Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

TEORI DASAR LABORATORIUM FARMAKOLOGI

Kelompok 1D

Ghina Khalidah 11171020000076

Alvinia Maulidiah 11171020000086

Salsabila Ineke Putri 11171020000088

Khaerunnisa 11171020000090

Retno Tri Rahayu 11171020000094

Jihan Istiqomah 11171020000096

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

MARET/2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 2


BAB I................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 3
1.2 Tujuan ............................................................................................................................... 3
BAB II .............................................................................................................................................. 5
TEORI .............................................................................................................................................. 5
2.1 Hewan Percobaan yang Digunakan di Laboratorium Farmakologi ........................................ 5
2.2 Bobot Badan, Luas Permukaan Badan dan Dosis Obat .......................................................... 6
2.3 Volume Administrasi Obat ..................................................................................................... 7
2.4 Konversi Dosis pada Spesies Lain.......................................................................................... 8
2.5 Identifikasi/Penandaan Hewan ............................................................................................... 9
2.6 Faktor-Faktor Lingkungan yang Dapat Mempengaruhi Hasil-Hasil Eksperimen ................11
BAB III ...........................................................................................................................................13
METODE PRAKTIKUM ...............................................................................................................13
3. 1 Alat dan Bahan ....................................................................................................................13
3. 2 Prosedur Kerja .....................................................................................................................13
BAB IV ...........................................................................................................................................16
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................................16
4.1 Hasil ......................................................................................................................................16
4.2 Pembahasan ..........................................................................................................................19
BAB V ............................................................................................................................................24
KESIMPULAN ..............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................25
LAMPIRAN ...................................................................................................................................26
Lampiran 1..................................................................................................................................26
Lampiran 2..................................................................................................................................28

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmakologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang sejarah, asal usul sifat
fisik, sifat kimia, cara mencampur dan membuat obat. Farmakologi juga mempelajari
efek obat terhadap fungsi biokimia sel tubuh, fungsi fisiologi tubuh, cara kerja obat,
absorbsi obat, distribusi obat, biotransformasi obat, ekskresi obat, efek obat, efek
keracunan obat, serta penggunaan obat (Nita Noviani, 2017: 1). Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 193/Kab/B.VII/71, obat merupakan suatu bahan atau paduan
bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis,
mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. Hal yang paling
penting dalam pemberian obat yaitu ketepatan dosis, dimana dosis tersebut mempunyai
relevansi dengan bobot badan, tinggi badan, umur dan luas permukaan tubuh.

Praktikum kali ini yaitu praktikum tentang Teori Dasar Laboratorium Farmakologi.
Dalam praktikum ini farmasis dituntut untuk terampil bekerja dengan beberapa hewan
percobaan, salah satunya mencit. Mencit merupakan hewan yang paling sering
digunakan sebagai hewan percobaan dalam uji praklinis. Dalam memperlakukan
mencit sebagai hewan percobaan, dibutuhkan teknik-teknik khusus. Perlakuan yang
tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat menimbulkan penyimpangan-
penyimpangan dalam hasil pengamatan.

Oleh karena itu dengan dilakukannya praktikum ini diharapkan mahasiswa farmasi
dapat bekerja dengan baik dan dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam hasil pengamatan di laboratium farmakologi.

1.2 Tujuan
Setelah menyelesaikan praktikum di laboratorium, mahasiswa diharapkan:
1. Terampil bekerja dengan beberapa hewan percobaan, antara lain: mencit, tikus,
kelinci.
2. Dapat mengaplikasikan prinsip farmakologi yang diperoleh secara teoritis.

3
3. Mampu menerapkan dan memodifikasi metode-metode farmakologi untuk
penilaian efek obat.
4. Mampu memberikan penilaian terhadap hasil-hasil eksperimen yang diperoleh.
5. Mampu memberikan tafsiran mengenai implikasi praktis dari hasil-hasil
eksperimen.

4
BAB II
TEORI
2.1 Hewan Percobaan yang Digunakan di Laboratorium Farmakologi
Hewan percobaan mempunyai nilai yang tinggi dalam penelitian dan
perkembangan obat-obatan untuk manusia. Dalam praktikum farmakologi ini,
percobaan dilakukan terhadap hewan hidup, dan hendaknya diperlakukan dengan
penuh rasa kemanusiaan. Perlakuan yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat
menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam hasil pengamatan.

a. Mencit
Dalam laboratorium mencit mudah ditangani. Dia bersifat penakut, fotofobik,
cenderung berkumpul dengan sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk
bersembunyi, dan lebih aktif pada malam hari. Kehadiran manusia akan
menghambat mencit. Suhu tubuh normal 37,40C, laju respirasi normal 163 per
menit.
b. Tikus
Tikus putih pada umumnya tenang dan mudah ditangani. Ia tidak bersifat fotofobik
dan kecenderungannya untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar.
Aktifitasnya tidak terganggu dengan adanya manusia disekitarnya. Suhu tubuh
normal 37,50C. Laju respirasi normal 210 tiap menit. Bila diperlakukan kasar atau
mengalami defisiensi nutrisi tikus menjadi galak dan sering menyerang si
pemegang.
c. Kelinci
Kelinci jarang sekali bersuara, hanya dalam keadaan nyeri luar biasa ia bersuara.
Kelinci pada umumnya cenderung untuk berontak apabila keamanannya terganggu.
Suhu rektal pada kelinci sehat adalah 38,5 - 400C, pada umumnya 39,50C. suhu
rektal ini berubah apabila hewan tersebut tereksitasi ataupun karena gangguan
lingkungan. Laju respirasi kelinci dewasa normal adalah 38-65 per menit, pada
umumnya 50 (pada kelinci muda laju ini dipercepat, pada kelinci bayi bisa
mencapai 100 per menit).
d. Marmot
Marmot sangat jinak, tidak akan mengalami kesukaran pada waktu dipegang dan
jarang menggigit. Marmot yang sehat selalu bersikap awas, kulitnya harus dan
5
berkilat, tidak dikotori oleh feses, maupun urin. Bila dipegang bulunya tebal. Tidak
ada cairan yang keluar dari hidung dan telinga, tidak meneteskan air liur dan diare.
Pernapasannya teratur dan tidak berbunyi. Sikap dan cara berjalannya normal.
Dalam satu spesies variasi bobot badan dan ukuran badan tiap marmot yang
berumur sama, tidak besar. Laju denyut jantung marmot normal adalah 150-160 per
menit, laju respirasi 110-150 per menit, dan suhu rektal antara 39 dan 400C.
e. Katak
Katak bersifat lembab dan licin.

2.2 Bobot Badan, Luas Permukaan Badan dan Dosis Obat


Dosis obat yang diterapkan oleh farmakope-farmakope umumnya berdasarkan usia
atau bobot badan. Orang dewasa Indonesia umumnya dianggap mempunyai bobot badan
60 kg. Wanita yang perawakannya lebih kecil dan massa tubuh yang mengandung lebih
banyak lemak umumnya mempunyai bobot badan yang lebih rendah daripada pria.
Pendapat mutakhir menganjurkan perhitungan dosis obat seseorang berdasarkan luas
permukaan badan. Berdasarkan persamaan Du Bois dan Du Bois luas permukaan badan
adalah:

𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 (𝒄𝒎)×𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 (𝒌𝒈)


Luas Permukaan Tubuh (m2) = √( )
𝟑𝟔𝟎𝟎

Berdasarkan luas permukaan badan dapat diturunkan dosis anak sebagai berikut:

𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒅𝒂𝒏 𝒂𝒏𝒂𝒌 (𝐦𝟐)


Dosis anak =𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒘𝒂𝒔𝒂 (𝒎𝟐)× dosis dewasa

(luas permukaan badan dewasa rata-rata = 1.73 m2)

Selain berdasarkan rumus di atas, luas permukaan badan juga dapat dihitung dengan
menggunakan Body Surface Area graft berikut:

6
Dosis obat dinyatakan dalam jumlah obat/ m2 luas permukaan badan yang dapat
dihitung sebagai berikut:

Dosis individu = jumlah obat/ m2 × luas permukaan badan (m2)

Atau lebih lazim dinyatakan dalam mg/kg bobot badan yang dapat dihitung sebagai
berikut:

Dosis individu = mg/kg × bobot badan (kg)

Dosis obat juga ada yang dinyatakan dalam unit, misalnya unit vitamin A dan D,
antibiotika tertentu, serta hormone-hormon. Satuan unit menyatakan jumlah tertentu
aktifitas biologic obat tersebut USP sering melakukan standarisasi unit obat-obat
tertentu sehingga dengan demikian disebut unit USP. Ini berarti satu unit obat tersebut
dihitung berdasarkan prosedur uji USP.

2.3 Volume Administrasi Obat


Volume cairan yang diberikan pada hewan percobaan harus diperhatikan
tidak melebihi jumlah tertentu. Batas volume maksimum pemberian obat pada
hewan percobaan dapat dilihat pada tabel berikut:
7
Hewan Batas Volume Maksimum (ml) per Ekor Untuk Cara Pemberian

Percobaan Iv im ip sc oral

Mencit 0.5 0.05 1 0.5 1


Tikus 1 0.1 3 2 5
Marmot 2 0.2 3 3 10
Kelinci 3-10 0.5 10 3 20

Jumlah obat yang diberikan kepada hewan percobaan dihitung berdasarkan


rumus:
𝒎𝒈
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 (𝒌𝒈)×𝑫𝒐𝒔𝒊𝒔 ( )
𝒌𝒈𝑩𝑩
VAO = 𝒎𝒈
𝑲𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 ( )
𝒎𝒍

2.4 Konversi Dosis pada Spesies Lain


Untuk dapat memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada setiap
hewan percobaan, diperlukan data mengenai aplikasi dosis secara kuantitatif.
Beberapa spesies hewan percobaan yang sering digunakan dipolakan perbandingannya
terhadap luas permukaan tubuh seperti tercantum pada tabel dibawah ini.

8
Untuk Konversi
dosis hewan dalam
Untuk Konversi
mg/kg ke HED
dosis dalam
Luas
Berat Badan mg/kg ke dosis
Spesies Kisaran BB Permukaan Dosis Dosis
Referensi dalam mg/m2,
Tubuh hewan hewan
dikalikan dengan
dibagi dikali
km di bawahnya
dengan dengan

Manusia
Dewasa 60 1.62 37
Anak 20 0.8 25
Mencit 0.02 0.011-0.0034 0.007 3 12.3 0.081
Hamster 0.08 0.047-0.157 0.016 5 7.4 0.135
Tikus 0.15 0.080-0.270 0.025 6 6.2 0.162
Ferret 0.300 0.160-0.540 0.043 7 5.3 0.189
Marmot 0.4 0.208-0.700 0.05 8 4.6 0.216
Kelinci 1.8 0.9-3.0 0.15 12 3.1 0.324
Anjing 10 5-17. 0.5 20 1.8 0.541
Primata
Monyet 3 1.4-4.9 0.25 12 3.1 0.324
Monyet kecil 350 0.140-0.720 0.06 6 6.2 0.162
Squirel Monkey 600 0.290-0.970 0.09 7 5.3 0.189
Babon 12 7-23. 0.6 20 1.8 0.541
Micro Pig 20 10-33. 0.74 27 1.4 0.73
Mini Pig 40 25-64 1.14 35 1.1 0.946
𝐇𝐞𝐰𝐚𝐧 (𝐤𝐦)
HED = Dosis Hewan (mg/kg) x [𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 (𝐤𝐦)]

Atau

𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐇𝐞𝐰𝐚𝐧 (𝐤𝐠)


HED = Dosis Hewan (mg/kg) x [𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 (𝐤𝐠)]0.23

2.5 Identifikasi/Penandaan Hewan


Dosis obat yang diberikan pada hewan dinyatakan dalam mg atau g per g bobot
tubuh hewan. Karena itu perlu diketahui berat dari tiap hewan yang akan digunakan
dalam percobaan dan tiap hewan diberi tanda (titik/garis) menggunakan pewarna
untuk mengidentifikasinya. Tabel berikut daerah dari lokasi yang diberi tanda:

No. Hewan Lokasi Tanda Identifikasi


1 Kepala K

9
2 Punggung P
3 Ekor E
4 Kepala Punggung KP
5 Kepala Ekor KE
6 Punggung Ekor PE
7 Kepala Punggung Ekor KPE
8 Kaki Anterior KKA
9 Kaki Posterior KKP
10 Kaki Anterior Kanan KKA ka
11 Kaki Anterior Kiri KKA ki
12 Kaki Posterior Kiri KKP ki
13 4 Kaki 4 kk
14 2 Kaki Kanan 2 KK ka
15 2 Kaki Kiri 2 KK ki
16 Blanko B

Penandaan hewan percobaaan (tikus dan mencit) dapat pula dilakukan pada
ekornya berupa garis melintang sejajar atau tanda (+) yang dirumuskan atau dibaca
sebagai angka (nomor hewan) dimulai dari pangkal ekornya. Gunakan spidol

10
Tanda pada ekor dibaca sebagai nomor

Satu garis melintang 1


Hewan 2
3
Satu garis melintang satu garis sejajar 4
Satu garis sejajar 5
Satu garis sejajar dan garis melintang 6
7
8
Satu garis melintang dan satu tanda (+) 9
Satu tanda (+): 10
Tanda (+) dan melintang: 11
12
13
Satu (+), garis melintang dan sejajar: 14
Tanda(+) dan garis melintang: 15
Tanda(+) garis sejajar & garis melintang: 16
17
18
Tanda (+) garis melintang &tanda (+): 19
Dua tanda (++): 20

2.6 Faktor-Faktor Lingkungan yang Dapat Mempengaruhi Hasil-Hasil Eksperimen


Dan seterusnya menurut contoh di atas dst
Dalam laboratorium farmakologi, sebagian besar eksperimen dilakukan pada
hewan percobaan dan pada jaringan atau organ hewan percoban. Sebagian makhluk
hidup atau struktur hidup, persyaratan-persyaratan dan kebutuhan- kebutuhan tertentu
harus dipenuhi agar respon terhadap manipulasi farmakologi yang dialaminya dapat
secara pasti dikatakan merupakan respon untuk perlakuan farmakologi yang diamati.

11
1. Keadaan kandang
Bahan yang diletakkan pada dasar kandang sebagai tempat tidur dapat
menyebabkan perbedaan respon terhadap obat. Lamanya tidur pada mencit-mencit
putih jantan berbeda setelah diberikan heksobarbital-Na atau pentobarbital-Na jika
untuk alas tidur digunakan pecahan tongkol jagung.
2. Suasana kandang baru yang asing juga menambah variabilitas terhadap respon obat,
terutama pada uji pirogen dan efek purgatif atau dalam pengujian efek obat terhadap
keawasan, denyut jantung, aktivitas lokomotorik, ekskresi urine.
3. Pengamatan hewan dalam kandang
Penempatan hewan dalam kandang secara sendiri atau bersama-sama juga dapat
mengubah respon terhadap obat. Mencit-mencit strain tertentu yang ditempatkan
secara bersama-sama ternyata menunjukkan peningkatan toksisitas amfetamin
sebesar sepuluh kali dari pada bila ditempatkan sendiri- sendiri.
Pengalaman hewan sebelum menerima obat: latihan – latihan melompat dalam
menghindari stimulus goncangan (shock) yang kuat mengakibatkan hewan
percobaan menjadi lebih resisten dan tahan terhadap pengaruh obat-obat fenotiazin.
4. Keadaan ruangan tempat hidup hewan percobaan (cuaca)

Suhu kamar sekitar 27oC ternyata menaikkan toksisitas amfetamin dibandingkan

dengan suhu sekitar 15,5oC. Panas mendilatasi pembuluh pembuluh perifer dan
mengintensifkan vasodilator dan diafotretik.
BAB III

METODE PRAKTIKUM
3. 1 Alat dan Bahan
1. Koran
2. Tisu
3. Alat suntik 1 ml
4. Jarum oral
5. Sarung Tangan
6. Air
7. Kandang mencit
8. 1 Ekor Mencit
9. Responden

3. 2 Prosedur Kerja
1. Cara Memegang Mencit
a. Mencit diangkat dengan cara ujung ekornya dipegnag dengan tangan kanan. Lalu mencit di
biarkan menjangkau kawat kandang dengan kakinya.

b. Selanjutnya dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari.

13
c. Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking
tangan kiri, hingga mencit cukup erat dipegang.

d. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan.

2. Cara Menyonde
Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada
langit-langit mulut atas mencit, kemudian dimasukkan sampai ke esofagus dengan hati-hati.

14
3. Cara Menghitung Luas Permukaan Tubuh
a. Bobot badan ditmbang dan tinggi badan diukur untuk anggota setiap kelompok.
b. Data ynag didapat dicatat dan sebuah tabel dibuat dengan mengandung data
diantaranya bobot badan, umur, jenis kelamin, luas permukaan tubuh menurut
perhitungan, luas permukaan tubuh menurut kutipan ( pustaka)
c. Luas permukaan tubuh rata-rata dihitung untuk seluruh kelas, perempuan saja, laki-
laki saja, atau pengelompokkan lain yang dianggap relevan (misalnya umur).
d. Hasil percobaan kemudian dibahas.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
1. Bobot Badan dan Luas Permukaan Badan

Responden: Mahasiswa farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017 kelas D

LPT LPT
L Umur TB BB (kg)
N Responden berdasarkan berdasarkan
/ (tahun) (cm)
o BSA graft perhitungan
P
(m2) (m2)*
1 Dhiya Charissa P 19 160 53 1,53 1,53
2 Aufa Nafilah S. P 19 169 68 1,80 1,79
3 Ghina Khalidah P 19 154 64 1,70 1,65
4 Anida Yuana M. P 19 160 60 1,65 1,63
5 Shabrina Kamila P 19 162 60 1,66 1,64
6 Barokah Nurillah P 19 152 50 1,47 1,45
7 Jubaidah P 18 152 45 1,39 1,38
8 Munasyifa Azizaturrahmah P 19 152 42 1,34 1,33
9 Alvinia Maulidiyah P 19 158 91 2,10 2,00
10 Revina Amorita P 19 159 58 1,60 1,60
11 Salshabila Ineke P. P 21 149 49 1,47 1,42
12 Nur Fadhilah H. P 20 156 65 1,69 1,67
13 Khaerunnisa P 19 150 40 1,30 1,29
14 Erza Agustia P 19 160 48 1,46 1,46
15 Citri Ayu Blezenski P 17 159 42 1,37 1,36
16 Farida Putri S. P 20 159 58 1,60 1,60
17 Retno Tri Rahayu P 18 160 54 1,55 1,55
18 Diah Jayani P 18 155 52 1,50 1,50
19 Ikhtiyar Inayahdin L 19 160 59 1,62 1,62
20 Aldina Sausan F. P 21 163 80 1,98 1,90

16
21 Jihan Istiqomah P 19 150 50 1,46 1,44
22 Angelia Nuuril F. N. P 19 158 43 1,38 1,37
Total 34, 62 34, 18
[Tinggi (cm) x Berat (kg)]
*Berdasarkan rumus Du Bois and Du Bois, BSA (m2) = √( 3600
)

Perhitungan Luas Permukaan Tubuh Rata-Rata


a. Luas Permukaan Badan Rata-Rata Satu Kelas
34,62
1) Berdasarkan BSA graft =
22

= 1, 57 m2
34,18
2) Berdasarkan perhitungan = 22

= 1, 55 m2
b. Luas Permukaan Badan Rata-Rata Perempuan
33,00
1) Berdasarkan BSA graft = 21

= 1,57 m2
32,56
2) Berdasarkan perhitungan = 21

= 1,55 m2
c. Luas Permukaan Badan Laki-Laki
1,62
1) Berdasarkan BSA graft = 1

= 1, 62 m2
1,62
2) Berdasarkan perhitungan = 1

= 1, 62 m2
d. Luas Permukaan Tubuh Berdasarkan Umur
1) Umur 21 tahun
3,45
a) Berdasarkan BSA graft = 2

= 1,73 m2
3,32
b) Berdasarkan perhitungan =
2

= 1,66 m2
2) Umur 20 tahun

17
3,29
a) Berdasarkan BSA graft = 2

= 1,65 m2
3,27
b) Berdasarkan perhitungan = 2

= 1,64 m2
3) Umur 19 tahun
22,06
a) Berdasarkan BSA graft = 14

= 1,58 m2
21,8
b) Berdasarkan perhitungan = 14

= 1,56 m2
4) Umur 18 tahun
4,44
a) Berdasarkan BSA graft = 3

= 1,48 m2
4,43
b) Berdasarkan perhitungan = 3

= 1,48 m2
5) Umur 17 tahun
1,37
a) Berdasarkan BSA graft = 1

= 1,37 m2
1,36
b) Berdasarkan perhitungan = 1

= 1,36 m2
2. Bobot Mencit

No Kelompok Bobot (gram)

1 1 18

2 2 16

3 3 17

4 4 16

18
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mempelajari tentang teori dasar laboratorium farmakologi. Hal-hal yang
dipelajari dalam praktikum ini diantara yaitu tentang hewan percobaan, penimbangan bobot
badan, pengukuran tinggi badan, perhitungan luas permukaan tubuh, dan dosis. Hewan
percobaan yang dapat digunakan dalam praktikum farmakologi diantaranya mencit, tikus,
kelinci, marmot, dan katak. Namun pada praktikum kali ini hewan percobaan yang digunakan
adalah mencit.

Dalam sebuah penelitian, hewan percobaan yang digunakan mempunyai spesifikasi-


spesifikasi yang harus terpenuhi. Spesifikasi-spesifikasi tersebut meliputi genetis atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya. Selain itu hewan percobaan
juga sebaiknya mudah terjangkau dan ekonomis, serta mampu memberikan reaksi biologis yang
mirip dengan manusia. Mencit (Mus musculus) merupakan hewan model percobaan yang paling
sering digunakan dalam penelitian di laboratorium yaitu sekitar 40-80%. Hal tersebut
dikarenakan mencit mempunyai siklus hidup yang relatif pendek, angka kelahiran tinggi,
mudah ditangani, dan sifat anatomis dan fisiologinya terkarakterisasi dengan baik. Mencit dapat
hidup sampai umur 1-3 tahun, tetapi terdapat perbedaan usia dari berbagai galur terutama
berdasarkan kepekaan terhadap lingkungan dan penyakit. Tingkat kesuburan mencit sangat
tinggi karena dapat menghasilkan kurang lebih satu juta keturunan dalam kurun waktu kurang
lebih 1 tahun, dimana produktivitas seksualnya berlangsung selama 7-8 bulan dengan rata-rata
anak yang dilahirkan sebanyak 6-10 anak/kelahiran. Maka dari itu mencit sering digunakan
sebagai hewan percobaan dalam laboratorium farmakologi.

Dalam memperlakukan mencit sebagai hewan percobaan terdapat teknik-teknik yang harus
diperhatikan supaya tidak menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam hasil yang akan
didapatkan nantinya. Teknik pertama yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu cara memegang
mencit. Cara ideal memegang mencit yaitu pertama mencit diangkat dengan cara memegang
ekornya (3-4 cm dari ujung ekor). Kemudian diletakkan pada lembaran kawat atau alas kasar
lainnya, hal tersebut dilakukan supaya mencit dapat mencekeram kawat atau alas kasar tersebut
ketika ekornya ditarik. Kaki belakang mencit jangan sampai dibiarkan menjangkau kawat,
karena jika hal itu terjadi maka mencit akan bisa berjalan di atas kawat sehingga dapat

19
menimbulkan kesulitan dalam mengontrolnya. Kemudian dengan menggunakan tangan kiri,
tengkuk mencit dijepit diantara telunjuk dan ibu jari. Posisi tubuh mencit dibalikkan dan
ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri,
sehingga posisi permukaan abdomen mencit menghadap ke arah praktikan yang memegangnya,
dengan demikian maka mencit tidak dapat bergerak lagi.

Jika mencit diperlakukan dengan cara yang tidak sesuai teknik di atas maka mencit akan
buang air besar atau buang air kecil. Hal tersebut didapati oleh kelompok kami, dimana mencit
buang air besar ketika praktikan mempelakukannya dengan ragu-ragu karena masih merasa
takut, selain itu refleks praktikan seperti berteriak ketakutan juga menyebabkan mencit buang
air besar ketika dipegang. Buang air besar atau buang air kecil dilakukan mencit karena mencit
merasa stress dan ketakutan. Selain mencit, hewan-hewan lain seperti tikus, marmot, dan kelinci
juga akan melakukan hal yang sama jika merasa terancam.

Selain teknik memegang mencit, pada praktikum kali ini juga dilakukan pemberian obat
secara per-oral. Pada praktikum kali ini bukan obat yang diberikan kepada mencit melainkan
aquades. Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat yang umum dilakukan karena
relatif mudah dan praktis. Kerugiannya ialah kadang obat yang diberikan tidak sepenuhnya
masuk semua ke dalam tubuh. Seperti pada praktikum yang dilakukan, ketika mencit diberikan
aqudes didapati aquades yang dikeluarkan kembali oleh mencit dari dalam mulutnya.
Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi jarum oral
atau sonde oral (berujung tumpul). Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya luka atau
cedera ketika hewan percobaan akan diberikan sediaan uji. Sonde oral dimasukkan ke dalam
mulut (searah atau berbanding lurus dengan mulut mencit), kemudian perlahan-lahan
dimasukkan melalui langit-langit kearah belakang sampai esophagus kemudian masuk ke dalam
lambung. Sebagai tanda yang memastikan sonde sudah masuk ke dalam lambung dengan benar
dapat dirasakan adanya area yang kosong di sekitar sonde tersebut. Cara menyonde yang keliru
bisa membuat sonde masuk ke saluran pernapasan atau paru-paru yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan bahkan kematian. Cara mengetahui pemberian obat secara oral ini
berhasil atau tidaknya dapat dilihat dari cairan yang dimasukkan tersebut. Bila dari hidung
hewan percobaan keluar cairan seperti yang diberikan menunjukkan adanya kesalahan dalam

20
proses pemberian. Sedangkan jika tidak terjadi apa-apa maka menunjukkan proses pemberian
tersebut berhasil.

Hal dasar ketiga yang dipelajari dalam praktikum ini yaitu menghitung luas permukaan
tubuh. Luas permukaan tubuh merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam
menghitung dosis. Hal tersebut dikarenakan permukaan tubuh mempunyai hubungan dengan
laju metabolisme obat sehingga sangat memungkinkan untuk menghitung dosis dengan tepat.

Luas permukaan tubuh dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Du Bois dan Du
Bois yaitu

𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 (𝒄𝒎)×𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 (𝒌𝒈)


Luas permukaan tubuh (m2 ) = √( 𝟑𝟔𝟎𝟎
)

Selain menggunakan persamaan Du Bois dan Du Bois, luas permukaan tubuh juga dapat
dihitung dengan menggunakan tabel nomogram Body Surface Area (BSA).

Pada praktikum ini didapatkan 22 data tinggi badan dan bobot badan. Dari 22 data tersebut
diperoleh nilai rata-rata luas permukaan tubuh jika dihitung berdasarkan persamaan Du Bois
dan Du Bois sebesar 1, 55 m2 dan sebesar 1, 57 m2 jika dihitung dengan menggunakan
nomogram BSA. 22 data tersebut terdiri dari 21 perempuan dan 1 laki-laki. Nilai rata-rata luas
permukaan tubuh perempuan sebesar 1, 57 m2 jika dihitung berdasarkan nomogram BSA dan
sebesar 1, 55 jika dihitung dengan menggunakan persamaan Du Bois dan Du Bois. Sedangkan
nilai rata-rata luas permukaan tubuh laki-laki sebesar 1, 62 m2, baik jika dihitung berdasarkan
nomogram BSA ataupun berdasarkan persamaan Du Bois dan Du Bois. Berdasarkan data
tersebut, terdapat perbedaan yang bermakna antara luas permukaan tubuh laki-laki dan
perempuan, dimana luas permukaan tubuh laki-laki rata-rata lebih besar daripada luas
permukaan tubuh perempuan. Perbedaan ini dikarenakan terdapat perbedaan yang signifikan
parameter antropometri, yaitu berat, tinggi, indeks massa tubuh, dan luas permukaan tubuh pada
laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut sangat berhubungan dengan perbedaan tingkat
hormonal dalam massa pertumbuhan yang akan menyebabkan perbedaan pembentukan tubuh
dan deposit lemak. Berdasarkan rumus perhitungan luas permukaan tubuh, dengan peningkatan
berat badan maka luas permukaan tubuh akan semakin besar.

21
Jika 22 data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan umur, maka didapati data 2
mahasiswa berumur 21 tahun dengan nilai rata-rata luas permukaan tubuh sebesar 1, 73 m2 jika
dihitung berdasarkan nomogram BSA dan sebesar 1, 66 m2 jika dihitung berdasarkan
persamaan Du Bois dan Du Bois, 2 mahasiswa berumur 20 tahun dengan nilai rata-rata luas
permukaan tubuh sebesar 1, 65 m2 jika dihitung berdasarkan nomogram BSA dan sebesar 1, 64
jika dihitung berdasarkan persamaan Du Bois dan Du Bois, 14 mahasiswa berumur 19 tahun
dengan nilai rata-rata luas permukaan tubuh sebesar 1, 58 m2 jika dihitung berdasarkan
nomogram BSA dan 1, 56 m2 jika dihitung berdasarkan persamaan Du Bois dan Du Bois, 3
anak berumur 18 tahun dengan nilai rata-rata luas permukaan tubuh sebesar 1, 48 m2, baik jika
dihitung dengan nomogram BSA maupun dengan persamaan Du Bois dan Du Bois, dan 1
mahasiswa berusia 17 tahun dengan nilai luas permukaan tubuh sebesar 1, 37 m 2 jika dihitung
berdasarjan nomogram BSA dan 1, 36 jika dihitung berdasarkan persamaan Du Bois dan Du
Bois. Berdasarkan hasil tersebut semakin bertambahnya umur luas permukaan tubuh semakin
besar. Pada umumya masa bertumbuh secara linear yang utama pada manusia terjadi pada 18
tahun pertama. Dalam masa ini, pemeliharaan yang ajeg akan mempengaruhi tumbuh kembang
yang sehat dari seorang individu. Pertumbuhan secara fisik ini berhenti pada umur yang
berbeda-beda antara laki-laki dan perempuan. Meskipun pertumbuhan pada manusia bisa
berhenti, peningkatan berat badan tidak memiliki batasan umur. Maka dari itu ketika semakin
besar bobot badan seseorang maka semakin besar pula luas permukaan tubuh seseorang. Namun
ketika seseorang memasuki usia senja, terjadi penurunan metabolisme tubuh. Ketika
metabolisme menurun maka akan terjadi penurunan massa otot dan perubahan komposisi tubuh.
Ketika massa otot menurun maka bobot badan akan menurun. Dan ketika bobot badan turun
maka luas permukaan tubuh akan berkurang. Besar dan kecilnya nilai luas permukaan tubuh ini
akan memberikan efek terhadap dosis obat yang akan diberikan, semakin besar nilai luas
permukaan tubuh maka semakin besar dosis obat yang dibutuhkan, begitu juga sebaliknya,
semakin kecil nilai luas permukaan tubuh maka semakin kecil pula dosis obat yang dibutuhkan.

Berdasarkan data di atas juga didapati bahwa tidak semua luas permukaan untuk setiap
mahasiswa sesuai dengan pustaka (nomogram BSA). Hal tersebut dikarenakan bobot badan,
tinggi badan, umur dan jenis kelamin berbeda-beda. Dalam menghitung dengan menggunakan
nomogram BSA terdapat kemungkinan kurangnya ketelitian dalam membaca nomogram

22
sehingga terdapat perbedaan perhitungan luas permukaan tubuh dengan menggunakan
persamaan Du Bois dan Du Bois dan dengan nomogram BSA.

Obat dalam pemberiaannya terhadap hewan percobaan, selain dosis terdapat juga hal lain
yang harus diperhatikan yaitu volume cairan supaya tidak melebihi batas tertentu. Pada hewan
mencit, volume cairan maksimal yang bisa diberikan melalui per oral sebesar 1 ml. Jika setelah
dihitung volume cairan yang diberikan melebihi jumlah maksimal yang diperbolehkan, cara
untuk mengatasinya yaitu dengan memperbesar konsentrasi cairan (memekatkan cairan)
dikarenakan konsentrasi cairan berbanding terbalik dengan volume administrasi obat.

Untuk dapat memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada setiap hewan
percobaan, diperlukan konversi dosis pada spesies lain. Untuk menentukan dosis obat yang
dapat diberikan pada hewan uji diperlukan data hewan uji, maka dari itu hewan uji harus
ditimbang bobot badannya. Bobot badan mencit yang digunakan untuk praktikum berbeda-beda
setiap kelompok. Bobot mencit kelompok 1 sebesar 18 gram, bobot mencit kelompok 2 dan 4
sebesar 16 gram, dan bobot mencit kelompok 3 sebesar 17 gram. Cara menimbang bobot badan
hewan uji yaitu dengan meletakkan hewan uji pada suatu wadah diatas timbangan supaya hewan
uji tidak bisa pergi saat ditimbang. Dalam mengidentifikasi hewan uji juga diperlukan
penandaan pada hewan uji. Untuk penandaan yang tidak terbatas bisa dilakukan penomoran
pada ekor berupa garis melintang sejajar atau tanda plus.

23
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Mencit merupakan hewan yang paling sering digunakan sebagai hewan percobaan karena
mudah ditangani, tingkat reproduksinya yang tinggi, ekonomis, dan mempunyai sifat anatomis
dan fisiologis yang mirip dengan manusia.
2. Dosis obat dipengaruhi oleh bobot badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh, dan usia.
3. Luas permukaan tubuh dan usia berbanding lurus dengan dosis obat.
4. Volume administrasi obat berbanding lurus dengan bobot badan dan dosis, serta berbanding
terbalik dengan konsentrasi.
5. Diperlukan penandaan pada hewan percobaan supaya tidak tertukar dengan hewan percobaan
lain.

24
DAFTAR PUSTAKA

Artaria, Myrtati D. Perbedaan antara Laki-Laki dan Perempuan: Penelitian Antropometris pada
Anak-Anak Umur 6-19 Tahun. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun 22,
Nomor 4 : 343-349.

Harmita dan Radji, Maksum. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati, Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Noviani, Nita dan Nurilawati, Vitri. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Gigi Farmakologi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Nuzuliana, Fatmalia Fhierziandrini. dkk. 2018. Perbandingan Luas Permukaan Telapak Tangan
terhadap Luas Permukaan Tubuh berdasar Jenis Kelamin dan Indeks Massa Tubuh pada
Dewasa Muda (Comparation of Hand Surface Area on Body Surface Area based on Sex
and Body Mass Index in Young Adults. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 6 (no. 1).

Stevani, Hendra. 2016. Praktikum Farmakologi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.

Tolistyawati, Intan dkk. 2014. Gambaran Kesehatan Mencit (Mus musculus.) pada Instalasi
Hewan Coba. Sulawesi Tengah : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Yanti, Aplrilita Rina. 2016. Petunjuk Praktikum Farmakologi. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Yardi, dkk. 2019. Penuntun Praktikum Farmakologi. Tangerang Selatan: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

25
LAMPIRAN

Lampiran 1

Soal Latihan dan Jawaban


1. Tentukan konsentrasi sediaan yang akan dibuat
Obat : Metformin
Dosis : 500 mg (dosis oral manusia dewasa)
VAO : 1 ml
Berat mencit : 20 gram = 0,02 kg
Jawab
𝑚𝑔
Berat (kg) ×Dosis ( ⁄𝑘𝑔)
VAO = 𝑚𝑔
Konsentrasi ( ⁄𝑚𝑙)

500 𝑚𝑔
0,02 𝑘𝑔 × ⁄60 𝑘𝑔
1 ml = 𝑚𝑔
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ( ⁄𝑚𝑙 )

500 𝑚𝑔
0,02 𝑘𝑔 × ⁄60 𝑘𝑔
Konsentrasi = 1 𝑚𝑙
𝑚𝑔
Konsentrasi = 0,17 ⁄𝑚𝑙
2. Hitung dosis untuk metformin
Dosis : 500 mg (dosis manusia dewasa)
Bobot mencit : 30 gram = 0,03 mg
Jawab
𝑚𝑔 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 (𝑘𝑚)
HED = Dosis hewan ( ⁄𝑘𝑔) × [𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎 (𝑘𝑚)]
𝐻𝐸𝐷
Dosis hewan = 𝐻𝑒𝑤𝑎𝑛 (𝑘𝑚)
[ ⁄𝑀𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎 (𝑘𝑚)]

500 𝑚𝑔
⁄60 𝑘𝑔
Dosis hewan = 3 𝑘𝑚⁄
37 𝑘𝑚
𝑚𝑔
8,33 ⁄𝑘𝑔
Dosis hewan = 0,081

Dosis hewan = 102,84 𝑚𝑔⁄𝑘𝑔


Dosis untuk mencit dengan berat 0,03 kg

26
Dosis mencit = 102,84 𝑚𝑔⁄𝑘𝑔 × 0,03 kg
Dosis mencit = 3,085 mg

3. Hitung VAO
Obat : Diazepam
Dosis : 10 mg (dosis oral dewasa)
Sediaan : injeksi 10 𝑚𝑔⁄2 𝑚𝑙 = 5 𝑚𝑔⁄𝑚𝑙
Berat mencit : 30 gram = 0,03 kg
Jawab
𝑚𝑔
Berat (kg) ×Dosis ( ⁄𝑘𝑔)
VAO = 𝑚𝑔
Konsentrasi ( ⁄𝑚𝑙)

10 𝑚𝑔
0,03 kg × ⁄60 𝑘𝑔)
VAO = 𝑚𝑔
5 ⁄𝑚𝑙

VAO = 0,001 ml

27
Lampiran 2

Soal dan Jawaban tentang Bobot Badan, Luas Permukaan Badan, dan Dosis Obat

1. Apakah ada perbedaan nyata antara luas permukaan tubuh pria dan wanita?
Jawab
Terdapat perbedaan nyata antara luas permukaan tubuh pria dan wanita karena tinggi badan
dan berat badan antara pria dan wanita berbeda. Perbedaan tersebut sangat berhubungan
dengan perbedaan tingkat hormonal dalam massa pertumbuhan yang akan menyebabkan
perbedaan pembentukan tubuh dan deposit lemak.
2. Apakah luas permukaan badan untuk tiap anggota kelompok sesuai dengan kutipan atau
pustaka?
Jawab
Tidak semua luas permukaan badan untuk tiap anggota kelompok sesuai dengan kutipan atau
pustaka dikarenakan berat badan, tinggi badan, umur dan jenis kelamin pada tiap kelompok
berbeda. Selain dari itu juga terdapat perbedaan rumus dalam menghitung luas permukaan
tubuh.
3. Jika dianggap bahwa dosis yang diberikan farmakope untuk orang dewasa adalah 60 kg, berapa
besar penyimpangan untuk kelompok-kelompok kelas, jika tidak dilakukan penyesuaian?
Jawab
Tidak terjadi penyimpangan untuk kelompok-kelompok kelas jika tidak dilakukan
penyesuaian. Jadi, dosis obat itu berhubungan dengan berat badan, tinggi badan, umur serta
luas permukaan tubuh. Semakin besar tinggi badan, berat badan, umur dan luas permukaan
tubuh maka semakin besar dosis yang diberikan.
4. Kesimpulan apa yang saudara kemukakan dari pengamatan ini (dalam konteks dosis)?
Jawab
Kesimpulan yang dapat kami kemukakan dari pengamatan ini dalam konteks dosis yaitu dosis
obat dipengaruhi oleh berat badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh, dan usia. Luas
permukaan tubuh dan usia berbanding lurus dengan dosis obat.
5. Turunkan sebuah rumus yang menyatakan dosis anak sebagai persentase dosis orang dewasa!
Jawab

28
Luas Permukaan Tubuh Anak (m2)
Dosis anak = Luas Permukaan Tubuh Dewasa (m2) × Dosis Dewasa

6. Bagaimana menurut saudara mengenai dosis untuk usia lanjut?


Jawab
Dosis untuk usia lanjut
NO Umur (tahun) Dosis (Dosis Dewasa)
1 60-70 4/5
2 70-80 ¾
3 80-90 2/3
4 >90 1/2
7. Apakah yang dimaksud dengan dosis, dosis terapi, dosis maksimum, dosis letalis, dosis toksis,
dan dosis efektif?
Jawab
a. Dosis merupakan banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada
seorang penderita baik untuk obat dalam atau obat luar.
b. Dosis terapi yaitu dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan si
sakit.
c. Dosis maksimum yaitu dosis yang terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa
untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan.
d. Dosis letal adalah dosis yang menyebabkan kematian. Dosis letal ada dua yaitu
1) LD50 : dosis yang dapat menyebabkan kematian 50% pada hewan percobaan.
2) LD100 : dosis yang dapat menyebabkan kematian 100% pada hewan percobaan.
e. Dosis toksik yaitu dosis yang dapat menyebabkan keracunan.
f. Dosis efektif yaitu besar dosis yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi yang nilainya
adalah jumlah perkalian dosis equivalen yang diterima organ dengan faktor bobot organ.

29

Anda mungkin juga menyukai