DISUSUN OLEH :
NAMA : NURSALIM
NIM : O1A121282
KELAS : F
KELOMPOK :
ASISTEN :
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyawang
penulis panjatkan puja dan puji syukur aas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Farmakologi II dengan judul Pengenalan Hewan Uji Coba.
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
BAB I...................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................
D. Manfaat...................................................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
PEMBAHASAN.................................................................................................................
1.2 klasifikasi, morfologi dan karakteristik dari masing-masing hewan coba mencit dan
tikus..............................................................................................................................
BAB III................................................................................................................................
PENUTUP...........................................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu meracik obat-obatan, yang nantinya akan diberikan kepada
seorang pasien dengan tujuan untuk penyembuhan. Dalam perkembangannya,
seseorang yang bergelut dalam bidang farmasi harus melakukan beberapa jenis
pengujian untuk memproduksi obat, seperti pengujian klinis dan praklinis. Pengujian
klinis diberikan pada seorang manusia setelah pengujjian pada hewan coba yang
meliputi beberapa fase uji klinik, sedangkan pengujian praklinis diberikan pada
hewan yang berpotensi dalam pengujian sebelum diujikan pada manusia yang
meliputi berbagai aspek farmakologi.
Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus dipilih
mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuaun yang akan dicapai.
Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan –
persyaratn tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang
memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidak diperoleh,
serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.
B. Rumusan Masalah
1.1 Apakah definisi dari masing-masing hewan coba mencit dan tikus ?
1.2 Apakah klasifikasi, morfologi dan karakteristik dari masing-masing hewan coba
mencit dan tikus?
1.4 Bagaimana cara memegang dan penanganan hewan coba mencit dan tikus?
1.5 Bagaimana cara pemberian obat pada hewan coba mencit dan tikus?
2.1 Untuk mengetahui definisi dari masing-masing hewan coba mencit dan tikus
2.4 Untuk mengetahui cara memegang dan penanganan hewan coba mencit dan tikus
2.5 Untuk mengetahui cara pemberian obat pada hewan coba mencit dan tikus
D. Manfaat
PEMBAHASAN
Mencit (Mus musculus) adalah salah satu anggota kelompok kerajaan hewan
animalia. Hewan ini ditandai dengan ciri sebagai berikut: jinak, takut cahaya, aktif
pada malam hari, mudah berkembangbiak, siklus hidup yang pendek, dan tergolong
poliestrus (Fransius, 2008). Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang paling
umum digunakan pada penelitian laboratorium sebagai hewan percobaan, yaitu
sekitar 40-80% (Aditya, 2006). Mencit memiliki banyak keunggulan sebagai hewan
percobaan yaitu siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak,
variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganannya (Fransius, 2008). Berat
badan mencit yang digunakan 17-25 gram.
Tikus termasuk dalam Familia Muridae dari kelas mamalia. Ahli zoologi
sepakat untuk menggolongkannya ke dalam ordo Rodensia, Subordo Myomorpha,
Familia Muridae dan Sub – Familia Murinae. Tikus berukuran lebih besar daripada
mencit dan lebih cerdas. Umumnya tikus putih ini tenang dan demikian mudah
digarap. Tidak begitu bersifat fotofobik dan tidak begitu cenderung berkumpul
sesamanya seperti mencit. Aktifitasnya tidak begitu terganggu oleh kehadiran
manusia disekitarnya. Bila diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi makanan,
tikus akan menjadi galak dan sering dapat menyerang si pemegang. Berat badan tikus
putih yang digunakan 150-200 gram.
1.2 Klasifikasi, Morfologi dan Karakteristik Hewan Coba
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Mamalia
Ordo : Rodentia
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Mencit mempunyai ciriciri: jari-jari lima masing-masing bercakar, gigi seri pada
rahang atas hanya sepasang membentuk seperti pahat dan tumbuh terus, tanpa taring,
mempunyai daun telinga (pinna), tengkorak bersendi pada tulang atlas melalui dua
condyles occipitalis, gigi - gigi dijumpai ada hewan muda serta tua, jumlah jari pada
tiap kaki tidak lebih dari 5 dan bersifat vivipar.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus novergicus
Morfologi tikus adalah sebagai berikut: Memiliki kepala, badan, dan leher
yang terlihat jelas, tubuhnya tertutup rambut, ekornya bersisik, kadangkadang
berambut. Merupakan hewan liar, mempunyai sepasang daun telinga dan bibir yang
lentur.
Banyak proses sel darah pada hewan memiliki kesamaan dengan manusia dan
tubuh hewan mirip dengan manusia dalam fungsi vital seperti pernapasan,
pencernaan, gerakan, penglihatan dan reproduksi. Untuk melakukan terapi pada
penyaki, dokter dan ilmuan harus mengerti bagaimana tubuh yang sehat bekerja.
Manusia dan hewan memiliki beberapa kesamaan penyakit sehingga hewan dapat
bertindak sebagai model untuk studi penyakit manusia. Dari hewan coba berikut kita
dapat mempelajari bagaimana penyakit dapat mempengaruhi tubuh, bagaimana
sistem kekebalan tubuh merespon dan banyak lagi manfaat yang dapat diperoleh
dengan mempelajari hewan coba.
Obat baru membutuhkan pengujian karena peneliti harus mengukur efek yang
menguntungkan dan berbahaya dari senyawa. Sebuah obat awalnya diuji in vitro
menggunakan jaringan dan organ terisolasi, namun secara hukum dan etika harus di
uji dengan hewan coba yang sesuai sebelum uji klinis dengan manusia.
1) Peneliti memegang ekor mencit pada bagian ujung dengan mengunakan tangan
kanan dan diletakkan pada tempat datar yang tidak licin seperti ram kawat pada
penutup kandang. Hal ini ditujukan untuk memberikan kesempatan mencit
mencengkeram kawat ketika di tarik.
2) Telunjuk dan ibu jari tangan kiri menjepit tengkuk mencit, ekornya tetap dipegang
dengan tangan kanan.
Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan memegang ekornya
dengan menarik ekornya, biarkan kaki tikus mencengkeram alas yang kasar (kawat
kandang), kemudian secara hati-hati luncurkan tangan kiri dari belakang ke arah
kepalanya seperti pada mencit tetapi dengan kelima jari, kulit tengkuk dicengkeram,
cara lain yaitu selipkan ibu jari dan telunjuk menjepit kaki kanan depan tikus
sedangkan kaki kiri depan tikus di antara jari tengah dan jari manis. Dengan demikian
tikus akan terpegang dengan kepalanya di antara jari telunjuk dan jari tengah.
Pemegangan tikus ini dilakukan dengan tangan kiri sehingga tanagan kana kita dapat
melakukan perlakuan.
a). Pemberian secara oral Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat
suntik yang dilengkapi jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini dimasukkkan
ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah
belakang sampai esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan
bahwa cara peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai pengeluaan cairan
sediannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang
keliru, masuk ke dalam saluran pernafasan atau paruparu dapat menyebabkan
gangguan pernafasan dan kematian.
b). Cara pemberian intra peritoneal Mencit dipegang pada kulit punggungnya
sehingga kulit abdomennya tegang, kemudian jarum disuntikkan dengan membentuk
sudut 100 dengan abdomen pada bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala
untuk menghindari terkenannya kantung kemih dan hati.
c). Cara pemberian subkutan Penyuntikkan dilakukan dibawah kulit pada daerah kulit
tengkuk dicubit di antara jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan di bawah
kulit antara kedua jari tersebut.
d). Cara pemberian intramuskular Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah
otot paha. - Cara pemberian intravena Penyuntikkan dilakukan pada vena ekor.
Hewan dimasukkan ke dalam kandang individual yang sempit dengan ekor dapat
dimasukkan ke dalam kandang individual yang sempit dengan ekor dapat menjulang
keluar. Dilatasi vena untuk memudahkan penyuntikkan, dapat dilakukan dengan
pemanasan di bawah lampu atau dengan air hangat.
Cara-cara pemberian oral, intra peritoneal, subkutan, intra muskular, dan intra vena
dapat dilakukan seperti pada mencit.
a). Pemberian secara oral Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat
suntik yang dilengkapi jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini dimasukkkan
ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah
belakang sampai esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan
bahwa cara peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai pengeluaan cairan
sediannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang
keliru, masuk ke dalam saluran pernafasan atau paruparu dapat menyebabkan
gangguan pernafasan dan kematian.
b). Cara pemberian intra peritoneal Mencit dipegang pada kulit punggungnya
sehingga kulit abdomennya tegang, kemudian jarum disuntikkan dengan membentuk
sudut 100 dengan abdomen pada bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala
untuk menghindari terkenannya kantung kemih dan hati.
c). Cara pemberian subkutan Penyuntikkan dilakukan dibawah kulit pada daerah kulit
tengkuk dicubit di antara jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan di bawah
kulit antara kedua jari tersebut.
d). Cara pemberian intramuskular Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah
otot paha. - Cara pemberian intravena Penyuntikkan dilakukan pada vena ekor.
Hewan dimasukkan ke dalam kandang individual yang sempit dengan ekor dapat
menjulang keluar. Dilatasi vena untuk memudahkan penyuntikkan, dapat dilakukan
dengan pemanasan di bawah lampu atau dengan air hangat. Penyuntikan secara
intravena dapat pula dilakukan pada vena penis tikus jantan dengan bantuan
pembiusan hewan percobaan. Penyuntikkan subkutan dapat dilakukan pula pada
daerah kulit abdomen.
a. Kandang :
- Tidak mempunyai permukaan yang tajam dan kasar sehingga tidak melukai hewan
b. Makanan
- Hewan percobaan membutuhkan makanan yang bergizi dalam jumlah yang cukup,
segar dan bersih
- Minuman harus selalu bersih dan disediakan dalam jumlah yang tidak terbatas
- Makanan harus disimpan dalam tempat yang bersih dan kering untuk mencegah
pencemaran oleh cendawan dan kutu-kutu makanan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mencit dan tikus merupakan hewan coba yang digunakan di laboratorium dan
memiliki penanganan dan perlakuan yang berbeda-beda. Cara memegang hewan-
hewan tersebut juga harus diperhatikan karena apabila salah sedikit dalam
memegangnya maka akan mempengaruhi kondisi hewan-hewan tersebut. Dalam
melakukan penanganan pada hewan coba tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti umur, jenis kelamin, bobot badan, keadaan kesehatan, nutrisi dan sifat
genetik. Faktor dari lingkungan juga sangat berpengaruh seperti keadaan kandang,
populasi dalam kandang, keadaan tempat pemeliharaan dan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah,U., Rusny, Mahuri, M., 2016. Analisis pertumbuhan Mencit ICR Dan Hasil
Perkawinan Inbreeding Dengan Pemberian Pakan ADI Dan AD2.Jurnal
Biologi. Vol 1 (2)
Wahyuni, D., Makomulamin, dan Nila, P.S. 2017. Buku Ajaran Enomologi Dan
Pengendaliab Vektor
Akbar, H., Muhammad, I.H., dan Endang, P.R. 2021. Sanitasi Rumah Sakit. Jakarta :
PRCI