciri: jari-jari lima masing-masing bercakar, gigi seri pada
rahang atas hanya sepasang membentuk seperti pahat dan tumbuh terus, tanpa taring,
mempunyai daun telinga (pinna), tengkorak bersendi pada tulang atlas melalui dua
condyles occipitalis, gigi - gigi dijumpai ada hewan muda serta tua, jumlah jari pada
tiap kaki tidak lebih dari 5 dan bersifat vivipar.

Karakteristik mencit adalah sebagai berikut:

 Lama hidup : 1-2 tahun


 Lama produksi ekonomis : 9 bulan
 Lama bunting : 19-21 hari
 Kawin sesudah beranak : 1-24 jam
 Umur disapih : 21 hari
 Umur dewasa : 35 hari
 Umur dikawinkan : 8 minggu
 Siklus kelamin : poliestrus
 Perkawinan : pada waktu estrus
 Berat dewasa : 20-40 gram.
b. Tikus (Rattus norvegiens)

Klasifikasi tikus adalah sebagai berikut:

 Kingdom : Animalia
 Filum : Chordata
 Kelas : Mamalia
 Ordo : Rodentia
 Family : Murinae
 Genus : Rattus
 Spesies : Rattus novergicus

Morfologi tikus adalah sebagai berikut: Memiliki kepala, badan, dan leher
yang terlihat jelas, tubuhnya tertutup rambut, ekornya bersisik, kadangkadang
berambut. Merupakan hewan liar, mempunyai sepasang daun telinga dan bibir yang
lentur.

Karakteristik tikus adalah sebagai berikut:

 Lama hidup : 2-3 tahun


 Lama produksi : 1 tahun
 Lama hamil : 20-22 hari
 Umur dewasa : 40-60 hari
 Umur kawin : 2 minggu
 Siklus eksterus : 9-10 gram
 Berat dewasa : 300-400 gram
 Jumlah anak : 9-20 ekor
1.3 Alasan Penggunaan Hewan Coba

a. Untuk meningkatkan pemahaman ilmiah

Banyak proses sel darah pada hewan memiliki kesamaan dengan manusia dan
tubuh hewan mirip dengan manusia dalam fungsi vital seperti pernapasan,
pencernaan, gerakan, penglihatan dan reproduksi. Untuk melakukan terapi pada
penyaki, dokter dan ilmuan harus mengerti bagaimana tubuh yang sehat bekerja.

b. Sebagai model untuk mempelajari penyakit

Manusia dan hewan memiliki beberapa kesamaan penyakit sehingga hewan dapat
bertindak sebagai model untuk studi penyakit manusia. Dari hewan coba berikut kita
dapat mempelajari bagaimana penyakit dapat mempengaruhi tubuh, bagaimana
sistem kekebalan tubuh merespon dan banyak lagi manfaat yang dapat diperoleh
dengan mempelajari hewan coba.

c. Untuk melindungi keselamatan orang, hewan dan lingkungan

Obat baru membutuhkan pengujian karena peneliti harus mengukur efek yang
menguntungkan dan berbahaya dari senyawa. Sebuah obat awalnya diuji in vitro
menggunakan jaringan dan organ terisolasi, namun secara hukum dan etika harus di
uji dengan hewan coba yang sesuai sebelum uji klinis dengan manusia.

1.4 Cara Penanganan dan Memegang Hewan Coba

a. Mencit (Mus musculus)

Berikut tahapan memegang mencit yang benar :

1) Peneliti memegang ekor mencit pada bagian ujung dengan mengunakan tangan
kanan dan diletakkan pada tempat datar yang tidak licin seperti ram kawat pada
penutup kandang. Hal ini ditujukan untuk memberikan kesempatan mencit
mencengkeram kawat ketika di tarik.
2) Telunjuk dan ibu jari tangan kiri menjepit tengkuk mencit, ekornya tetap dipegang
dengan tangan kanan.

3) Permukaan perut dihadapkan kedepan dengan membalikkan posisi tubuh mencit,


ekor dijepitkan antara jari manis dan kelingking tangan kiri. Dengan demikian,
mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan.

b. Tikus (Rattus norvegiens)

Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan memegang ekornya
dengan menarik ekornya, biarkan kaki tikus mencengkeram alas yang kasar (kawat
kandang), kemudian secara hati-hati luncurkan tangan kiri dari belakang ke arah
kepalanya seperti pada mencit tetapi dengan kelima jari, kulit tengkuk dicengkeram,
cara lain yaitu selipkan ibu jari dan telunjuk menjepit kaki kanan depan tikus
sedangkan kaki kiri depan tikus di antara jari tengah dan jari manis. Dengan demikian
tikus akan terpegang dengan kepalanya di antara jari telunjuk dan jari tengah.
Pemegangan tikus ini dilakukan dengan tangan kiri sehingga tanagan kana kita dapat
melakukan perlakuan.

1.5 Cara pemberian obat pada hewan coba

a. Mencit (Mus musculus)

a). Pemberian secara oral Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat
suntik yang dilengkapi jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini dimasukkkan
ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah
belakang sampai esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan
bahwa cara peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai pengeluaan cairan
sediannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang
keliru, masuk ke dalam saluran pernafasan atau paruparu dapat menyebabkan
gangguan pernafasan dan kematian.
b). Cara pemberian intra peritoneal Mencit dipegang pada kulit punggungnya
sehingga kulit abdomennya tegang, kemudian jarum disuntikkan dengan membentuk
sudut 100 dengan abdomen pada bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala
untuk menghindari terkenannya kantung kemih dan hati.

c). Cara pemberian subkutan Penyuntikkan dilakukan dibawah kulit pada daerah kulit
tengkuk dicubit di antara jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan di bawah
kulit antara kedua jari tersebut.

d). Cara pemberian intramuskular Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah
otot paha. - Cara pemberian intravena Penyuntikkan dilakukan pada vena ekor.
Hewan dimasukkan ke dalam kandang individual yang sempit dengan ekor dapat
dimasukkan ke dalam kandang individual yang sempit dengan ekor dapat menjulang
keluar. Dilatasi vena untuk memudahkan penyuntikkan, dapat dilakukan dengan
pemanasan di bawah lampu atau dengan air hangat.

b. Tikus putih (Rattus norvegiens)

Cara-cara pemberian oral, intra peritoneal, subkutan, intra muskular, dan intra vena
dapat dilakukan seperti pada mencit.

a). Pemberian secara oral Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat
suntik yang dilengkapi jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini dimasukkkan
ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah
belakang sampai esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan
bahwa cara peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai pengeluaan cairan
sediannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang
keliru, masuk ke dalam saluran pernafasan atau paruparu dapat menyebabkan
gangguan pernafasan dan kematian.

b). Cara pemberian intra peritoneal Mencit dipegang pada kulit punggungnya
sehingga kulit abdomennya tegang, kemudian jarum disuntikkan dengan membentuk
sudut 100 dengan abdomen pada bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala
untuk menghindari terkenannya kantung kemih dan hati.

c). Cara pemberian subkutan Penyuntikkan dilakukan dibawah kulit pada daerah kulit
tengkuk dicubit di antara jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan di bawah
kulit antara kedua jari tersebut.

d). Cara pemberian intramuskular Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah
otot paha. - Cara pemberian intravena Penyuntikkan dilakukan pada vena ekor.
Hewan dimasukkan ke dalam kandang individual yang sempit dengan ekor dapat
menjulang keluar. Dilatasi vena untuk memudahkan penyuntikkan, dapat dilakukan
dengan pemanasan di bawah lampu atau dengan air hangat. Penyuntikan secara
intravena dapat pula dilakukan pada vena penis tikus jantan dengan bantuan
pembiusan hewan percobaan. Penyuntikkan subkutan dapat dilakukan pula pada
daerah kulit abdomen.

1.6 Cara Pemeliharaan Hewan Coba

a. Kandang :

- Kandang harus cocok untuk masing-masing spesies hewan

- Tidak mempunyai permukaan yang tajam dan kasar sehingga tidak melukai hewan

- Mudah dibersihkan dan mudah diperbaiki

- Suhu antara 18-290 C (rata-rata 20-220 C)

- Kelembaban relatif antara 30-70%

- Sinar antara 800-1300 lumaen/m2

b. Makanan
- Hewan percobaan membutuhkan makanan yang bergizi dalam jumlah yang cukup,
segar dan bersih

- Minuman harus selalu bersih dan disediakan dalam jumlah yang tidak terbatas

- Makanan harus disimpan dalam tempat yang bersih dan kering untuk mencegah
pencemaran oleh cendawan dan kutu-kutu makanan

- Pemberian makanan yang bermutu merupakan bagian terpenting dalam usaha


menghasilkan hewan percobaan yang sehat
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mencit dan tikus merupakan hewan coba yang digunakan di laboratorium dan
memiliki penanganan dan perlakuan yang berbeda-beda. Cara memegang hewan-
hewan tersebut juga harus diperhatikan karena apabila salah sedikit dalam
memegangnya maka akan mempengaruhi kondisi hewan-hewan tersebut. Dalam
melakukan penanganan pada hewan coba tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti umur, jenis kelamin, bobot badan, keadaan kesehatan, nutrisi dan sifat
genetik. Faktor dari lingkungan juga sangat berpengaruh seperti keadaan kandang,
populasi dalam kandang, keadaan tempat pemeliharaan dan makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, S.N. 2018. Penggunaan Hewan Coba. :UB Press

Hasanah,U., Rusny, Mahuri, M., 2016. Analisis pertumbuhan Mencit ICR Dan Hasil
Perkawinan Inbreeding Dengan Pemberian Pakan ADI Dan AD2.Jurnal
Biologi. Vol 1 (2)

Wahyuni, D., Makomulamin, dan Nila, P.S. 2017. Buku Ajaran Enomologi Dan
Pengendaliab Vektor

Akbar, H., Muhammad, I.H., dan Endang, P.R. 2021. Sanitasi Rumah Sakit. Jakarta :
PRCI

Nugroho, R.A. 2018. Mengenal Hewan Coba. Kalimantan : Mulawarman University


PRESS

Putri, F.M.S. 2018. URGENSI ETIKA MEDIS DALAM PENANGANAN MENCIT


PADA PENELITIAN FARMAKOLOGI. Jurnal Kesehatan Madani Medika

Anda mungkin juga menyukai