Disusun Oleh :
Diajukan oleh :
Diajukan oleh :
Mengetahui,
Direktur Politeknik “Medica Farma Ketua
Husada” Mataram Program Studi D3 Farmasi
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, penulis ucapkan atas segala rahmat
dan karunia-nya, sehingga Alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini dengan judul “Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Pohon Banten
(Lannea coromandelica) Sebagai Antipiretik Pada Mencit” Penulisan karya
tulis ilmiah ini dimaksud untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
menyelesaikan studi D-III Farmasi.
Peneliti mengucapkan Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Syamsuriansyah, M.M,Kes. Selaku Direktur Politeknik Medica
Farma Husada Mataram.
2. Ibu Apt. Ajeng Dian Pertiwi, M.Farm. Selaku wakil direktur I
PoliteknikMedicaFarmaHusadaMataram.
3. Ibu Reni Chairunnisah, Skm., M.Kes. Selaku wakil direktur II Politeknik
Medica Farma Husada Mataram.
4. Ibu Roushandy Asri Fardani, M.Pd. Selaku wakil direktur III Politeknik
Medica Farma Husada Mataram.
5. Ibu Apt. Sri Idawati, S.Far., M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Farmasi
Politeknik Medica Farma Husada Mataram dan Pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini dengan baik.
6. Bapak Hardani, M.Si. Selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini dengan baik.
7. Semua dosen Politeknik Medica Farma Husada Mataram yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan, wawasan dan sarana bagi kami.
8. Kedua orang tua saya beserta keluarga yang telah memberikan do’a serta
dukungan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
9. Sahabat dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga hasil karya
tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu Farmasi.
Peneliti
DAFTAR ISI
Kulit batang
Simplisia
Maserasi
Ekstrak kulit
batang
Uji daya
antipiretik
A. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen laboratorium.
Penelitian eksperimen juga dapat didefinisikan sebagai penelitian yang
berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dengan
kontrol yang ketat (Sedarmayanti dan Syarifudin. 2002. hal:33.). Menurut
Yatim Riyanto (dalam Zuriah. 2006. hal:57) penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol
terhadap kondisi. Sugiyono (2012.hal:109) menambahkan penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi dan laboratorium Obat
Tradisional Politeknik Medica Farma Husada Mataram.
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2020.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat) sehingga
variabel independen dapat dikatakan sebagai variabel yang
mempengaruhi (Riwidikdo, 2012). Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini ekstrak kulit batang pohon Banten
(Lannea coromandelica).
b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas) (Sugiono,
2011). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Mencit (mus musculus L.).
2. Definisi Operasional
a. Pohon Banten
Kayu Jawa/pohon Banten termasuk tumbuhan liar yang mudah
ditemukan karena masyarakat Sulawesi Selatan juga menggunakan
tumbuhan Kayu Jawa sebagai tumbuhan pagar. Masyarakat Bugis dan
Makassar menggunakan tumbuhan Kayu Jawa untuk penyembuhan
luka luar dan luka dalam. Luka dalam menyebabkan gangguan pada
fungsi dan struktur anatomi tubuh. Hal ini juga sesuai dengan program
pemerintah untuk menjadikan tanaman obat sebagai produk
fitofarmaka yang dapat dipertanggungjawabkan khasiat dan
kegunaannya.
b. Hewan Uji
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih
jantan (Mus musculus L.). Berat badan ketika lahir berkisar antara 2-4
gram, berat badan mencit dewasa berkisar antara 20-40 gram untuk
mencit jantan dan 25-40 gram untuk mencit betina dewasa. Mencit
yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah mencit dewas
yang memiliki berat badan antara 20-47 gram.
c. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang
terdapatdalam suatu bahan yang dapat larut sehingga terpisah dari
bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut (Putri,
2014). Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode ekstraksi secara dingin yaitu metode maserasi.
d. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang di peroleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisa nabati atau simplisa hewani
menggunakan pelarut yang sesuai.(Nur, 2013). Ekstrak kental yang
didapat akan digunakan sebagai bahan perlakuan hewan uji yang
diberikan secara oral dengan dosis yang bervariasi.
e. Pepton
Pepton merupakan protein yang digunakan sebagai induksi
demam pada mencit. Senyawa pepton bersifat pirogen sehingga dapat
meningkatkan suhu tubuh hewan coba (Odding, 2016). Pepton
disuntikan secara subkutan kepada mencit sebanyak 1 ml/30 g .
f. Mencit
Mencit merupakan mamalia pengerat yang digunakan sebagai
hewan percobaan dalam penelitian eksperimental. Mencit (Mus
musculus L.) termasuk mamalia pengerat (rodensia) yang cepat
berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya
terkarakteristik dengan baik (Akbar, 2010). Hewan uji akan dikukur
suhu kenaikan dan penurunan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
g. Antipiretik
Antipiretik merupakan golongan obat-obat atau zat-zat yang dapat
menurunkan suhu tubuh pada saat demam (Willy, 2018).
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Menurut Burham Bungin (2013:101) populasi penelitian merupakan
keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, peristiwa, sikap hidup, dan
sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pohon Banten (Lannea
coromandelica).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan di teliti (Burhan
Bungin. 2013). Sampel yang digunakan yaitu kulit batang pohon Banten
(Lannea coromandelica).
E. Intrumen Penelitian
Tabel 3.1 Intrumen Penelitian
No Alat Bahan
1 Vacuum rotary evaporator Ekstrak kulit batang pohon banten
2 Timbangan digital Etanol 96%
3 Blender Mencit
4 Beaker gelas Pepton
5 Cawan porselen Paracetamol
6 Botol maserasi Aquades
7 Pipet
8 Batang pengaduk
9 Alumunium foil
10 Oven
11 Corong bunher
12 Thermometer
13 Sonde oral dan spuit 5ml
F. Prosedur Penelitian
a. Pembuatan simplisia
Kulit batang pohon banten yang telah diambil dibersihkan di air
yang mengalir. Selanjutnya kulit batang yang telah bersih kemudian
dirajang lalu dikeringkan selama 14 hari dengan cara diangin-anginkan
tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung pada suhu ruangan 15 –
300 C. setelah kulit batang pohon banten kering lalu diblender dan diayak
menggunakan ayakan mesh 60. Serbuk hasil ayakan disimpan dalam
wadah kedap udara dan terhindar dari sinar matahari.
b. Pembuatan ekstrak
Ekstraksi serbuk kulit batang pohon Banten dilakukan dengan
metode maserasi. Serbuk sebanyak 300 gram ditambahkan ke dalam etanol
96% sebanyak 2 liter. Maserasi dilakukan dengan cara merendam
simplisia selama tiga hari dan dilakukan pengadukan tiap 24 jam. Setelah
tiga hari, ekstrak disaring dengan corong buchner, dipekatkan dengan
rotary evaporator, dan diuapkan di atas waterbath dengan suhu 75°C
sehingga diperoleh ekstrak kental.
c. Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini ialah mencit
sebanyak 15 ekor. Sebelum perlakuan mencit diaklimatisasi (penyesuaian)
dengan lingkungan tempat penelitian selama 7 hari untuk membiasakan
mencit pada lingkungan penelitian.
d. Sterilisasi Alat
Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih, dikeringkan dan
disterlkan terlebih dahulu. Alat-alat yang akan digunakan dibungkus
terlebih dahulu menggunakan alumunium foil. Kemudian dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu 180oC selama 15 menit. Sedangkan alat yang
terbuat dari plastik disterilkan menggunakan alkohol 70%.
e. Pembuatan suspensi paracetamol
Sirup paracetamol diukur sebanyak 8,13 ml, kemudian masukkan
ke dalam labu ukur 100,0 ml lalu tambahkan aquadest hingga 100 ml,
kocok hingga homogen. (Stevani, 2016)
f. Penginduksian Demam (Pepton 10%)
Pepton merupakan protein yang digunakan sebagai induksi demam
pada mencit. Demam dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan
toksik yang mempengaruhi pusat penagturan suhu. Protein merupakan
salah satu jenis pirogen yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menimbulakn demam. Induksi
pepton umumnya menggunakan hewan coba mencit dan setelah suhu naik
dapat dilakukan pengukuran untuk aktivitas antipiretik senyawa uji.
Pepton merupakan protein yang terhidrolisa, protein sebagai pemicu
demam dan tidak mempunyai sifat toksik (Budiman, 2010). Larutan
pepton 10% dibuat dengan menimbang 10 g pepton, kemudian dilarutkan
dalam 50 ml aquadest.
g. Perlakuan Antipiretik
Antipiretik merupakan golongan obat-obat atau zat-zat yang dapat
menurunkan suhu tubuh pada saat demam (Willy, 2018). Mencit yang di
adaptasikan dan dipuasakan selama kurang lebih 6 jam. Kemudian mencit
15 ekor dikelompokan menjadi 5 kelompok dengan cara acak, dimana dari
masing-masing kelompok tersebut terdiri dari 3 ekor mencit dan setiap
ekor mencit diberikan pepton 10%. Selanjutnya pada masing-masing
kelompok akan diberikan perlakuan sebagai berikut :
1. Kelompok 1 : Kelompok kontrol negatif aquadest.
2. Kelompok 2 : Kelompok kontrol positif (paracetamol) dengan
pemberian dosis per oral sebesar 1,95mg/30 gram
BB mencit.
3. Kelompok 3 : Kelompok uji dosis 1 dengan ekstrak kulit batang
pohon banten dengan pemberian dosis per oral
100mg/gram BB mencit.
4. Kelompok 4 : Kelompok uji dosis 2 dengan ekstrak kulit batang
pohon banten dengan pemberian dosis per oral
150mg/gram BB mencit.
5. Kelompok 5 : Kelompok uji dosis 3 dengan ekstrak kulit batang
pohon banten dengan pemberian dosis per oral
200mg/gram BB mencit.
Tiga puluh menit setelah perlakuan, masing-masing mencit diukur suhu
rektalnya. Pengamatan dilakukan setiap 30 menit selama 2 jam (Odding,
2016).
I. Alur Kerja
Analisis data
kesimpulan
C. Hasil Penelitian
4. Pembuatan simplisia kulit batang pohon banten
Pengeringan 1 kg kulit batang pohon banten dan menghasilkan
simplisia kering sebanyak 0,300 Kg . Data dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil pembuatan simplisia herba pegagan (Centella asiatica L.)
Kulit batang pohon Simplisia kering Rendemen simplisisa
banten (Kg) (%)
(Kg)
1 kg 0,300 kg 3,3
Keterangan :
ta Suhu awal tubuh mencit sebelum perlakuan.
:
t0 : Suhu demam mencit setelah penyuntikan pepton 10%.
D. Pembahasan
1. Pembuatan simplisia ekstrak kulit batang pohon banten (Lannea
coromandelica)
Penelitian ini menggunakan kulit batang pohon banten yang diambil
langsung dari pohonnya. Pohon banten yang digunakan terletak didesa
Kediri kecamatan Kediri kabupaten Lombok Barat. Kulit batang pohon
banten diambil dari 1 pohon guna untuk menghindari perbedaan suhu dan
kelembaban yang terjadi.
Kulit batang pohon banten diambil sebanyak 1 kg lalu dicuci hingga
bersih. Setelah dilakukan pencucian kemudian dilakukan perajangan/
potong kulit pohon banten menjadi kecil agar memudahkan untuk
pengeringan. Pengeringan dilakukan selama 10 hari untuk mengurangi
kadar air dalam kulit batang pohon banten yang telah dirajang/ dipotong-
potong. Fungsi dari penurunan kadar air ialah untuk menjaga kulit batang
pohon banten dari pembusukan dan ditumbuhi mikroorganisme.
Pengeringan dilakukan dengan cara mengangin-anginkan dalam
suhu ruangan. Hal ini dilakukan untuk menjaga zat aktif yang terdapat
pada kulit batang pohon banten tidak rusak ataupun hilang. Kulit batang
pohon banten yang telah kering lalu ditimbang sebanyak 0,300 kg lalu
dihaluskan menggunakan blender dan setelah diblender kulit batang
pohon banten diayak menggunakan ayakan No. mesh 60 sehingga
diperoleh serbuk simplisia kulit batang pohon banten.
2. Pembuatan ekstrak kulit batang pohon banten
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode ekstraksi secara dingin yaitu maserasi. Metode ini dipilih karena
pengerjaannya sederhana dan zat yang terkandung dalam simplisia kulit
batang pohon banten tidak tahan terhadap panas. Larutan penyari yang
digunakan adalah etanol 96%, karena etanol 96% bersifat polar serta
dapat menarik senyawa polar, non polar dan semi polar. Etanol 96% juga
tidak besifat toksik yang sangat cocok untuk digunakan sebagai larutan
penyari untuk bahan alam (Idawati et al., 2019).
Serbuk simplisia kulit batang pohon banten ditimbang sebanyak
0,300 kg kemudian dimasukkan ke dalam wadah maserasi. Setelah
serbuk dimasukkan lalu ditambahkan larutan penyari etanol 96%
sebanyak 1,5 L. Maserasi dilakukan selama 3 hari dan diaduk 1x24 jam.
Wadah maserasi disimpan di tempat yang terlindung dari sinar matahari.
Setelah 3 hari maserat dikumpulkan dan selanjutnya dipekatkan
menggunakan rotary epovorator dan waterbath dengan suhu 75oC.
karena zat aktif yang terkandung tidak tahan panas terhadap suhu terlalu
tinggi akan merusak zat aktifnya, hingga memperoleh ekstrak kental kulit
batang pohon banten.
3. Hasil perlakuan uji
Penelitian menggunakan hewan uji mencit sebanyak 15 ekor.
Mencit dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari
3 ekor mencit. Sebelum diberikan perlakuan mencit terlebih dahulu
diadaptasi selama 1 minggu untuk membiasakan mencit pada tempat
penelitian sehingga mencit tidak mengalami stress. Mencit diberi makan
dan minum secukupnya.
Berat badan mencit yang digunakan dalam penelitian ini berkisar
antara 20 gram hingga 30 gram yang diperoleh dari penangkaran hewan
uji Universitas Mataram. Mencit memiliki beberapa kesamaan organ
fisiologi dengan organ fisiologi manusia dan penangannya tidak terlalu
sulit dibandingkan dengan hewan uji lain. Penimbangan dilakukan pada
hewan uji dan juga dilakukan penandaan pada bagian tubuh mencit.
Penimbangan dilakukan untuk menentukan berat badan mencit terbesar
dan menghitung volume pemberian. Penandaan pada bagian tubuh
mencit bertujuan untuk mempermudah dalam pengamatan dan
pengukuran suhu tubuh mencit.
Pengamatan dilakukan dengan mengukur suhu tubuh mencit yang
diinduksi pepton 10%. Pepton merupakan protein yang digunakan
sebagai penginduksi demam pada hewan coba. Senyawa pepton bersifat
pirogen sehingga dapat meningkatkan suhu tubuh hewan coba. Induksi
pepton umumnya menggunakan hewan coba mencit dan setelah suhu
naik dapat dilakukan pengukuran untuk aktivitas antipiretik senyawa uji
dan pengamatan dilakukan dengan mengukur suhu tubuh mencit setelah
pemberian induktor piretik secara subkutan sebanyak 1 ml/30 BB mencit.
Pemiliham pepton sebagai inuktor piretik karena pepton bersifat pirogen
sehingga dapat meningkatkan suhu tubuh mencit selain itu juga pepton
bersifat tidak toksik (Nugrahawati, 2016).
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh mencit adalah
thermometer digital. Alat ini dipilih karena cara penggunaannya sangat
sederhana. Ditampilan layar pada alat terdapat angka yang menunjukkan
suhu tubuh mencit. Penetuan efek penurunan demam dilakukan
pengukuran suhu tubuh mencit setelah diberikan obat setiap 30 menit
selama 120 menit.
Mencit jantan yang sudah ditimbang kemudian diukur suhu
normalnya kemudian mencit didemamkan dengan disuntikan pepton 10%
secara subkutan, ditunggu 30 menit kemudian diukur suhu rektal mencit
dengan alat Termometer digital dengan cara meletakan mencit diatas
kandangnya lalu diangkat bagian belakang mencit sehingga ujung
termometer bisa masuk ke rektal mencit dan suhu dapat diketahui.
Kemudian diberikan perlakukan kontrol positif, kontrol negatif, dan
ketiga variasi dosis ekstrak herba pegagan lalu diukur suhu rektal mencit
setiap 30 menit selama 120 menit.
Suhu adalah keadaan panas dan dingin yang diukur dengan
menggunakan termometer. Di dalam tubuh terdapat 2 macam suhu, yaitu
suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu dari tubuh bagian dalam
dan besarnya selalu dipertahankan konstan, sekitar ± 1ºF (± 0,6º C) dari
hari ke hari, kecuali bila seseorang mengalami demam. Sedangkan suhu
kulit berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai dengan suhu
lingkungan. Bila dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh, suhu
kulit akan meningkat. Sebaliknya, apabila tubuh mengalami kehilangan
panas yang besar maka suhu kulit akan menurun (Guyton & Hall, 2012).
Suhu rektal memiliki kelebihan yaitu hasil yang reliabel atau tetap.
Penggunaan kontrol positif (paracetamol) bertujuan untuk
membandingkan aktivitas ekstrak herba pegagan dengan paracetamol
yang memiliki efek antipiretik. Selain memiliki efek antipiretik
paracetamol juga memiliki aktitivitas analgesik. Paracetamol memiliki
daya antipiretik lebih kuat dibandingkan aspirin, berdasarkan
penghambatan siklooksigenase pusat yang lebih kuat. Obat ini menekan
efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin,
tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak
dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu yang disebabkan oleh
latihan fisik (Goodman & Gilman, 2010).
Kontrol negatif yang digunakan pada penelitian ini adalah Aquadest.
Selain itu juga aquadest digunakan untuk melarutkan ekstrak hal ini
bertujuan untuk melihat apakah aquadest memiliki pengaruh atau tidak
dalam memberikan efek antipiretik. Adanya variasi dosis ekstrak kulit
batang pohon banten pada tiga kelompok perlakuan dimaksudkan untuk
melihat adanya peningkatan atau penurunan dosis dapat mempercepat
atau memperlambat penurunan demam, dan juga untuk mengetahui pada
dosis tertentu dapat menyembuhkan demam. Jalur pemberian setiap
kelompok diberikam melalui oral.
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Ekstrak kulit batang pohon banten memiliki efek antipiretik pada
mencit. Senyawa kimia yang terkandung dalam pohon banten yaitu
saponin, flavonoid, polifenol dan tanin. Senyawa yang berkhasiat
sebagai antipiretik ialah flavonoid, cara kerjanya yaitu menghambat
kerja enzim COX3 di hipotalamus sehingga menurunkan set point
thermic hipotalamus yang menyebabkan penurunan suhu tubuh.
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dinarello, C.A., Gelfand, J.A., 2011, Fever and Hyperthermia. Dalam: Kasper
DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E,Hauser SL, Jameson JL, editor.
Harrison’s Principles of InternalMedicine. Ed.18. USA: McGraw-Hill
Companies: 143147
Guyton A.C., Hall J.E.2012. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.H
https://www.google.com/search?
q=hewan+uji+coba+mencit+mus+musculus&safe=strict&client=firefoxb
d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwj7_62euavqAhV7lEs
FHfsrDeIQ_AUoAXoECAwQAw&biw=1233&bih=614#imgrc=Nt8nHh
6EUBNeVM
Kristianti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M. & Kurniadi, B., (2008). Buku Ajar
Fitokimia. Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik
FMIPA Universitas Airlangga.
Marzouk, M.M. (2016). Flavonoid Constituents And Cytotoxic Activity Of
Erucaria Hispanica (L.) Druce Growing Wild In Egypt. Arabian Journal
Of Chemistry, 9, 411–415
Qinghu, W., Jinmei, J., Nayintai, D., Narenchaoketu, H., Jingjing, H.,
Baiyinmuqier, B. (2016). AntiInflammatory Effects, Nuclear Magnetic
Resonance Identification And HighPerformance Liquid Chromatography
Isolation Of The Total flavonoids From Artemisia Frigida, Journal Of
Food And Drug Analysis, 24, 385-391
Riza Marjoni. 2016. Dasar Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi Trans Info
Media : Jakarta.
Setyowati, Lina., (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan
Penanganan Demam Pada Anak Balita Di Kampung Bakalan Kadipiro
Banjarsari Surakarta. STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
Sodikin, (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Pustaka Belajar.
Yogyakarta.
Syamsurya, Ahmad, A., Firdaus., (2016). Potensi Ekstrak Metanol Kulit Batang
Lannea coromandelica (Houtt.) Merr. Terhadap Staphylococcus aureus
Dan Analisis Metabolit Sekunder Utamanya. Makassar: Jurusan Kimia
Universitas Hasanudin Makassar.
Tian-yang., Wang., Qing Li., Kai-shun Bi. (2018). Bioactive flavonoids In
Medicinal Plants: Structure, Activity And Biological Fateasian. Journal
Of Pharmaceutical Sciences, 13, 12–23
Vanessa, M. Munhoza, R. L., José R.P., João, A.C., Zequic, E., Leite, M., Gisely,
C., Lopesa, J.P., Melloa. (2014). Extraction Of Flavonoids From Tagetes
Patula: Process Optimization And Screening For Biological Activity. Rev
Bras Farmacogn, 24, 576-58
Willy Tjin, 2108. Analgetik-Anttipiretik. www.Alokdokter.com. Diakses 16
November 2019 dari https:// www.Alokdokter.com/ analgetik-
anttipiretik /text/html.
Wilmana PF, Gunawan SG. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi
Nonsteroid Dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam: Farmakologi
Dan Terapi. V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.